Anda di halaman 1dari 3

Indra Charismiadji: 'Mindset' Pendidikan Indonesia Harus Diubah

Rabu, 3 Juni 2015 | 15:03

Indra Charismiadji. [SP/Noinsen Rumapea]

[JAKARTA] Mengapa korupsi merajalela di Indonesia? Ternyata, akar masalahnya ada sejak
di bangku sekolah.

Di sekolah para siswa sudah belajar korupsi. "Tidak mengerjakan PR, tak belajar keras, tetapi
tau cara dapat nilai bagus," kata Indra Charismiadji pengamat dan praktisi pendidikan
dengan spesialisai Pembelajaran Abad 21.

Dikatakan, korupsi itu diawali oleh siswa yang maunya jalan cepat, jiwa survival sangat
rendah. Hasil yang diperoleh tidak dengan susah payah. Malas, karena merasa alam kaya,
mau nanam apa saja tumbuh. Berbeda dengan negara di 4 musim.

"Pepatah Jawa, 'yang bisa panen adalah yang menanam' sudah tak berlaku di sekolah. Mereka
yang punya uang banyak bisa dapat nilai bagus, tanpa belajar," katanya prihatin.

Atas keprihatinan itulah antara lain, yang membuat Indra Charismiadji kembali ke Indonesia,
meninggalkan kehidupan yang makmur di Amerika Serikat. "Di koran-koran dan televisi,
saya selalu membaca, melihat, dan mendengar bahwa Indonesia sangat banyak masalah. Itu
yang mendorong saya pulang ke Indonesia," katanya.

Padahal saat itu, Indra sudah hidup cukup mapan bersama keluarganya di sana. Tapi, itu dia
tinggalkan semua, demi mewujudkan cita-cita memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia.

Dikatakan, banyak temannya yang sudah hidup enak di Amerika mencegah dia pulang.
"Bodoh kalau pulang ke Indonesia dalam kondisi yang masih kacau. Nanti aja kalau sudah
bagus, kita kembali," katanya meniru saran temannya.
Tapi, dorongan hati yang demikian kuat, membuat ayah dua anak itu berani meninggalkan
gaji sekitar Rp 500 juta/bulan, untuk memulai dari nol di negaranya sendiri. "Kalau bukan
orang Indonesia sendiri yang memperbaiki, lalu siapa lagi?" katanya.

Indra Charismiadji menyelesaikan studi dari the University of Toledo, di kota Toledo negara
bagian Ohio, Amerika Serikat dengan gelar ganda di bidang keuangan dan pemasaran untuk
jenjang strata 1. Indra kemudian melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi di Dana
University, kota Ottawa Lake, negara bagian Michigan, Amerika Serikat.

Dengan berbekal pengalaman bekerja di beberapa perusahaan tingkat dunia di Amerika


Serikat seperti Merril Lynch, Omnicare, dan Dana Corporation, pada tahun 2002 Indra
memutuskan untuk kembali ke Tanah Air dan berperan aktif dalam mengembangkan kualitas
pendidikan di Indonesia.

Kiprahnya dimulai dengan memperkenalkan CALL (Computer-Assisted Language Learning)


untuk pertama kalinya. Pengalaman bertahun-tahun di bidang teknologi pendidikan dan
jejaring tingkat internasional, membuat pemerintah Indonesia baik dilevel pusat maupun
daerah menempatkan Indra sebagai konsultan chooses dalam bidang pengembangan
Pembelajaran Abad 21.

Indra kini memimpin PT Eduspec Indonesia, yang merupakan bagian dari Eduspec
International yang beroperasi di Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, dan Tiongkok.

Aktivitasnya dalam bidang organisasi, pun tak lepas dari bidang pendidikan. Indra
Charismiadji berperan aktif sebagai Dewan Pakar di Asosiasi Guru TIK / KKPI Indonesia
(Agtifindo), anggota kehormatan dari APACALL (Asia Pacific Association for Computer-
Assisted Language Learning), dan anggota dari ISTE (International Society for Technology
in Education), dan Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia (Apkomindo).

Dalam kiprah pelayanannya, Eduspec Indonesia membantu pengembangan sekolah-sekolah


melalui program-program inovatif dan modern yang mengacu pada Pembelajaran Abad 21.
"Kami menjadi pelopor dalam mempromosikan pemanfaatan media dan integrasi teknologi
informasi dan komunikasi. Integrasi teknologi informasi dan komunikasi ini juga sejalan
dengan proses pembelajaran dalam Kurikulum 2013 yang mengintegrasikan STEM (Science,
Technology, Engineering and Math) dari mulai tingkat sekolah dasar," katanya.

Sejak diakuisisi pada tahun 2010, Eduspec Indonesia telah membantu lebih dari 500 institusi
pendidikan, baik negeri maupun swasta, di Provinsi DKI Jakarta dan beberapa kota besar
lainnya di Indonesia.

"Mindset"
"Roh" pembelajaran abad ke-21 katanya, adalah mengubah "mindset" pendidikan di
Indonesia. Banyak yang harus diubah. "Ironisnya, pendidikan gerbang utama perubahan, tapi
di Indonesia justru pendidikan paling sulit berubah," katanya.

Kini Indonesia berada di urutan ke-69 dari 76 negara di bidang pendidikan, Singapura urutan
1.
Indonesia bukan bangsa bodoh, tapi malas. Modal Indonesia banyak, karena kaya sumber
daya alam. Kuantitas SDM dan SDA melimpah, tapi kualitasnya rendah.

Dulu, orang Malaysia datang belajar ke Indonesia, demikian juga Singapura dan negara-
negara lainnya. Mereka kagum melihat Monas, Jembatan Semanggi, dan bangunan-bangunan
bagus lainnya. "Nah, dalam beberapa dekade kemudian, semua negara yang berlomba untuk
melebihi Indonesia, sudah melejit jauh. Sayangnya, Indonesia hanya tinggal diam. Kini,
Indonesia kalah jauh," katanya. [N-6/L-8]

Anda mungkin juga menyukai