Elma Pasera
Mirnawati
Tema : Guru dan tugas tugasnya
Sebagai guru pastinya akan berusaha agar apa yang diajarkan dapat dimengerti dan dipahami
melalui berbagai cara, strategi, metode dan semua itu betujuan untuk mencapai tujuan yang
telah diprogramkan sebelum berlangsungnya pembelajarann.
Sebagaimana diketahui tugas guru dalam proses belajar adalah membentuk prilaku anak yang
bertakwa kepada Allah SWT, mengajarkan pengetahuan serta mengembangkan kepribadian
anak. Dari uraian uraian tersebut maka akan dijelaskan berbagai tugas guru sebagai berikut:
2. Mengajarkan pengetahuan
Tugas guru selanjutnya adalah mengajarkan ilmu pengetahuan bagi anak. Ilmu pengetahuan
sangatlah diperlukan karena dengan adanya ilmu dan keterampilan anak akan mudah hidup
mandiri dan mampu membangun diri sendiri, karena zaman sekarang sangat diperlukan
keterampilan untuk menyonsong masa depan yang lebih baik. Seperti yang diungkapkan oleh
Ahmad Sabri “mengajar adalah meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi”
Keberhasilan anak didik merupakan objek atau sasaran yang paling utama bagi guru dalam
proses pembelajaran selain dari pada tugas orang tua dirumah sebagai lembaga pendidikan
yang pertama. Keberhasilan suatu pembelajaran yang hakiki tidak hanya terkait dengan ilmu
pengetahuan yang bersifat duniawi akan tetapi harus adanya keterpaduan antara pengetahuan
umum dan pengetahuan agama , yang tujuannya tidak lain agar pengamalan ilmu tersebut
dapat mensejahterakan masyarakat pada umumnya. Dengan kata lain guru tidak hanya
mengharapkan upah bulanan dari pemerintah akan tetapi harus adanya kesadaran bahwa
mengajar ilmu pengetahuan itu merupakan tugas yang mulia dari Allah SWT.
1. Ahli psikologis pendidikan yaitu petugas dalam bidang pendidikan, yang melaksanakan
tugas-tugasnya atas dasar prinsip psikologi
2. Seniman dalam hubungan antara manusia (artist in human relation) yaitu orang yang
membuat hubungan antar manusia untuk tujuan tetentu, dengan menggunakan teknik tertentu,
khususnya dalam kegiatan pendidikan.
3. Pembentuk kelompok sebagai jalan atau jalan pendidikan.
4. Catalytic, yaitu orang yang mempunyai pengaruh dalam menimbulkan pembaharuan sering
pula peranan ini disebut sebagai inovator (pembaharu).
5. Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker) yang bertanggung jawab terhadap
pembinaan kesehatan mental khususnya kesehatan mental siswa.
Perbedaan karakter yang dimiliki masing-masing anak menjadikan guru sebagai pendidik
harus mampu memahami perbedaan setiap individu murid.
Peran guru secara psikologis juga harus dapat membimbing, anak didiknya atas kelancaran
proses pembentukan jati diri. Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada murid agar
mereka mampu menemukan masalahnya sendiri, mengenal diri sendiri dan menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.[5] Anak didik membutuhkan bantuan guru dalam mengatasi
kesulitan-kesulitan pribadi, kesulitan pendidikan, kesulitan dalam hubungan sosial dan lain-
lain. Oleh karenanya guru perlu memahami dengan baik tentang teknik bimbingan kelompok,
penyuluhan individual, teknik evaluasi, psikologi kepribadian, psikologi belajar sehingga
dapat dipahami bahwa pembimbing yang terdekat dengan anak didik adalah guru. Sebagai
pembimbing dalam belajar guru diharapkan mampu untuk:
1. Mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individu maupun kelompok.
2. Memberikan penerangan kepada siswa mengenai hal-hal yang diperlukan dalam proses
belajar.
3. Memberikan kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan
kemampuan pribadinya.
4. Membantu setiap siswa dalam mengatasi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya.
5. menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukannya.
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa peran guru secara psikologis memang
mutlak adamnya karena yang dihadapi guru adalah makhluk sosial dengan berbagai
permasalahan yang muncul, serta tantangan hidup yang dihadapi anak semakin kompleks.
Sebagai guru yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus memiliki kepribadian yang
mencerminkan seorang pendidik. Tuntutan akan kepribadian sebagai pendidik kadang-
kadang dirasakan lebih berat dibandingkan profesi lainnya.
Ujian berat bagi guru dalam hal kepribadian ini adalah “rangsangan yang memancing emosi.
Kestabilan emosi amat diperlukan namun tidak semua orang mampu menahan emosi
terhadap rangsangan yang menyinggung perasaan, dan memang diakui bahwa setiap orang
mempunyai tempramen yang berbeda.” Guru yang mudah marah akan membuat peserta didik
takut, dan ketakutan mengakibatkan kurangnya minat untuk mengikuti pembelajaran serta
rendahnya konsentrasi, karena ketakutan mengakibatkan kekuatiran untuk dimarahi dan hal
ini membelokkan konsentrasi peserta didik.
Kematangan emosi guru akan berkembang sejalan dengan pengalaman kerja, selama guru
mau memanfaatkan pengalamannya. Dilihat dari segi dirinya sendiri, seorang guru berperan
sebagai berikut:
1. Petugas sosial, yaitu seorang guru harus membantu untuk kepentingan masyarakat. Dalam
kegiatan-kegiatan masyarakat guru senantiasa merupakan tugas-tugas yang dapat dipercaya
untuk berpartisipasi di dalamnya.
2. Pelajar dan ilmuan, yaitu senantiasa terus menerus menuntut ilmu pengetahuan.
3. Orang tua, yaitu mewakili orang tua murid di sekolah dalam pendidikan anaknya.
4. Pencari teladan, yaitu senantiasa mencari teladan yang baik untuk siswa bukan untuk
seluruh masyarakat.
5. Pencari keamanan, yaitu yang senantiasa mencarikan rasa aman bagi siswa.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seorang guru yang patut di gugu dan
ditiru harus memiliki kepribadian yang baik yang selalu dapat menjadi teladan, petugas sosial
dan orang tua bagi peserta didiknya.
2. Mengajarkan pengetahuan
Mengajarkan ilmu pengetahuan bagi anak. Ilmu pengetahuan sangatlah diperlukan karena
dengan adanya ilmu dan keterampilan anak akan mudah hidup mandiri dan mampu
membangun diri sendiri, karena zaman sekarang sangat diperlukan keterampilan untuk
menyonsong masa depan yang lebih baik.
3. Mengembangkan kepribadian anak
Peran guru dalam mendidik anak dilakukan secara bertahap sesuai dengan tingkat dan usia
anak, peranan guru pada anak dilaksnakan secara lisan maupun dengan contoh dengan tujuan
untuk membentuk dan membina prilaku anak agar memiliki kebiasaan baik dalam kehidupan
sehari-hari.
Saiful Bahri Djamarah (2002), Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Asdi Mahasatya, hal.8
Syamsu Yusuf L.N. (2011), Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Rajawali Press,hal.21
Ahmad Sabri (2010), Strategi belajar Mengajar & Micro Teaching, Bandung:Quantum
Teaching, hal.66
Oemar Hamalik (2010), Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, Cet XI, hal.124
Slameto (2003), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta,
hal. 100
Moh. Uzer Usman (2006), Menjadi Guru Profesional, Cetakan. Ke-19, Bandung Remaja
Rosda Karya, hal.13
Nurdin, Muhammmad. 2010. Kiat Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta: AR. Ruzz Media
Group