Anda di halaman 1dari 3

Bell’s palsy adalah kelemahan atau kelumpuhan saraf perifer wajah (nervus

fasialis) secara akut pada sisi sebelah wajah.

Diagnosis Bell’s Palsy


Diagnosis dilakukan dokter dengan melakukan pemeriksan gerakan wajah
penderita. Di samping pemeriksaan fisik, serangkaian pemeriksaan lanjutan akan
elektromiografi, ct scan ,pemeriksaan darah dan mri
 Elektromiografi (EMG) merupakan sebuah prosedur diagnostik untuk
memeriksa kondisi otot dan sel-sel saraf yang mengontrolnya. Sel-sel saraf ini
juga disebut sebagai saraf motorik. Saraf ini bertugas mengirimkan sinyal
elektrik yang memungkinkan otot untuk berkontraksi maupun mengendur.
Prosedur elektromiografi ini mampu menerjemahkan sinyal tersebut menjadi
grafik maupun angka-angka yang bisa membantu dokter mendiagnosis
gangguan kesehatan tertentu.

 Tes darah
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya penyakit lain yang memicu
terjadinya Bell’s palsy.
 MRI dan CT scan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan tidak ada kelainan pada otak.

A. Manfaat dan Gambaran apa yang didapatkan dari prosedur


elektromiografi, tes darah , MRI,dan CT-Scan?
1) Pencitraan

Beberapa tes lain yang digunakan dokter untuk memastikan adanya gangguan
pada saraf fasialis di wajah antara lain MRI dan Ct-scan. Pemeriksaan tersebut
merupakan metode pencitraan untuk melihat kelainan saraf yang terkait pada
Bell’s palsy.

2) EMG

Pemeriksaan elektromiografi juga bermanfaat untuk mendeteksi respon gerak otot


melalui impuls saraf tepi.

3) Darah lengkap

Pemeriksaan darah terkadang juga diperlukan untuk mendeteksi adanya pengaruh


infeksi yang melibatkan rusaknya sistem saraf fasialis.
 Apakah dari kasus bell pals tersebut mempengaruhi gerak pasien?
Menurut saya bell palsy tidak nenpengaruhi gerak penderita hanya saya terjadi
pada bagian wajah yg dimana wajah pasien sulit melakukan grekaan seperti
tersenyum makan dan meutup mata .
 Perlukah melakukan pemeriksaan electromyografi?
Menurut saya sangat perlu karena tes elektromiografi untuk memeriksa
tingkat kerusakan pada saraf serta pemindai dengan Magnetic Resonance
Imaging (MRI). Tes tersebut dilakukan untuk mencari kemungkinan lain
penyebab kelumpuhan saraf wajah..

 Manfaat dan fungsi electromyografi ?


ektromiografi (EMG) adalah teknik yang digunakan untuk
mengevaluasi fungsi saraf dan otot dengan cara merekam aktivitas
listrik yang dihasilkan oleh otot skeletal. Ini merupakan tes penting
yang digunakan untuk mendiagnosis kelainan otot dan saraf. Ini sering
digunakan untuk mengevaluasi kelainan sistem saraf periferal.
Elektromiografi mencakup penyisipan elektroda pin (jarum halus)
melalui kulit dan masuk ke dalam jaringan otot, kemudian aktivitas
listrik otot direkam pada komputer. Hasil tes ini memungkinkan ahli
saraf mendiagnosis setiap aktivitas otot atau saraf yang abnormal. Tes
ini membantu membedakan antara penyakit akar saraf dan penyakit
otot.
Elektromiografi pada umumnya dilaksanakan jika pemeriksaan menunjukkan
adanya gangguan pada kekuatan otot. Hasil Elektromiogram memungkinkan
dokter Anda untuk menentukan, jika kelemahan otot Anda diakibatan oleh
cedera saraf yang terkait ke otot tersebut, atau kelemahan itu disebabkan
oleh gangguan neurologis didasarnya.
 Penempataan eletroda
Tes electroneuronography dilakukan oleh audiolog. Biasanya, sistem
menghitung perbedaan antara potensi aksi otot majemuk yang dihasilkan dekat
hidung (nasolabial fold) sebagai respons terhadap stimulasi listrik
supramaximal dekat telinga (foramen stylomastoid). Dengan demikian,
rangsangan listrik berjalan di sepanjang saraf wajah, memungkinkannya untuk
secara khusus ditunjukkan. Peningkatan sensitivitas dan spesifisitas rekaman
telah menjadi tujuan konstan, dan diyakini bahwa variabilitas muncul dari
lokasi dan tekanan elektroda, arus yang merangsang, dan ketahanan kulit.
Esslen dan Fisch menempatkan elektroda pada lipatan nasolabial, dan ini telah
menjadi standar, tetapi May dan Hughes bereksperimen dengan elektroda yang
ditempatkan pada nasal ala, dengan mengutip bentuk gelombang yang lebih
baik.
Dua posisi dibandingkan sehubungan dengan ambang supramaximal, bentuk
gelombang / amplitudo, dan pengulangan. Berkenaan dengan ambang
supramaximal, alae hidung menunjukkan bentuk gelombang bifasik superior
sementara membutuhkan lebih sedikit stimulasi input untuk menghasilkan
hasil yang memadai. Namun, dalam semua kategori lain, tidak ada perbedaan
statistik antara melakukan pengukuran pada lipatan nasolabial dibandingkan
dengan nasal alae.

Anda mungkin juga menyukai