Anda di halaman 1dari 9

Analisa Kasus Kompensasi Pekerja pada PT Jakarta International

Container Terminal (JICT)

(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Business and Management)

Disusun Oleh:
KELOMPOK 2
Adi Ariyawati (41P20002)
Dewi Andjarsari (41P20010)
Haryadi Widodo (41P20018)
Rillo Aulia P (41P20026)

MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2020

1
A. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kasus
Sekitar 650 pekerja yang tergabung dalam Serikat Pekerja (SP) PT Jakarta
International Container Terminal (JICT) melakukan mogok kerja di pelabuhan peti
kemas terbesar di Indonesia. Mogok kerja itu pun telah melumpuhkan kondisi
terminal tersebut sejak Kamis, 3 Agustus 2017. Dampaknya tentu akan signifikan
mengingat terminal JICT menangani 42 % arus cargo peti kemas internasional di area
pelabuhan Tanjung Priok (per Juni 2017). Sisanya ditangani terminal peti kemas
lainnya, yaitu Terminal Peti Kemas Koja (21%), New Priok Container Terminal One
(16%), PT Mustika Alam Lestari (8%), dan Terminal 3 PTP (8%) Aksi mogok para
pekerja SP JICT tersebut cukup besar dan berdampak pada jatuhnya citra JICT dan
Pelabuhan di Indonesia oleh para pelaku usaha dan investor asing.
Dalam kegiatan aksi mogok tersebut, pihak SP JICT yang diwakili oleh
Firmansyah selaku Sekretaris Jenderal SP JICT menyampaikan sejumlah persoalan
mengenai masalah bonus pekerja yang dikurangi serta mengkritisi perpanjangan
kontrak JICT antara PT Pelindo II dengan Hutchison Port Holding (HPH) hingga
2038 yang terindikasi merugikan keuangan negara sebesar US$ 360 juta atau sekitar
Rp 4,08 triliun. Kerjasama keduanya berlangsung selama 20 tahun sejak 1999 dan
akan berakhir pada tahun 2019. Pada tahun 2015 IPC memperpanjang kontrak JICT
(2015-2038). Dalam kontrak baru tersebut, memuat beberapa klausul yang salah
satunya adalah rental fee. Untuk diketahui, Pelindo II (IPC) dan HPH, melalui anak
usahanya yaitu HPI (Hutchison Port Indonesia), adalah pemegang saham di PT JICT
dengan komposisi IPC (48,9%), HPI (51%) dan Kopegmar (0,1%).
Menurut SP JICT, Direksi memasukan rental fee ke dalam perhitungan bonus
tahunan. Sementara SP JICT menganggap bahwa pembayaran rental fee tidak perlu
dilakukan karena perpanjangan kontrak JICT (2015-2038) belum berlaku. Untuk
diketahui, dalam kontrak baru JICT jilid II (2015 – 2038) terdapat klausul kewajiban
PT. JICT membayar rental fee kepada IPC sebesar USD 85 juta per tahun.
Pembayaran rental fee menyebabkan berkurangnya pendapatan PT JICT dan
berimbas pada berkurangnya bonus tahunan yang dinilai membuat kesejahteraan
karyawan JICT menurun.. Akibatnya, pembayaran bonus 2016 jauh berkurang dari
yang seharusnya dibayarkan kepada pekerja.
1.2. Rumusan Masalah
a) Bagaimana besaran kompensasi memberikan pengaruh dalam lingkungan kerja.
b) Bagaimana peran serikat pekerja dalam menyalurkan aspirasi berkaitan dengan
kesejahteraan karyawan dan menjembatani konflik antara management dengan
karyawan.

B. PEMBAHASAN
2.1. Profil Perusahaan
PT Jakarta International Container Terminal (PT JICT) adalah perusahaan yang
bergerak dalam bisnis layanan bongkat muat petikemas baik ekspor maupun impor.
PT JICT adalah perusahaan afiliasi yang didirikan pada tahun 1999. Pemegang
Saham JICT dimiliki oleh PT. Pelindo II dan Hutchison Ports, Hongkong. PT. JICT
bergerak maju dengan melengkapi peralatan dan fasilitas modern yang siap untuk
menjadi Operator Container Terminal yang terbaik di Indonesia. PT. Jakarta
International Container Terminal (JICT), selalu meningkatan kinerja bongkar
muat yang berkesinambungan dengan semangat kerja yang selalu dipelihara.
Hal ini merupakan modal dasar untuk menghasilkan layanan kelas dunia
sehingga diharapkan Terminal Petikemas PT. JICT mampu menjadi pintu
gerbang perekonomian Indonesia dan perdagangan International.
Dalam segi pengelolaan karyawan, khusus pada kesejahteraan pegawainya, PT
JICT memberikan gaji yang tinggi kepada karyawannya. Berdasarkan dokumen
keuangan JICT yang disampaikan oleh Kuasa Hukum JICT, Purbadi Hardjoprajitno
menyatakan bahwa pegawai JICT pun memiliki gaji yang sangat tinggi dengan
rincian sebagai berikut:
No Level Gaji Per Bulan Gaji Per Tahun
1 Staf Rp35,9 juta Rp430,9 juta
2 Senior Staf Rp68,1 juta Rp818,3juta
3 Supervisor Rp60,1juta Rp722,3juta
4 Senior Supervisor Rp87,02 juta Rp1,04 Miliar
5 Manajer Rp113,8 juta Rp1,36 Miliar
6 Senior Manajer Rp115,1 juta Rp1,38 Miiar

3
Selain itu, pegawai JICT juga mendapatkan fasilitas dan tunjangan yang besar.
Pegawai JICT mendapat bantuan biaya pendidikan anak untuk masuk Sekolah Dasar
(SD) sebesar Rp3 juta, SMP sebesar Rp3,75 juta, SMA sebesar Rp4,5 juta dan untuk
masuk Universitas sebesar Rp22,5 juta. Para pegawai JICT juga mendapat tunjangan
transportasi untuk level Staf hingga Senior Manager, yaitu Rp1,44 juta hingga Rp7,6
juta. Tunjangan lain juga diberikan sebesar Rp2,25 juta untuk bantuan khitanan dan
persalinan. Kemudian bantuan Uang Saku Haji Rp6,5 juta.

2.2. Landasan Teori


2.2.1 Kompensasi Keuangan.
Kompensasi finansial terbagi dalam dua kategori umum — upah dan gaji.
Upah adalah penghargaan finansial berdasarkan jumlah jam kerja atau level
karyawan dari hasil yang dicapai. Upah berdasarkan banyaknya jam kerja
disebut waktu upah. Gaji adalah imbalan finansial yang dihitung secara
mingguan, bulanan, atau tahunan. Gaji dikaitkan dengan pekerja kerah putih
seperti personel kantor, eksekutif, dan karyawan profesional. Meskipun gaji
memberikan aliran pendapatan yang stabil, pekerja bergaji mungkin diminta
untuk bekerja di luar jam biasa tanpa tambahan kompensasi.
Selain gaji pokok atau gaji yang dibayarkan kepada karyawan, perusahaan
mungkin menawarkan bonus untuk kinerja luar biasa sebagai insentif untuk
meningkatkan produktivitas lebih lanjut. Banyak pekerja menerima bonus
sebagai "rasa terima kasih" atas kerja bagus dan insentif untuk terus bekerja
keras.
Benefit/Manfaat adalah bentuk kompensasi nonfinansial yang diberikan
kepada karyawan, seperti program pensiun untuk masa pensiun; kesehatan,
kecacatan, dan asuransi jiwa; liburan dan dibayar hari libur atau sakit;
keanggotaan serikat kredit; program kesehatan; anak peduli; perawatan orang
tua; bantuan dengan adopsi; dan lainnya.
2.2.2 Serikat Pekerja
Karyawan yang tidak puas dengan kondisi kerja atau kompensasi yang
didapatkan akan bernegosiasi dengan manajemen untuk membawa perubahan
yang lebih baik bagi karyawan. Namun, kerjasama antara karyawan dan
manajemen tersebut tidak selalu berjalan efektif, sehingga karyawan dapat
mengatur diri mereka sendiri menjadi serikat pekerja untuk berurusan dengan
manajemen yang bertujuan untuk mencapai gaji yang lebih baik, jam kerja,
dan kondisi kerja. Serikat pekerja didukung oleh kekuatan grup besar yang
dapat mempekerjakan spesialis/orang yang dapat mewakili seluruh elemen
kepentingan karyawan yang akan bernegoisasi/berunding dengan
manajemen. Perundingan bersama adalah proses yang dilalui oleh serikat
pekerja dan manajemen menyelesaikan konflik dan perselisihan dan
merundingkan kesepakatan.

2.3. Analisis Kasus


2.3.1 Penyebab Aksi Mogok Kerja para Pekerja JICT yang Diakibatkan Oleh
Perubahan Besaran Kompensasi Secara Signifikan
Aksi mogok kerja para pekerja JICT didasari oleh perpanjangan kontrak
JICT yang dilakukan antara PT Pelindo II (IPC) dengan Hutchison Port
Holding (HPH) terindikasi merugikan keuangan negara sebesar US$ 360 juta
atau sekitar Rp 4,08 triliun. Kerjasama keduanya memang sudah berlangsung
selama 20 tahun sejak tahun 1999 dan berakhir pada tahun 2019. Pada tahun
2015 IPC melakukan perpanjangan kontrak jangka panjang JICT dalam
rentang tahun 2015 hingga tahun 2038. Dalam perpanjangan kontrak baru
tersebut memuat beberapa klausul yang salah satunya adalah rental fee.
Adanya nilai rental fee sebesar itu, pastinya akan menambah beban biaya
operasional. Diyakini SP JICT, dengan penambahan beban biaya operasional
tersebut direksi memasukkan rental fee ke dalam kompensasi perhitungan
bonus tahunan. Sementara SP JICT menganggap bahwa pembayaran rental fee
tidak perlu dilakukan dikarenakan perpanjangan kontrak baru JICT (2015-
2038) belum berlaku. Diketahui bahwa kontrak baru JICT (2015-2038) ada
klausul kewajiban membayar rental fee kepada IPC sebesar US$ 85 juta per
tahun. Pembayaran rental fee berimbas berkurangnya pendapatan JICT
sekaligus bonus tahunan yang merupakan hak kompensasi para pekerja. Akibat
dari itu, pembayaran bonus tahun 2016 jauh berkurang dari seharusnya yang
didapatkan kepada pekerja.

5
Aksi mogok kerja yang dilakukan oleh pekerja JICT itu termasuk labor
tactics. Labor tactics adalah sesuatu hal yang dilakukan para pekerja pada saat
dimana manajemen dan para pekerja tidak setuju pada sesuatu kesepakatan
sehingga para pekerja melakukan sebuah taktik secara kolektif untuk mencapai
tujuan mereka. Aksi mogok kerja ini sudah melewati fase picketing, yaitu
merupakan protes publik terhadap praktisi manajemen perusahaan melibatkan
serikat pekerja yang dapat menyebabkan serangan lebih lanjut yang bisa
disebut dengan strikes. Strikes adalah salah satu kemampuan yang paling
efektif bagi para pekerja, aksi mogok kerja ini sudah termasuk dikarenakan
sudah membuat aktivitas operasional perusahaan menjadi terkendala. Aksi ini
mengundang lebih banyak publisitas, dari beberapa kasus bahwa sebenarnya
ancaman mogok kerja ini sudah cukup membuat manajemen kalah. Ada
beberapa kali pada isu tertentu sangat diperdebatkan bahkan otoritas
pemerintahan pun ikut turun tangan.

2.3.2 Solusi bagi Manajemen untuk Menghadapi Aksi Mogok Kerja PT JICT
- Mengevaluasi secara mendalam isi perjanjian kerjasama dengan pihak
Hutchison Port Holding (HPH), sehingga nantinya tidak ada kesalahan dalam
perhitungan yang merugikan perusahaan
- Memberikan pengertian kepada karyawan mengenai keuntungan jangka
Panjang dengan adanya Kerjasama ini, sehingga manajemen bisa merangkul
karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan
- Sosialisasi kepada karyawan terkait benefit – benefit yang telah diterima,
karena jika melihat kebelakang perusahaan sudah memberikan fasilitas/
benefit yang sudah sangat mencukupi kepada karyawan
- Memberikan surat peringatan kepada karyawan yg demo, karena akan
menurunkan tingkat kepercayaan investor sehingga secara tidak langsung
akan mengganggu kinerja perusahaan secara menyeluruh
- Memberikan edukasi kepada serikat pekerja mengenai kondisi perusahaan
saat ini walaupun kelihatannya saat ini kondisi perusahaan kurang begitu baik
karena mengeluarkan dan lebih diawal tetpi untuk kedepannya perusahaan
dan karyawan akan mendapat manfaat yang lebih baik daripada saat ini,
sehingga diharapkan karyawan tidak melakukan demo lagi dikemudian hari.

C. KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI


3.1 Kesimpulan
1. Kompensasi yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan berpengaruh
terhadap kepuasan kerja karyawan.
2. Apabila terdapat perubahan yang signifikan terhadap komponen kompensasi,
perusahaan sebaiknya memberikan informasi kepada seluruh karyawannya
mengenai tujuan perubahan kompensasi tersebut.
3. Bahwa pekerja dan serikat pekerja harus dapat memahami kondisi perusahaan
dan alasan pengambilan keputusan dari manajemen.
4. Serikat pekerja merupakan bagian dari karyawan, sehingga harus dapat
menjadi mediator yang dapat menyalurkan aspirasi karyawan, namun
sebaliknya dapat memberikan pengaruh positif bagi karyawan untuk tetap
produktif dalam bekerja.
3.2 Saran
1. Untuk Perusahaan:
a) Memberikan informasi yang jelas kepada karyawan supaya tidak terjadi
kesalahpahaman.
b) Menganalisa kerjasama dengan pihak – pihak terkait lebih lanjut untuk
memastikan bahwa kerjasama yang dilaksanakan memberikan keuntungan
optimal bagi perusahaan karena biaya yang dikeluarkan cukup besar.
2. Untuk Karyawan: lebih memahami kondisi perusahaan, memverifikasi issue
atau permasalahan dengan jelas sebelum melakukan aksi demo.
3. Untuk Serikat Pekerja : lebih aktif menjembatani antara pihak manajemen dan
karyawan sehingga ada keterbukaan informasi.
3.3 Rekomendasi
1. Perusahaan sebaiknya dapat membuat keputusan untuk keberlangsungan usaha
jangka panjang, namun harus tetap dapat mengkomunikasikan visi dan misi
perusahaan kepada karyawan sehingga dapat mendorong karyawan untuk
bersama – sama mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan bersama.

7
2. Apabila terdapat ketidakpuasan yang muncul dari karyawan akibat keputusan
yang diambil oleh management, perusahaan dapat untuk tidak selalu
memenuhi tuntutan karyawan, selama hak – hak dasar karyawan tetap dapat
terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA
Ferrel, O.C., Hirt, Geoffrey A., dan Ferrell, Linda. 2016. Business Foundations: A Changing
World, 10 th Edition, Chapter 10, NY: McGraw-Hill., Ferrel,” Managing Human Resource.

Kompas.com. (2017, 3 Agustus). Lebih dari 650 Pegawai JICT Mogok Kerja. Diakses pada 27
September 2020, dari https://megapolitan.kompas.com/read/2017/08/03/14064981/lebih-
dari-650-pegawai-jict-mogok-kerja.

Beritasatu.com. (2017, 3 Agustus). Tak Hanya Bonus, Ini Penjelasan Serikat Pekerja JICT soal Aksi
Mogok Kerja. Diakses pada 27 September 2020, dari https://www.beritasatu.com/iman-
rahman-cahyadi/megapolitan/445204/ini-penjelasan-serikat-pekerja-jict-soal-aksi-mogok-
kerja

Republika.com. (2017, 3 Agustus). Mogok Kerja Pekerja Pelabuhan Lumpuhkan JICT. Diakses
pada 27 September 2020, dari https://republika.co.id/berita/ou3dx0428/mogok-kerja-pekerja-
pelabuhan-lumpuhkan-jict

Liputan6.com. (2017, 3 Agustus). Terbesar ke-2 di Dunia, Intip Daftar Gaji Pegawai JICT. Diakses
pada 27 September 2020, dari https://www.liputan6.com/bisnis/read/3045101/terbesar-ke-2-
di-dunia-intip-daftar-gaji-pegawai-jict

Detik.com. (2017, 4 Agustus). Tak Hanya Bonus, Ini Alasan Pekerja JICT Mogok Kerja Seminggu.
Diakses pada 27 September 2020, dari https://finance.detik.com/solusiukm/d-3586444/tak-
hanya-bonus-ini-alasan-pekerja-jict-mogok-kerja-seminggu

Jurnalmaritim.com. (2017, 6 Agustus). Mogok Kerja JICT: Rental Fee dan Bonus Tahunan. Diakses
pada 27 September 2020, dari https://jurnalmaritim.com/mogok-pekerja-jict-rental-fee-dan-
bonus-tahunan/

Anda mungkin juga menyukai