Anda di halaman 1dari 16

DEMOKRASI ERA ORDE BARU

Oleh :

HERU WAHYUDI
ANAH INDRIYANI
LENA OLIVIA
ARIS NURUL CAHYANI
SEPTI NURMARYAM

SMA NEGERI 1 PANGGARANGAN


2020
KATA PENGANTAR

Puji dan puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Shalawat dan salam selalu
tercurah kepada junjungan kita baginda Rasulullah SAW, yang telah membawa
manusia dari alam jahiliah menuju alam yang berilmu seperti sekarang ini.
Makalah ini dapat dibuat seperti ini tak lepas dari bantuan banyak pihak.
Untuk itu sudah sepantasnyalah kami mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besar buat mereka yang telah berjasa membantu kami selama proses
pembuatan makalah ini dari awal hingga akhir.
Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih ada hal-hal yang belum
sempurna dan luput dari perhatian kami. Baik itu dari bahasa yang digunakan
maupun dari teknik penyajiannya. Oleh karena itu, dengan segala kekurangan dan
kerendahan hati, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
sekalian demi perbaikan makalah ini ke depannya.
Akhirnya, besar harapan kami makalah ini dapat memberikan manfaat yang
berarti untuk para pembaca. Dan yang terpenting adalah semoga dapat turut serta
memajukan ilmu pengetahuan.

Panggarangan, November 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Demokrasi............................................................................... 2
B. Sejarah Lahirnya Orde Baru................................................................. 3
C. Penataan Kehidupan Demokrasi Pada Masa Orde Baru....................... 4
D. Pelaksanaan Demokrasi Pada Masa Orde Baru.................................... 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 11
B. Saran..................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demokrasi adalah pemerintahan rakyat, maksudnya pemerintahan
memberi kekuasaan dan wewenang kepada rakyat, semua keputusan
berdasarkan suara rakyat. Demokrasi Indonesia adalah pemerintahan dari
semua rakyat Indonesia, oleh rakyat Indonesia dan untuk rakyat Indonesia
dari Sabang sampai Merauke. Cara pemerintahan seperti ini menjadi cita-cita
semua partai Nasionalis di Indonesia.
Sejak bangsa Indonesia mencapai kemerdekaannya pada 17 Agustus
1945 selalu menjadi pertanyaan bagaimana sistem pemerintahan yang tepat
dan paling bermanfaat baginya. Indonesia menjadi salah satu negara
demokrasi terbesar di dunia. Demokrasi menjadi pilihan bangsa Indonesia
sejak awal berdirinya. Perkembangan sistem demokrasi berlangsung sejak
tahun 1945 hingga masa sekarang. Berbagai model demokrasi pernah
diterapkan di Indonesia dengan segala kekurangan dan kelebihannya.
Perkembangan demokrasi di Indonesia mengalami pasang surut dari masa
kemerdekaan sampai saat ini. Hal ini dibuktikan dengan telah
dilaksanakannya beberapa bentuk demokrasi di negara Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah:
1. Apa definisi demokrasi?
2. Bagaimana sejarah lahirnya Orde Baru?
3. Bagaimana penataan kehidupan demokrasi pada masa Orde Baru?
4. Bagaimana pelaksanaan demokrasi pada masa Orde Baru?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Demokrasi
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya
memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah
hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi baik
secara langsung atau melalui perwakilan dalam perumusan, pengembangan,
dan pembuatan hukum. Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan
budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas
dan setara.
Kata ini berasal dari bahasa Yunani dēmokratía "kekuasaan rakyat", yang
terbentuk dari dêmos "rakyat" dan kratos "kekuatan" atau "kekuasaan" pada
abad ke-5 SM untuk menyebut sistem politik negara-kota Yunani, salah
satunya Athena; kata ini merupakan antonim dari aristocratie "kekuasaan
elite". Secara teoretis, kedua definisi tersebut saling bertentangan, namun
kenyataannya sudah tidak jelas lagi. Sistem politik Athena Klasik, misalnya,
memberikan kewarganegaraan demokratis kepada pria elite yang bebas dan
tidak menyertakan budak dan wanita dalam partisipasi politik. Di semua
pemerintahan demokrasi sepanjang sejarah kuno dan modern,
kewarganegaraan demokratis tetap ditempati kaum elite sampai semua
penduduk dewasa di sebagian besar negara demokrasi modern benar-benar
bebas setelah perjuangan gerakan hak suara pada abad ke-19 dan 20. Kata
demokrasi (democracy) sendiri sudah ada sejak abad ke-16 dan berasal dari
bahasa Perancis Pertengahan dan Latin Pertengahan lama.
Suatu pemerintahan demokratis berbeda dengan bentuk pemerintahan
yang kekuasaannya dipegang satu orang, seperti monarki, atau sekelompok
kecil, seperti oligarki. Apa pun itu, perbedaan-perbedaan yang berasal dari
filosofi Yunani ini sekarang tampak ambigu karena beberapa pemerintahan
kontemporer mencampur aduk elemen-elemen demokrasi, oligarki, dan
monarki. Karl Popper mendefinisikan demokrasi sebagai sesuatu yang
berbeda dengan kediktatoran atau tirani, sehingga berfokus pada kesempatan

2
bagi rakyat untuk mengendalikan para pemimpinnya dan menggulingkan
mereka tanpa perlu melakukan revolusi.
Ada beberapa jenis demokrasi, tetapi hanya ada dua bentuk dasar.
Keduanya menjelaskan cara seluruh rakyat menjalankan keinginannya.
Bentuk demokrasi yang pertama adalah demokrasi langsung, yaitu semua
warga negara berpartisipasi langsung dan aktif dalam pengambilan keputusan
pemerintahan. Di kebanyakan negara demokrasi modern, seluruh rakyat
masih merupakan satu kekuasaan berdaulat namun kekuasaan politiknya
dijalankan secara tidak langsung melalui perwakilan; ini disebut demokrasi
perwakilan. Konsep demokrasi perwakilan muncul dari ide-ide dan institusi
yang berkembang pada Abad Pertengahan Eropa, Era Pencerahan, dan
Revolusi Amerika Serikat dan Perancis.

B. Sejarah Lahirnya Orde Baru


Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di
Indonesia. Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era
pemerintahan Soekarno. Lahirnya Orde Baru diawali dengan dikeluarkannya
Surat Perintah 11 Maret 1966. Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga
1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat
meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi yang merajalela.
Orde Baru lahir dari diterbitkannya Surat Perintah Sebelas Maret
(Supersemar) pada tahun 1966, yang kemudian menjadi dasar legalitasnya.
Orde Baru bertujuan meletakkan kembali tatanan seluruh kehidupan rakyat,
bangsa, dan negara pada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945.
Kelahiran Supersemar terjadi dalam serangkaian peristiwa pada tanggal
11 Maret 1966. Saat itu, Sidang Kabinet Dwikora yang disempurnakan yang
dipimpin oleh Presiden Soekarno sedang berlangsung. Di tengah acara,
ajudan presiden melaporkan bahwa di sekitar istana terdapat pasukan yang
tidak dikenal. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, Presiden
Soekarno menyerahkan pimpinan sidang kepada Wakil Perdana Menteri
(Waperdam) II Dr. Johannes Leimena dan berangkat menuju Istana Bogor,

3
didampingi oleh Waperdam I Dr Subandrio, dan Waperdam II Chaerul Saleh.
Leimena sendiri menyusul presiden segera setelah sidang berakhir.
Di tempat lain, tiga orang perwira tinggi, yaitu Mayor Jenderal Basuki
Rachmat, Brigadir Jenderal M. Yusuf, dan Brigadir Jenderal Amir Machmud
bertemu dengan Letnan Jenderal Soeharto selaku Menteri Panglima Angkatan
Darat dan Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban
(Pangkopkamtib) untuk meminta izin menghadap presiden. Segera setelah
mendapat izin, di hari yang sama tiga perwira tinggi ini datang ke Istana
Bogor dengan tujuan melaporkan kondisi di ibukota Jakarta meyakinkan
Presiden Soekarno bahwa ABRI, khususnya AD, dalam kondisi siap siaga.
Namun, mereka juga memohon agar Presiden Soekarno mengambil tindakan
untuk mengatasi keadaan ini.
Menanggapi permohonan ini, Presiden Soekarno mengeluarkan surat
perintah yang ditujukan kepada Letnan Jenderal Soeharto selaku Menteri
Panglima Angkatan Darat untuk mengambil tindakan dalam rangka menjamin
keamanan, ketenangan, dan stabilitas pemerintahan demi keutuhan bangsa
dan negara Republik Indonesia. Perumusan surat perintah ini sendiri dibantu
oleh tiga perwira tinggi ABRI, yaitu Mayor Jenderal Basuki Rachmat,
Brigadir Jenderal M. Yusuf, Brigadir Jenderal Amir Machmud, dan Brigadir
Jenderal Subur, Komandan Pasukan Pengawal Presiden Cakrabirawa. Surat
perintah inilah yang kemudian dikenal sebagai Surat Perintah 11 Maret 1966
atau Supersemar.

C. Penataan Kehidupan Demokrasi Pada Masa Orde Baru


1. Pembubaran Partai Komunis Indonesia dan Organisasi masanya
Dalam rangka menjamin keamanan, ketenangan, serta stabilitas
pemerintahan, Soeharto sebagai pengemban Supersemar telah
mengeluarkan kebijakan:
a. Membubarkan Partai Komunis Indonesia pada tanggal 12 Maret
1966 yang diperkuat dengan Ketetapan MPRS No IX/MPRS/1966.
b. Menyatakan Partai Komunis Indonesia sebagai organisasi terlarang
di Indonesia.

4
c. Pada tanggal 8 Maret 1966 mengamankan 15 orang menteri yang
dianggap terlibat Gerakan 30 September 1965.
2. Penyederhanaan Partai Politik
Pada tahun 1973 setelah dilaksanakan pemilihan umum yang
pertama pada masa Orde Baru pemerintahan pemerintah melakukan
penyederhanaan dan penggabungan (fusi) partai- partai politik menjadi
tiga kekuatan sosial politik. Penggabungan partai-partai politik tersebut
tidak didasarkan pada kesamaan ideologi, tetapi lebih atas persamaan
program. Tiga kekuatan sosial politik itu adalah:
a. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang merupakan gabungan
dari NU, Parmusi, PSII, dan PERTI.
b. Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang merupakan gabungan dari
PNI, Partai Katolik, Partai Murba, IPKI, dan Parkindo.
c. Golongan Karya
Penyederhanaan partai-partai politik ini dilakukan pemerintah Orde
Baru dalam upaya menciptakan stabilitas kehidupan berbangsa dan
bernegara. Pengalaman sejarah pada masa pemerintahan sebelumnya
telah memberikan pelajaran, bahwa perpecahan yang terjadi dimasa Orde
Lama, karena adanya perbedaan ideologi politik dan ketidakseragaman
persepsi serta pemahaman Pancasila sebagai sumber hukum tertinggi di
Indonesia.
3. Pemilihan Umum
Selama masa Orde Baru pemerintah berhasil melaksanakan enam
kali pemilihan umum, yaitu tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan
1997. Dalam setiap Pemilu yang diselenggarakan selama masa
pemerintahan Orde Baru, Golkar selalu memperoleh mayoritas suara dan
memenangkan Pemilu. Pada Pemilu 1997 yang merupakan pemilu
terakhir masa pemerintahan Orde Baru, Golkar memperoleh 74,51 %
dengan perolehan 325 kursi di DPR dan PPP memperoleh 5,43 % dengan
perolehan 27 kursi. Sedangkan PDI mengalami kemerosotan perolehan
suara dengan hanya mendapat 11 kursi di DPR. Hal disebabkan adanya
konflik intern di tubuh partai berkepala banteng tersebut. PDI akhirnya

5
pecah menjadi PDI Suryadi dan PDI Megawati Soekarno Putri yang
sekarang menjadi PDIP.
Penyelenggaraan Pemilu yang teratur selama masa pemerintahan
Orde Baru telah menimbulkan kesan bahwa demokrasi di Indonesia telah
berjalan dengan baik. Apalagi Pemilu berlangsung dengan asas LUBER
(langsung, umum, bebas, dan rahasia). Namun dalam kenyataannya,
Pemilu diarahkan untuk kemenangan salah satu kontestan Pemilu saja
yaitu Golkar. Kemenangan Golkar yang selalu mencolok sejak Pemilu
1971 sampai dengan Pemilu 1997 menguntungkan pemerintah yang
perimbangan suara di MPR dan DPR didominasi oleh Golkar. Keadaan
ini telah memungkinkan Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia
selama enam periode, karena pada masa Orde Baru presiden dipilih oleh
anggota MPR. Selain itu setiap pertanggungjawaban, rancangan Undang-
undang, dan usulan lainnya dari pemerintah selalu mendapat persetujuan
MPR dan DPR tanpa catatan.
4. Peran Ganda (Dwi Fungsi) ABRI
Pada masa Orde Baru, ABRI menjadi institusi paling penting di
Indonesia. Selain menjadi angkatan bersenjata, ABRI juga memegang
fungsi politik, menjadikannya organisasi politik terbesar di negara. Peran
ganda ABRI ini kemudian terkenal dengan sebutan Dwi Fungsi ABRI.
Timbulnya pemberian peran ganda pada ABRI karena adanya pemikiran
bahwa TNI adalah tentara pejuang dan pejuang tentara. Kedudukan TNI
dan POLRI dalam pemerintahan adalah sama. di MPR dan DPR mereka
mendapat jatah kursi dengan cara pengangkatan tanpa melalui Pemilu.
Pertimbangan pengangkatan anggota MPR/DPR dari ABRI didasarkan
pada fungsinya sebagai stabilisator dan dinamisator. Peran dinamisator
sebenarnya telah diperankan ABRI sejak zaman Perang Kemerdekaan.
Waktu itu Jenderal Soedirman telah melakukannya dengan meneruskan
perjuangan, walaupun pemimpin pemerintahan telah ditahan Belanda.
Demikian juga halnya yang dilakukan Soeharto ketika menyelamatkan
bangsa dari perpecahan setelah Gerakan 30 September, yang melahirkan
Orde Baru.

6
Sistem ini memancing kontroversi di tubuh ABRI sendiri. Banyak
perwira, khususnya mereka yang berusia muda, menganggap bahwa
sistem ini mengurangi profesionalitas ABRI. Masuknya pendidikan
sosial dan politik dalam akademi militer mengakibatkan waktu
mempelajari strategi militer berkurang.
Secara kekuatan, ABRI juga menjadi lemah dibandingkan negara
Asia Tenggara lainnya. Saat itu, hanya ada 533.000 prajurit ABRI,
termasuk Polisi yang kala itu masih menjadi bagian dari ABRI. Angka
ini, yang hanya mencakup 0,15 persen dari total populasi, sangat kecil
dibanding Singapura (2,06%), Thailand (0,46%), dan Malaysia (0,68%).
Pendanaan yang didapatkan ABRI pun tak kalah kecil, hanya sekitar
1,96% dari total PDB, sementara angkatan bersenjata Singapura
mendapatkan 5,48% dan Thailand 3,26%. Selain itu, peralatan dan
perlengkapan yang dimiliki juga sedikit; ABRI hanya memiliki 100 tank
besar dan 160 tank ringan.
5. Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4)
Pada tanggal 12 April 1976 Presiden Soeharto mengemukakan
gagasan mengenai pedoman untuk menghayati dan mengamalkan
Pancasila, yang terkenal dengan nama Ekaprasatya Pancakarsa atau
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Untuk
mendukung pelaksanaan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945
secara murni dan konsekuen, maka sejak tahun 1978 pemerintah
menyelenggarakan penataran P4 secara menyeluruh pada semua lapisan
masyarakat.
Penataran P4 ini bertujuan membentuk pemahaman yang sama
mengenai demokrasi Pancasila, sehingga dengan adanya pemahaman
yang sama terhadap Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945
diharapkan persatuan dan kesatuan nasional akan terbentuk dan
terpelihara. Melalui penegasan tersebut opini rakyat akan mengarah pada
dukungan yang kuat terhadap pemerintah Orde Baru. Sehingga sejak
tahun 1985 pemerintah menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal dalam

7
kehidupan berorganisasi. Semua bentuk organisasi tidak boleh
menggunakan asasnya selain Pancasila.
Menolak Pancasila sebagai asas tunggal merupakan pengkhianatan
terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan demikian
Penataran P4 merupakan suatu bentuk indoktrinasi ideologi, dan
Pancasila menjadi bagian dari sistem kepribadian, sistem budaya, dan
sistem sosial masyarakat Indonesia. Pancasila merupakan prestasi
tertinggi Orde Baru, dan oleh karenanya maka semua prestasi lainnya
dikaitkan dengan nama Pancasila. Mulai dari sistem ekonomi Pancasila,
pers Pancasila, hubungan industri Pancasila, demokrasi Pancasila, dan
sebagainya. Pancasila dianggap memiliki kesakralan (kesaktian) yang
tidak boleh diperdebatkan.

D. Pelaksanaan Demokrasi Pada Masa Orde Baru


Masa orde baru dimulai pada tahun 1966. Pemerintahan orde baru yang
dipimpin oleh Presiden Soeharto, mengawali jalannya pemerintahan dengan
tekad melaksanakan Pancasila dan UUD RI Tahun 1945 secara murni dan
konsekuen. Berdasarkan pengalaman di masa orde lama, pemerintahan orde
baru berupaya menciptakan stabilitas politik dan keamanan untuk
menjalankan pemerintahannya. Orde baru menganggap bahwa penyimpangan
terhadap Pancasila dan UUD RI Tahun 1945 adalah sebab utama kegagalan
dari pemerintahan sebelumnya. Orde baru merupakan tatanan perikehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia atas dasar pelaksanaan Pancasila
dan UUD RI Tahun 1945 secara murni dan konsekuen. Demokrasi yang
dijalankan dinamakan demokrasi Pancasila. Demokrasi Pancasila merupakan
demokrasi yang didasarkan atas nilai-nilai dari sila-sila yang terdapat pada
Pancasila.
Namun, pada praktiknya, cita-cita luhur bangsa Indonesia untuk menjadi
negara yang demokratis tersebut justru runtuh dikarenakan penyalahgunaan
kekuasaan pemerintah, terutama oleh presiden. Pada masa orde baru, bangsa
Indonesia seakan-akan malah terjatuh menjadi negara yang totaliter. Kondisi
tersebut dapat terjadi karena beberapa hal berikut.

8
1. Hak-hak politik rakyat sangat dibatasi
Sejak tahun 1973, jumlah partai politik di Indonesia dibatasi hanya
ada tiga. Pegawai pemerintahan dan ABRI diharuskan mendukung partai
penguasa. Pertemuan-pertemuan politik harus mendapatkan izin dari
penguasa. Para pengkritik pemerintah dikucilkan secara politik, bahkan
ada yang disingkirkan secara paksa. Meskipun pers dinyatakan bebas,
pada kenyataannya pemerintah dapat memberangus/membredel
penerbitan pers yang dianggap berseberangan dengan pemerintah. Di
samping itu, ada perlakuan diskriminatif terhadap anak keturunan orang
yang dianggap terlibat G30S/PKI.
2. Pemusatan kekuasaan di tangan presiden
Meskipun pada masa orde baru kekuasaan negara dibagi menjadi
berbagai lembaga negara yang formal (MPR, DPR, DPA, MA, dan
sebagainya), pada praktiknya lembaga-lembaga tinggi negara tersebut
dikendalikan oleh presiden.
3. Pemilu yang tidak demokratis
Pada masa orde baru, pemilu memang dilaksanakan setiap lima
tahun sekali. Akan tetapi dalam pelaksanaannya pemilu tersebut tidak
berlangsung secara demokratis. Partai penguasa melakukan berbagai cara
agar dapat memenangkan pemilu.
4. Pembentukan lembaga ekstra konstitusional
Pemerintah membentuk Kopkamtib (Komando Pengendalian
Keamanan dan Ketertiban), yang berfungsi untuk mengamankan pihak-
pihak yang potensial menjadi oposisi penguasa dengan segala cara untuk
melanggengkan kekuasaannya.
5. Diskriminatif terhadap etnis tertentu
Pada masa orde baru juga terjadi diskriminatif terhadap etnis
tertentu. Misalnya saja, warga keturunan Tionghoa dilarang berekspresi.
Sejak tahun 1967, warga keturunan dianggap sebagai warga negara asing
di Indonesia dan kedudukannya berada di bawah warga pribumi, yang
secara tidak langsung juga menghapus hak-hak asasi mereka. Pemerintah
orde baru berdalih bahwa warga Tionghoa yang populasinya ketika itu

9
mencapai kurang lebih lima juta dari keseluruhan rakyat Indonesia,
dikhawatirkan akan menyebarkan pengaruh komunisme di tanah air.
Padahal, pada kenyataannya, kebanyakan dari keturunan Tionghoa
berprofesi sebagai pedagang, yang tentu bertolak belakang dengan apa
yang diajarkan oleh komunisme, yang sangat mengharamkan
perdagangan.

6. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) merajalela


Pelaksanaan pemerintahan negara yang terlalu sentralistis pada masa
orde baru berakibat merajalelanya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme
(KKN) di segala bidang. Hal ini mengakibatkan rakyat semakin sengsara,
hingga timbul sebuah istilah yang mengatakan bahwa yang kaya semakin
kaya dan yang miskin semakin miskin. Meskipun dalam pelaksanaannya
dianggap tidak demokratis, pada masa orde baru juga mencatat beberapa
keberhasilan di berbagai bidang, antara lain sebagai berikut.
1. Perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun 1968
hanya AS$70, pada tahun 1996 telah mencapai lebih dari AS$1.000.
2. Berhasil melaksanakan program transmigrasi, meskipun
menimbulkan kecemburuan sosial di kalangan tertentu.
3. Berhasil melaksanakan program Keluarga Berencana (KB).
4. Berhasil memerangi buta huruf di kalangan masyarakat.
5. Swasembada pangan di kalangan masyarakat Indonesia berhasil
diwujudkan.
6. Pengangguran dapat ditekan pada angka minimum.
7. Suksesnya pelaksanaan REPELITA (Rencana Pembangunan Lima
Tahun), meskipun dengan menggunakan utang dari luar negeri.
8. Gerakan Wajib Belajar berhasil diterapkan di bidang pendidikan.
9. Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh juga sukses ditumbuhkan di
kalangan masyarakat.
10. Terjaminnya keamanan dalam negeri, meskipun dengan
menggunakan cara yang otoriter.

10
11. Investor asing berkenan menanamkan modal di Indonesia.
12. Sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk dalam
negeri.
Masa orde baru yang berjalan selama 32 tahun berakhir setelah berbagai
kelompok masyarakat madani yang dipimpin oleh kaum. mahasiswa berhasil
menekan Presiden Soeharto untuk menandatangani surat pengunduran diri
pada tanggal 21 Mei 1998.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berakhirnya pelaksanaan demokrasi terpimpin terjadi bersamaan dengan
berakhirnya Orde Lama. Orde berganti dengan Orde Baru. Masa
pemerintahan baru ini berlangsung di bawah kepemimpinan Presiden
Suharto. Segala macam penyimpangan yang terjadi di masa Orde Lama
dibenahi oleh Orde Baru. Orde Baru bertekad akan melaksanakan Pancasila
dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Masa sejak tahun 1969 menjadi awal bagi bangsa Indonesia untuk hidup
dengan harapan. Pemerintah Orde Baru mulai melaksanakan pembangunan
secara bertahap. Tahapan pembangunan yang dikenal dengan sebutan Pelita
(pembangunan lima tahun) dilaksanakan menyeluruh di wilayah Indonesia.
Pelaksanaan pembangunan meliputi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya,
serta pertahanan dan keamanan.
Sebagai bentuk pelaksanaan demokrasi, pemerintah melaksanakan
pemilihan umum setiap 5 tahun sekali. Pemilihan umum dilaksanakan untuk
memilih anggota DPR/MPR. Pemerintah Orde Baru berhasil
menyelenggarakan pemilihan umum tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan
1997.

E. Saran
Setelah membaca atau mendengarkan makalah ini diharapkan kepada
pembaca/ pendengar mampu memahami pelaksanaan demokrasi yang ada di
Indonesia. Sehingga mampu menjalankan hak dan kewajibannya sebagai
warga negara Indonesia.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://tugasgalau.blogspot.co.id/2015/11/makalah-pelaksanaan-demokrasi-
di.html

http://kenshinlp.blogspot.co.id/2014/12/makalah-demokrasi-di-indonesia.html

http://andri-gely.mywapblog.com/makalah-pelaksanaan-demokrasi-pada-
masa.xhtml

http://fajrilla.blogspot.co.id/2013/09/pelaksanaan-demokrasi-di-indonesia-
pada.html

https://kumpulantugasekol.blogspot.co.id/2014/04/jelaskan-pelaksanaan-
demokrasi-di-masa.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Orde_Baru

https://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi

Anda mungkin juga menyukai