Anda di halaman 1dari 4

GENERASI DALAM GENGGAMAN

“Pendidikan merupakan cara mengeluarkan diri dari


kegelapan suram masa depan”. Itu merupakan prinsip saya sedari
kecil hingga dewasa ini. Pengalaman pribadi dan pengamatan
lingkungan sekitar mengajarkan saya bahwa kita tidak bisa keluar
dari jerat kemiskinan bila hanya mengandalkan “otot” semata. Kerja
keras akan lebih bermakna bila diiringi dengan tingkat melek
pendidikan yang mumpuni.

Ilmu dan pendidikan tidak hanya kaku dan terpaku pada


ilmu pengetahuan saja. Pendidik juga harus memastikan ilmu,
akhlak, moral dan karakter tercipta dalam diri peserta didik. “Ing
ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”
sering kita dengar dalam berbagai kesempatan. Hendaknya
semboyan pendidikan itu tidak hanya sekedar angin lalu, tetapi
dapat kita terapkan dalam tugas kita sebagai pendidik.

Tugas guru tidak bisa terpaku hanya pada pemberian


materi dan tugas-tugas sekolah saja. Guru harus dan sangat harus
bisa membuat peserta didik mengenali diri dan potensinya sendiri,
sehingga peserta didik tau arah dan tujuan kedepannya. Dorongan
dan dukungan guru sangat memotivasi siswa dalam menjalani dunia
persekolahan. Namun, selain membantu siswa mengenali diri, guru
juga harus bisa mengenali dirinya sendiri bahwa guru adalah
pendidik generasi masa depan bangsa. Guru diharapkan dapat
mengenali kelemahan dan kekuatannya sendiri sehingga dapat
meminimalisirnya dan mengatasi kelemahan tersebut, terlebih lagi
mengenali kekuatan sendiri dan memanfaatkan kelebihan tersebut
dalam proses mengajar.

Setelah mengenali potensi diri dan memaksimalkan


kelebihan yang ada, guru juga jangan lupa untuk mendidik tuntas.
Mendidik tuntas tidak hanya terikat kepada mendidik materi
pelajaran, tetapi menyeluruh juga mengenai moral dan akhlak
untuk mengembangkan dirinya dikemudian hari sehingga dapat
menjawab mengatasi tantangan masa kini dengan baik.
Permasalahan baru yang ada seiring dengan penggunaan media
sosial yang semakin masif dan tidak terkontrol. Permasalahan yang
dijumpai yaitu tergerusnya moral peserta didik karena terpapar
“konten” tidak pantas pada anak-anak. Ini menjadi tugas dan
polemik baru yang harus kita atasi bersama-sama. Diharapkan kita
sebagai pendidik dapat menumbuhkan moral dan akhlak dalam diri
peserta didik.

Melalui dorongan menggali potensi diri dan pendidikan


menyeluruh, diharapkan hasil akhir yang tercipta dari peserta didik
terlihat dan tergambar pada kehidupan bangsa di masa depan.
“Pendidikan memanusiakan manusia”, ini adalah pepatah lama yang
sering kita jumpai yang berarti pendidikan menjadi ujung tombak
mengentaskan permasalahan bangsa dan menjadi manusia yang
bermartabat.

Tantangan yang kita hadapi hendaknya tidak membuat kita


jemu dalam mengajar, peserta didik berhak dan wajib kita tuntun
terlepas apapun keadaan mereka. Apa yang kita perlihatkan dalam
kehidupan sehari-hari hendaknya tersampai dan dapat ditiru
peserta didik kita. Tenggang rasa, adab, dan implementasi budi
pekerti tetap harus kita ajarkan bagaimanapun keadaan dan kondisi
siswa. Budi pekerti menjadi hal wajib yang dimiliki peserta didik,
karena budi pekerti inilah yang akan menjadi pedoman peserta
didik dikemudian hari.

Selepas mengajarkan satu kebaikan, jangan sampai


kebaikan itu hanya terhenti saat itu juga. Pembelajaran harus tetap
berlanjut dan dilakukan secara terus menerus dan dirancang secara
matang dan sistematis. Kita harus memproteksi siswa sebagai aset
masa depan bangsa dengan mengajarkan sikap selekif akan
perkembangan dunia luar yang tidak bisa kita genggam. Bersikap
selektif bukan berarti menjadi tertutup dan kaku akan perubahan,
tetapi kita harus kritis dan dapat mengajarkan siswa memilah mana
yang baik untuk ditiru dan mana yang harus dijauhi.

Bapak Pendidikan, Ki Hajar Dewantara, pernah berkata


“Menjadi manusia merdeka yang hidupnya bersandar pada
kekuatan diri sendiri, baik lahir maupun batin, tidak bergantung
pada orang lain”. Pendidik harus menuntun anak didiknya menuju
keselamatan dan kebahagiaan melalui dunia pendidikan. Tidak
dapat dipungkiri bahwa masih banyak anak usia sekolah yang
belum melek ilmu sekolah, orang tua yang belum menganggap
pendidikan dasar itu penting hingga tuntutan ekonomi yang
membuat anak usia sekolah lebih memilih mencari nafkah dari pada
“membuang waktu” bersekolah, belum lagi tingginya angka
pernikahan dini pada anak usia sekolah. Permasalahan-
permasalahan ini harus kita tuntaskan secara bertahap melalui
pendidikan yang ditampakkan dengan membuat peserta didik
menjadi bahagia belajar. Bahagia menempuh pendidikan dan
mendapat ilmu serta tidak takut berkembang dan akhirnya
menuntun keselamatan hidup dimasa depan.

Lingkungan yang tercipta melalui pembelajaran akan


membawa dampak positif bagi lingkungan hidup, keluarga dan
orang disekitar. Secara perlahan akan membuat minat akan ambisi
meraih masa depan cerah semakin kuat dan diharapkan menular
dan memberi dampak positif. Dari satu contoh memberi satu
perubahan yang menyebar ke sekeliling. . Dari perubahan akan
memberi tiga, empat, lima dan seterusnya dampak baru disekeliling
kita.

Marilah kita para pendidik generasi bangsa menumbuhkan


minat dan mendidik secara menyeluruh hingga menghsilkan
generasi masa depan bermartabat dan memiliki budi pekerti. Hal-
hal ini diharapkan akan menumbuhkan lingkungan positif yang
berdampak baik dikemudian hari. Semua ini akan tercapai bila kita
semua bisa mengimplemntasikan merdeka belajar di sekolah
masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai