Anda di halaman 1dari 7

Leadership

KEPEMIMPINAN NADIEM MAKARIM ERA


COVID-19
Dosen:
Dr. M. Joharis Lubis, M.M., M.Pd.
Oleh:
Kayani Panjaitan (8206192007)
Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
UNIMED

Pada tanggal 23 oktober 2019 Nadiem Makarim untuk pertama kalinya resmi
dipercayakan presiden Jokowi menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada kabinet
Indonesia Maju 2019-2024. Alasan presiden Jokowi mengangkat Nadiem Makarim sebagai
MenDikBud adalah latar belakang Nadiem Makarim sebagai pendiri perusahaan dan CEO
berbasis teknologi seperti Gojek menjadi modal tersendiri baginya. Nadiem bisa
menggunakan keahliannya di bidang IT seperti di Gojek untuk mengelola standar pendidikan
di seluruh wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke yang sama bagi 300.000 sekolah
dengan 50 juta pelajar yang tersebar di seluruh Indonesia.
Jika kita kembali menilik ke belakang mengenai kepemimpinan bapak pendidikan kita
yaitu Ki Hajar Dewantara yang telah memunculkan konsep kepemimpinan menggunakan
filosofi jawa, yang menurut kita sangat relevan diterapkan oleh banyak organisasi bisnis di
Indonesia. Filosofi yang pada awalnya digunakan untuk menguatkan idealisme beliau
mengenai pendidikan dan bisa diterapkan oleh para guru. Pada perkembangannya menjadi
filosofi kepemimpinan yang relevan diterapkan di dunia bisnis.
Berikut ini adalah filosofi beliau dan bagaimana kita bisa terapkan di tempat kerja.
1. Ing Ngarsa Sung Tuladha
Ing Ngarsa Sung Tuladha berarti dari depan memberikan teladan. Semua karyawan
wajib melihat pemimpinnya. Pemimpin tentu saja memiliki kewenangan yang
didapatkan dari posisi atau jabatannya dan bisa memberikan perintah tentang apa
yang harus dan tidak boleh dilakukan. Pemimpin memberikan arahan dan
menunjukkan objektif atau goal yang ingin diraih. Namun apabila si pemimpin sendiri
tidak mampu menerapkan apa yang dijadikan panduan. Maka karyawan tentu akan
bersikap skeptik terhadap kebijakan yang dibuat.
Contoh sederhana adalah kebijakan datang kerja tepat waktu, pemimpin selalu
menekankan pentingnya disiplin dan ketepatan waktu. Namun apabila si pemimpin
sendiri tidak dapat menunjukkan konsistensi kehadirannya dan tidak dapat
mengkomunikasikan alasan kenapa mereka tidak dapat hadir tepat waktu. Maka
hanya masalah waktu ketika karyawan mulai mencari kesempatan untuk mencari
kelonggaran dalam disiplin waktu.
2. Ing Madya Mangun Karsa
Ing Madya Mangun Karsa berarti di tengah menggugah semangat. Seorang pemimpin
ketika berada di tengah-tengah yang dipimpin harus bisa mendelegasikan pekerjaan
dan membimbing dalam pencapaian tujuan organisasi. Mendelegasikan di sini tentu
saja sesuai dengan kapasitas dan kemampuan anak buah. Melalui proses pelatihan dan
pembimbingan yang tepat, pendelegasian tugas dan kewenangan. Dapat menggugah
semangat kerja dan motivasi anak buah. Menjadi pemimpin yang partisipatif tentu
saja berarti berani dan mau menggulungkan lengan baju.
3. Tut Wuri Handayani
Tut Wuri Handayani berarti dari belakang memberikan dorongan. Seorang pemimpin
juga harus bisa menempatkan diri di belakang untuk memotivasi dan mendorong
individu-individu. Dalam organisasi yang dipimpinnya berada di depan untuk
memperoleh kemajuan dan prestasi. Pemimpin diharapkan mampu untuk
mengembangkan dan memunculkan pemimpin-pemimpin baru untuk proses
regenerasi. Pemimpin berada dibelakang ketika anak buah memperoleh keberhasilan
dan memberikan pengakuan atas keberhasilan tersebut. Namun berani berada di depan
untuk mengambil tanggungjawab sepenuhnya atas kegagalan yang didapatkan oleh
tim.
Berbeda dengan Ki Hajar Dewantara, Dr. Soetomo atau yang kita kenal dengan Budi
Utomo memiliki tipe kepemimpinan Outside The Box. Dalam satu cara, Budi Utomo yang
sudah mendapat pendidikan kedokteran mengambil cara yang saat itu mungkin tidak lazim
dilakukan para pahlawan nasional terdahulu, yaitu dengan mendirikan organisasi yang
sebenarnya berfokus bukan politik, tetapi gagasannya tetap yaitu pendirian Budi Utomo
bertujuan menanamkan mindset bahwa hari depan bangsa dan tanah air ada ditangan generasi
pemimpin muda.
Kepemimpinan Budi Utomo merupakan Kepemimpinan Collective. Meski dapat
dikatakan bahwa Dr Sutomo merupakan pemimpin yang dikedepankan dalam organisasi
Boedi Oetomo ini dari Organisasi Kepemudaan ini. Hal positifnya adalah bahwa persatuan
para pemimpin yang sevisi dan semisi dapat merubah sejarah dengan menyingkirkan ego
masing-masing.
Kepemimpinan Budi Utomo merupakan Kepemimpinan Passionate. Fokus tujuan
mereka mendirikan Boedi Oetomo adalah untuk masa depan bangsa yang sedang terpuruk
secara ekonomi dan politik karena berfokus untuk melawan imperialisme. Rata-rata dari
mereka merupakan para pemuda yang berpendidikan, yang notabene berasal dari golongan
mampu, mengenyam pendidikan Belanda di STOVIA yang untungnya tidak menjadikan
mereka generasi pemuda manja, melainkan generasi yang masih mempedulikan kondisi
bangsa dan negaranya yang terpuruk dalam segala bidang. Generasi Boedi Oetomo adalah
generasi anak muda yang mau peduli kepada kondisi bangsa dan negara.
Kepemimpinan Budi Utomo merupakan Kepemimpinan Nasionalis Mungkin pada
awalnya motor gerakan ini berasal dari golongan berpendidikan Jawa, tetapi inti gerakan
kepemudaan untungnya tidak berhenti pada suku Jawa melainkan semakin meluas kepada
semua kultur dan suku di seluruh Indonesia. Boedi Oetomo sejatinya telah memotivasi para
pemimpin generasi muda bermunculan disana sini, di seluruh Indonesia untuk bangkit dan
berubah.
Kepemimpinan Budi Utomo merupakan Kepemimpinan Perubahan Salah satu cikal
bakal perubahan yang merupakan agen untuk melawan penjajahan sebenarnya dimulai
dengan departemen pendidikan yang merupakan keuntungan terbesar dari Boedi Oetomo ini.
Para pemimpin muda ini telah mendapatkan pendidikan, tidak berhenti berpuas diri dan
mereka mengaplikasikan ilmu yang mereka dapatkan untuk disalurkan dalam perubahan
secara sosial, ekonomi dan pada akhirnya perubahan ranah politik bangsa dan negara
Indonesia saat itu.
Nadiem Makarim seorang pemimpin berkategori muda di era milineal ini memiliki jiwa
kepemimpinan yang mampu menyatu dengan jiwa-jiwa muda Indonesia. Nadiem Makarim
yang awalnya dikenal sebagai CEO Gojek yang bergerak dalam jasa Ojek Online yang telah
dikenal dan memiliki banyak bawahan di seluruh Indonesia kini dipercayakn untuk menjadi
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Alasan Nadiem kenapa dia memilih meninggalkan
Gojek dan menerima dirinya ditunjuk menjadi MenDikBud, dia merasa tertantang untuk
melakukan gebrakan baru demi kemajuan Indonesia kalau dia diberikan tantangan baru.
Setelah resmi menjadi seorang Menteri yang masih muda, Nadiem mempunyai 4 program
yang akan dia dijalankan selama 5 tahun menjabat sebagai MenDikBud  :
1. Melakukan penyisiran anggaran dan aktivitas mulai dari sekolah dasar (SD) hingga
perguruan tinggi (PT).
2. Apakah struktur kelembagaan baik internal maupun di luar badan-badan mendukung
tujuan pembelajaran, apa dampak positif terhadap kualitas pembelajaran.            
3. Untuk benar-benar menggerakkan Revolusi Mental sesuai arahan Presiden dan
Menko dengan nyata melalui konten-konten bukan hanya sebagai sistem institusi
pendidikan. Jadi pengembangan karakter bukan hanya dari kurikulum, bukan juga
hanya melalui pembelajaran dari guru di sekolah tapi melalui masyarakat secara luas.
4. Pengembangan teknologi. Nadiem menyebut dalam hal ini banyak yang harus
difokuskan. Fokus dari teknologi ini ia sebut bisa membantu guru dalam menjalankan
kegiatan pendidikan. Prioritas yang ke empat ini sama seperti yang presiden Jokowi
katakan alasan memilih Nadiem menjadi MenDikBud yaitu Nadiem sebagai pendiri
perusahaan rintisan berbasis teknologi seperti Gojek.
Kita ketahui sekarang ini, dunia tengah dilanda oleh pandemi Covid-19 termasuk
negara Indonesia. Pandemi ini telah membawa dampak yang besar terhadap seluruh aspek
negara. Salah satu aspek itu adalah bidang pendidikan. Salah satu tuntutan pendidikan pada
masa ini adalah bagaimana mencetak lulusan yang berkualitas dengan metode baru di dunia
maya Berbagai kebijakan telah pemerintah buat untuk mencegah penyebaran covid-19 ini.
Satu di antaranya adalah dengan melakukan pembatasan sosial (social distancing), sehingga
hampir seluruh kegiatan/aktivitas manusia tidak bisa dilakukan secara tatap muka ataupun
tidak bekerja langsung ke kantor. Aktivitas ini disebut dengan work from home (WFH).
Sama halnya dengan bidang pendidikan, Kementrian Pendidikan sudah menetapkan aturan
baru untuk mencegah penyebaran Covid-19 ini dengan mengadakan pembelajaran jarak jauh,
secara virtual atau tatap maya.
Nadiem Makarim menyebutkan sudah ada sembilan kebijakan dan program yang telah
dijalankan selama pandemi Covid-19, dengan tujuan proses pendidikan bagi murid dan guru
tetap berjalan.
Nadiem mengatakan, kebijakan pertama terkait bantuan kuota data internet untuk
siswa, mahasiswa, guru, dosen, dan lainnya. Bantuan itu diberikan selama empat bulan, dari
bulan September-Desember 2020. Kedua, terkait fleksibilitas penggunaan dana bantuan
operasional sekolah (BOS) di tengah pandemi Covid-19, seperti pembelian pulsa atau paket
internet, dan layanan pendidikan berbayar lainnya. Karena, masa pandemi banyak siswa yang
melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Ketiga, pengalokasian dana BOS afirmasi dan
BOS kinerja untuk bantuan Covid-19 di sekolah negeri dan swasta yang paling terdampak
pandemi Covid-19. Keempat, bantuan subsidi upah (BSU) atau subsidi gaji bagi guru honorer
dan tenaga kependidikan non PNS, setidaknya dana yang diberikan sebesar Rp 1,8 juta
kepada masing-masing penerima. Kelima, kami melakukan kurikulum darurat bagi satuan
pendidikan di masa pandemi Covid-19. Keenam, menjalankan program guru belajar. Program
ketujuh, terkait guru berbagi. Ini dilakukan demi proses belajar mengajar berjalan baik
ditengah pandemi Covid-19. Kedelapan terkait belajar dari rumah TVRI. Terakhir, program
terkait seri webinar masa pandemi.
Melihat kebijakan yang dikeluarkan oleh Nadiem Makarim selaku MenDikBud, kita
bisa melihat gaya kepemimpinan beliau, antara lain:
1. Management Of Attention
Management Of Attention merupakan kemampuan pemimpin untuk dapat
mengomunikasikan tujuan serta arah yang dapat menarik perhatian anggota
organisasi. Nadiem selaku MenDikBud dapat mengomunikasikan apa yang terjadi
dengan pendidikan di Indonesia dan dengan ide yang dicetuskan beliau, banyak orang
yang mendukung kebijakan Nadiem untuk memajukan pendidikan Indonesia.
2. Demokratik dan kepemimpinan partisipatif
Pada tanggal 6 Juni 2020, mahasiswa melakukan audiensi dengan pihak
KemenDikbud untuk menyampaikan keresahan yang dirasakan oleh mahasiswa yang
ada di seluruh Indonesia. Nadiem selaku KemenDikbud memberikan ruang aspirasi
kepada mahasiswa untuk menuangkan keresahan dan ide yang dimiliki untuk
terciptanya kebijakan yang berdasarkan fakta lapangan.
3. Kepempinan Visioner
Nadiem Makarim melalui kebijakan kampus merdeka mendukung mahasiswa untuk
bisa belajar dari rumpun ilmu yang lain selama 2 semester, ini bertujuan supaya
mahasiswa tidak hanya berfokus pada 1 ilmu tetapi juga bisa menguasai berbagai
macam ilmu. Di era revolusi industri 4.0 bahkan sebagian negara seperti Jepang sudah
memasuki 5.0, setiap individu dituntut untuk memiliki banyak keahlian, ini lah yang
Nadiem inginkan dari mahasiswa Indonesia, tidak hanya pandai dalam teori tetapi
juga pandai dalam praktek dan menguasai rumpun ilmu yang lain.
Kepemimpinan yang dibawakan oleh Nadiem ini kembali mendapat kepercayaan dari
bapak Presiden Jokowi setelah dilakukannya reshuffle menteri. Presiden Jokowi sudah
beberapa kali selama menjabat melakukan reshuffle menteri dalam kabinet kerjanya. Alasan
utama dilakukannya pergantian ini adalah karena Jokowi hanya memilih menteri yang
berintegritas dan profesional. Reshuffle atau perombakan Kabinet dianggap sebagai
momentum untuk kembali meningkatkan kepercayaan publik terhadap pemerintahan Presiden
Jokowi. Mengingat, dalam waktu yang tidak begitu lama dua menteri kabinet Jokowi
berurusan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Tidak hanya momentum
peningkatan kepercayaan, tapi juga menjadi pintu masuk untuk melakukan evaluasi secara
menyeluruh terkait kinerja menteri kabinet. Perombakan ini kesempatan untuk mengukur
capaian-capaian, baik dari sudut kinerja, leadership, managerial skill dan integritas. Jadi
tidak hanya dilihat dari kinerjanya saja. Kalau dilihat capaian atau kinerja, bukankah Mensos
salah satu kementerian berkinerja bagus, serapan anggaran tinggi dan diakui oleh banyak
pihak. Seorang menteri merupakan nahkoda dari kementerian yang dipimpinnya. Maka dari
itu, setiap menteri tentu harus memiliki sikap kepemimpinan yang baik.
Rabu, 28 April 2021 Presiden Jokowi kembali melantik Nadiem Makarim sebagai
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Di mana Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi merupakan peleburan antara Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dengan Kementerian Riset dan Teknologi
(Kemenristek).
Seorang pemimpin yang diharapkan oleh banyak orang adalah pemimpin yang harus
dapat menerapkan nilai yang diyakini itu dalam kepemimpinannya. Sebagai contoh,
penerapan nilai kepemimpinan ketika seorang pemimpin yang takut kepada Tuhan akan
berupaya melayani masyarakatnya dengan tulus dan iklas sehingga masyarakat akan selalu
mempercayai dan mematuhi segala perintah pemimpin itu tanpa syarat. Pemimpin yang
melayani dapat menginspirasi masyarakatnya berpartisipasi aktif dalam segala kegiatan yang
mengarah kepada pencapaian tujuan bersama. Selain nilai kepemimpinan di atas, seorang
pemimpin yang ideal juga harus memiliki etika moral yang baik dan bijaksana untuk
digunakan sebagai pedoman dalam menjalankan amanah kekuasaan yang diembannya.
Raja Sulaiman merupakan contoh seorang pemimpin yang paling berhikmat di bumi ini
dan tidak akan pernah muncul lagi seorang raja seberhikmat dia. Memang untuk mencari
seorang pemimpin berkriteria seperti di atas sangat susah menemukannya. Namun, kita tidak
boleh berputus asa mengupayakan agar muncul seorang pemimpin yang berkarakter unggul,
berhikmat, melayani, serta takut kepada Tuhan. Semua hal itu sangat berguna bagi seorang
pemimpin dalam mengelola dan menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi. Semua
permasalahan yang muncul masa kini semakin pelik karena dipicu oleh percepatan revolusi
teknologi informasi generasi kelima. Dampak perubahan teknologi informasi itu sangat
dahsyat karena telah banyak mengubah tatanan bermasyarakat dan bernegara yang telah
mapan sebelumnya.
Pemimpin zaman turbulensi sekarang ini sudah jauh lebih sulit dalam menjalankan
amanatnya sebagai pemimpin dalam suatu negara. Banyak permasalahan yang tadinya tidak
pernah eksis, bisa menjadi masalah sekarang ini. Suatu masalah kecil bisa saja menjadi
masalah besar skalanya. Sangat berbeda dengan pemimpin zaman sebelumnya, yakni
tantangan, lingkungan, dan penanganannya juga sangat berbeda.
Presiden Jokowi merupakan tipe pemimpin situasional yang mau dengan gigih
membelajar dari berbagai situasi dan kondisi. Presiden Jokowi telah dengan percaya diri,
tenang, dan taktis dalam menangani segala tata kelola pemerintahan. Presiden Jokowi sangat
proaktif mencarikan ide kreatif dan inovatif sebagai solusi yang tepat dalam rangka perbaikan
kehidupan masyarakat. Hasil kerja keras Presiden Jokowi itu telah diapresiasi publik, terbukti
dengan hasil survei Litbang Kompas 8 Oktober 2017 menunjukkan bahwa sebanyak 70,8%
masyarakat merasa puas dengan kinerja pemerintahan selama tiga tahun terakhir. Namun,
Presiden Jokowi perlu juga mewaspadai hasil survei Median bahwa Presiden Jokowi hanya
mendapatkan 36,2% suara apabila dilakukan pilpres pada tanggal 2 Oktober 2017. Namun
demikian, masih tetap menjadi kandidat terkuat presiden periode 2019-2024.
Presiden Jokowi telah menetapkan program revolusi mental, khususnya pada dunia
pendidikan dalam poin ke delapan Nawacita. Revolusi mental itu diharapkan mampu
mengubah dan membenahi karakter bangsa Indonesia. Walaupun sampai saat ini, revolusi
mental itu belum berhasil. Namun, dengan perbaikan konsep, metode, dan pendekatan
implementasi diharapkan dapat mengakselerasi pencapaian tujuan. Revolusi mental dimulai
dari pinggiran atau perdesaan sehingga dampak dan pengaruhnya akan bergulir ke area
perkotaan yang secara otomatis akan terakumulasi menjadi kristalisasi nilai-nilai luhur
sebagai karakter unggul nasional. Oleh karena itu, Presiden Jokowi diharapkan harus tetap
konsisten bekerja keras, cerdas, ikhlas, dan tuntas untuk selalu berupaya mengonsolidasikan
seluruh kekuatan nasional. Sekaligus Presiden juga mampu merajut sinergitas berbagai
komponen bangsa agar tercipta tata kelola pemerintahan dalam suatu koridor visi dan misi
yang selaras.
Satu hal yang pasti bahwa pemimpin yang kita dambakan adalah pemimpin yang
berintegritas dan takut akan Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai