Latar Belakang
Salah satu tokoh yang cukup mencuri perhatian adalah Nadiem Makarim. Pendiri
dan CEO Gojek ini akhirnya diumumkan menjabat sebagai Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan (Mendikbud). Selain karena sosoknya yang lekat dengan
perusahaan startup Gojek, Nadiem (35) juga menjadi menteri termuda di kabinet
ini. Nadiem memang dikenal sebagai pengusaha. Namun, latar belakang
keluarganya jauh dari ranah bisnis. Pria kelahiran Singapura, 4 April 1984, ini
merupakan anak ketiga pasangan Nono Anwar Makarim dan Atika Algadri. Ayah
Nadiem merupakan aktivis sekaligus pengacara ternama di tanah air. Ia
menghabiskan masa sekolah dasar dan menengah pertama di Indonesia, lalu
melanjutkan pendidikan menengah atas di Singapura. Lepas dari SMA, Nadiem
melanjutkan pendidikan ke salah satu universitas Ivy League di Amerika Serikat.
Jenjang strata satu ia tempuh di Brown University jurusan Hubungan
Internasional. Ia juga sempat ikut pertukaran pelajar di London School of
Economics and Political Science di Inggris. Setelah menyabet gelar BA (Bachelor
of Arts), Nadiem melanjutkan S2 ke almamater sang ayah, Harvard University,
hingga meraih gelar Master of Business Administration. Dengan ijazahnya,
Nadiem kembali ke Indonesia dan bekerja di perusahaan konsultan bertaraf. Ia
menghabiskan waktunya selama tiga tahun di perusahaan tersebut. Nadiem
kemudian pindah ke Zalora Indonesia sebagai Co-founder dan Managing Editor
selama setahun. Kemudian Nadiem berpindah perusahaan ke KartuKu dan
menjabat sebagai Chief Innovation Officer di perusahaan layanan pembayaran
nontunai itu pada 2013-2014. Di tengah-tengah lompat dari satu perusahaan ke
perusahaan lain, pada 2010 ia mulai mendirikan startup sendiri yakni Gojek yang
kini menjadi PT Aplikasi Karya Anak Bangsa. Gojek lahir dari kejelian insting
bisnis Nadiem yang mengaku sering menggunakan ojek untuk ke kantor. Ia pun
mencoba mengawinkan teknologi dan ojek menjadi inovasi baru. Kehadiran
Gojek sangat distruptif. Gojek menjadi alat transportasi umum "rasa baru" di
Indonesia dan cepat menarik perhatian masyarakat karena kemudahan akses yang
ditawarkan. Transportasi ini disambut baik dan berkembang hingga hari ini meski
sempat beberapa mengundang kontroversi, terutama dari pekerja ojek
konvensional. Saat ini, Gojek berkembang pesat dan menjadi decacorn pertama di
Indonesia sebagai startup dengan valuasi lebih dari 10 miliar dollar AS.
"Kata gotong royong ini akan menjadi kata kunci di perjalanan kita bersama,"
tegasnya. "Kita nggak bisa lakukan ini sendiri. Semua; pemerintah daerah,
pemerintah pusat, guru, organisasi masyarakat,orangtua dan murid. Semua harus
terlibat, semua harus gotong-royong untuk menciptakan kualitas pendidikan di
Indonesia," ujar Menteri Nadiem kepada para jurnalis. Nadiem meyakini
pendidikan dan generasi muda menjadi cara paling efektif mentrasformasi suatu
negara. "Tanpa perubahan mindset, tanpa merubah generasi selanjutnya,
Indonesia tidak akan maju di panggung dunia. Semua masalah itu bisa dipecahkan
dengan meningkatkan kualitas orang muda kita," ujarnya.
Menjawab pertanyaan media soal tantangan dunia pendidikan Indonesia saat ini,
Nadiem melihat skala atau ukuran pendidikan menjadi tantangan besar. "Kita
memiliki sistem pendidikan 4 terbesar di dunia. Tiga ratus ribu sekolah itu luar
biasa. Jumlah muridnya, jumlah gurunya, jumlah pemerintah daerahnya.
Tantangan utama adalah skalanya, size-nya," ujar Nadiem. Lalu apakah sesuai
ekspektasi masyarakat bahwa Nadiem nantinya akan membawa teknologi dalam
dunia pendidikan di Indonesia, ia menjawab, "Sudah pasti peran teknologi akan
ada di situ (pendidikan). Dalam bentuk apanya belum tahu," jawab Nadiem.
Menurutnya langkah awal yang harus dilakukan bukan dengan aksi tapi mulai
dengan belajar dulu dari para stake holder yang ada. "Step pertama jangan selalu
memberikan solusi. Step pertama harus menjadi murid yang baik, belajar dulu,
kondisi lapangan seperti apa. Dari situlah kita baru menemukan solusi-solusi baik
teknologi mapun non-teknologi yang bisa meningkatkan kualitas.
Nadiem kemudian menyampaikan, "Yang sudah jelas ada beberapa prinsip yang
ingin kita capai. Kita ingin memfokuskan pada manusia yang keluar dalam sistem
pendidikan kita harus seperti apa." "Yang pertama, harus berkarakter. Sistem
pendidikan berdasarkan kompetensi bukan hanya informasi saja namun
berdasarkan kompetensi, skill. Kedua, kemudian juga harus ada relevansi,"
jelasnya. "Selalu Pak Presiden menekankan link and match antar industri dan juga
institusi pendidikan. Relevansi dari skil-skil yang kita pelajari itu harus relevan,"
tutup Nadiem.
3. Alasan terpilihnya Nadiem Anwar Makarim menjadi Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan
"Alasan kenapa saya terpilih walaupun saya bukan dari sektor pendidikan adalah
pertama saya lebih mengerti, belum tentu mengerti, tapi lebih mengerti apa yang
akan ada di masa depan kita," katanya setelah acara pelantikan menteri di Istana
Negara Jakarta, Rabu, 23 Oktober 2019.
"Sekali lagi ini adalah visi Bapak Presiden bukan visi saya, link and match itu
adalah saya akan mencoba menyambung apa yang dilakukan di institusi
pendidikan, menyambung apa yang dibutuhkan di luar institusi pendidikan, agar
bisa adaptasi dengan segala perubahan itu," kata pria yang lahir di Singapura pada
4 Juli 1984 itu. Alasan berikutnya berhubungan dengan pentingnya peran
teknologi dalam mendukung pengembangan 300.000 sekolah dan 50 juta murid di
Indonesia.
Nadiem Makarim secara resmi telah mundur sebagai CEO dari perusahaan
transportasi yang didirikannya tersebut. Sebagai gantinya, Andre Soelistyo,
Presiden Go-Jek Grup dan Kevin Aluwi, co-founder Go-Jek akan berbagi
tanggung jawab untuk menjalankan perusahaan sebagai co-CEO, dengan fokus
membawa perusahaan ke tahap selanjutnya. Rektor UI, Ari Kuncoro
memprediksi prospek Go-Jek ke depannya akan tetap berjalan karena sang
pendiri telah berhasil membangun Go-Jek hingga sebesar ini.
"Untuk prospek Go-Jek (Nadiem) memang harus cari orang lagi. Tapi yang pasti
kalau sudah jalan bisnisnya ya gampang ke depannya. Kalau pengusaha kan
yang penting ide awal," tuturnya di Gedung BEI, Senin (21/10).
Pengemudi ojek online (ojol) yang tergabung dalam Gabungan Aksi Roda Dua
(Garda) rupanya tak setuju bila Nadiem dijadikan menteri oleh Jokowi. Ketua
Presidium Nasional Garda Igun Wicaksono bahkan mengancam bakal
mengerahkan massa dalam jumlah besar bila Nadiem menerima ajakan Jokowi.
"Ojol tidak setuju apabila Nadiem Makariem jadi salah satu menterinya Jokowi.
Akan ada pergerakan seluruh Indonesia sebagai penolakan," seru Igun saat
ditanyai Liputan6.com, Senin (21/10).
Dengan pola pikir Nadiem, Uffie percaya, Nadiem Makarim bisa melihat
gambaran besar dari cita-cita pendidikan Indonesia.
"Kalau berbicara mengenai edutech, kami menyambut baik ini, karena secara
resmi, kita mempunyai orang yang memang mengerti. Dengan demikian, dalam
implementasinya (di dunia pendidikan) kita tak perlu meragukan, apalagi dengan
apa yang sudah dilakukan Pak Nadiem (di Gojek)," kata dia.
IV. PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Menurut saya, dalam pemilihan Menteri sangat perlu yang namanya latar
belakang dari seorang Menteri tersebut. Tetapi, kita juga harus melihat dari
pengalaman seseorang tersebut karena, seseorang tidak perlu selalu melihat
hanya ada satu bidang tersebut untuk menjadi sebuah seorang pemimpin. Bukan
berarti karena ada wajah baru dalam Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
membuat masyarakat Indonesia meragukannya.
Daftar Pustaka
https://www.tribunnews.com/nasional/2019/10/26/muhadjir-effendy-nadiem-
sosok-tepat-untuk-pimpin-kemendikbud
https://www.merdeka.com/uang/pro-kontra-nadiem-makarim-jadi-menteri-
peningkatan-ekonomi-hingga-nasib-gojek.html
https://edukasi.kompas.com/read/2019/10/23/15150611/ini-program-100-hari-
mendikbud-nadiem-di-kementerian-pendidikan?page=all
https://tekno.kompas.com/read/2019/10/23/09431827/profil-menteri-pendidikan-
nadiem-makarim-lulusan-harvard-yang-dirikan-gojek?page=all
https://newsmaker.tribunnews.com/amp/2019/10/25/tak-berlatar-belakang-
pendidikan-ini-alasan-nadiem-makarim-dipilih-presiden-jokowi-jadi-
mendikbud?page=2&_ga=2.48466725.2063503178.1574060497-
896891613.1574060489
https://tekno.tempo.co/read/1264074/3-alasan-jokowi-pilih-nadiem-makarim-
sebagai-mendikbud