2016003043 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah sebuah wadah untuk membina manusia. Bukan hanya sekedar melatih aspek keilmuan saja. Namun, adab dan jiwa sosial yang dilatih untuk menjadi manusia yang manusia. Peran sentral Pendidikan dalam perkembangan anak terutama sisi psikologis seringkali disepelekan seolah manusia hanya memiliki satu persepektif baku yang tidak fleksibel dan tidak bisa diubah. Saya Syafiq Yourdan Dinulhaq telah melaksanakan kegiatan magang 1 yang diselenggarakan oleh kampus Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa. B. Permasalahan Saya sebagai seorang Mahasiswa yang pernah menjadi siswa di tingkat sebelumnya memiliki pandangan akan Pendidikan Indonesia yang bisa dianggap pilih kasih. Dimana ada suatu kejadian Siswa yang kurang dalam hal tertentu malah semakin tidak dipehatikan dan disupport untuk menjadi lebih baik. Hal tersebut karena adanya paradigma yang telah lama tertanam yaitu karena dia tidak pintar dan rajin. Konteks pintar yang ditanamkan Pendidikan di Indonesia seolah menimbulkan ketimpangan antar siswa. Karena biasanya yang dianggap pintar itu hanya yang pintar didalam ilmu yang diajarkan gurunya. Padahal, manusia memiliki berjuta kelebihan yang bisa digali. Ada Siswa yang untuk kritis malah disebut melawan guru. Bahkan seharusnya pemikiran kritis dan problem solvinglah yang harus diajarkan oleh seorang pendidik tingkat sekolah menengah baik dari menengah pertama dan menengah atas. Didalam makalah ini saya akan berusaha sekritis mungkin dan seobjektif mungkin tanpa memandang siapa dan takut akan siapa. Karena kebenaran itu adalah kesadaran. Hal yang harus dihindari adalah ketika bersikap anti kritik sebagai seorang pendidik mau dikatakan professional tapi bekerja seolah hanya untuk mencukupi kebutuhan sehari hari tanpa adanya dedikasi yang tinggi. Dan selalu menilai cover seseorang tanpa melihat sisi positif. Dan ketika dikritik bilangnya pekerjaan ini susah, cape, dan mengeluh. Padahal resiko tersebut telah diikat dengan komitmen agar kita konsisten dengan abdi kita sebagai pendidik apapun resikonya untuk kebaikan bangsa tanpa harus mengasihani diri sendiri dan penuh dengan alibi. C. Landasan Teori Saya mengutip pada buku yang berjudul “Landasan Pendidikan” karya penulis Dr. Hj Binti Maunah, M. Pd.I . Bahwasannya Pendidikan itu adalah hidup, Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dari segala lingkungan dan sepanjang hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu (Mudyaharjo, 2001:3). Dapat disimpulkan bahwa kata pertumbuhan yang dituliskan pada definisi tersebut adalah perkembangan peserta didik dari mulai dia berproses dari awal sampai selamanya. “Selamanya” jadi manusia akan selalu mengalami masa mendidik ataupun dididik sampai akhir hayat karena pada hakikatnya manusia adalah mahkluk yang tidak sempurna. BAB II PEMBAHASAN Siswa adalah objek utama yang harus diperhatikan. Kita tidak akan bisa memaksa kodrat siswa untuk menjadi diri kita. Maka cara yang paling efektif kita harus luwes menerima segala permasalahan yang melibatkan lingkungan Pendidikan. Di SMK Muhammadiyah Pakem sendiri permasalahan yang menonjol adalah karakter tiap siswa dan itu sangat familiar dan pasti akan terjadi di setiap sekolah di manapun di Indonesia dan terbilang klise. Namun bukan berarti tidak perlu untuk dikaji dan diperhatikan. Malah hal ini seharusnya yang memungkinan pendidik untuk kreatif dalam menciptakan suasana Pendidikan yang lebih sehat. Ketika siswa memiliki masalah dalam hal tersebut bukan hanya dijejali dengan bentakan, umpatan, atau bahkan kekerasan agar siswa bisa bersikap baik. Namun harus dengan cara yang lebih kreatif dan tidak merugikan dan menguntungkan sepihak. Jadwal dan kegiatan rutin Siswa di SMK Muhammadiyah Pakem bisa dibilang rapi. Karena semuanya telah diatur dengan manajemen yang baik. Saya percaya kerapian jadwal tersebut berkat peran Yayasan yang mengendalikan di belakangnya yaitu Muhammadiyah yang terkenal dengan manajemennya yang sangat baik dalam berbagai bidang khususnya pendidkan dan kesehatan. Namun itu semua kebanyakan masih sebatas seremonial yang belum optimal. Jarang sekali di Pendidikan kita menemukan system yang strike to the point. Kebanyakan bertele tele. Atau ibaratnya rapat terus tapi tanpa membuahkan hasil. Dan ini fakta, bahkan hal ini imbasnya akan terus berefek dalam hal apapun. Politik, Sosial, Ekonomi, dan segala hal. Karena akar dari semua permasalahan yang saling terikat adalah kurangnya memahami konteks dari Pendidikan yang sering salah diartikan menjadi pengajaran/latihan otak/menghafal, hanya sebatas itu. Tapi Pendidikan beda, ketika manusia cerdas bukan berarti manusia itu terdidik dengan optimal akan tetapi terajari dengan baik. Beda halnya ketika manusia itu mendapat didikan yang baik dia akan selalu berusaha menunjukan progress yang grafiknya meningkat menjadi manusia yang lebih cerdas dari hari keharinya. Mengapa saya membahas masalah ini secara kontekstual dan kritis. Karena tugas kita bukan hanya mengamati absen yang tertulis namun menipu, bukan hanya mengamati jadwal piket yang terkadang berantakan. Namun manusianya, jika manusianya telah terdidik baik itu pendidik ataupun peserta didik semua itu akan terlaksana dengan baik secara otomatis. Mungkin itu pembahasan permasalahan yang telah saya riset selama pelaksanaan yang telah saya lakukan. BAB III KESIMPULAN A. Kesimpulan Saya dapat simpulkan dari semua pembahasan saya diatas adalah kita harus memahami apa itu Pendidikan secara praktikal dan essensinya, bukan hanya sebatas menekankan pada pengajaran namun pada semua aspek. Termasuk yang dilaksanakan di SMK Muahammadiyah Pakem, Sleman Yogyakarta. Karena jika Pendidikan bisa luwes dan fleksibel tidak meneutup kemungkinan akan memberikan kemajuan dalam berbagai bidang dan mampu memecahkan masalah yang terjadi di sekitar kehidupan kita. Seperti landasan teori yang saya cantumkan dari buku “Landasan Pendidikan” bahwa Pendidikan adalah hidup itu sendiri. DAFTAR PUSTAKA 1. Maunah Binti. Landasan Pendidikan. Teras