Anda di halaman 1dari 14

MOTIVASI HANDRY SATRIAGO SERTA KEPEMIMPINANNYA

SEBAGAI CEO GENERAL ELECTRIC INDONESIA


(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Business and Management)

Disusun Oleh:
KELOMPOK 6
Andre Dharma Persada (41P20006)
Faridzki Pratama (41P20014)
Maria Nolayanti (41P20022)
Tiara Putri Harni (41P20030)

MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2020

1
A. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kasus
Motivasi menjadi sebuah hal yang sangat penting untuk menjadi dasar dan
dorongan bagi seorang individu maupun bagi sebuah organisasi dalam
perkembanganya untuk memperoleh pencapaian yang lebih baik. Teori motivasi
menggambarkan bahwa motivasi merupakan Energi potensial yang dapat
dikeluarkan oleh setiap individu, berdasarkan besarnya dorongan yang ada di
dalam dirinya. Sehingga, energi tersebut dapat menghasilkan harapan, prestasi
juga keberhasilan dalam menjalani pekerjaan.

Contoh paling tepat bagaimana sebuah motivasi dapat menghasilkan dorongan


bagi seorang individu untuk dapat mengeluarkan potensi terbaiknya adalah
melalui kisah seorang dengan keterbatasan fisik yang mampu memperoleh
pencapaian karir yang luar biasa pada sebuah perusahaan teknologi raksasa yang
ada di indonesia.

Handry begitu ia dipanggil oleh koleganya, Handry Satriago adalah nama


lengkap dari pria kelahiran pekanbaru pada 13 Juni 1969 ini. Handry
merupakan seorang CEO dari General Electric Indonesia, sebuah perusahaan
teknologi terbesar dan tertua di Indonesia.

Kisah kesuksesan dari seorang Handry bukalah sebuah jalan mulus tanpa
rintangan. Kesuksesan yang ia peroleh merupakan sebuah pencapaian luar biasa
dengan penuh tantangan. Kisah kesuksesan Handry dimulai pada tahun 1987,di
saat usia 18 tahun Handry terkena penyakit kanker getah bening yang
membuatnya tak mampu lagi untuk berjalan. Sebagai seorang pemuda dengan
umur yang masih sangat muda, tentu hal ini tidaklah mudah untuk diterima oleh
Handry. Dimana Handry harus menjalankan sisa hidupnya dengan bertumpu
pada kursi roda. Hal ini pun sempat membuatnya patah semangat dan
membuatnya menarik diri dari lingkungan sosialnya. Tiga bulan Handry
menarik diri dari lingkungan, hingga akhirnya motivasi dan dukungan yang di
berikan oleh keluarga dan teman-teman terdekat Handry berhasil
memberikannya semangat untuk menghadapi kenyataan.
Dari atas kursi roda, Handry kembali berjuang untuk melanjutkan masa
depannya. Di tahun 1993 ketika Handry menyelesaikan pendidikannya di
Institute Pertanian Bogor, Ia mendapat penghargaan sebagai mahasiswa teladan
dan predikat cum laude dalam masa studinya. Tak hanya sampai di sana,
Handry juga memperoleh predikat cum laude pada masa studi doktor dalam
bidang strategic management dari Universitas Indonesia.

Setelah memiliki pengalaman dalam bekerja di beberapa perusahaan lokal, Pada


tahun 1997 Handry bergabung dengan General Electric Indonesia sebagai
Manajer Business Development. Pada tahun 1998, Handry pindah ke anak
perusahaan General Electric Lighting Indonesia dan menjabat sebagai General
Manager Industrial Lighting and Systems. Kinerja Handry terbukti dengan
pencapaian dimana dalam dua tahun pertama, Handry berhasil meningkatkan
pendapatan perusahaan sebesar US$ 3 juta. Tentu hal ini membuat karir Handry
meningkat pesat, dimana pada tahun 2001 Handry berhasil menjabat sebagai
Regional Black Belt di GE Power Systems Asia Pacific serta menjabat sebagai
Quality ACFC Leader untuk General Electric Power Systems Asia pada tahun
2004 dan tepatnya pada tahun 2010, Handry telah menyelesaikan masa jabatan
lima tahunannya sebagai pimpinan bisnis Power Generation untuk General
ElectricEnergy di Indonesia, Vietnam, Kamboja, dan Filipina. Pada tahun
berikutnya, Handry memperoleh promosi untuk menajabat sebagai seorang CEO
di General Electric Indonesia.

Perjuangan Handry selama lebih dari 20 tahun dengan motivasi terhadap diri
sendiri yang sangat kuat telah mengantarkan Handry menjadi sosok yang sangat
luar biasa, dimana Handry berhasil mengalahkan keterbatasan yang dia miliki dan
berjuang untuk pencapaiannya saat ini. Handry memiliki perhatian yang tinggi
dalam bidang pendidikan dan volunteerisme. Kini Handry merupakan sosok
pemimpin muda yang juga aktif dalam memberikan motivasi dan menularkan
semangat bagi banyak orang melalui kegiatan belajar-mengajar, National
Leadership Camp dan menjadi pembicara pada banyak kesempatan.

3
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara seorang Handry Satriago dalam memotivasi diri
ditengah keterbatasan fisik?
2. Bagaimana gaya kepemimpinan Handry Satriago dalam memimpin
General Electric Indonesia?

B. PEMBAHASAN
2.1. Profil Perusahaan
General Electric merupakan sebuah perusahaan multinational yang bergerak
dalam bidang Industriteknologi dan jasa yang berpusat di New York, Amerika
Serikat. General Electric didirikan pada tahun 1890 oleh Thomas Alfa Edison.
General Electric sendiri merupakan perusahaan yang termasuk kedalam
peringkat Fortune 500, dimana pada tahun 2019 GE menempati posisi ke-21
sebagai perusahaan dengan pendapatan kotor terbesar di Amerika Serikat.

General Electric sendiri telah hadir di Indonesia sejak tahun 1940an, dimana
General Electricbergerak dalam berbagai sektor usaha seperti Aviation,
Healthcare, Power Plant, dan Renewable Energy. Dengan jumlah pekerja lebih
dari 1.300, saat ini General Electric Indonesia berperan aktif dalam melakukan
investasi di Indonesia terutama dalam bidang Power, Oil & Gas dan Healthcare.
Para customerGeneral Electric Indonesia di antaranya adalah Garuda Indonesia,
Kereta Api, PLN, Pertamina, Total Indonesia serta perusahaan pembangkit listrik
swasta dan juga rumahsakit.

2.2. Landasan Teori


2.2.1. Motivasi
Motivasi menurut Jones and George (2020) merupakan suatu kekuatan
psikologis dalam menentukan arah perilaku seseorang dalam sebuah
organisasi berupa tingkat usaha seseorang dan tingkat keteguhan seseorang.
Motivasi dapat berasal dari factor ekstrinsik dan intrinsic, motivasi secara
instrinsik merupakan sikap yang terjadi atas dorongan diri sendiri.
Sedangkang motivasi secara ekstrinsik merupakan perilaku yang dilakukan
untuk memperoleh penghargaan materi atau social atau untuk menghindari
hukuman. Dalam suatu hubungan organisasi, pentingnya motivasi dalam
suatu organisasi adalah mendorong seluruh anggota untuk memaksimumkan
potensi yang dimiliki serta berkontribusi untuk kemajuan dalam pencapaian
target bisnis. Sedangkan pentingnya motivasi bagi diri sendiri adalah menjadi
pribadi yang percaya diri atas kemampuan yang dimiliki dan dorongan untuk
mencapai suatu tujuan serta menjadi pribadi yang positif.

2.2.1. Teori Kepemimpinan


Kepemimpinan menurut Jones and George (2020) adalah suatu proses
dimana individu menggunakan pengaruhnya kepada sekelompok orang
dengan menginspirasi, memotivasi, dan mengarahkan secara langsung untuk
mencapai tujuan grup atau organisasi. Sedangkan pemimpin adalah seseorang
yang mampu menggunakan pengaruhnya untuk mempengaruhi sekelompok
orang untuk mencapai tujuan grup atau organisasi (Jones and George, 2020).
Dalam pencapaian suatu tujuan organisasi ataupun grup, pemimpin dan sifat
kepemimpinan sangat berkaitan erat baik secara fungsional maupun
structural. Pada dasarnya terdapat delapan mazhab terkait teori kepemimpinan
antara lain sebagai berikut:
1. Teori “The Great Man”
Teori ini mengusung bahwa kepemimpinan seseorang bukan dibentuk
dari pelatihan ataupun pendidikan, namun hal tersebut timbul secara
naluriah sejak seseorang ditakdirkan menjadi pemimpin sejak
dilahirkan. Kata “man” dalam teori ini dikarenakan pada masa
tersebut pemimpin masih identik dengan laki-laki yang dapat menjadi
seorang pemimpin.
2. Teori Sifat
Sama halnya dengan teori “The Great Man”, mengasumsikan bahwa
pemimpin itu dilahirkan dengan mewarisi sifat dan kualitas
kepemimpinan tertentu yang membuatnya menjadi pemimpin yang
lebih baik dari orang lain.
3. Teori Kontijensi

5
Dalam teori ini,gaya kepemimpinan seseorang bergantung pada
lingkungan, situasi dan kualitas pengikut atau bawahan. Hal ini
menunjukan bahwa tidak semua gaya kepemimpinan akan cocok pada
semua situasi.
4. Teori Situasional
Teori ini menunjukan bahwa tidak semua gaya kepemimpinan akan
cocok pada semua situasi. Sehingga situasi tertentu akan menetukan
gaya kepemimpan untuk mengambil suatu keputusan manajerial.
5. Teori Perilaku
Teori ini berpendapat bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin
dengan belajar bagaimana menjadi seorang pemimpin dengan
mengamati pemimpin lain ataupun juga dapat melalui pelatihan atau
pembelajaran untuk menjadikan seseorang menjadi pemimpin.
6. Teori Partisipasi
Dalam teori ini, pemimpin melibatkan bawahan atau pengikut untuk
dapat memberikan masukan sehingga mendorong anggota grup untuk
mengemukakan pendapat dalam diskusi untuk membuat suatu
keputusan. Namun, keputusan atas masukan atau pendapat dari
anggota grup tetap berada pada pemimpin yang memiliki kuasa untuk
memutus.
7. Teori Manajemen atau Transaksional
Pada teori ini berfokus pada peran pengawasan, organisasi dan kinerja
grup. Dalam teori ini pemimpin berfokus pada system penghargaan
dan hukuman. Apabila pekerja dapat encapai target perusahaan maka
pekerja tersebut akan mendapat penghargaan dan sebaliknya.
8. Teori Hubungan atau Transformasi
Teori ini berfokus pada hubungan yang terbentuk antara pemimpin
dengan anggota grup melalui hubungan yang memotivasi dengan
pemimpin mendorong potensi dari setiap anggota grup. Dalam teori
ini pemimpin berfokus pada kinerja anggota grup serta menginsipirasi
dan memotivasi anggota grup tentang kepentingan atas tugas yang
diberikan.
2.2.2. Tipe Kepemimpinan
Dalam menjalankan suatu bisnis, setiap orang memiliki tipe kepemimpinan
yang berbeda yang dirasa tepat dan sesuai dengan bisnis yang dijalankan,
serta tipe kepemimpinan yang dijalankan dapat berkontribusi dengan baik
terhadap kinerja anggota grup atau pekerja dibawahnya. Berikut adalah
beberapa tipe kepemimpinan menurut Siagian (2003) dan Purwanto (2004)
adalah sebagai berikut:
1. Tipe Karismatik
Merupakan tipe pemimpin yang memiliki aura karismatik yang timbul
secara naluriah baik dari segi penampilan, gaya berbicara, gaya
berpikir dan caranya dalam mendorong potensi yang dimiliki oleh
anggota grup serta mampu menciptakan atmosfer positif dalam
lingkungan pekerjaan.
2. Tipe Diplomatis
Merupakan tipe kepemimpinan yang dalam setiap proses pengambilan
keputusan melibatkan anggota grup untuk memberikan masukan dan
pendapat guna kepentingan bersama. Tipe kepemimpinan seperti ini
dapat mempererat hubungan kerjasama antara pemimpin dengan
anggota grup.
3. Tipe Otoriter
Merupakan tipe kepemimpinan yang memiliki kuasa absolute dalam
setiap proses pengambilan keputusan.Penerapan disiplin yang tinggi
dan terbatasnya penyampaian pendapat anggota grup.
4. Tipe Delegatif (Laizzes – Faire)
Merupakan tipe kepemimpinan yang memberikan kuasa kepada
anggota grup untuk dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan
kewenangannya. Untuk tipe pemimpin seperti ini, menerapkan fungsi
pengawasan guna meningkatkan kepercayaan dan kerjasama antar
anggota grup dan pemimpin.
5. Tipe Paternalistik
Merupakan tipe kepemimpinan yang selalu membimbing anggota
grup dan menganggap anggota grup masih perlu dikembangkan

7
potensinya. Namun, tipe kepemimpinan seperti ini juga membuat
keterbatasan anggota grup untuk berinisiatif dan mengambil
keputusan.

2.3. Analisis Kasus


2.3.1. Motivasi Handry Satriago
Handry Satriago merupakan sosok yang berhasil merubah stigma bahwa
keterbatasan fisik bukanlah halangan untuk menjadi sukses. Handry berhasil
mencetak sejarah sebagai CEO termuda sepanjang sejarah perjalanan General
Electric Global. Dalam perjalanannya menuju suatu kesuksesan dalam hidup
bukanlah hal yang mudah bagi Handry, rasa takut atas keterbatasan yang ia miliki
membuatnya sempat tidak percaya diri untuk dapat menerima posisi tertinggi di
General Electric. Namun, sikap Handry yang meneriman keterbatasan diri, ia
mulai menata strategi dan menetapkan tujuan untuk meraih mimpinya dengan
meruntuhkan rasa takut dan khawatir.

Teori kebutuhan Maslow merupakan suatu teori tentang bagaimana perilaku


motivasi saling terkait yang digambarkan dalam lima tingkatan kebutuhan dasar
manusia. Dalam teori Maslow, apabila seseorang telah terpenuhi kebutuhannya
dalam satu tingkatan, maka ia tidak lagi termotivasi untuk tetap berada pada
tingkatan kebutuhan dasar yang sama. Berdasarkan teori kebutuhan Maslow,
situasi yang dihadapi oleh Handry adalah sebagai berikut:
1. Physical needs
Kehidupan Handry dalam pemenuhan kebutuhan dasar fisik telah
terpenuhi. Namun, pada saat Handry divonis atas penyakit kanker
getah bening yang membuatnya tak mampu lagi untuk berjalan dan
memaksanya untuk harus berada dalam kursi roda. Hal ini yang
sempat menimbulkan rasa takut dan khawati,. namun, seiring dengan
berjalannya waktu Handry menerima keterbatasan diri dan mencoba
bangkit untuk mengejar impiannya.
2. Safety Needs
Keterbatasan fisik yang dimilikinya bukan halangan bagi dirinya
untuk terus mengembangkan potensi dirinya dan tidak menjadikannya
hambatan untuk memiliki karir cemerlang. Pada awal karir Handry
yang juga penyandang disabilitas tuna daksa, bekerja sebagai juru
ketik dengan kondisi lingkurngan tempat kerja yang tidak ramah bagi
penyandang disabilitas. Namun, ketika Handry tergabung dalam
General Electric menjadi Manajer Business Development. merupakan
salah satu bentuk terpenuhinya keamanan dalam mendapatkan
pekerjaan dengan lingkungan pekerjaan yang ramah bagi penyandang
disabilitas. Hal ini sejalan dengan pemerintah yang telah
mengeluarkan PP No.70 tahun 2019 tentang Perencanaan,
Penyelenggaraan, dan Evaluasi terhadap Penghormatan,
Perlindungan, dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas. Dengan
adanya dukungan dari pemerintah bagi penyandang disabilitas untuk
tetap mendapatkan haknya seperti mendapatkan dan atau menciptakan
lapangan pekerjaan merupakan salah satu wujud terpenuhinya
kebutuhan rasa aman dalam hirarki Maslow.
3. Social belonging
Handry Satriago memiliki interpersonal skill yang baik, hal ini
terbukti ia menjadi sosok yang inspiratif bagi generasi muda. Handry
kerap menjadi narasumber tentang perjuangannya menjadi seorang
yang sukses dalam karir di kancah perusahaan multinasional ditengah
keterbatasan yang dimilikinya.
4. Self Esteem
Dalam perjalanan karir Handry Satriago di General Electric
Indonesia, pada tahun 2001 ia menjabat sebagai Regional Black Belt
di GE Power Systems Asia Pacific dan tahun 2004 menjabat sebagai
Quality ACFC Leader untuk GE Power Systems Asia. Pada tahun
2005 – 2010 Handry dipromosikan menjadi untuk memimpin bisnis
Power Generation untuk GE Energy di Indonesia, Vietnam, Kamboja
dan Filipina. Tahun 2011 Handry diangkat sebagai CEO General

9
Electric Indonesia dan mencetak sejarah sebagai CEO termuda di
General Electric global.
5. Self Actualization
Dengan pesona karir yang cemerlang Handry aktif untuk berbagi
kisah perjuangannya yang dapat menjadi inspirasi dan motivasi bagi
seluruh kalangan. Handry juga kerap memberikan edukasi dan
menjadi sukarealwan dengan menjadi anggota Dewan Penasehat IPMI
Business School dan Ketua GE Volunteer Indonesia Chapter
(pemenang penghargaan GE Team Impact 2011 dan Gerald Phillippe)
serta Handry juga menjabat sebagai Gubernur di America Chamber of
Commerce (Amcham) Indonesia dan menjadi anggota Komite
Indonesia di US-ASEAN Business Council. Hal tersebut ia lakukan
sebagai wujud untuk memberikan kesempatan kepada generasi muda
untuk terus berkembang dengan optimalkan potensi keahlian yang
dimilikinya.

Dengan motivasi diri yang tinggi, Handry mampu memenuhi kebutuhan dasar
Maslow, serta Handry berhasil membuktikan bahwa keterbatasan fisik justru
adalah kelebihan yang ia miliki untuk dapat menginspirasi banyak orang atas
pencapaiannya saat ini.

2.3.2. Gaya Kepemimpinan Handry Satriago


Dalam sebuah kesempatan wawancara Handry dengan Kumparan.com
menyampaikan bahwa konsep kepemimpinannya di General Electric Indoensia
tidak menggunakan konsep atasan dan anak buah menurutnya konsep tersebut
telah usang. Pada awal masa adaptasi bekerja, Handry juga mengikuti pola
pekerjaan yang sudah ada, namun ketika ia diberikan kesempatan untuk
memimpin satu grup, untuk menjadikan perusahaannya berkembang dan maju,
dibutuhkan sosok pembeda dan sesuatu yang inovatif. Salah satunya sosok
pemimpin harusnya mengikuti perkembangan zaman dan teknologi, cara yang
dilakukan handry sebagai pemimpin adalah ia juga kerap belajar dari anggota
grupnya.
Kemampuannya dalam memberikan motivasi menjadikanya sosok sebagai
pemimpin yang karismatik. Dalam perannya menjadi pemimpin perusahaan
multinasional yang memiliki valuasi sebesar $10 triliun, Handry memiliki prinsip
dalam kepemimpinannya yaitu :
1. Mental Belajar
Menurutnya seorang pemimpin haruslah mengikuti perkembangan
zaman dan teknologi dengan hal itu perusahaan dapat menyesuaikan
strategi untuk keberlangsungan perusahaan yang sustain dan
pencapaian target bisnis perusahaan. Disisi lain, seorang pemimpin
adalah seseorang yang mau belajar dari kesalahan dan tidak segan
untuk bertanya kepada bawahan, hal inilah yang membuat Handry
membuang konsep atasan dan bawahan dengan tujuan setiap anggota
grup dapat mengembangkan potensi diri, percaya diri dalam
memberikan pendapat dan mendorong setiap anggota grup mampu
berpikir kreatif dan inovatif.
2. Menciptakan pemimpin baru
Handry merupakan tipe pemimpin servant leadership yaitu seorang
pemimpin memiliki keingan yang kuat untuk melayani dan bekerja
untuk kepentingan bersama. Servant leadership merupakan tipe
kepemimpinan yang unik dimana pendekatannya kepada anggota grup
dengan menempatkan diri sebagai motivator dan pendengar, serta
seseorang yang memberdayakan anggota grup memiliki peran
kontributor dan innovator dalam suatu organisasi. Dalam servant
leadership memiliki 10 atribut menurut Robert K. Greenleaf adalah
sebagai berikut:
i. Sebagai pendengar yang baik (Listening)
ii. Memiliki empati terhadap sesama (Emphaty)
iii. Mengenali harapan orang lain dan memberikan dukungan
(Healing)
iv. Kewaspadaan (Awareness)
v. Mampu membangun konsesus kelompok (Persuasion)

11
vi. Memiliki konsep dan solusi atas segala kemungkinan yang
terjadi (Conceptualization)
vii. Memiliki pengetahuan dan visioner (Foresight)
viii. Sebagai perwakilan organisasi/perusahaan (Stewardship)
ix. Komitmen untuk mengembangkan kemampuan orang lain
melalui apresiasi, semangat dan kesempatan bagi anggota grup
untuk mendapatkan tanggung jawab lebih (Commitment)
x. Mampu membangun komunitas yang menyatukan individu
(Community)
Melalui prinsipnya dalam melahirkan pemimpin baru, menggambarkan
sosok pemimpin dengan gaya servant leadership dengan mengajak semua
anggota grup untuk maju bersama, karena konsep leadership tidak hanya
sebatas pemimpin saja, namun pemimpin dan pengikut.
3. Passion
Dalam menjalan pekerjaan sesuai dengan passion dan merasa bangga
atas pekerjaan yang dikerjakan menjadi kunci bagi Handry untuk
terus mengembangkan keahlian dalam dirinya. Rasa keingintahuan
yang tinggi dan keingan untuk terus belajar membuat Handry dapat
mencapai posisi sebagai CEO di General Electric Indonesia.

Handry Satriago sebagai Transformational leadership, ia menyatakan bahwa


pemimpin tranformasional haruslah aktif, fleksibel, berpikiran terbuka, dorongan
untuk selalu belajar, serta memperlakukan orang sama rata. Dalam konsep
Transformational leadership pemimpin mampu membuat anggota grup sadar akan
pentingnya pekerjaan dan kinerja mereka bagi organisasi serta kebutuhan untuk
pengembangan diri dan yang memotivasi anggota grup untuk bekerja demi
kebaikan organisasi atau perusahaan.

C. KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI


3.1. Kesimpulan
Keterbatasan mobilitas bukanlah halangan dan hambatan bagi Handry Satriago
untuk berkembang dan meraih posisi tertinggi pada perusahaan level
multinasional yaitu CEO General Electric Indonesia. Perjuangan dan perjalanan
hidup seorang Handry Satriago tidak hanya membawanya menjadi pemimpin
sebuah perusahaan, namun juga sebagai motivator. Ia tidak hanya memberikan
motivasi untuk orang lain namun ia juga berhasil memotivasi dirinya untuk tidak
terjebak dalam keterbatasan. Dalam kepemimpinannya Handry merupakan
pemimpin dengan tipe charismatic leadership, servant leadership, dan
transformational leadership.

3.2. Saran dan Rekomendasi


1. Dalam kepemimpinannya Handry dapat mengembangkan potensi
leadership skill dengan menerapkan emotional intelligence leadership
yang dapat membantu pemimpin mengembangkan visi, memotivasi
anggota grup untuk mencapai visi tersbut, dan memberikan semangat
kepada anggota grup secara antusias untuk bekerja dalam pencapaian
visi perusahaan atau organisasi.
2. Dengan mengembangkan kepemimpinan emotional intelligence
leadership dapat meningkatkan kepercayaan dan kerjasama antar
anggota serta fleksibilitas terhadap perubahan situasi.

13
DAFTAR PUSTAKA
Sondang P.Siagian. 2003, Teori dan Praktek Kepemimpinan, (Jakarta:
Rinekacipta)

M. Ngalim Purwanto. 2004, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung :


Remaja Karya)

Jones, George. 2020, Contemporary Management, (New York : McGraw Hill


Education)

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/7018/Pemimpin-dan-
Kepemimpinan-Kita.html

http://businessknowledgesource.com/blog/eight_major_leadership_theories_0305
63.html

https://www.gomarketingstrategic.com/tipe-dan-gaya-kepemimpinan-menurut-
para-ahli-terlengkap/

https://kumparan.com/kumparannews/konsep-pemimpin-dan-anak-buah-ala-
handry-satriago-1543372506489881169/full

https://www.greenleaf.org/what-is-servant-leadership/

https://mm.feb.ugm.ac.id/id/?p=2791

Anda mungkin juga menyukai