Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPEREMISIS


GRAVIDARUM
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Materinitas II
Dosen Pengampu : Ns.Siti Rochmaedah, S,Kep.,M.Kep

OLEH :

ALFIA

Prodi / Kelas / Semester :

Keperawatan / A1 pagi Ambon / IV

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES MALUKU HUSADA
TAHUN AKADEMIK
2019/2020

BAB 1
PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan keadaan seksualitas yang sehat yang berhubungan dengan
fungsi dan proses sistem reproduksi. Seksualitas dalam hal ini berkaitan erat dengan anatomi dan
fungsional alat reproduksi atau alat kelamin manusia dan dampaknya bagi kehidupan fisik dan
biologis manusia. Termasuk dalam menjaga kesehatannya dari gangguan seperti Penyakit Menular
Seksual (PMS) dan HumanImmunodeficiency Virus  (HIV)/Acquired Immuno Deficiency
Syndrome  (AIDS)(Herbaleng dalam Handayani, 2010).

PMS merupakan salah satu penyakit saluran reproduksi yang cara penularan utamanya adalah
melalui hubungan kelamin tetapi juga dapat ditularkan melalui transfiisi darah atau kontak langsung
dengan cairan darah atau produk darah, dan dari ibu ke anak selama kehamilan atau sesudah bayi
lahir. PMS dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, virus dan parasit (Pinem, 2009).

World Health Organization (WHO)  dalam Widoyono (2008) memperkirakan angka kesakitan
PMS di dunia sebesar 250 juta orang setiap tahunnya. Penyakit sifilis merupakan salah satu penyakit
menular seksual (PMS) yang banyak terjadi pada laki-laki yang sering berganti - ganti pasangan. Sifilis
atau yang disebut dengan ‘raja singa’ disebabkan oleh sejenis bakteri yang bernama Treponema
pallidum. Bakteri yang berasal dari famili spirochaetaceae ini, memiliki ukuran yang sangatkecil dan
dapat hidup hampir di seluruh bagian tubuh. Spirochaeta penyebab sifilis dapat ditularkan dari satu
orang ke orang yang lain melalui hubungan genito-genital (kelamin-kelamin) maupun oro-genital
(seks oral). Infeksi ini juga dapat ditularkan oleh seorang ibu kepada bayinya selama masa kehamilan
namun tidak dapat ditularkan melalui handuk, pegangan pintu atau tempat duduk WC.

    

Insiden sifilis telah menurun dalam beberapa tahun terakhir, dilaporkan 53.000 kasus pada
tahun 1996, sedangkan pada tahun 1992 113.000 kasus. Namun, jumlah kasus sifilis primer dan
sekunder meningkat pada tahun 2000-2007. Pada tahun 2007, 11.466 kasus dilaporkan kepada US
Centers for Disease Control and Prevention.Sebagian besar dari peningkatan ini terjadi pada pria,
terutama pada pria yang berhubungan seks dengan pria lain. Keseluruhan kasus yang dilaporkan
pada wanita menurun. Lebih dari 80% kasus yang dilaporkan di selatan Amerika Serikat.
Kecenderungan untuk kasus sifilis kongenital terjadi penurunan selama sepuluh tahun terakhir. Di
Indonesia kasus sifilis pada kelompok resiko tinggi cenderung mengalami peningkatan 10%
sedangkan kelompok resiko rendah meningkat 2% sifilis juga merupakan faktor terjadinya infeksi
HIV, sehingga peningkatan kasus sifilis dapat memungkinkan terjadinya peningkatan kasus infeksi
HIV/AIDS (Farida, 2002).
   Herpes adalah salah satu penyakit menular seksual yang paling umum. Diperkirakan bahwa
satu dari setiap lima remaja akan terinfeksi oleh penyakit ini. Penelitian telah menunjukkan bahwa
wanita lebih rentan untuk tertular infeksi ini daripada pria. Hal ini akan merusak penyakit alat
kelamin atau anus baik laki-laki dan perempuan yang terinfeksi.

Ini adalah penyakit menular yang disebabkan oleh penularan virus yang disebut Herpes
Simplex Virus (HSV). Virus ini akan ditularkan selama hubungan intim atau selama kontak antara
kedua alat kelamin pria dan wanita. Genital herpes membuktikan bahwa penyakit ini terutama
mulut mempengaruhi organ dan alat kelamin HSV 1 mempengaruhi bibir berupa lepuh dan luka
dingin, sedangkan HSV 2 menginfeksi alat kelamin manusia.

Namun pada abad modern seperti sekarang ini sudah ditemukan obat dari sifilis dan herpes
sehingga penderita sifilis dan herpes dapat berkurang secara signifikan, namun tidak hilang. Selama
penderita melakukan kontak langsung (seks) dengan pasangan-pasangannya sifilis tidak dapat
dikatakan sudah tertangani sepenuhnya. Dari pembahasan diatas maka penulis mencoba
memberikan pemahaman lebih mengenai konsep medis dan konsep keperawatan penyakit sifilis dan
herpes mulai dari definisi, tanda terkena penyakit (gejala), diagnosis, dan khususnya cara
penularannya yaitu dengan kontak langsung.

B.           Rumusan Masalah

1.         Bagaimana Pengertian Sifilis dan herpes?

2.         Bagaimana Etiologi Sifilis dan herpes?

3.         Bagaimana Patofisiologi Sifilis dan herpes?

4.         Bagaimana Klasifikasi Sifilis dan herpes?

5.         Bagaimana Gejala Klinis dan herpes?

6.         Bagaimana Pemeriksaan Penunjang dan herpes?

7.         Bagaimana Penatalaksanaan Sifilis dan herpes?

8.         Bagaimana Komplikasi Sifilis dan herpes ?

9.         Bagaimana Penatalaksanaan Sifilis dan herpes?

10.     Bagaimana Asuhan keperawatan pada pasien dengan Sifilis dan herpes ?

C.    Manfaat 

1.        Memperoleh pengetahuan tentang konsep dari Asuhan Keperawatan penyakit sifilis dan herpes.

2.       Memperoleh pengetahuan dan dapat melakukan Asuhan Keperawatan penyakit sifilis dan herpes.
BAB II

PEMBAHASAN

I.    Konsep Dasar Herpes

A.    Konsep Medis
1.      Definisi

Virus herpes simpleks (HSV) adalah suatu penyakit virus menular dengan afinitas pada kulit,
selaput lendir. Dan sistem saraf (Sylvia A.Price). terdapat dua tipe virus herpes simpleks yang
diketahui menyebabkan infeksi pada kulit dan lapisan mukosa adalah virus herpes siplek tipe-1 yang
masuk melalui oral dan virus simplek herpes tipe-2 yang masuk melalui genital.

Virus herpes pada manusia masuk meliputi:

a.       Virus herpes hominis (herpes simpleks)

b.      Virus sitomegalo (cytomegalovyrus) menyebabkan hepatitits, pneumonia dan infeksi congenital yang
serius

c.       Virus varicella zoster menyebabkan chicken pox(varicella) dan herpes zoster

d.      Epstein-Barr dikenal menyebabkan mononucleosis infeksiosa, tetapi virus ini juga terlibat pada
kanker tertentu pada manusia.

e.       Virus ini selain menyebabkan infeksi yang aktif, dapat juga menetap hidup dalam sel pejamu,
menghasilkan infeksi laten yang pada suatu saat dapat mengalami reaktivitas. (sumarmo,2002)

2.      Etiologi

VHS (Virus herpes simpleks) tipe I dan II merupakan virus DNA. Pembagian tipe I dan tipe II
berdasarkan karakteristik pertumbuhan pada media kultur, antigenic marker, dan lokasi klinis
(tempat predileksi). (Djanda Adhi.2010)

Transmisi virus herpes pada manusia


Virus Transmisi Portal of  entry Target sel awal

HSV 1 Kontak langsung Mukosa, kulit Epitel

HSV2 Kontak langsung Mukosa, Kulit Epital

VZV Inhalasi, kontak langsung Sal.napas, Mukosa Epitel

CMV Saliva, darah? Urin? Aliran darah, mukosa Neutrofil, monosit

FBV Semen Mukosa, aliran darah Limfosit b, kelenjar


ludah

 Sumber: Buku ajar infeksi dan pediatric tropis hal 144

Keterangan : HSV1         : Herpes simplex virus 1

HSV 2         : Herpes simplex virus 2

VZV           : Varicella zoster virus

CMV           : Cytomegalovirus
EBV            : Epstein- Barr virus

3.         Manifestasi Klinis

a.       Infeksi Primer

1)         Tipe I : Di daerah pinggang ke atas, terutama daerah mulut dan hidung

2)         Tipe II : di daerah pinggang kebawah terutama di daerah genital

3)         Infeksi primr berlangsung 3 minggu

4)         Menular melalui kontak kulit

5)         Demam, malaise, anoreksia

6)         Pembengkakan kelenjar getah bening regional

b.      Fase laten

Fase ini tidak di temukan gejala klinis, tetapi VHS dapat di temukan dalam keadaan tidak aktif
pada ganglion dorsalis.

c.       Infeksi rekurens

1)            Trauma fisik (demam, infeksi, kurang tidur, berhubungan seksual)

2)            Trauma psikis (gangguan emosional, menstruasi)

3)            Berlangsung 7-10 hari

4)            Rasa panas, gatal dan nyeri

5)            Dapat timbul pada tempat yang sama.

(Djuanda Adhi, 2010)

4.        

Kontak langsung ke dalam


membran mukosa
 

Patofisiologi

Herpes Simplek Virus (HSV)


 

HSV-1 (kontak dengan air liur) HSV-2 (penularan secara


seksual)
 

Infeksi primer (2-20 hari)


 
 

 
5.         Pemeriksaan penunjang

Virus herpes dapat di temukan pada vesikel dan dapat dibiak. Jika tidak ada lesi dapat di periksa
antibody VHS. Pada percobaan Tzank dengan pewarnaan Giemsa dari bahan vesikel dapat
ditemukan sel detia berinti banyak dan badan inklusi intranuklear.

6.         Penatalaksanaan

Pada lesi yang dini dapat digunakan obat topikal berupa salep/ krim yang mengandung preparat
idoksuridin (stoxil, viruguent, viruguent-P) atau preparat asiklovir (zovirax). Pengobatan oral
preparat asiklovir dengan dosis 5x200 mg per hari selama 5 hari mempersingkat kelangsungan
penyakit dan memperpanjang masa rekuren. Pemberian parenteral asiklovir atau preparat adenina
arabinosid (Vitarabin) dengan tujuan penyakit yang lebih berat atau terjadi komplikasi pada organ
dalam.

Untuk terapi sistemik digunakan asiklovir, valasiklovir, atau famsiklovir. Jika pasien mengalami
rekuren enam kali dalam setahun, pertimbangkan untuk menggunakan asiklovir 400mg atau
valasiklovir 1000mg oral setiap hari selama satu tahun. Untuk obat oles digunakan lotion zinc oxide
atau calamine. Pada wanita hamil diberi vaksin HSV sedangkan pada bayi yang terinfeksi HSV
disuntikkan asiklovir intravena.

7.         Discharge planning

a.          Jalani pola hidup yang bersih dan higienis

b.         Jaga agar lesi tetap lembab, tidak kering

c.          Berikan kompres es atau hangat pada lepuhan-lepuhan yang timbul untuk mengurangi rasa nyeri

d.         Hindari penularan melalui ciuman, penggunaan handuk atau pisau cukur bersama

e.          Hindari memencet atau memecahkan lepuhan karena dapat menyebabkan infeksi sekunder

f.          Jangan menggosok atau menyentuh mata sehabis kenyentuh lepuhan karena dapat menyebabkan
penyebaran virus ke kornea yang mengakibatkan kebutaan

g.         Cucilah tangan setiap kali sesudah menyentuh herpes.

a.          Ansietas

B.     Konsep Keperawatan

1.            Pengkajian

a.             Aktivitas/istirahat
Tanda : kurang tidur / gangguan tidur ; gangguan hubungan seksual , emosional, dan menstruasi
pada wanita ; sering berganti-ganti pasangan ; hubungan seksual yang tidak aman; malaise

b.            Sirkulasi

Tanda : kulit hangat , demam ; peningkatan TD/nadi akibat demam , nyeri , ansietas , kemerahaan
disekitar vulva, sakit kepala , pembengkakan nodus limfe pada paha.

c.             Eliminasi

Tanda : rabas purulent pada wanita : disuria (nyeri saat berkemih ) , rasa terbakar/ melepuh.

d.            Makanan/cairan

Tanda : anoreksia, penurunaan BB akibat ansietas

e.             Nyeri/kenyamanan

Tanda: nyeri pada area vulva/genetalia : nyeri pada otot (mialgia) , radang papula dan vesikel yang
berkelompok di permukaan genetalia , gatal.

f.             Keamanaan

Tanda : demam , kemerahaan , dan membengkak ( edematosa ) , penyakit imunokompromise


( HIV/leukemia ) , lesi yang sulit sembuh dan berkerak.

g.            Penyuluhaan pembelajaran

Tanda : riwayat penyakit menular seksual , hygine yang tidak adekuat khususnya daerah genetalia ,
riwayat penykit imunokompromise , gaya hidup hubungan seksual yang tidak aman.

2.            Diagnosis Keperawatan

a.             Hipertermia b/d penyakit

b.            Nyeri akut b/d cedera biologis

c.             Gangguan cita agens biologis

d.            Risiko mata kering

e.             Kerusakaan intergriitas kulit b/d gangguan turgor kulit

f.             Risiko infeksi

g.            Ansietas b/d penularaan interpersonal


3.      Intervensi Keperawatan
No Diagnosis Keperawatan NOC NIC

1. Hipertermia berhubungan NOC NIC


dengan penyakit
       Termoregulasi 4.     Perawatan demam
Definisi:
       Keperawatan infeksi  n.        Pantau suhu dan tanda-tanda
Suhu inti tubuh di atas vital lainnya
Kriteria hasil
kisaran normal diurnal
o.       Monitor warna kulit dan suhu
karena kegagalan        Hipertermia dengan skala
termoregulasi. target autcome
p.       Monitor asupan dan keluaran ,
dipertahankan pada skala 2 sadari perubahaan kehilangaan
Batasan karakteristik:
(cukup berat) ditingkatakan cairan yang tak dirasakan
1.       Gelisah ke skala 4 (ringan)
q.       Beri obat atau cairan IV
2.       Kulit kemerahan m.     Kemerahan dengan skala
        Tingkatkan sirkulasi udara
target autcome
3.       Kulit terasa hangat
dipertahankan pada skala 25.     Perlindungan infeksi
(cukup berat) ditingkatakan
ke skala 4 (ringan)        Monitor adanya tanda dan gejala
infeksi sistemik dan local

        Monitor kerentanan terhadap


infeksi

u.       Batasi jumlah pengunjung, yang


sesuai

v.       Periksa kulit dan selaput lendir


untuk adanya kemerahaan,
kehangatan ekstrem atau
drainase.

w.      Anjurkan asupan cairan dengan


tepat

6.     Pengecekan kulit

x.       Amati warna,  kehangatan,


bengkak, palpasi, tekstur, edema,
dan ulserasi pada ekstremitas
y.       Gunakan alat pengkajiaan untuk
mengidentifikasi pasien yang
beresiko mengalami keruskan
kulit

z.        Monitor kulit dan selaput lendir


terhadap area perubahaaan
warna, memear, dan pecah.

aa.    Monitor kulit untuk adanya ruam


dan lecet.

bb.    Monitor kulit untuk adanya


kekeringan yang berlebihan dan
kelembabapan.

2. Nyeri akut berhubungan NOC NIC


dengan agens cedera
cc.     Kontol nyeri 2.       Manajemen nyeri
biologis
dd.    Tingkat nyeri ii.        Lakkan pengkajian nyeri
Definisi :
kompherensif yanga meliputi
ee.     Tanda-tanda vital
Pengalaman sensori dan lokasi, karakteristi, durasi,
emosional tidak Kriteria hasil : frekuensi, kualitas, intensitas
menyenangkan yang atau beratnya nyeri dan faktor
muncul akibat kerusakan ff.       Mengenali kapan nyeri pencetus
jaringan actual atau terjadi dengan skala targert
outcome di pertahankan jj.       Observasi adanya petunjuk
potensial atau yang
pada skala 2 ( jarang nonverbal mengenai
digambarkan sebagai
kerusakaan , yang tiba- menunjukkan ) ditingkatkan ketidaknyamanan terutama pada
tiba atau lambat dari ke skala 4 ( sering mereka yang tidak dapat
menunjukan ) berkomunikasi secara efektif
intensitas ringan hingga
berat dengan akhir yang kk.    Tentukan akibat dari pengalaman
gg.     Nyeri yang dilaporkan
dapat antisipasi atau di
dengan skala target nyeri terhaadap kualitas hidup
prediksi.
outcome dipertahankan pasien
Batasan karakteristik : pada skala 2 ( cukup berat )
ll.        Kendalikan faktor lingkungan
ditingkatkan ke skala 4
yang dapat mempengaruhi
1.       Bukti nyeri dengan ( ringan )
respon pasien terhadap
menggunakan standar
hh.    Suhu tubuh dengan skala ketidaknyamanaan.
daftar periksa nyeri untuk
pasien yang tidak dapat target 2 (deviasi yang cukup mm.                        Ajarakan penggunaan
mengungkapkannya. besar dari kisaran normal)
teknik nonfarmakologi.
ditingkatkan ke skala 4
(deviasi ringan dari kisaran 3.       Pengaturan posisi
normal).
2.       Ekspresi wajah nyeri nn.    Tempatkan pasien diatas tempat
meringis tidur teraupetik
3.       Fokus pada diri sendiri oo.    Dorong pasien untuk terlibat
dalam perubahaan posisi
4.       Laporan tentang perilaku
nyeri/ perubahaan pp.    Masukan posisi tidur yang
aktvitas diinginkan kedalam rencana
perawatan jika tidak ada
5.       Mengekspresikan
kontraindikasi.
perilaku
6.       Perubahan posisi untuk qq.    Jangan menempatkan pasien
menghindari nyeri pada posisi yang bisa
meningkatkan nyeri
7.       Sikap melindungi area
nyeri rr.       Jangan memposisikan pasien
dengan penekanaan pada luka.
8.       Sikap tubuh melindungi 
4.       Pemberian analgetik

ss.      Tentukan lokasi, karakteristik,


kualitas dan keparahaan nyeri
sebelum mengobati pasien

tt.       Cek perintah pengobatan


meliputi obat, dosis, dan
frekuensi obat analgesic yang
diresepkan.

uu.    Cek adanya riwayat alergi obat

vv.    Tentukan pilihan obat analgesic

ww.  Pilih rute intravena daripada rute


intramuscular, unuk injeksi
pengobatan nyeeri yang sering,
jika memungkinkan.

3. Gangguan citra tubuh NOC NIC


berhubungan dengan
xx.    Citra tubuh         Peningkatan citra tubuh
penyakit
yy.    Fungsi seksual ddd.  Tentukan harapan citra diri
Definisi :
pasien didasarkan pada tahap
zz.     Keseimbangan gaya hidup
Konfusi dalam gambaran perkembangan
mental tentang diri fisik Kriteria hasil:
eee.    Bantu pasien memisahkan
individu
aaa.Gambaran internal diri penmpilan fisik dari perasaan
Batasan karakteristik : dengan skala tareget berharga secara pribadi, dengan
autcome dipertahanakan cara yang tepat
1.       Gangguan fungsi tubuh
dengan skala 2 (jarang
fff.     Identifikasi dampak dari budaya
2.       Gngguan pandangan positif) ditingkatkan ke skala
pasien, agama, ras, jenis kelamin,
tentang tubuh seseorang 4 (sering positif)
manusia terkait dengan citra diri
3.       Gangguan struktur tubuhbbb.Mengespresikan keinginan
ggg.    Monitor apakah pasien bisa
terhadap seks dengan skala
4.       Persepsi yang melihat bagian tubuh
target outcome
merefleksikan perubahan
dipertahankan pada skalahhh.
2   Bantu pasien untuk menentukan
pandangan tentang tubuh
(jarang menunjukan) pengaruh dari peer group
seseorang
ditingkatakan ke skala 4 terhadap persepsi pasien
5.       Persaan negatif tentang (sering menunjukan) mengenai citra tubuh saat ini
tubuh
ccc.  Mengevaluasi area-area        Peningkatan kesadaran diri
6.       Perilaku memantau tubuh yang di persepsikan sebagai
       Dukung pasien untuk mengenal
ketidakseimbangan dalam
dan mendiskusikan pikiran dan
gaya hidup dengan skala
perasaannya
target outcome
dipertahankan pada skala 2       Verbalisasikan penolakan pasien
(jarang dilakukan) terhadap realitas dengan tepat
ditingkatakan ke skala 4
kkk.  Bantu pasien untuk memeriksa
(sering dilakukan)
kembali persepsi negative
mengenai diri

       Bantu pasien untuk


mengidentifikasi sumber motivasi

mmm.               Fasilitasi pasien untuk


mengidentifikasi pola respon
yang biasa dilakukan untuk
situasi yang bervariasi

        Pengajaran seksualitas

nnn.  Diskusikan perilaku seksual dan


cara-cara yang tepat untuk
mengungkapkan perasaan dan
kebutuhan seseorang

ooo.  Tingkatkan tanggung jawab


terhadap perilaku seksual

ppp.  Diskusikan manfaat pantang seks

qqq.  Instruksikan aksebilitas
kontrasepsi dan bagaimana
untuk mendapatkannya

rrr.       Diskusikan apa nilai-nilai,


bagaimana mereka kita
dapatkan, dan efeknya pada
pilihan-pilihan kita dalam hidup

4. Risiko mata kering NOC NIC

Definisi : sss.   Keparahan mata kering         Pencengahan mata kering

Rentan terhadap ttt.     Deteksi risiko yyy.  Monitor tanda-tanda dan gejala


ketidaknyamanan mata mata kering
uuu.Kontrol risiko
atau kerusakan kornea
zzz.    Kenali krakteristi pribadi dan
dan konjungtiva karena Kriteria hasil :
faktor lingkungan yang dapat
penurunan kuantitas atau
meningkatkan potensi mata
kualitas air mata untuk vvv.Penurunan produksi air mata
melembabkan mata, yang dengan skala target kering
dapat mengganggu outcome dipertahankan
aaaa.                 Monitor refleks kedipan
kesehatan pada skala 2 (cukup berat)
mata
ditingkatakan ke skala 4
Faktor risiko : (ringan) bbbb.                Identifikasi posisi kelopak
mata
1.       Gaya hidup www.                     Mengenali tanda
dan gejala yang
cccc. Monitor banyaknya air mata yang
2.       Penyakit autoimun
mengindikasikan risiko keluar dengan penggunaan tetes
3.       Riwayat alergi dengan skala target mata strip
outcome dipertahankan
        Perawatan mata
pada skala 2 (jarang
menunjukkan) ditingkatakan dddd.                 Monitor kemerahan,
ke skala 4 (sering eksudat, atau ulserasi pada mata
menunjukkan)
eeee. Anjurkan pasien agar tidak
xxx.Memodifikasi gaya hidup menyentuh mata
untuk mengurangi risiko
ffff.   Monitor refleks kornea
dengan skala target
outcome dipertahankan
gggg. Tutupi mata jika diperlukan 
pada skala 2 (jarang
menunjukkan) ditingkatakanhhhh.                 Beri salep mata yang
ke skala 4 (sering sesuai
menunjukkan)
        Menejemen alergi

iiii.       Identifikasi alergi yang diketahui


dan reaksi yang tidak biasa

jjjj.     Dukumentasikan semua informasi


mengenai alergi dalam rekam
medis, sesuai dengan prosedur

kkkk.                Identifikasi segera tingkat


ancaman terhadap munculnya
reaksi alergi dalam status
kesehatan pasien

llll.       Monitor adanya anafilaksis


berulang dalam 24 jam

mmmm.         Siapkan obat-obatan intik


mengurangi atau meminimalkan
respon alergi

5. Kerusakan integritas kulit NOC NIC


berhubungan dengan
nnnn.                     Penyembuhan         Perawatan luka
gangguan turgor kulit
luka: primer
uuuu.                 Cukur rambut disekitar
Definisi :
oooo.                     Status sirkulasi daerah yang terkena, sesuai
Kerusakan pada kebutuhan
pppp.                     Status nutrisi
epiderfmis dan / atau
vvvv.                 Monitor karakteristik luka,
dermis Kriteria hasil:
termasuk drainase, warna,
Batasan karateristik : qqqq.                    Memperkirakan ukuran, dan bau
kondisi kulit dengan skala
1.       Kerusakann integritas wwww.             Ukur luas luka, yang
target outcome di
kulit sesuai
pertahankan pada skala 2
2.       Benda asing menusuk (terbatas) ditingkatkan xxxx.
ke                  Singkirkan benda-benda
permukaan kulit skala 4 (besar) yang tertanam pada luka

rrrr.   Penurunan suhu kulit


yyyy.                 Bersihkan dengan normal
dengan skala target saline atau pembersih yang tidak
outcome di pertahankan beracun, dengan tepat
pada skala 2 (cukup berat)
zzzz. Oleskan salep yang sesuai dengan
ditingkatkan ke skala 4
kulit/lesi
(ringan) 
aaaaa.              Berikan balutan yang
ssss. Asupan gizi dengan skala
target outcome di
pertahankan pada skala 2 sesuai dengan jenis luka
(banyak menyimpang dari
        Irigasi luka
rentang normal)
ditingkatkan ke skala bbbbb.
4               Jelaskan tindakan kepada
(sedikit menyimpang dari pasien
rentang normal)
ccccc.                Bantu pasien untuk
tttt.     mendpapatkan posisi yang
nyaman, pastiaan cairan irigasi
akan mengalir berdasarkaan
gravitasi dari daerah yang sedikit
terkontaminasi kearah yang
terkontamintasi lebih banyak

ddddd.              Lepaskan balutan dan


inspeksi luka dan jaringan sekitar,
laporkan adanya anormalitas
kepada petugas kesehatan yang
tepat sesuai kondisi pasien.

eeeee.               Bersihkan dan keringkan


area sekitar luka setelah
prosedur selesai

fffff.Tutup luka dengan jenis balutan


steril yang sesuai.

        Perawatan kulit : pengobatan


topical

ggggg.               Bersihkan dengan sabun


antibakteri, dengan tepat

hhhhh.              Sapu kulit dengan bubuk


obat, dengan tepat

iiiii.     Berikan pijitan punggung / leher


dengan tepat

jjjjj.   Berikan anti inflamasi topical


untuk daerah yang terkena,
dengan tepat.

kkkkk.             Dokumentasikan derajat
kerusakaan kulit

6. Risiko infeksi NOC NIC

Definisi : lllll.   Status imunitas 1.       Kontrol infeksi

Rentan mengalami invasimmmmm.       Deteksi risiko rrrrr.  Bersihkan lingkungan dengan


dan multiplikasi organism baik setelah digunakan untuk
nnnnn.                 Manajemen diri :
patogenik yang dapat setiap pasien
penyakit kronik
menganggu kesehatan.
sssss.                      Isolasi orang yang
Kriteria hasil :
Faktor risiko : terkena penyakit menular
ooooo.                 Titer antibody
1.       Kurang pengetahuaan ttttt. Batasi jumlah pengunjung
dengan skala target
untuk menghindari outcome di perthankan uuuuu.                 Ajarkan pasien dan
pemajanaan pathogen pada skala 2 (banyak keluarga mengenai bagaimana
terganggu ) ditingkatkan ke menghindari infeksi
2.       Gangguan integritas kulit
skala 4 ( sedikit terganggu )
vvvvv.                 Berikan antibiotic yang
3.       Immunosupresi terpajan
ppppp.                 Mengenali tanda sesuai
pada wabah
dan gejala yang
mengidikasikan risiko
dengan skala target2.       Perlindungan infeksi
outcome di pertahankan
pada skala 2 (jarang wwwww.            Monitor adanya tanda
menunjukan) ditingkatkan dan gejala infeksi sistemik
ke skala 4 (sering sistemik dan local
menunjukan)
xxxxx.                 Hindari kontak dengan
qqqqq.                 Menggunakan hewan peliharaan
startegi untuk koping
yyyyy.                 Instruksikan pasien
dengan afek penyakit di
untuk minum anti biotik yang di
pertahankan pada skala 2
resepkan
(jarang menunjukan) 
ditingkatkan ke skala zzzzz. 4                     Anjurkan istirahat
( sering menunjukan ).
3.       Identifikasi risiko

aaaaaa.              Kaji ulang riwayat


kesehatan masa lalu dan
dokumentasikan bukti yang
menunjukkan adanya penyakit
medis, diaknosa keperawatan
serta perawatannya

bbbbbb.              Pertimbangkan fungsi
dimasa lalu dan saat ini

cccccc.                 Implementasikan
aktifitas-aktifitas pengurangan
risiko

dddddd.              Kaji ulang data yang di


dapatkan dari pengkajian risiko
secara rutin

eeeeee.                 Pertimbangkan kriteria
yang berguna dalam
memprioritaskan area area untuk
mengurangi faktor risiko
( misalnya, kesadaran dan
motivasi, efektivitas, biaya,
klayakan, pilihan pilihan,
kesetaraan, stikma, dan
keparahaan hasil jika faktor risiko
masih belum terselesaikan ) 

7. Ansietas berhubungan NOC NIC


dengan penularan
ffffff.                    kontrol kecemasan
1.       Pengurangan kecemasan
interpersonal
Definisi: diri llllll.  Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
Perasaan tidak nyaman gggggg.                 kontrol diri
atau kekhawatiran yang terhadap distrosi pemikiranmmmmmm.  Bantu klien
samar di sertai respon mengidentifikasi situasi yang
hhhhhh.              status
otonom, perasaan takut memicu kecemasan
kenyamanan
yang di sebabkan oleh
nnnnnn.              Kaji untuk tanda verbal
antisipasi terhadap kriteria hasil :
dan non verbal kecemasan
bahaya. Hal ini
merupakan syarat iiiiii.  mengunakan strategi
oooooo.               Dengarkan klien
kewaspadaan yang koping yang efektif dengan
memperingatan individu skala target outcomepppppp.              Ciptakan atmosfir rasa
akan adanya bahaya yang dipertahankan pada skala 2 aman untuk meningkatkan
memampukan individu ( jarang dilakukan ) kepercayaan
untuk bertindak ditingkatkan ke skala 4
2.       Peningkatan koping
menghadapi ancaman. ( sering dilakukan )
qqqqqq.              Bantu pasien dalam
Batasan karakteristik : jjjjjj.                      mempertahankan
mengidentifikasi tujuan jangka
afek yang konsisten dengan
1.       Gelisah pendek dan jangka panjang yang
alam perasaan dengan skala
tepat.
target outcome
2.       Insomnia
dipertahankan pada skala rrrrrr. 2                        Berikan penilaian
3.       Mengekspesikan ( jarang menunjukkan ) ( kemampuan ) penyesuaian
kekhawatiran karena ditingkatkan ke skala 4 pasien terhadap perubahan
perubahan dalam ( sering menunjukkan ) perubahan dalam citra tubuh,
peristiwa hidup sesuai dengan indikasi.
kkkkkk.              kesejahteraan fisik
4.       Penurunan produktifitas dengan skala target
ssssss.                    Sediakan pasien pilihan
outcome dipertahankan pilihan yang realistis mengenai
5.       menyesal
pada skala 2 ( banyak aspek perawatan
terganggu ) ditingkatkan
keskala 4 ( sedikit terganggu tttttt.                       Sediakan informasi
) actual mengenai diagnosis,
penanganan, dan prognosis

uuuuuu.              Evaluasi kemampuan
pasien dalam membuat
keputusan

3.       Terapi relaksasi

vvvvvv.              Gambarkan rasionalisasi
dan manfaat relaksasi serta jenis
relaksasi yang tersedia
( misalnya, music, meditasi,
bernafas dengan ritme, relaksasi
rahang dan relaksasi otot
progresif )

wwwwww.        Uji penurunan tingkat


energi saat ini, ketidakmampuan
untuk konsentrasi, atau gejala
lain yang mengiringi yang
mungkin mempengaruhi
kemampuan kognisi untuk
berfokus pada teknik relaksasi

xxxxxx.              Ciptakan lingkungan yang


tenang dan tanpa distraksi
dengan lampu yang redup dan
suhu lingkungan yang nyaman,
jika memungkinkan,

yyyyyy.              Pertimbangkan
keinginan individu untuk
berpartisipasi, kemampuan
berpartisipasi, pilihan,
pengalaman masa lalu dan kontra
indikasi sebelum memilih strategi
relaksasi tertentu

zzzzzz.                 Evaluasi dan
dokumentasikan respon terhadap
terapi relaksasi.

4.            Implementasi

Implementasi keperawatan adalah tahap pelaksanaan yang dimulai setelah rencana tidankan

disusun untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan

yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan

klien.

5.            Evaluasi

Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan

keperawatan, keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses dengan

pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan

membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan

tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.


BAB III
PENUTUP

A.          Kesimpulan

PMS merupakan salah satu penyakit saluran reproduksi yang cara penularan utamanya adalah
melalui hubungan kelamin tetapi juga dapat ditularkan melalui transfiisi darah atau kontak langsung
dengan cairan darah atau produk darah, dan dari ibu ke anak selama kehamilan atau sesudah bayi
lahir. PMS dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, virus dan parasit (Pinem, 2009).

Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum.Penyakit
menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. penyakit ini sangat
kronik,bersifat sistemik dan menyerang hampir semua alat tubuh dapat menyerupai banyak
penyakit.mempunyai masa laten dan dapat ditularkan dari ibu ke janin.

Herpes adalah salah satu penyakit menular seksual yang paling umum. Diperkirakan bahwa
satu dari setiap lima remaja akan terinfeksi oleh penyakit ini. Penelitian telah menunjukkan bahwa
wanita lebih rentan untuk tertular infeksi ini daripada pria. Hal ini akan merusak penyakit alat
kelamin atau anus baik laki-laki dan perempuan yang terinfeksi.

B.           Saran
1.        Memberikan edukasi yang jelas kepada pasien tentang penyakitnya untuk mencegah penularan dan
mempercepat penyembuhan.

2.        Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan
mencegah terjadinya komplikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda, Hardi Kusuma, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Nanda Nic-Noc. Edisi Revisi Jilid 3. Penerbit :
MediactionJogja

Bulechek G.M, Butcher H.K, Dochterman J.M, Wagner C.M. 2013. NursingInterventionsClassification


(NIC). Singapura: ElsevierInc.

Herdman H.T (Eds), Kamitsuru S (Eds). 2015. NANDA InterntionalInc. Diagnosis Keperawatan: Definisi &
Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

Diberdayakan oleh .

Anda mungkin juga menyukai