Anda di halaman 1dari 16

STUDI TEKNIS KESTABILAN LERENG PT.

VALE INDONSIA
TBK. SOROWAKO, KABUPATEN LUWU TIMUR,
PROVINSI SULAWESI SELATAN

PROPOSAL KERJA PRAKTIK

OLEH
AINUL YAQIN
D621 16 004

DEPARTEMEN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA
2019

i
PROPOSAL KERJA PRAKTIK

STUDI TEKNIS KESTABILAN LERENG PT. VALE INDONESIA


TBK. SOROWAKO, KABUPATEN LUWU TIMUR, PROVINSI
SULAWESI SELATAN

HALAMAN PENGESAHAN

Mahasiswa yang Bersangkutan,

Ainul Yaqin
NIM. D621 16 004

Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Departemen Teknik Pertambangan Koordinator LBE Geomekanika
Universitas Hasanuddin

Dr. Eng. Purwanto, ST., MT. Dr. Eng. Purwanto, ST.,MT


NIP. 197111282005011002 NIP. 197111282005011002

ii
I. JUDUL PENELITIAN

“STUDI TEKNIS KESTABILAN LERENG PT. VALE INDONESIA TBK. SOROWAKO,


KABUPATEN LUWU TIMUR, PROVINSI SULAWESI SELATAN."

II. LATAR BELAKANG MASALAH

Tanah longsor merupakan suatu fenomena bencana alam yang umum


terjadi pada suatu operasi tambang permukaan pada berbagai bahan galian,
penggalian untuk sarana angkutan (jalan raya, rel kereta api), bendungan air untuk
pembangkit listrik maupun pada wilayah-wilayah tertentu yang memang rawan
longsor. Pada dasarnya longsoran terjadi pada suatu lereng akibat adanya
ketidakseimbangan dari suatu bentuk lereng tertentu yang terlalu terjal sehingga
daya dorong lebih besar dibandingkan dengan daya tahan yang dimiliki oleh
struktur lereng tersebut.
Longsorang yang terjadi khususnya pada lereng tambang menghasilkan
dampak buruk berupa kerugian baik dari segi keselamatan maupun ekonomi.
Dampak akibat longsoran dari segi keselamatan seperti cidera ringan sampai
dengan kematian yang dialami oleh karyawan, kerusakan alat sedangkan dari segi
ekonomi seperti biaya pembersihan, perbaikan jalan angkutan, pembukaan akses
jalan, biaya yang berkaitan dengan cidera dan perbaikan alat dan sebagainya.
Studi teknis mengenai kestabilan lereng dilakukan dengan menentukan nilai
faktor keamanan (FK). Analisis kestabilan lereng tambang terbuka didasarkan nilai
faktor keamanan (FK) saja, yakni rasio gaya penahan nominal dan gaya penggerak
nominal. Secara teoritis metode kesetimbangan batas menyatakan batas kritis
lereng aman bila FK = 1, di mana lereng akan longsor bila FK<1 dan lereng akan
aman bila FK>1. Namun kelemahan pendekatan FK tersebut untuk disain lereng
adalah hanya bersifat kasuistis dan tidak dapat diberlakukan untuk kondisi lereng
yang lain. Mengingat besarnya kerugian yang didapatkan oleh perusahaan
tambang apabila terjadi longsoran maka perlu melakukan suatu studi teknis
mengenai kestabilan lereng.

1
III. TUJUAN KERJA PRAKTIK

Tujuan dari kerja praktik ini adalah :


1. Mempelajari jenis batuan pembentuk lereng.
2. Mempelajari sifat fisik dan mekanik batuan pembentuk lereng.
3. Menganalisis kestabilan lereng berdasarkan nilai faktor keamanan yang
diperoleh dari pengukuran sifat fisik dan mekanik batuan.

IV. TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Lereng

Lereng adalah suatu permukaan tanah yang miring dan membentuk sudut
tertentu terhadap suatu bidang horisontal dan tidak terlindungi. Lereng yang ada
secara umum dibagi menjadi dua kategori lereng tanah, yaitu lereng alami dan
lereng buatan. Lereng alami terbentuk secara alamiah yang biasanya terdapat di
daerah perbukitan. Sedangkan lereng buatan terbentuk oleh manusia biasanya
untuk keperluan konstruksi, seperti tanggul sungai, bendungan tanah, tanggul
untuk badan jalan kereta api. Menurut Soepanjdi 1995, lereng alami maupun
buatan masih dibagi lagi dalam dua jenis yaitu :
1. Lereng dengan panjang tak hingga (infinite slopes),
2. Lereng dengan panjang hingga (finite slopes).
Keruntuhan pada lereng bisa terjadi akibat gaya dorong yang timbul karena
beban pada tanah. Lereng secara alami memiliki kekuatan geser tanah dan akar
tumbuhan yang digunakan sebagai gaya penahan. Apabila gaya penahan lebih kecil
dibandingkan gaya pendorong maka akan timbul keruntuhan pada lereng.

4.2 Kelongsoran dan Pengelompokannya

Untuk membedakan longsoran (landslide) yang mengandung pengertian


luas, maka istilah slide digunakan kepada longsoran gelinciran yang terdiri atas
luncuran atau slide (longsoran gelinciran translasional) dan nendatan atau slump

2
(longsoran gelinciran rotasional). Berbagai jenis longsoran (landslide) dalam
beberapa klasifikasi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Jatuhan (fall) adalah jatuhan atau massa batuan bergerak melalui udara,
termasuk gerak jatuh bebas, meloncat dan penggelindingan bongkah batu
dan bahan rombakan tanpa banyak bersinggungan satu dengan yang lain.
Termasuk jenis gerakan ini adalah runtuhan (urug, lawina, avalanche) batu,
bahan rombakan maupun tanah.

Gambar 4.3 Rockfall (Hansen, 1984).

2. Longsoran-longsoran gelinciran (slides) adalah gerakan yang disebabkan


oleh keruntuhan melalui satu atau beberapa bidang yang dapat diamati
ataupun diduga. Slides dibagi lagi menjadi dua jenis. Disebut luncuran (slide)
bila dipengaruhi gerak translasional dan susunan materialnya yang banyak
berubah. Bila longsoran gelinciran dengan susunan materialnya tidak banyak
berubah dan umumnya dipengaruhi gerak rotasional, maka disebut nendatan
(slump). Termasuk longsoran gelinciran adalah luncuran bongkah tanah
maupun bahan rombakan, dan nendatan tanah.

3
Gambar 4.4 Rotational landslide (Hansen, 1984).

3. Aliran (flow) adalah gerakan yang dipengaruhi oleh jumlah kandungan atau
kadar air tanah yang terjadi pada material tak terkonsolidasi. Bidang longsor
antara material yang bergerak umumnya tidak dapat dikenali. Termasuk
dalam jenis gerakan aliran kering adalah sandrun (larian pasir), aliran
fragmen batu, aliran loess. Sedangkan jenis gerakan aliran basah adalah
aliran pasir – lanau, aliran tanah cepat, aliran tanah lambat, aliran lumpur,
dan aliran bahan rombakan.

Gambar 4.5 Debris flow (Hansen, 1984).

4. Longsoran majemuk (complex landslide) adalah gabungan dari dua atau tiga
jenis gerakan di atas. Pada umumnya longsoran majemuk terjadi di alam,
tetapi biasanya ada salah satu jenis gerakan yang menonjol atau lebih
dominan. Menurut Pastuto & Soldati (1997), longsoran majemuk diantaranya
adalah bentangan lateral batuan, tanah maupun bahan rombakan.

4
Gambar 4.6 Complex landslide (Hansen, 1984).

5. Rayapan (creep) adalah gerakan yang dapat dibedakan dalam hal kecepatan
gerakannya yang secara alami biasanya lambat (Hansen, 1984). Untuk
membedakan longsoran dan rayapan, maka kecepatan gerakan tanah perlu
diketahui untuk lebih jelas lihat tabel 4.3. Rayapan ( creep) dibedakan
menjadi tiga jenis, yaitu: rayapan musiman yang dipengaruhi iklim, rayapan
bersinambungan yang dipengaruhi kuat geser dari material, dan rayapan
melaju yang berhubungan dengan keruntuhan lereng atau perpindahan
massa lainnya (Hansen, 1984).

Gambar 4.7 Creep landslide (Hansen, 1984).

6. Gerak horisontal atau bentangan lateral (lateral spread), merupakan jenis


longsoran yang dipengaruhi oleh pergerakan bentangan material batuan
secara horisontal. Biasanya berasosiasi dengan jungkiran, jatuhan batuan,

5
nendatan dan luncuran lumpur sehingga biasa dimasukkan dalam kategori
complex landslide longsoran majemuk (Pastuto & Soldati, 1997).
Gambar 4.8 Lateral spread (Pastuto & Soldati, 1997).

7. Pada longsoran tipe translasional maupun rotasional, ada batas antara


massa yang bergerak dan yang diam (disebut bidang gelincir), kedalaman
batas tersebut dari permukaan tanah sangat penting bagi deskripsi
longsoran.

Gambar 4.9 Translational landslide


(Pastuto & Soldati, 1997).

V. METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan cara metode pengamatan


dan pengukuran secara langsung di lapangan. Metode penelitian juga ditunjang oleh
beberapa literatur baik buku maupun jurnal yang berkaitan dengan judul penelitian
yang diajukan, serta informasi tambahan berupa pengalaman dari ahli praktisi di
lapangan.
Data-data yang dibutuhkan dan akan dikumpulkan antara lain :
1. Data–data yang berhubungan dengan daerah penelitian, yang meliputi
antara lain; Data geologi, stratigrafi, topografi.
2. Data–data yang dibutuhkan untuk pengolahan data, meliputi :
a) Data formasi batuan.
b) Data sifat fisik dan mekanik batuan pembentuk atau penyususn lereng.
3. Data Pendukung

6
Data yang dapat mendukung data lapangan guna menganalisa
permasalahan yang ada untuk mencari alternatif penyelesaian masalah.
Data pendukung dapat diambil antara lain dari laporan eksplorasi, brosur–
brosur dari perusahaan, data dari instansi terkait dan dari literatur.
Data yang diperoleh dari pengukuran langsung di lapangan kemudian akan
dianalisis menggunakan program komputer yaitu Slide guna untuk mengetahui
kondisi lereng secara langsung di lapangan.

VI. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

Kegiatan kerja praktik yang akan dilakukan terdiri dari empat tahapan utama
yaitu:
1. Persiapan
Tahapan persiapan merupakan tahapan yang berisi kegiatan pendahuluan
sebelum dilakukan penelitian. Tahapan ini terbagi ke dalam beberapa
tahapan yang mulai dari perumusan masalah, administrasi sampai dengan
studi literatur.
2. Kegiatan Lapangan dan Pengumpulan Data
Kegiatan ini dilakukan untuk mengamati kondisi umum daerah penelitian.
Pengumpulan data penelitian diperoleh langsung atas izin perusahaan
sebagai data acuan untuk melakukan analisis permasalahan. Data yang
dikumpulkan berupa data geologi mengenai formasi dan data jenis dan
karakteristik mengenai sifat fisik dan mekanik lapisan pembentuk lereng.
3. Tahapan Penyusunan Laporan
Tahapan ini menjadi tahapan akhir dari rangkaian kegiatan penelitian, yang
mana keseluruhan data yang telah diperoleh dan diolah, diakumulasikan
dan kemudian dituangkan dalam bentuk laporan hasil pelaksanaan kegiatan
kerja praktik sesuai dengan format dan kaidah penulisan tugas akhir yang
telah ditetapkan Program Studi Teknik Pertambangan Universitas
Hasanuddin.
4. Seminar dan Penyerahan Laporan

7
Hasil akhir dari kegiatan ini akan dipresentasikan dalam seminar Program
Studi Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin, setelah melalui
penyempurnaan berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh dari
seminar. Laporan kerja praktik dalam bentuk final kemudian diserahkan
kepada Ketua Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin.

8
Gambar 5.1 Diagram alir tahapan penelitian

Kerja praktik yang akan dilakukan berlangsung selama kurang lebih dua
bulan. Tabel di bawah ini menunjukkan kegiatan yang akan dilakukan beserta
jadwalnya masing-masing.

9
Tabel 6.1 Jadwal Kerja Praktik

September Oktober November


Bulan/Tahun
2019 2019 2019
Pekan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Persiapan                        

Studi Literatur                        

Observasi Lapangan                        

Pengumpulan Data                        

Analisis Data                        
Persiapan Lembuatan
Laporan                        

Seminar

10
VII. PENUTUP

Demikian proposal permohonan tugas kerja praktik ini sebagai salah satu
pertimbangan bagi pihak PT. Vale Indonesia Tbk. Provinsi Sulawesi Selatan. Besar
harapan penulis agar kiranya proposal ini disambut dengan tangan terbuka,
kesempatan yang diberikan oleh pihak perusahaan akan dimanfaatkan semaksimal
mungkin. Saran dan kritikan yang membangun sangat dibutuhkan demi perbaikan
dan pengembangan proposal ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Aulia, B. 2012. Tipe-Tipe Tanah Longsor. http://www.musliyadi.com/download/Tipe-


Longsor.pdf. Diakses pada tanggal 2 September 2019.

Azizi, M.T.. dkk. 2012. ANALISIS RISIKO KESTABILAN LERENG TAMBANG TERBUKA
(STUDI KASUS TAMBANG MINERAL X). http://download2 223.mediafire.
com/kmuti1oqed2g/iv2c0ta9pqwx27b/Paper+Stabilitas+Lereng.pdf. Diakses pada
tanggal 2 September 2019.

Bacic, B. dan Mato, U. 2014. Slope Stability Analysis. http://www.gf.uns.


ac.rs/~zbornik/doc/ZR25.51.pdf. Diakses pada tanggal 1 September 2019.

Das, Braja, M. 1995. Mekanika Tanah 2. Penerbit ERLANGGA, Jakarta.


Hansen, M.J.. 1984. Strategies for Classification of Landslides . (ed. : Brunsden, D, &
Prior, D.B.. 1984. Slope.
 
Johansson, Jens. 2014. Impact of Water-Level Variations on Slope Stability . Lulea
University of Technology.

Liong, G.T.. 2012. Analisa Stabilitas Lereng Limit Equilibrium vs Finite Element Method.
http://indogeotek.com/wp-content/uploads/2012/11/2012-Dec-Hatti-GOUW-
Dave-Kestabilan-Lereng-FEMvsLEM.pdf. Diakses pada tanggal 1 September 2019.

Soepandji, B. S.. 1991, Mekanika Tanah, Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta.


U.S. Geological Survey. 2004. Landslides Type And Procces. http://pubs.
usgs.gov/fs/2004/3072/pdf/fs2004-3072.pdf. Diakses pada tanggal 2 September
2019.

12
LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

PERSONAL DETAILS

Nama : Ainul Yaqin


Tempat Tanggal Lahir : Wasuponda 28 Februari 1998
Umur : 21 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat : Jl. Poros malino, pondok jabal rahma, Gowa.
Hp : 081243450253
E-mail : yaqinqin001@gmail.com

PENDIDIKAN

2016 – Sekarang : Jurusan Teknik Pertambangan, Universitas Hasanuddin


2013 – 2016 : SMA Negeri 1 Tomoni - Timur
2010 – 2013 : SMP Negeri 1 Wasuponda
2004 − 2010 : SD Islam Wasuponda

PENGALAMAN ORGANISASI

1) Anggota Badan Badan Eksekutif Persatuan Mahasiswa Tambang (PERMATA FT-UH)


(Priode 2019 - Sekarang).

13
KEGIATAN NASIONAL

1. Peserta perlombaan mining competition YMCC (Youth Mining


Camp Competition 2019) di Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta.
2. Peserta Seminar Nasional di Youth Mining Camp Competition
2019.
3. Panitia pada kegiatan Workshop dan Simposium Nasional
Geomekanika 5 (WSNG 5) di Makassar.
4. Peserta Workshop Peledakan pada kegiatan Workshop dan
Simposium Nasional Geomekanika 5 (WSNG 5) di Makassar.
5. Peserta Blasting Game pada kegiatan Workshop dan Simposium
Nasional Geomekanika 5 (WSNG 5) di Makassar.

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sesungguhnya dan
sebenar-benarnya.

Gowa, 3 September 2019

Ainul Yaqin
D621 16 004

14

Anda mungkin juga menyukai