Anda di halaman 1dari 22

DINAS KESEHATAN

PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI


DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

NoMoR 4go rnHUN 2o2o

TENTANG

PEDOMAN STANDAR ALAT PELINDUNG DIRI


DALAM PENANGANAN WABAH
COVID- 19

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DAERAH


KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

Menimbang : a bahwa coronavirus Disease 2org (covlD-lg) telah


dinyatakan oleh wHo sebagai global pandemik dan
di
Indonesia dinyatakan sebagai jenis penyakit yang
menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat serta
bencana nonalam, yang tidak hanya menyebabkan
kematian tapi juga menimbulkan kerugian ekonomi
yang cukup besar, sehingga perlu dilakukan upaya
penanggulangan termasuk pencegahan dan
pengendaliannya;
b. bahwa dalam rangka memberikan acuan dalam upaya
pencegahan dan pengendalian coVID-lg dibutuhkan
pedoman bagi fasilitas pelayanan kesehatan dan tenaga
pemberi pelayanan kesehatan agar pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat terstandar, efektif dan
efìsien;
c bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Keputusan Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta tentang
Pedoman Standar Alat pelindung Diri Dalam
Penanganan V/abah COVID- 19;
Mengingat 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
t97O tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja;
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
I9B4 tentang Wabah Penyakit Menular;
3 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2OO9 tentang Kesehatan;

4 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun


2OI4 tentang Tenaga Kesehatan;
5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72
Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan
Alat Kesehatan;
6 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1501 Tahun 2010 tentang Jenis Penyakit
Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan
Upaya Penanggulangan;
7 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 82 Tahun 2OI4 tentang Penanggulangan
Penyakit Menular;
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Rumah Sakit;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien;

9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 27 Talr'un 2OI7 tentang Pedomasn Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan;
1O. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
63 Tahun 2Ol7 tentang Cara Uji Klinis Alat Kesehatan;
1 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
62 Tahun 2AI7 tentang lzin E,dar Alat Kesehatan, Alat
Kesehatan Diagnostik In Vitro dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga;

MEMUTUSKAN

Menetapkan KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI


DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PEDOMAN
STANDAR ALAT PELINDUNG DIRI DALAM PENANGANAN
WABAH COVID19.
KESATU Menetapkan pedoman sþndar Alat pelindung
Penanganan wabah covlD-lg sebagaimanã
Diri Daram
tercantum
dalam Lampiran yang mempakan bagia'
tidak terpisahkan
dari Surat Keputusan ini.
KEDUA Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan standar dan
penggunaan Alat perindung Diri bagi
tenaga kesehatan daram
penanganan wabah COVID_ 19.
KETIGA Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
23 Ot¿tob q zo2þ

KESEHATAN
JAI(ARTA,

291989 22007
LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN
PROVINSI DKI JAKARTA
NOMOR TAHUN 2020
TENTANG
PEDOMAN STANDAR ALAT PELINDUNG
DIRI DALAM PENANGANAN WABAH
COVID-19

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit coronavirus (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh


virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV2). COVID-19
ditularkan melalui kontak erat dan droplet, serta tindakan medis yang memicu terjadinya
aerosol (seperti bronkoskopi, nebulisasi, tindakan gigi dan lain lain) dimana dapat
memicu terjadinya risiko penularan melalui airborne. Penyakit ini ditularkan melalui
manusia ke manusia dimana sebagian besar orang yang terinfeksi (COVID-19) akan
mengalami kondisi tanpa gejala atau penyakit pernapasan ringan hingga sedang
ataupun memerlukan perawatan khusus. Gejala COVID-19 akan lebih berat pada pasien
usia lanjut dan memiliki masalah kesehatan lain seperti penyakit kardiovaskular,
diabetes, penyakit pernapasan kronis, dan kanker. Pencegahan penularan COVID-19
adalah dengan edukasi tentang COVID-19, pola hidup sehat dan melakukan kebersihan
tangan secara benar. WHO sejak 11 Maret 2020 telah menetapkan COVID-19 sebagai
pandemi global dimana terdapat lebih dari 303.498 kasus di Indonesia dan 11.151 orang
telah meninggal dunia (data per tanggal 4 Oktober 2020, sumber https://covid19.go.id).
Indonesia sendiri menetapkan penyakit COVID-19 sebagai bencana nasional sejak 14
Maret 2020.
Petugas kesehatan yang merawat pasien COVID-19 merupakan individu yang
paling berisiko terinfeksi karena kontak erat dengan pasien COVID-19. Petugas
kesehatan dapat melindungi diri ketika merawat pasien dengan mematuhi praktik
pencegahan dan pengendalian infeksi, yang mencakup pengendalian administratif,
lingkungan serta penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang tepat, yakni:
1. Tepat memilih jenis APD
2. Cara pemakaian yang sesuai
3. Sara pelepasan yang baik
4. Cara pembuangan atau pencucian APD yang tepat

1
2

Ada beberapa negara yang telah melaporkan tenaga kesehatan di negara mereka
tertular COVID-19. Data dari Komisi Kesehatan Nasional China melaporkan bahwa ada
setidaknya 1.716 kasus dimana tenaga medis di negara itu telah tertular COVID-19
dengan 80% mengalami gejala ringan. IDI (Ikatan Dokter Indonesia )dan PPNI
(Persatuan Perawat Nasional Indonesia) Provinsi DKI Jakarta sendiri juga
memperkirakan sampai tanggal 3 Oktober 2020, ada sekitar 19 dokter yang meninggal
akibat COVID-19 dan 1.629 perawat yang terinfeksi COVID-19 dan angka ini akan terus
bertambah apabila upaya pencegahan penyebaran dan penularan COVID-19 tidak
diatasi dengan segera, salah satunya dengan penyediaan APD yang efektif dan efisien
bagi tenaga kesehatan. APD hanya merupakan salah satu aspek dari langkah-langkah
pencegahan dan pengendalian infeksi tetapi kekurangan pasokan APD dapat membuat
dokter, perawat dan pekerja garis depan lainnya tidak dapat merawat pasien COVID-19
secara optimal.
Kasus COVID-19 di Indonesia yang meningkat setiap hari mengakibatkan harga
semua jenis APD melambung tinggi dan langka akibat pasokan yang terhambat.
Berdasarkan analisis WHO, diperkirakan 89 juta masker medis diperlukan untuk
penanganan COVID-19 setiap bulan. Untuk sarung tangan pemeriksaan, angka itu
mencapai 76 juta, sementara permintaan internasional untuk kacamata pelindung sendiri
sekitar 1,6 juta per bulan, sehingga WHO dan CDC mengeluarkan beberapa pedoman
untuk penggunaan APD secara rasional dan efektif serta alternatifnya bagi tenaga
kesehatan dalam masa krisis seperti ini. Berdasarkan hal tersebut di atas, Dinas
Kesehatan Provinsi DKI Jakarta menyusun Pedoman Standar dan Jenis Alat Pelindung
Diri menyusun petunjuk teknis penggunaan APD dalam menghadapi wabah COVID-19
dengan mengadopsi dan memodifikasi dari beberapa pedoman yang telah dikeluarkan
oleh Kementerian Kesehatan RI, Badan Nasional Penanggulangan Bencana RI, World
Health Organization (WHO), Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika
Serikat dan sumber lainnya. Dengan demikian setiap fasilitas pelayanan kesehatan
dapat membuat standar operasi prosedur (SOP) masing-masing dengan merujuk
Pedoman ini berdasarkan kondisi setempat dengan tetap menggunakan prinsip
kewaspadaan standar dan kewaspadaan isolasi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Memberikan acuan penggunaan APD dalam menghadapi wabah COVID-19.

2. Tujuan Khusus
a. Memberikan rekomendasi jenis APD yang digunakan oleh tenaga kesehatan dan/
petugas
3

b. Memberikan rekomendasi APD untuk penanganan jenazah pasien COVID-19


Memberikan rekomendasi alternatif APD dalam masa krisis

C. Ruang Lingkup
Pedoman ini meliputi beberapap pokok bahasan yaitu: Tingkat Perlindungan, Jenis
dan Standar serta Penggunaan Alat Pelindung Diri

D. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3237);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5072);
4. Peraturan Pemerintah RI Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah
Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3447);
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis
Penyakit Menular Tertentu yang Dapat menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangan (Berita Negara Republik Indoneisa Tahun 2010 Nomor 503);
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan
Penyakit Menular (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1755);
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/Menkes/413/2010 tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (COVID-19);
8. Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 494 tahun 2020 tentang
Perubahan Atas Keputusan Gubernur Nomor 378 Tahun 2020 tentang Penetapan
Rumah Sakit Rujukan Penanggulangan Penyakit Coronavirus Disease (COVID-
19).
4

BAB II
STANDAR ALAT PELINDUNG DIRI

COVID-19 merupakan penyakit pandemi yang muncul pada akhir tahun 2019.
Hingga 4 Oktober 2020, jumlah kasus terkonfirmasi COVID-19 di Provinsi DKI Jakarta
telah mencapai 79.214 kasus dengan jumlah kasus aktif sebanyak 13.134 kasus dan
kasus kematian sebanyak 1.761 orang.
Terus meningkatnya kasus positif yang dibarengi dengan banyaknya yang
meninggal perlu didukung dengan sarana pelayanan Kesehatan rujukan yang dalam hal
ini adalah RSUD di jajaran Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Lebih khusus dari
kondisi tersebut adalah proteksi petugas kesehatan seperti dokter dan perawat mutlak
harus dibekali dengan alat pelindung diri (APD) yang standar dan memadai termasuk
kebutuhan alat Kesehatan khususnya bahan medis habis pakai yaitu Alat Pelindung Diri
seperti Coverall, Masker Respirator Medis, Hair Cap, Surgical Gown, Masker medis dan
lain-lain
Alat pelindung diri (APD) adalah perangkat alat yang dirancang sebagai
penghalang terhadap penetrasi zat, partikel padat, cair, atau udara untuk melindungi
pemakainya dari cedera atau penyebaran infeksi atau penyakit. Apabila digunakan
dengan benar, APD bertindak sebagai penghalang antara bahan infeksius (misalnya
virus dan bakteri) dan kulit, mulut, hidung, atau mata (selaput lendir) tenaga kesehatan
dan pasien. APD memiliki potensi untuk memblokir penularan kontaminan dari darah,
cairan tubuh, atau sekresi pernapasan. Selain itu pengendalian infeksi lainnya seperti
mencuci tangan menggunakan sabun atau cairan pembersih tangan berbasis alkohol
(desinfektan), dan menutupi hidung dan mulut saat batuk dan bersin dengan lengan atas
bagian dalam atau tisu, dapat meminimalkan penyebaran infeksi dari satu orang ke
orang lain. Penggunaan APD yang efektif mencakup pemindahan dan atau pembuangan
APD yang terkontaminasi dengan benar untuk mencegah terpaparnya pemakai dan
orang lain terhadap bahan infeksius.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana merekomendasikan Petugas
kesehatan di fasilitas kesehatan harus menggunakan coverall medis atau surgical gown
sebagai perluasan perlindungan saat memasuki ruangan tempat pasien yang diduga
atau dikonfirmasi terinfeksi 2019-nCoV diterima dan ruangan yang disediakan untuk
kasus yang dicurigai atau dikonfirmasi, dalam situasi apapun.
Pada pemilihan APD yang tepat, perlu mengidentifikasi potensial paparan
penularan yang ditimbulkan serta memahami dasar kerja setiap jenis APD yang akan
digunakan di tempat kerja dimana potensial bahaya tersebut mengancam pada petugas
kesehatan di Rumah Sakit.
5

Prinsip yang harus dipenuhi dalam pemilihan APD antara lain:


1. Harus dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya-
bahaya yang dihadapi (Percikan, kontak langsung maupun tidak langsung).
2. Berat APD hendaknya seringan mungkin, dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa
ketidaknyamanan yang berlebihan.
3. Dapat dipakai secara fleksibel (reuseable maupun disposable).
4. Tidak menimbulkan bahaya tambahan.
5. Tidak mudak rusak.
6. Memenuhi ketentuan dari standar yang ada.
7. Pemeliharaan mudah.
8. Tidak membatasi gerak.

A. TINGKAT PERLINDUNGAN
Berdasarkan resiko keterpaparan ketika melaksakana pelayanan, maka diperlukan
tingkat APD yang berbeda2 dengan rincian sebagai berikut:
1. Tingkat Perlindungan I
Tabel 2.1 Tingkat Perlindungan I APD
Profesi Lokasi Jenis APD
Dokter dan Perawat Poli Umum dan kegiatan yang tidak 1. Masker Medis
menimbulkan aerosol 2. Sarung Tangan
Triase pra pemeriksaan bagian rawat
jalan
Staf Administrasi Ruang Administrasi
Ruang Poli/Perawatan tanpa kontak
dengan pasien atau memberikan
bantuan langsung

2. Tingkat Perlindungan II
Tabel 2.2 Tingkat Perlindungan II APD
Profesi Lokasi Jenis APD
Dokter dan Perawat Ruang Poli pemeriksaan pasien 1. Masker Medis
dengan gejala infeksi 2. Sarung Tangan
pernafasan 3. Masker Respirator Medis
Ruang Perawatan pasien 4. Surgical Gown
COVID-19 5. Scrub Top and Pants
Mengantar pasien Suspek dan 6. Pelindung Mata
Probable COVID-19 7. Head Cap
Dokter, Perawat atau ATLM Pengambilan Sampel non-
pernapasan yang tidak
menimbulkan aerosol
Analis
Radiografer Ruangan Radiologi dengan
pasien Suspek, Probable atau
Konfirmasi COVID-19
Farmasi Bagian Rawat Jalan
Cleaning Service Ruangan Pasien COVID-19
6

3. Tingkat Perlindungan III


Tabel 2.3 Tingkat Perlindungan III APD
Profesi Lokasi Jenis APD
Dokter dan Perawat Ruang prosedur dan tindakan 1. Masker Medis
operasi pada pasien Suspek 2. Sarung Tangan
dan Probable atau Konfirmasi 3. Masker Respirator Medis
COVID-19 4. Coverall / Surgical Gown
Kegiatan yang menimbulkan 5. Scrub Top and Pants
aerosol 6. Pelindung Mata
Dokter, Perawat atau ATLM Pengambilan sampel 7. Head Cap
pernafasan 8. Pelindung Wajah
9. Apron
10. Sepatu Boots

B. JENIS DAN STANDAR APD


Jenis APD yang direkomendasikan dalam penanganan COVID-19 adalah:
1. Masker Medis
Masker Medis memiliki minimal 3 lapis yang terbuat dari material non woven. Hanya
digunakan untuk sekali pakai. Standar untuk masker medis:
a. Terdiri atas minimal 3 Lapis: Non woven (Spunbond Meltblown Spunbond).
b. Memiliki NIE Kemenkes.
c. Apabila memungkinkan memiliki minimal Sertifikat Lulus Uji:
1) Bacterial Filtration Effiency dengan hasil minimal ≥98.
2) Particle Filtration Effiency dengan hasil minimal ≥98.
3) Fluid Resistance dengan hasil minimal ≥120mmHg.
d. Standar Uji yang digunakan untuk Masker Medis adalah ASTM F2100-19
(Standard Specification for Perfomance of Material used in Medical Face Masks)
atau EN14683:2019 (Requirement and Test Methods for Medical Face Masks)
7

Tabel 2.4 Standar Masker Medis


LEVEL 1 LEVEL 2 LEVEL 3
ASTM EN ASTM EN ASTM EN
F2100-19 14683:2019 F2100-19 14683:2019 F2100-19 14683:2019
Barrier BFE ≥95 ≥95 ≥98 ≥98 ≥98 ≥98
Testing Bacterial
Filtration
Effiency
PFE ≥95 Tidak ≥98 Tidak ≥98 Tidak
Particle Diperlukan Diperlukan Diperlukan
Filtration
Effiency
Fluid / Splash ≥80 mmHg Tidak ≥120 Tidak ≥160 ≥16.0 kPa
Resistance Diperlukan mmHg Diperlukan mmHg (>120mmHg)
Physical Differential <4.0 <40Pa/cm2 <5.0 <40Pa/cm2 <5.0 <60Pa/cm2
Testing Pressure mmH20 mmH20 mmH20
/cm2 /cm2 /cm2
Safety Flammability Kelas 1 European Kelas 1 European Kelas 1 European
Testing (≥3.5 detik) MDD (≥3.5 detik) MDD (≥3.5 detik) MDD
93/42/EE 93/42/EE 93/42/EE
Microbial Tidak ≤30 cfu/g Tidak ≤30 cfu/g Tidak ≤30 cfu/g
Cleanliness Diperlukan Diperlukan Diperlukan
Biocompability ISO 10993
ISO 10993

2. Sarung Tangan
Sarung tangan dapat terbuat dari bahan lateks karet, polyvinyl chloride (PVC),
nitrile, polyurethane, merupakan pelindung tangan tenaga kesehatan dari kontak cairan
infeksius pasien selama melakukan perawatan pada pasien. Sarung tangan yang ideal
harus tahan robek, tahan bocor, biocompatibility (tidak toksik) dan pas di tangan. Sarung
tangan yang digunakan merupakan sarung tangan medis yang rutin digunakan dalam
perawatan.

3. Masker Respirator Medis


Masker respirator medis berfungsi untuk melindungi pemakai dari paparan cairan
dengan ukuran droplet, tapi juga hingga cairan berukuran aerosol. Masker jenis ini pun
memiliki face seal fit yang ketat sehingga mendukung pemakai terhindar dari paparan
aerosol asalkan seal fit dipastikan terpasang dengan benar.
Masker Respirator di pasaran tersedia atas Masker Respirator Industri dan Masker
Respirator Medis. Perbedaaannya adalah kemampuan untuk tahan terhadap penetrasi
darah yang dimiliki oleh Masker Respirator Medis.
8

Tabel 2.5 Perbedaan Respirator Industri dan Medis

Respirator
No. Kriteria Respirator Medis
Industrial
Dirancang untuk melindungi
pemakai dari paparan partikel di
1 Ya Ya
udara (mis. debu, kabut, asap,
serat, virus dan bakteri):
2 Dirancang agar pas di wajah Ya Ya

Efisiensi penyaringan 95%


3 terhadap padat dan cair aerosol Ya Ya
yang tidak mengandung minyak

Memiliki Rekomendasi FDA atau


4 Tidak Ya
badan sejenis

Tidak terbuat dari karet lateks


5 Ya Ya
alami

Tahan Cairan - Tahan terhadap


Penetrasi Darah Sintetis yang
6 Tidak Ya
disemprotkan dengan tekanan
tinggi

Masker Respirator Medis memiliki beberapa pernamaan di beberapa regional.


Ketersediaan Respirator Medis di pasaran saat ini ada yang disebut Masker N95, Masker
KN95, Masker FFP2, dll.
9

Tabel 2.6 Persyaratan Peraturan Global untuk Masker Respirator Medis

Amerika Eropa China Australia / New


Serikat Zealand
Istilah yang Sering Surgical N95 Medical Medical Surgical Respirator
Digunakan Respirator atau Protective atau Healthcare
Healthcare Respirator Respirator
Respirator KN95
Badan yang National Badan Notifikasi National Produk diharapkan
Menerbitkan Institute for Eropa yang Medical memenuhi
Sertifikasi Occupational mensertifikasi Products persyaratan AS /
Respirator Safety and pemenuhan Administration NZS 1716 atau
Health persyaratan (NMPA): NIOSH N95. Produk
(NIOSH) Peraturan PPE Sekarang dapat disertifikasi
Eropa bernama oleh perusahaan
CFDA pihak ke-3
Persyaratan N95 atau lebih FFP2 dan FFP3, Medical N95 / P2 atau lebih
Respirator sebagai tinggi, dengan dengan Tingkat Protective tinggi, dengan
Respirator Medis Tingkat Ketahanan Respirator (GB Tingkat Ketahanan
Ketahanan Penetrasi Cairan 19083, FE ≥ Penetrasi Cairan
Penetrasi yang Baik 95%) yang Baik
Cairan yang
Baik
Badan yang Food And Badan Notifikasi NMPA / CFDA Therapeutic Goods
Menyetujui Drug Eropa yang Administration
Sebagai Masker Adiminstration mensertifikasi (TGA)
Respirator Medis (FDA) pemenuhan
persyaratan
Peraturan EU
Medical Devices
Directive
Uji untuk ASTM F1862 EN14683 YY/T 0691- AS 4381 mengacu
Ketahanan mengacu pada 2008 pada ASTM F1862
Penetrasi Cairan metode atau ISO 22609
pengujian ISO
22609
Uji untuk ASTM F2101 EN14683 berisi Tidak AS 4381 mengacu
Biological tes untuk BFE Dipersyaratkan pada ASTM F2102
Filtration atau EN14683
Efficiency (BFE)
Kebersihan Tidak Ketika diuji Jumlah total Tidak
mikroba Dipersyaratkan menurut EN ISO koloni bakteri ≤ Dipersyaratkan
(Bioburden) 11737-1, 200CFU / g
bioburden dari dan jumlah
masker medis total koloni
harus ≤ 30 CFU jamur ≤ 100
/g CFU / g

Tabel 2.7 Standar Masker Respirator Medis FFP2 EN149:2001+A1-2009


Penetration Rating Maximum Resistance
Within Allowable Range
Inhale Exhale
Partikel Partikel Partikel Partikel 30 L / 95 L / 160 L /
NaCl NaCl Minyak Minyak Menit Menit Menit
95L/mnt 95L/mnt 95L/mnt 95L/mnt

Angka Angka Angka Angka


Maksimum Maksimum Maksimum Maksimum
%- %- %- %-
penetrasi produktifitas penetrasi produktifitas
FFP2 6 ≥94 6 ≥94 0.7 2.4 3.0
FFP3 1 ≥99 1 ≥99 1.0 3.0 3.0
10

Beberapa Kriteria Masker Respirator Medis yang diperlukan:


a. Material: 4-5 Lapisan Polyprophylene
b. Lulus uji penetrasi Cairan Darah Sistesis dengan tekanan tinggi yang dilakukan
pada saat uji coba
c. Respirator Medis harus menempel erat dengan wajah untuk menghindari celah
kontaminasi bagi pemakai maupun lingkungan sekitar
Masker Respirator Medis direkomendasikan terutama untuk tenaga kesehatan
yang harus kontak erat secara langsung menangani kasus dengan tingkat infeksius yang
tinggi. Idealnya masker respirator medis tidak untuk digunakan kembali, namun dengan
stok masker respirator medis yang sedikit, dapat dipakai ulang dengan catatan semakin
sering dipakai ulang, kemampuan filtrasi akan menurun. Jika akan menggunakan
metode pemakaian kembali, masker N95 perlu dilapisi masker medis pada bagian
luarnya. Masker respirator medis tidak dapat digunakan kembali jika pengguna masker
respirator medis sudah melakukan tindakan yang menimbulkan aerosol. Masker
respirator medis dapat dipakai sebanyak 5 kali dengan durasi pemakaian selama 8 jam
dalam sekali pakai (satu hari).
Masker respirator medis terbuat dari polypropylene yang bersifat hidrofobik dan
sangat kering sehingga virus SARS-CoV2 tidak dapat bertahan hidup. Berikut beberapa
metode agar masker respirator medis dapat digunakan kembali:
a. Masker respirator medis disimpan di kantong kertas berlabel nama petugas,
tanggal dan jam.
b. Masker respirator medis diletakkan kering di ruangan terbuka dalam suhu kamar
selama 3-4 hari. Masker respirator tidak boleh dijemur atau disterilkan dengan
sinar ultraviolet.
c. Sterilasi kering menggunakan oven dapur dengan suhu 70 0C selama 30 menit.
d. Sterilisasi basah dengan menggantung masker respirator medis diatas uap air
panas mendidih selama 10 menit.

4. Coverall / Surgical Gown


COVID-19 adalah penyakit pernapasan yang berbeda dari Penyakit virus Ebola
(EVD), yang ditularkan melalui cairan tubuh terinfeksi. Oleh karena terdapat perbedaan
dalam hal transmisi, persyaratan APD untuk COVID-19 berbeda dari yang diperlukan
untuk EVD. Secara spesifik, Coverall (kadang disebut APD Ebola) tidak dipersyaratkan
saat mengelola pasien COVID-19 (Rational Use of Personal Protective Equipment (PPE)
For Coronavirus Disease (COVID-19) WHO).
Namun dalam situasi wabah COVID -19 di Indonesia dengan laju peningkatan
kasus konfirmasi COVID-19 yang cepat, maka penggunaan coverall dapat memperluas
area perlindungan bagi tenaga kesehatan.
11

Beberapa Kriteria Coverall dan Surgical Gown yang diperlukan:


a. Material: Non Woven, Serat sintetik (Polypropylene, Polyesther, Polyethylen).
b. Berwarna terang/cerah.
c. Lingkaran elastis pada pergelangan tangan.
d. Spesifikasi Uji Test : EN 14126 ISO 16603 atau ASTM F1670, EN 14126 ISO
16604 atau ASTM F1671, ANSI/AAMI PB70 AATCC 42, ANSI/AAMI PB70
AATCC 127, atau NFPA 1999.
e. Memiliki Nomor Izin Edar yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI.

Tabel 2.8 Syarat Teknis Standar Pengujian Kinerja Ketahanan pada Coverall dan Surgical
Gown

Karakteristik Standar Metode Jenis Persyaratan Interpretasi


Pengujian Pengujian Pengujian Hasil Hasil
Pengujian Pengujian
Pengukuran ANSI/AAMI AATCC 42 Air (Water) Water impact ≤ Semakin
resistensi kain PB70 (Kinerja (Impact 4.5 g rendah
terhadap barrier pada Penetration) Spray Impact ukuran beban
penetrasi pakaian (Dampak gram,
cairan pelindung) semprotan) ≤ semakin
1.0 g resisten
suatu
material
terhadap
penetrasi air.
Pengukuran ANSI/AAMI AATCC 127 Air (Water) Lulus Uji pada Ketahanan
resistensi kain PB70 (Kinerja (Hydrostatic 20 cm air sedang
terhdap barrier pada Pressure) (tahan
penetrasi pakaian terhadap
cairan dengan pelindung) penetrasi air
tekanan yang di bawah
meningkat kontak
konstan
dengan
tekanan yang
meningkat)
Resistensi ANSI/AAMI ASTM Darah ≥2 psi atau Dikatakan
terhadap PB70 (Kinerja F1671 atau pengganti/sin ≥13.8kPa "Lulus"
kemampuan barrier pada ISO 16603 tesis berarti bahan
menahan pakaian (Viral (Surrogate tahan
penetrasi darah pelindung) Penetration blood) terhadap
sintetis di atau EN Test) penetrasi
bawah kontak 14126 darah sintetis
konstan (Pakaian pada tekanan
pelindung 2 psi (13,8
terhadap kPa)
agen
infeksius)
Resistensi ANSI/AAMI ASTM Bacterio- Tingkat tekanan Dikatakan
terhadap PB70 (Kinerja F1671 atau phage (Phi-X paparan (kPa): "Lulus"
penetrasi oleh barrier pada ISO 16604 174)  Kelas 6: 20.0 berarti bahan
pathogen yang pakaian (Synthetic  Kelas 5: 14.0 tahan
ditularkan pelindung) Blood  Kelas 4: 7.0 terhadap
melalui darah atau EN Penetration  Kelas 3: 3.5 penetrasi
dan cairan 14126 Test)  Kelas 2: 1.75 darah sintetis
tubuh (Pakaian  Kelas 1: 0.0 pada tekanan
pelindung 2 psi (13,8
terhadap kPa)
agen
infeksius)
12

Keterangan:
1. ANSI/AAMI PB70 (USA) merupakan standar untuk menguji kekuatan barrier dari
surgical gown, isolation gown dan tirai isolasi (Isolation Drapes).
2. EN 14126 (Eropa) merupakan standar untuk menguji kekuatan pakaian pelindung
terhadap agen infeksius.
3. ANSI: American National Standard Institute.
AAMI: Asociation for the Advancement of Medical Instrumentation.
AATCC: American Association of Textile Chemists and Colorists.

Tabel 2.9 Standar Tingkat Kualitas Coverall / Surgical Gown


(https://wwwn.cdc.gov/PPEInfo/Standards/Info/ANSI/AAMIPB70Class4)

Level Standar Pengujian


AATCC 42 AATCC 127 ASTM F1670 atau ASTM F1671 atau
ISO 16603 ISO 16604
I ≤4.5 g - - -
II ≤1.0g ≥20 cm - -
III ≤1.0g ≥50 cm - -
IV ≤1.0g ≥50 cm ≥2 psi atau ≥13.8kPa ≥2 psi atau ≥13.8kPa

5. Scrub Top and Pants


Scrub Top and Pants adalah sepasang pakaian saniter (baju dan celana) yang
dikenakan oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat dan pekerja lain yang terlibat dalam
perawatan pasien di fasilitas pelayanan kesehatan). Scrub Top and Pants terbuat dari
bahan kain yang mudah dibersihkan dan dapat disterilkan kembali.

6. Pelindung Mata (Goggles)


Pelindung mata berbentuk seperti kaca mata yang terbuat dari plastik digunakan
sebagai pelindung mata yang menutup dengan erat area sekitarnya agar terhindar dari
cipratan yang dapat mengenai mukosa. Pelindung mata/goggles digunakan pada saat
tertentu seperti aktifitas dimana kemungkinan risiko terciprat /tersembur, khususnya
pada saat prosedur menghasilkan aerosol, kontak dekat berhadapan muka dengan
muka pasien COVID-19. Disarankan tahan terhadap uap air/ anti kabut.

7. Head Cap (Penutup Kepala/Rambut)


Head Cap (Penutup Kepala/Rambut) merupakan pelindung kepala dan rambut
tenaga kesehatan dari percikan cairan infeksius pasien selama melakukan perawatan.
Penutup kepala terbuat dari bahan tahan cairan, tidak mudah robek dan ukuran nya pas
di kepala tenaga kesehatan. Penutup kepala ini digunakan sekali pakai.

8. Pelindung wajah (Face Shield)


Pelindung wajah umumnya terbuat dari plastik jernih transparan, merupakan
pelindung wajah yang menutupi wajah sampai ke dagu sebagai proteksi ganda bagi
13

tenaga kesehatan dari percikan infeksius pasien saat melakukan perawatan. Disarankan
tahan terhadap uap air/ anti kabut.

9. Apron
Apron merupakan pelindung tubuh untuk melapisi luar gaun yang digunakan oleh
petugas kesehatan dari penetrasi cairan infeksius pasien yang bisa terbuat dari plastik
sekali pakai atau bahan plastik berkualitas tinggi yang dapat digunakan kembali
(reuseable) yang tahan terhadap klorin saat dilakukan desinfektan.

10. Sepatu Boots dan/atau Shoe Cover


Sepatu pelindung dapat terbuat dari karet atau bahan tahan air atau bisa dilapisi
dengan kain tahan air, merupakan alat pelindung kaki dari percikan cairan infeksius
pasien selama melakukan perawatan. Sepatu pelindung harus menutup seluruh kaki
bahkan bisa sampai betis apabila gaun yang digunakan tidak mampu menutup sampai
ke bawah. Shoe Cover adalah pelindung sepatu yang terbuat dari bahan non woven
tahan air dan tahan robek.

C. PENGGUNAAN APD
Penggunaan APD memerlukan 4 unsur yang harus dipatuhi :
1. Tetapkan indikasi penggunaan APD dengan mempertimbangkan:
a. Risiko terpapar
Alat pelindung diri digunakan oleh orang yang berisiko kontak dengan pasien
atau material infeksius seperti tenaga kesehatan, petugas kebersihan, petugas
instalasi sterilisasi, petugas binatu dan petugas ambulans di Fasyankes.
b. Dinamika transmisi.
1) Transmisi penularan COVID-19 adalah APD dan Kontak. APD yang
digunakan antara lain:
a) Masker Medis
b) Sarung tangan
c) Masker Respirator Medis
d) Coverall / Surgical Gown
e) Scrub Top and Pants
f) Pelindung Mata
g) Head Cap
2) Transmisi airborne bisa terjadi pada tindakan yang memicu terjadinya
aerosol seperti intubasi trakea, ventilasi non invasive, trakeostomi, resusitasi
jantung paru, ventilasi manual sebelum intubasi, nebulasi dan bronskopi,
14

pemeriksaan gigi seperti scaler ultrasonic dan high-speed air driven,


pemeriksaan hidung dan tenggorokan serta pengambilan swab. APD yang
digunakan antara lain:
a) Masker Medis
b) Sarung tangan
c) Masker respirator medis
d) Coverall / Surgical Gown
e) Scrub Top and Pants
f) Pelindung Mata
g) Head Cap
h) Pelindung Wajah
i) Apron
j) Sepatu Boots / Shoe Cover
2. Cara “ memakai “dengan benar
3. Cara “melepas” dengan benar
4. Cara mengumpulkan (disposal) setelah di pakai.

Sarung angan
Non Steril

Gambar 2.1 Contoh Penggunaan APD untuk Petugas Kesehatan


(https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/using-ppe.html)

APD yang dipakai untuk merawat pasien Suspek, Probable atau Konfirmasi
COVID-19 harus dikategorikan sebagai material infeksius. Tidak diperlukan prosedur
khusus dan penanganannya sama dengan linen infeksius yang lain. Semua APD baik
disposable atau reuseable harus dikemas secara terpisah (dimasukkan ke dalam
kantong plastik infeksius atau tempat tertutup) yang diberi label dan anti bocor. Hindari
melakukan hal-hal di bawah ini :
15

a. Meletakkan APD di lantai atau di permukaan benda lain (misal di atas loker atau
di atas meja).
b. Membongkar kembali APD yang sudah dimasukkan ke kantong plastik infeksius
atau tempat tertutup.
c. Mengisi kantong plastik infeksius atau tempat tertutup berisikan APD terlalu
penuh.

Tabel 2.10 Jenis APD yang Digunakan Pada Kasus COVID-19 Berdasarkan Lokasi
Pelayanan, Profesi, Aktifitas petugas menurut WHO

Lokasi Profesi Aktifitas Jenis APD yang Digunakan


RAWAT INAP, IGD dan KAMAR OPERASI
Skrining Petugas Skrining pertama 1. Masker Medis
Kesehatan tanpa kontak 2. Sarung Tangan
Triase Klinis untuk prioritas langsung 3. Pelindung wajah
pelayanan mengacu pada 4. Petugas melakukan prosedur
tingkat kegawatdarutan Hand-Hygiene
harus dilakukan pada area
yang terpisah untuk individu
dengan gejala COVID-19
Ruang Rawat Inap, IGD dan Petugas Pelayanan 1. Masker Medis
Kamar Operasi Kesehatan Kesehatan (Non 2. Sarung Tangan
Aerosol) 3. Surgical Gown
4. Scrubs Top and Pants
5. Pelindung mata
Pelayanan 1. Masker Medis
Kesehatan 2. Sarung Tangan
(Aerosol 3. Masker Respirator Medis
Generating 4. Coverall / Surgical Gown
Procedures) 5. Scrub Top and Pants
6. Pelindung Mata
7. Head Cap
8. Pelindung Wajah
9. Apron
10. Sepatu Boots
11. Petugas melakukan prosedur
Hand-Hygiene
Petugas Membersihkan 1. Masker Medis
Kebersihan Ruangan 2. Sarung tangan
Perawatan Non 3. Surgical Gown
COVID-19 4. Pelindung Mata / Pelindung
Wajah
5. Petugas melakukan prosedur
Hand-Hygiene
Petugas Membersihkan 1. Masker Medis
Kebersihan Ruangan 2. Sarung Tangan
COVID-19 3. Masker Respirator Medis
4. Surgical Gown
5. Scrub Top and Pants
6. Pelindung Mata
7. Head Cap
8. Pelindung Wajah
9. Sepatu Boots / Shoe Cover
10. Petugas melakukan prosedur
Hand-Hygiene
Laboratorium ATLM Memeriksa 1. Masker Medis
sampel spesimen 2. Sarung tangan
laboratorium 3. Surgical Gown
pasien 4. Scrubs Top and Pants
16

5. Pelindung Mata / Pelindung


Wajah
6. Petugas melakukan prosedur
Hand-Hygiene
Memeriksa 1. Sarung tangan
sampel spesimen 2. Masker Respirator Medis
laboratorium 3. Surgical Gown
pasien Suspek, 4. Scrubs Top and Pants
Probable atau 5. Pelindung Mata / Pelindung
Konfirmasi Wajah
COVID-19 6. Apron
7. Sepatu Boots / Shoe Cover
8. Petugas melakukan prosedur
Ruang Penerimaan Linen Binatu dan Mencuci dan 1. Masker Medis
dan Peralatan Infeksius CSSD Mensterilkan 2. Sarung tangan
Linen dan Alat 3. Surgical Gown
4. Scrubs Top and Pants
5. Pelindung Mata / Pelindung
Wajah
6. Head Cap
7. Apron
8. Sepatu Boots
9. Petugas melakukan prosedur
Hand-Hygiene
Area Administrasi Petugas Tugas 1. Masker Medis
Administrasi Administrasi 2. Sarung tangan
tanpa kontak 3. Petugas melakukan prosedur
pasien COVID- Hand-Hygiene
19
Instalasi Kamar Jenasah Petugas Pemulasaran 1. Masker Medis
Pemulasaran Jenasah Suspek, 2. Sarung Tangan
Jenasah Probable atau 3. Masker Respirator Medis
Konfirmasi 4. Coverall / Surgical Gown
COVID-19 5. Scrub Top and Pants
6. Pelindung Mata
7. Head Cap
8. Pelindung Wajah
9. Apron
10. Sepatu Boots
11. Petugas melakukan prosedur
Hand-Hygiene

RAWAT JALAN
Skrining Petugas Skrining pertama 1. Masker Medis
Kesehatan tanpa kontak 2. Sarung Tangan
Triase Klinis untuk prioritas langsung 3. Pelindung wajah
pelayanan mengacu pada 4. Petugas melakukan prosedur
tingkat kegawatdarutan Hand-Hygiene
harus dilakukan pada area
yang terpisah untuk individu
dengan gejala COVID-19
Ruang Konsultasi Petugas Pelayanan 1. Masker Medis
Kesehatan Kesehatan Pasien 2. Sarung Tangan
tanpa gejala COVID- 3. Surgical Gown
19 4. Scrub Top and Pants
5. Pelindung Mata / Pelindung
Wajah
6. Head Cap
7. Petugas melakukan prosedur
Hand-Hygiene
Pelayanan 1. Masker Medis
Kesehatan Pasien 2. Sarung Tangan
dengan gejala 3. Masker Respirator Medis
COVID-19 atau 4. Coverall / Surgical Gown
Ruangan yang 5. Scrub Top and Pants
menghasilkan 6. Pelindung Mata
17

Aerosol (Contoh: 7. Head Cap


Poli THT, Poli Paru 8. Pelindung Wajah
dan Poli Gigi) 9. Apron
10. Sepatu Boots
11. Petugas melakukan
prosedur Hand-Hygiene
Petugas Membersihkan 1. Masker Medis
Kebersihan Ruangan 2. Sarung tangan
3. Surgical Gown
4. Head Cap
5. Pelindung Mata / Pelindung
Wajah
6. Sepatu Boots / Shoe Cover
7. Petugas melakukan prosedur
Hand-Hygiene
Petugas Tugas Administrasi 1. Masker Medis
Administrasi tanpa kontak pasien 2. Goggles/Face shield
COVID-19 3. Petugas melakukan prosedur
Hand-Hygiene
Laboratorium ATLM Memeriksa sampel 1. Masker Medis
spesimen 2. Sarung tangan
laboratorium pasien 3. Surgical Gown
4. Scrubs Top and Pants
5. Pelindung Mata / Pelindung
Wajah
6. Petugas melakukan prosedur
Hand-Hygiene
Memeriksa sampel 1. Masker Medis
spesimen 2. Sarung tangan
laboratorium pasien 3. Masker Respirator Medis
Suspek, Probable 4. Surgical Gown
atau Konfirmasi 5. Scrubs Top and Pants
COVID-19 6. Pelindung Mata / Pelindung
Wajah
7. Apron
8. Sepatu Boots / Shoe Cover
9. Petugas melakukan prosedur
Kegiatan Luar Ruangan Petugas Surveilans / 1. Masker Medis
(Active Case Finding / Kesehatan Interview langsung 2. Sarung Tangan
Surveilans) dengan pasien 3. Masker Respirator Medis
Suspek, Probable 4. Surgical Gown
atau Konfirmasi 5. Scrub Top and Pants
COVID-19 6. Pelindung Mata
7. Head Cap
8. Pelindung Wajah
9. Apron
10. Sepatu Boots
11. Petugas melakukan
prosedur Hand-Hygiene

AMBULANS/TRANSPORT
Ambulans atau Kendaraan Petugas Transport Pasien 1. Masker Medis
Transfer Kesehatan Suspek, Probable 2. Sarung Tangan
atau Terkonfirmasi 3. Masker Respirator Medis
COVID-19 4. Coverall / Surgical Gown
5. Scrub Top and Pants
6. Pelindung Mata
7. Head Cap
8. Pelindung Wajah
9. Apron
10. Sepatu Boots
11. Petugas melakukan
prosedur Hand-Hygiene
Pengemudi Kompartmen Pasien 1. Masker Medis
Terpisah atau Tidak 2. Sarung Tangan
Terpisah tetapi 3. Masker Respirator Medis
18

Tidak ada Kontak 4. Petugas melakukan prosedur


Langsung dengan Hand-Hygiene
Pasien Suspek,
Probable atau
Konfirmasi COVID-
19
Kompartmen Pasien 1. Masker Medis
Terpisah atau Tidak 2. Sarung Tangan
Terpisah dan 3. Masker Respirator Medis
Membantu 4. Surgical Gown
Menaikkan dan 5. Scrub Top and Pants
Menurunkan Pasien 6. Pelindung Mata
7. Head Cap
8. Sepatu Boos / Shoe Cover
9. Petugas melakukan prosedur
Hand-Hygiene
19

BAB III
PENUTUP

Pedoman Alat Pelindung Diri ini mempunyai peranan sebagai pedoman dalam
pencegahan penularan COVID-19 serta perlindungan diri bagi Petugas Kesehatan.
Penyusunan Pedoman Alat Pelindung Diri ini adalah langkah awal ke suatu proses
kegiatan dalam menghadapi COVID-19 sehingga memerlukan dukungan kerjasama dari
berbagai pihak dalam penerapannya.
Terlepas dari tindakan yang diterapkan, petugas kesehatan harus memiliki
pendidikan dan pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang diperlukan
tentang penggunaan Alat Pelindung Diri yang benar dan tindakan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi lainnya, termasuk menunjukkan kompetensi dalam pengetahuan
tentang standar yang tepat untuk kualitas dan penggunaan Alat Pelindung Diri yang
diperlukan untuk perawatan langsung pasien dengan COVID- 19 dan tugas lainnya.

Anda mungkin juga menyukai