TENTANG
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di Jakarta
23 Ot¿tob q zo2þ
KESEHATAN
JAI(ARTA,
291989 22007
LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN
PROVINSI DKI JAKARTA
NOMOR TAHUN 2020
TENTANG
PEDOMAN STANDAR ALAT PELINDUNG
DIRI DALAM PENANGANAN WABAH
COVID-19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
Ada beberapa negara yang telah melaporkan tenaga kesehatan di negara mereka
tertular COVID-19. Data dari Komisi Kesehatan Nasional China melaporkan bahwa ada
setidaknya 1.716 kasus dimana tenaga medis di negara itu telah tertular COVID-19
dengan 80% mengalami gejala ringan. IDI (Ikatan Dokter Indonesia )dan PPNI
(Persatuan Perawat Nasional Indonesia) Provinsi DKI Jakarta sendiri juga
memperkirakan sampai tanggal 3 Oktober 2020, ada sekitar 19 dokter yang meninggal
akibat COVID-19 dan 1.629 perawat yang terinfeksi COVID-19 dan angka ini akan terus
bertambah apabila upaya pencegahan penyebaran dan penularan COVID-19 tidak
diatasi dengan segera, salah satunya dengan penyediaan APD yang efektif dan efisien
bagi tenaga kesehatan. APD hanya merupakan salah satu aspek dari langkah-langkah
pencegahan dan pengendalian infeksi tetapi kekurangan pasokan APD dapat membuat
dokter, perawat dan pekerja garis depan lainnya tidak dapat merawat pasien COVID-19
secara optimal.
Kasus COVID-19 di Indonesia yang meningkat setiap hari mengakibatkan harga
semua jenis APD melambung tinggi dan langka akibat pasokan yang terhambat.
Berdasarkan analisis WHO, diperkirakan 89 juta masker medis diperlukan untuk
penanganan COVID-19 setiap bulan. Untuk sarung tangan pemeriksaan, angka itu
mencapai 76 juta, sementara permintaan internasional untuk kacamata pelindung sendiri
sekitar 1,6 juta per bulan, sehingga WHO dan CDC mengeluarkan beberapa pedoman
untuk penggunaan APD secara rasional dan efektif serta alternatifnya bagi tenaga
kesehatan dalam masa krisis seperti ini. Berdasarkan hal tersebut di atas, Dinas
Kesehatan Provinsi DKI Jakarta menyusun Pedoman Standar dan Jenis Alat Pelindung
Diri menyusun petunjuk teknis penggunaan APD dalam menghadapi wabah COVID-19
dengan mengadopsi dan memodifikasi dari beberapa pedoman yang telah dikeluarkan
oleh Kementerian Kesehatan RI, Badan Nasional Penanggulangan Bencana RI, World
Health Organization (WHO), Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika
Serikat dan sumber lainnya. Dengan demikian setiap fasilitas pelayanan kesehatan
dapat membuat standar operasi prosedur (SOP) masing-masing dengan merujuk
Pedoman ini berdasarkan kondisi setempat dengan tetap menggunakan prinsip
kewaspadaan standar dan kewaspadaan isolasi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan rekomendasi jenis APD yang digunakan oleh tenaga kesehatan dan/
petugas
3
C. Ruang Lingkup
Pedoman ini meliputi beberapap pokok bahasan yaitu: Tingkat Perlindungan, Jenis
dan Standar serta Penggunaan Alat Pelindung Diri
D. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3237);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5072);
4. Peraturan Pemerintah RI Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah
Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3447);
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis
Penyakit Menular Tertentu yang Dapat menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangan (Berita Negara Republik Indoneisa Tahun 2010 Nomor 503);
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan
Penyakit Menular (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1755);
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/Menkes/413/2010 tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (COVID-19);
8. Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 494 tahun 2020 tentang
Perubahan Atas Keputusan Gubernur Nomor 378 Tahun 2020 tentang Penetapan
Rumah Sakit Rujukan Penanggulangan Penyakit Coronavirus Disease (COVID-
19).
4
BAB II
STANDAR ALAT PELINDUNG DIRI
COVID-19 merupakan penyakit pandemi yang muncul pada akhir tahun 2019.
Hingga 4 Oktober 2020, jumlah kasus terkonfirmasi COVID-19 di Provinsi DKI Jakarta
telah mencapai 79.214 kasus dengan jumlah kasus aktif sebanyak 13.134 kasus dan
kasus kematian sebanyak 1.761 orang.
Terus meningkatnya kasus positif yang dibarengi dengan banyaknya yang
meninggal perlu didukung dengan sarana pelayanan Kesehatan rujukan yang dalam hal
ini adalah RSUD di jajaran Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Lebih khusus dari
kondisi tersebut adalah proteksi petugas kesehatan seperti dokter dan perawat mutlak
harus dibekali dengan alat pelindung diri (APD) yang standar dan memadai termasuk
kebutuhan alat Kesehatan khususnya bahan medis habis pakai yaitu Alat Pelindung Diri
seperti Coverall, Masker Respirator Medis, Hair Cap, Surgical Gown, Masker medis dan
lain-lain
Alat pelindung diri (APD) adalah perangkat alat yang dirancang sebagai
penghalang terhadap penetrasi zat, partikel padat, cair, atau udara untuk melindungi
pemakainya dari cedera atau penyebaran infeksi atau penyakit. Apabila digunakan
dengan benar, APD bertindak sebagai penghalang antara bahan infeksius (misalnya
virus dan bakteri) dan kulit, mulut, hidung, atau mata (selaput lendir) tenaga kesehatan
dan pasien. APD memiliki potensi untuk memblokir penularan kontaminan dari darah,
cairan tubuh, atau sekresi pernapasan. Selain itu pengendalian infeksi lainnya seperti
mencuci tangan menggunakan sabun atau cairan pembersih tangan berbasis alkohol
(desinfektan), dan menutupi hidung dan mulut saat batuk dan bersin dengan lengan atas
bagian dalam atau tisu, dapat meminimalkan penyebaran infeksi dari satu orang ke
orang lain. Penggunaan APD yang efektif mencakup pemindahan dan atau pembuangan
APD yang terkontaminasi dengan benar untuk mencegah terpaparnya pemakai dan
orang lain terhadap bahan infeksius.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana merekomendasikan Petugas
kesehatan di fasilitas kesehatan harus menggunakan coverall medis atau surgical gown
sebagai perluasan perlindungan saat memasuki ruangan tempat pasien yang diduga
atau dikonfirmasi terinfeksi 2019-nCoV diterima dan ruangan yang disediakan untuk
kasus yang dicurigai atau dikonfirmasi, dalam situasi apapun.
Pada pemilihan APD yang tepat, perlu mengidentifikasi potensial paparan
penularan yang ditimbulkan serta memahami dasar kerja setiap jenis APD yang akan
digunakan di tempat kerja dimana potensial bahaya tersebut mengancam pada petugas
kesehatan di Rumah Sakit.
5
A. TINGKAT PERLINDUNGAN
Berdasarkan resiko keterpaparan ketika melaksakana pelayanan, maka diperlukan
tingkat APD yang berbeda2 dengan rincian sebagai berikut:
1. Tingkat Perlindungan I
Tabel 2.1 Tingkat Perlindungan I APD
Profesi Lokasi Jenis APD
Dokter dan Perawat Poli Umum dan kegiatan yang tidak 1. Masker Medis
menimbulkan aerosol 2. Sarung Tangan
Triase pra pemeriksaan bagian rawat
jalan
Staf Administrasi Ruang Administrasi
Ruang Poli/Perawatan tanpa kontak
dengan pasien atau memberikan
bantuan langsung
2. Tingkat Perlindungan II
Tabel 2.2 Tingkat Perlindungan II APD
Profesi Lokasi Jenis APD
Dokter dan Perawat Ruang Poli pemeriksaan pasien 1. Masker Medis
dengan gejala infeksi 2. Sarung Tangan
pernafasan 3. Masker Respirator Medis
Ruang Perawatan pasien 4. Surgical Gown
COVID-19 5. Scrub Top and Pants
Mengantar pasien Suspek dan 6. Pelindung Mata
Probable COVID-19 7. Head Cap
Dokter, Perawat atau ATLM Pengambilan Sampel non-
pernapasan yang tidak
menimbulkan aerosol
Analis
Radiografer Ruangan Radiologi dengan
pasien Suspek, Probable atau
Konfirmasi COVID-19
Farmasi Bagian Rawat Jalan
Cleaning Service Ruangan Pasien COVID-19
6
2. Sarung Tangan
Sarung tangan dapat terbuat dari bahan lateks karet, polyvinyl chloride (PVC),
nitrile, polyurethane, merupakan pelindung tangan tenaga kesehatan dari kontak cairan
infeksius pasien selama melakukan perawatan pada pasien. Sarung tangan yang ideal
harus tahan robek, tahan bocor, biocompatibility (tidak toksik) dan pas di tangan. Sarung
tangan yang digunakan merupakan sarung tangan medis yang rutin digunakan dalam
perawatan.
Respirator
No. Kriteria Respirator Medis
Industrial
Dirancang untuk melindungi
pemakai dari paparan partikel di
1 Ya Ya
udara (mis. debu, kabut, asap,
serat, virus dan bakteri):
2 Dirancang agar pas di wajah Ya Ya
Tabel 2.8 Syarat Teknis Standar Pengujian Kinerja Ketahanan pada Coverall dan Surgical
Gown
Keterangan:
1. ANSI/AAMI PB70 (USA) merupakan standar untuk menguji kekuatan barrier dari
surgical gown, isolation gown dan tirai isolasi (Isolation Drapes).
2. EN 14126 (Eropa) merupakan standar untuk menguji kekuatan pakaian pelindung
terhadap agen infeksius.
3. ANSI: American National Standard Institute.
AAMI: Asociation for the Advancement of Medical Instrumentation.
AATCC: American Association of Textile Chemists and Colorists.
tenaga kesehatan dari percikan infeksius pasien saat melakukan perawatan. Disarankan
tahan terhadap uap air/ anti kabut.
9. Apron
Apron merupakan pelindung tubuh untuk melapisi luar gaun yang digunakan oleh
petugas kesehatan dari penetrasi cairan infeksius pasien yang bisa terbuat dari plastik
sekali pakai atau bahan plastik berkualitas tinggi yang dapat digunakan kembali
(reuseable) yang tahan terhadap klorin saat dilakukan desinfektan.
C. PENGGUNAAN APD
Penggunaan APD memerlukan 4 unsur yang harus dipatuhi :
1. Tetapkan indikasi penggunaan APD dengan mempertimbangkan:
a. Risiko terpapar
Alat pelindung diri digunakan oleh orang yang berisiko kontak dengan pasien
atau material infeksius seperti tenaga kesehatan, petugas kebersihan, petugas
instalasi sterilisasi, petugas binatu dan petugas ambulans di Fasyankes.
b. Dinamika transmisi.
1) Transmisi penularan COVID-19 adalah APD dan Kontak. APD yang
digunakan antara lain:
a) Masker Medis
b) Sarung tangan
c) Masker Respirator Medis
d) Coverall / Surgical Gown
e) Scrub Top and Pants
f) Pelindung Mata
g) Head Cap
2) Transmisi airborne bisa terjadi pada tindakan yang memicu terjadinya
aerosol seperti intubasi trakea, ventilasi non invasive, trakeostomi, resusitasi
jantung paru, ventilasi manual sebelum intubasi, nebulasi dan bronskopi,
14
Sarung angan
Non Steril
APD yang dipakai untuk merawat pasien Suspek, Probable atau Konfirmasi
COVID-19 harus dikategorikan sebagai material infeksius. Tidak diperlukan prosedur
khusus dan penanganannya sama dengan linen infeksius yang lain. Semua APD baik
disposable atau reuseable harus dikemas secara terpisah (dimasukkan ke dalam
kantong plastik infeksius atau tempat tertutup) yang diberi label dan anti bocor. Hindari
melakukan hal-hal di bawah ini :
15
a. Meletakkan APD di lantai atau di permukaan benda lain (misal di atas loker atau
di atas meja).
b. Membongkar kembali APD yang sudah dimasukkan ke kantong plastik infeksius
atau tempat tertutup.
c. Mengisi kantong plastik infeksius atau tempat tertutup berisikan APD terlalu
penuh.
Tabel 2.10 Jenis APD yang Digunakan Pada Kasus COVID-19 Berdasarkan Lokasi
Pelayanan, Profesi, Aktifitas petugas menurut WHO
RAWAT JALAN
Skrining Petugas Skrining pertama 1. Masker Medis
Kesehatan tanpa kontak 2. Sarung Tangan
Triase Klinis untuk prioritas langsung 3. Pelindung wajah
pelayanan mengacu pada 4. Petugas melakukan prosedur
tingkat kegawatdarutan Hand-Hygiene
harus dilakukan pada area
yang terpisah untuk individu
dengan gejala COVID-19
Ruang Konsultasi Petugas Pelayanan 1. Masker Medis
Kesehatan Kesehatan Pasien 2. Sarung Tangan
tanpa gejala COVID- 3. Surgical Gown
19 4. Scrub Top and Pants
5. Pelindung Mata / Pelindung
Wajah
6. Head Cap
7. Petugas melakukan prosedur
Hand-Hygiene
Pelayanan 1. Masker Medis
Kesehatan Pasien 2. Sarung Tangan
dengan gejala 3. Masker Respirator Medis
COVID-19 atau 4. Coverall / Surgical Gown
Ruangan yang 5. Scrub Top and Pants
menghasilkan 6. Pelindung Mata
17
AMBULANS/TRANSPORT
Ambulans atau Kendaraan Petugas Transport Pasien 1. Masker Medis
Transfer Kesehatan Suspek, Probable 2. Sarung Tangan
atau Terkonfirmasi 3. Masker Respirator Medis
COVID-19 4. Coverall / Surgical Gown
5. Scrub Top and Pants
6. Pelindung Mata
7. Head Cap
8. Pelindung Wajah
9. Apron
10. Sepatu Boots
11. Petugas melakukan
prosedur Hand-Hygiene
Pengemudi Kompartmen Pasien 1. Masker Medis
Terpisah atau Tidak 2. Sarung Tangan
Terpisah tetapi 3. Masker Respirator Medis
18
BAB III
PENUTUP
Pedoman Alat Pelindung Diri ini mempunyai peranan sebagai pedoman dalam
pencegahan penularan COVID-19 serta perlindungan diri bagi Petugas Kesehatan.
Penyusunan Pedoman Alat Pelindung Diri ini adalah langkah awal ke suatu proses
kegiatan dalam menghadapi COVID-19 sehingga memerlukan dukungan kerjasama dari
berbagai pihak dalam penerapannya.
Terlepas dari tindakan yang diterapkan, petugas kesehatan harus memiliki
pendidikan dan pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang diperlukan
tentang penggunaan Alat Pelindung Diri yang benar dan tindakan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi lainnya, termasuk menunjukkan kompetensi dalam pengetahuan
tentang standar yang tepat untuk kualitas dan penggunaan Alat Pelindung Diri yang
diperlukan untuk perawatan langsung pasien dengan COVID- 19 dan tugas lainnya.