Anda di halaman 1dari 21

Metode Penentuan Potensial

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyelesaian persoalan listrik statik dapat dilakukan dengan mudah jika
sebaran muatannya di mana-mana terinci, karena kemudian sebagaimana kita
ketahui, potensial dan medan listrik ditentukan secara langsung sebagai integral dari
sebaran muatan tersebut. Namun, banyak diantara persoalan yang dijumpai dalam
praktek bukanlah jenis seperti ini. Jika sebaran muatan tidak dirinci sebelumnya,
mungkin perlu terlebih dahulu menentukan medan listriknya, sebelum sebaran
muatan dapat dihitung. Sebagai contoh, persoalan listrik statik dapat melibatkan
beberapa penghantar yang potensial atau muatan total masing-masing penghantar
diketahui, tetapi sebaran muatan permukaannya dalam banyak hal tidak akan
diketahui dan tidak bisa diperoleh sampai penyelesaiannya tuntas dari persoalan
tersebut didapat.
Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita dihadapkan dengan
permasalahan dan situasi ini dimana kita sama sekali tidak mengetahui secara pasti
distribusi muatan pada suatu bidang sehingga kita tidak dapat secara langsung

menentukan besar medan listrik E atau potensial V. Misalnya kita mempunyai
sebuah sistem konduktor yang besar potensial relatifnya kita ketahui, namun rapat
muatan pada permukaannya tidak kita ketahui. Dalam permasalahan yang

sedemikian, akan memunculkan formula secara eksplisit untuk besar E dan besar V
sehingga menuntut kita untuk mengetahui distribusi muatan pada permukaan
konduktor, dimana permasalahan sebelumnya kita tidak bisa memperoleh ini tanpa
mengetahui medan listrik pada permukaan konduktor. Terkait dengan permasalahan
serta bagaimana solusi untuk pemecahannya di atas maka akan kita pelajari tahap
demi tahap mulai dari persamaan Laplace dan Poisson, syarat-syarat batas, DAN
metode bayangan dimana seluruhnya adalah metode khusus yang dapat digunakan
untuk menentukan potensial listrik.

1
Metode Penentuan Potensial

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang maka dapat penulis merumuskan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimanakah menganalisis potensial listrik dengan menggunakan
persamaan Laplace?
1.2.2 Bagaimanakah menganalisis potensial listrik dengan menggunakan
persamaan Poison?
1.2.3 Bagaimanakah menganalisis potensial listrik dengan menggunakan metode
Syarat Batas?
1.2.4 Bagaimanakah menganalisis potensial listrik dengan menggunakan metode
Bayangan?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.3.1 Untuk menganalisis potensial listrik dengan menggunakan persamaan
Laplace.
1.3.2 Untuk menganalisis potensial listrik dengan menggunakan persamaan Poison.
1.3.3 Untuk menganalisis potensial listrik dengan menggunakan metode syarat
batas.
1.3.4 Untuk menganalisis potensial listrik dengan menggunakan metode bayangan.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.4.1 Memahami dan mampu menerapkan persamaan Laplace dalam menganalisis
potensial listrik.
1.4.2 Memahami dan mampu menerapkan persamaan Poison dalam menganalisis
potensial listrik.
1.4.3 Memahami dan mampu menerapkan metode syarat batas dalam menganalisis
potensial listrik.
1.4.4 Memahami dan mampu menerapkan metode bayangan dalam menganalisis
potensial listrik.

2
Metode Penentuan Potensial

1.5 Metode Penulisan


Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode kajian
pustaka yaitu dengan mengkaji dan menelaah berbagai literatur maupun media-media
informasi lainnya (internet) yang berkaitan dengan masalah yang dibahas sehingga
dapat menambah ketajaman isi makalah ini.

3
Metode Penentuan Potensial

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Persamaan Laplace


Telah diketahui bahwa hukum Gauss dinyatakan dalam bentuk:
  Q
 E  da  
S o
...................................................................................(1)

Dengan menggunakan teorema divergensi (teorema Gauss), integral


permukaan dalam persamaan (1) dapat dinyatakan sebagai berikut:
 Q
 ( E )dV
V

 0 ....................................................................(2)

Sementara itu Q   dV , sehingga persamaan (2) menjadi:


 1

V
( E ) dV 
0  dV .........................................................(3)
V

Atau dapat diperoleh bahwa:


 
E  .....................................................................................(4)
0

Persamaan (4) sering disebut persamaan hukum Gauss dalam bentuk



differensial. Dalam persamaan E  V jika dikombinasikan dengan persamaan
(4) akan diperoleh:

  V  
0

 2V   ..................................................................................(5)
0

Dimana ρ adalah rapat muatan total. Persamaan (5) disebut persamaan


Poisson. Jika rapat muatan adalah nol, maka persamaan (5) menjadi:
 2V  0 .......................................................................................(6)
Persamaan (6) disebut persamaan Laplace. Persamaan (6) ini lebih sederhana
dalam penyelesaiannya. Oleh karena itu persamaan Laplace ini yang akan digunakan
dalam rangka menyelesaikan permasalahan tentang potensial. Persamaan (6) dapat
dituliskan dalam koordinat kartesian sebagai berikut:
 2V  2V  2V
   0 ..................................................................(7)
x 2 y 2 z 2

4
Metode Penentuan Potensial

 Persamaan Laplace dalam Satu Dimensi


Misalkan V hanya tergantung pada variabel x saja, maka persamaan
Laplace menjadi:
 2V
 0 .................................................................................(8)
x 2
Penyelesaian umum persamaan (8) adalah:
V = m x + b .............................................................................(9)
Persamaan (9) berisi dua konstanta yang tidak diketahui yaitu m dan b yang
diharapkan sebagai jawaban dari persamaan diferensial orde dua. Kedua
konstanta tersebut ditentukan dengan menggunakan syarat batas. Syarat batas
dapat dipilih karena belum ada persoalan fisis yang ditentukan, kecuali hipotesis
asal yang menyatakan bahwa potensialnya hanya berubah terhadap x.
Misalkan V = V1 pada saat x = x1 dan V = V2 pada x = x2, maka melalui
persamaan (9) diperoleh sebagai berikut.
V1 = mx1 + b; V2 = mx2 + b
V1  V2 V2 x1  V1 x 2
m ; b
x1  x 2 x1  x 2

Sehingga persamaan (9) menjadi:


V1 ( x  x 2 )  V ( x  x1 )
V  ..................................................(10)
x1  x 2

Jika diperoleh syarat batas V1 = 0, untuk x1 = 0, dan V2 = Vo, pada x2 = d, maka:


Vo
m ; b=0
d
Sehingga persamaan (9) menjadi:
V0 x
V 
d
Sebagai ilustrasi misalkan pada saat V1 = 4 di x1 = 1, dan V2 = 0 di x2 = 5, maka
diselesaikan.
V1  V2 4  0 4
m    1
x1  x 2 1  5  4

V2 x1  V1 x 2 0  4.5  20
b   5
x1  x 2 1 5 4

b5

5
Metode Penentuan Potensial

Sehingga diperoleh:
V = mx + b
V = -x + 5
Dengan demikian keadaan potensialnya dapat digambarkan sebagai berikut.

4
3
2
1
x
2 3 1 4 5
Gambar 1. Distribusi potensial listrik pada setiap harga x

 Persamaan Laplace dalam Dua Dimensi


Jika V bergantung dari dua variabel, misal x dan y, maka persamaan
Laplace (7) dituliskan:
 2V  2V
  0 .....................................................................(11)
x 2 y 2

Penyelesaian yang didapat akan mempunyai dua sifat, yaitu:


a. Nilai V ditulis (x, y) adalah rata-rata dari sekeliling titik. Jika digambarkan
lingkaran dengan jari-jari R yang terkait dengan titik (x, y), maka harga
rata-rata V pada lingkaran adalah sama dengan harga pada pusat
lingkaran.
1
V ( x, y )   Vdl .......................................................(12)
2R circle

b. V tidak ada lokasi maksimum atau minimal, harga ekstrim terjadi pada
batas.
 Persamaan Laplace dalam Tiga Dimensi
Jika V tergantung dari segitiga variabel x, y, z, maka persamaan Laplace
pada persamaan (7) menjadi:
 2V  2V  2V
   0 ..........................................................(13)
x 2 y 2 z 2

Penyelesaian V yang diperoleh akan memiliki dua sifat, yaitu:

6
Metode Penentuan Potensial

a. Nilai V pada titik P adalah merupakan nilai rata-rata pada permukaan bola
berjari-jari R dengan titik pusat P.
1
V ( P) 
2R 2  Vda .....................................................(14)
luas bola

b. Sebagai konsekuensinya, V dapat tidak ada lokasi maksimun atau


minimum, sedangkan nilai ekstrim V terjadi pada batas. Jika V maksimum
di titik P, maka dapat digambarkan suatu bola yang mengelilingi titik P
yang semua harga dari V akan lebih kecil daripada harga V di titik P.

2.2 Persamaan Posison


Di dalam kasus potensial yang ditunjukkan dengan persamaan Poisson:

 2V   ................................................................................(15)
0

Diketahui bahwa distribusi muatan umum di dalam penambahan beberapa


syarat batas, potensial dapat dicari dengan pertama-tama pemecahan bagian
homogen dari persamaan (15) yakni persamaan Laplace  2V  0 . Pemecahan ini
ditambahkan dengan solusi pemecahan persamaan Poisson (hukum Coulomb).
1 d '
V (r ) 
4 o   
r  r'
+ solusi persamaan Laplace, dimana integral

dilakukan untuk seluruh muatan distribusi yang diberikan.


Contoh: Bola yang dimuati secara uniform.
Dalam hal ini, kita menganalisis sebuah kasus dimana muatan terdistribusi
secara simetri bola. Muatan q didistribusikan pada seluruh bola berjari-jari R dengan
kerapatan muatan konstan  , dan untuk r > R kerapatannya adalah nol.
Penyelesaian:
Di dalam daerah r  R potensial mengikuti persamaan Poisson:
1 d  2 dV  
r 
2
r dr  dr  0

Dan untuk daerah-daerah r > R, potensial mengikuti persamaan Laplace:


1 d  2 dV 
r   0 ......................................................................(16 )
r 2 dr  dr 

Solusi dari persamaan Poisson di atas adalah:

7
Metode Penentuan Potensial

r 2 A1
V (r )     B1 ; r  R .................................................( 17)
6 0 r

Dan solusi dari persamaan Laplace adalah:


A2
V (r )   B2 ; r  R .............................................................( 18)
r
Potensial tersebut harus memenuhi syarat batas:
(1) V (r  )  0;
(2) adalah berhingga kerena tidak ada muatan titik pada pusar bola.Dua potensial
akan kontinu pada r = R; dan
(3) Muatan total dari distribusi ini adalah ( 4 / 3) R 3  . Syarat batas pertama
mengharuskan A1 = 0. Hubungan antara B1 dan A2 dapat dicari dari syarat batas
ketiga yaitu:
R 2 A
  B1  2 ....................................................................................(19 )
6 0 R

Akhirnya, dengan syarat batas keempat dapat digunakan untuk menghitung A2.
Ambil permukaan Gauss, yang mana kulit yang jari-jarinya r > R pada pusat
distribusi muatan, memberikan:
4R 3 
 E.nˆd a  3 0
..................................................................( 20)

Medan listrik di luar bola dapat ditentukan dengan mengambil gradien dari potensial
yakni:
A  A rˆ
E  V (r )    2  B 2   22 ,
 r  r

Jadi,
A2 rˆ
 E.nˆd a  ( r 2
).rˆ  da

A2
( )4r 2  4A2 ...........................................................(21)
r2

8
Metode Penentuan Potensial

R3
Dengan mensubstitusikan persamaan di atas, maka diperoleh A2  ( ) .
3 0

R 2 A
Substitusikan nilai A2 ini ke dalam persamaan   B1  2 , maka diperoleh
6 0 R

R 3
B1  . Dengan demikian potensial menjadi:
2 0

R 2  r2 
V (r )  1   ; r  R ....................................................(22)
2 0  3R 2 
Atau,
R 3 1
V (r )  ; r  R .................................................................(23)
3 0 r

Persamaan (20) menyatakan bahwa potensial di dalam bola merupakan fungsi


kuadratik dari r dengan potensial pada pusat lebih besar daripada di tepi bola. Perlu
juga ditekankan bahwa medan listrik adalah kontinu pada r = R.
 r
Untuk r  R, E  rˆ
3 0

 R 3  R 3 
Dan untuk r  R, E  rˆ , yang memberikan  rˆ pada r = R.
3 0 r 2  3 0 r
2

2.3 Konsep Syarat Batas


Persamaan Laplace tidak langsung dengan sendirinya dapat digunakan untuk
menentukan V, tetapi harus ditambah seperangkat syarat batas sehingga penyelesaian
V menjadi lengkap. Untuk persamaan Laplace satu dimensi pencarian V adalah
mudah, sebab penyelesaian umum persamaan Laplace V = mx + b, yang mengandung
dua konstanta, dan selanjutnya dibutuhkan dua syarat batas.
Dalam persamaan Laplace dua atau tiga dimensi dijumpai adanya persamaan
diferensial parsial dan hal itu tidak mudah untuk diperoleh syarat batas yang sesuai.
Untuk itu V akan ditentukan harganya secara khusus pada batas. Bukti bahwa
seperangkat syarat batas dapat digunakan akan dinyatakan dalam bentuk teorema
keunikan. Teorema keunikan tersebut adalah sebagai berikut.

9
Metode Penentuan Potensial

1. Teorema keunikan pertama


Penyelesaian persamaan Laplace dalam suatu daerah ditentukan secara unik
(khusus) jika harga V merupakan fungsi yang dinyatakan pada seluruh batas dalam
daerah tersebut. Pembuktian teorema keunikan pertama ini adalah sebagai berikut.
Dalam gambar di bawah ini menunjukkan suatu daerah dan perbatasan.

V yang ingin ditentukan


dalam volume

V khusus pada permukaan

Gambar 2. Suatu daerah dengan perbatasan yang akan ditentukan

Misalkan ada dua penyelesaian persamaan Laplace, V1 dan V2 yang


keduanya merupakan fungsi dari koordinat yang digunakan, maka:
 2V1  0 dan  2V2  0
Keduanya dianggap memberikan nilai V tertentu pada permukaan, dan keduanya
memiliki nilai seimbang/sama (V1 = V2). Pembuktiannya adalah sebagai berikut.
Misalnya diambil perbedaan antara keduanya,
V3  V1  V2 dan memenuhi persamaan Laplace

 2V3   2V1   2V2  0 ......................................................(24)

Dan nilai nol untuk semua perbatasan. Nilai Laplace tidak menghendaki nilai
maksimum dan minimum di suatu lokasi, harga ekstrim terjadi pada perbatasan.
Oleh karena itu nilai maksimum dan minimum dari V3 = 0 dan V3 = 0 di mana saja,
akibatnya:
V1 = V2......................................................................................(25)
Penerapan teorema keunikan pertama ini dengan ketentuan bahwa:
a. Penyelesaiannya memenuhi persamaan Laplace
b. Penyelesaiannya memiliki nilai pada semua perbatasan
Teorema keunikan pertama ditetapkan untuk daerah yang tidak ada muatan,
sehingga memenuhi persamaan Laplace. Ternyata teorema keunikan pertama itu
juga dapat digunakan untuk daerah yang ada muatannya, sehingga dalam hal ini

10
Metode Penentuan Potensial


menggunakan persamaan Poisson  V  
2
. Adapun cara penyelesaiannya
0

sama, yaitu diambil:



 2V1   dan
0

 2V2   ..........................................................................(26)
0

Sehingga,
 2V3   2V1   2V2  0

 
   0 .......................................................................(27)
0 0

Perbedaan V3  V1  V2 memenuhi persamaan Laplace dan memiliki nilai nol


pada semua perbatasan, sehingga V3  0 dan selanjutnya V1  V2 . Akibatnya,
potensial di dalam daerah dapat ditentukan khusus/unik jika:
a. Rapat muatan meliputi seluruh daerah.
b. Nilai V pada semua perbatasan diketahui.
2. Teorema Keunikan Kedua
Cara sederhana untuk menentukan syarat batas pada masalah elektrostatik
adalah dengan memberikan harga V pada semua permukaan yang mengelilingi
daerah tertentu. Dalam laboratorium, misalkan kawat penghantar dihubungkan
dengan baterai dengan potensial tertentu, atau dihubungkan dengan tanah (V = 0)
tetapi ada keadaan dimana potensial diperbatasan tidak diketahui, melainkan rapat
muatan pada berbagai permukaan penghantar diketahui harganya. Misalnya muatan
Q1 pada penghantar 1, Q2 pada penghantar ke 2 dan seterusnya. Daerah antar
penghantar diketahui juga rapat muatannya  pada gambar di bawah ini.
Integral permukaan

Q4 Q2
Q1

Q1

Gambar 3. Daerah dengan muatan pada berbagai konduktor

11
Metode Penentuan Potensial

Di dalam daerah yang terdapat beberapa penghantar yang diisi dengan


muatan tertentu dengan rapat muatan  , maka medan listrik ditentukan khusus
jika muatan total pada masing-masing penghantar diketahui.
Bukti teorema tersebut adalah sebagai berikut.
Misalkan ada dua medan yang memenuhi syarat dari suatu problem. Untuk
keduanya dikenai hukum Gauss dalam bentuk diferensial untuk daerah diantara
penghantar-pengahantar tersebut.
   
.E1  ; .E 2 
0 0

Dan dalam bentuk integral permukaan yang meliputi masing-masing penghantar,


  Qtotal   Qtotal

permukaan
E1 .da 
0 ; 
permukaan
E 2 .da 
0
penghantar penghantar

Perbedaan kedua medan datang dinyatakan dengan:


  
E 3  E1  E 01

Dimana, .E3  0 ...............................................................................(28)

Dalam daerah antara penghantar-penghantar dan,


 
E 3 .da  0 ...........................................................................(29)

Meliputi masing-masing permukaan perbatasan. Meskipun tidak mengetahui


bagaiman distribusi muatan tersebut maka dapat diketahui bahwa masing-masing
konduktor merupakan equipetensial, sehingga V3 adalah konstan meliputi masing-
masing permukaan konduktor. Dalam hal ini V3 tidak perlu sama dengan nol, sebab
V1 dan V2 harganya boleh tidak sama. Dengan berdasarkan aturan dalam identitas
vektor, yaitu hukum perkalian .( fA)  f (. A)  A.(f ) , maka dapat
dinyatakan pula bahwa:
  
.(V3 E 3 )  V3 (.E 3 )  E 3 .(V3 ) ....................................(30)
 
Karena .E 3  0 dan E 3  V3 (gradien potensial) maka
persamaannya menjadi:
  
.(V3 E 3 )   E 3 .E 3   E 32 ...................................................(31)

Atau dalam bentuk integral dituliskan:



 .(V3 E 3 ) dv   E
2
3 dv .........................................(32)
volume volume

12
Metode Penentuan Potensial

Integral ruas kiri pada persamaan (32) melalui teorema divergensi dapat diubah
menjadi integral permukaan, sehingga:

 (V E 3 ) da   E
2
dv
permukaan
3
volume
3 ..........................................(33)

Integral permukaan meliputi semua perbatasan dari daerah yang telah ditentukan,
termasuk semua permukaan penghantar dan batas luar. Karena V3 konstan meliputi
setiap permukaan, (jika batas luar adalah tak terhingga, V3 = 0), maka persamaan
(33) menjadi:

 (V E 3 ) da   E dv  0
2
3
permukaan volume
3 ……………………………….(34)

Tetapi integralnya tidak pernah negatif, namun integral dapat diabaikan jika E3  0
 
di setiap tempat, akibatnya E1  E 2 .

2.4 Metode Bayangan


Dengan mempergunakan syarat batas, bahwa diasumsikan semua muatan ada
pada permukaan konduktor, dan permasalahan elektrostatik di mana rapat muatan
bukan nol di daerah yang ditempati konduktor. Sehingga, hanya muatan titik dan
muatan garis yang akan dikaji secara detail. Dengan melihat bahwa permasalahan ini
kurang baik diperlakukan dengan nilai syarat batas yang telah dikembangkan.
Permasalaahn ini dapat dipecahkan dengan menggunakan metode bayangan. Untuk
mencari solusi permasalahan ini, maka:
1. Kesesuaian syarat batas equipotensial hanya pada permukaan konduktor.
2. Kesesuaian persamaan Laplace atau Poisson di mana di dalam ruang.
Jika muatan berkedudukan di luar permuakaan konduktor diperlukan
persamaan Poisson yang ekivalen dengan pernyataan bahwa bagaian dari solusinya
harus sedemikian sehingga sesuai dengan muatan di dalam ruang.
2.4.1 Muatan titik dan Bidang
4.1 Muatan titik dan Bidang
Dengan mengilustrasikan muatan titik dan mengganggap sebuah muatan q
pada jarak z di atas sebuah bidang pelat konduktor yang sangat luas (seperti pada
gambar 4). Bila bidang tersebut dihubungkan dengan bumi, maka potensialnya nol.
Maka dari itu dapat dicari potensial dan medan listrik di dalam ruang yang berisi q.

13
Metode Penentuan Potensial

Pada gambar tersebut adalah daerah dari ruang z ≥ 0. Dengan menempatkan


sementara muatan q di bawah titik asal dari permukaan konduktor.

Konduktor

 
r  zzˆ r  zzˆ
-q z’ 0 z’ q z

Gambar 4. muatan q pada jarak z di atas sebuah bidang pelat konduktor

Untuk mengkaji hal ini, maka jelaslah bahwa sistem koordinat silinder yang
akan digunakan karena simetris terhadap sumbu z. Dengan menggambil z = 0 pada
permukaan konduktor, kemudian jumlah potensial yang disebabkan oleh q dan
muatan bayangan –q yang terletak z’ di bawah bidang z = 0. Maka dari itu, potensial
dan medan listrik untuk z ≥ 0 adalah sederhana terhadap dua muatan titik q dan –q
yang terpisah pada jarak 2z’. Sehingga solusinya adalah:
1  q q 
V  r      , untuk z ≥ 0...........................(35)
4 0  r  z zˆ r  z zˆ 

  2   z  z  . Medan
  2
r  ˆ  zzˆ ,
2
Dalam koordinat silinder, dan r  z ẑ

listrik dapat diperoleh dari pernyataan E  r   V  r  atau secara langsung dari
hukum Coulomb untuk dua muatan titik (dalam Sujanem, 2001).

14
Metode Penentuan Potensial

1  q r  z zˆ   q r  z zˆ  
  
E r        , untuk z ≥ 0
4 0  r  z zˆ 3 r  z zˆ
3


Bila z = 0, r  ˆ , maka diperoleh:


 q   ˆ  z zˆ    ˆ  z zˆ   q   2 z zˆ 
E          .............(36)
    
4 0   2  z  2 3 / 2  2  z  2 3 / 2  4 0   2  z  2 3 / 2  
Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat ditentukan kerapatan muatan
permukaan aktual pada z = 0 muka dari konduktor diberikan oleh:

 q z

   0 E  zˆ z 0 
2    z 2  3 / 2 ..................................................(37)
2

Muatan induksi seperti yang diharapkan adalah berharga negatif. Muatan induksi
tersebut mempunyai harga maksimum pada ρ = 0, dan jatuh mengikuti 1/ ρ3,
sehingga ρ menjadi besar dibandingkan z’ (seperti pada gambar 5 dibawah). Ini
berarti muatan induksi ditambah muatan q asal yang menghasilkan solusi yang
aktual, sama dengan pemikiran bahwa solusinya sesuai dengan q dan ”muatan
bayangan” –q.

1/ ρ3

ρ
Gambar 5. Grafik muatan induksi
Untuk menunjukkan muatan permukaan induksi total Q adalah sama dengan –q,
termasuk bahwa semua garis gaya berakhir pada konduktor. Integrasikan rapat
muatan untuk seluruh luas bidang konduktor yang memberikan sebuah persamaan
yaitu:

 d
Q   2   d  qz   q .....................................(38)
0  2
 z2 
3/ 2

Muatan q mengalami gaya yang menariknya kepermukaan konduktor. Lintasan


partikel bermuatan dekat permukaan ditunjukkan pada gambar 6 di bawah.

15
Metode Penentuan Potensial

Gaya itu mempunyai besar yang ditentukan oleh medan listrik dari muatan
permukaan induksi. Karena medan ini identik dengan medan muatan bayangan, gaya
dengan mudah diperoleh seperti gaya antara dua muatan titik yaitu:
 q2
F   zˆ .....................................................................(39)
4 0  2 z 
2

Konduktor

- +

Gambar 6. Gaya pada muatan bayangan

Gaya bayangan ini memberikan kontribusi yang besar dalam mengukur pencegahan
elektron keluar dari permukaan konduktor yang diasosiasikan dengan fungsi kerja
bahan konduktor.

2.4.2 Muatan Titik dengan Suatu Bola Konduktor


Untuk menganalisis potensial yang ditimbulkan oleh muatan titik dan bola
konduktor, lihat gambar 7 berikut.

16
Metode Penentuan Potensial

P(r, θ)

r r1

R1
R2 r2
a
θ +q
b d
O -q2

V= 0

Gambar 7. Muatan titik dengan suatu bola konduktor

Ada 2 muatan titik q1 dan –q2, dengan q1 > -q2, dan dengan posisi (0, d) dan
(0,b). Apabila potensial pada permukaan bola dianggap mempunyai harga V = 0,
maka rumus potensial:
1  q1 q 2 
V      0 ,
4 0  R1 R2 
q1 q
maka diperoleh hubungan  2
R1 R2

Nyatakan titik asal koordinat kutub (r, θ), dan berdasarkan gambar tersebut dapat
diketahui adanya ketentuan:
2
R1  a 2  d 2  2a d cos 
2
R2  a 2  b 2  2ab cos 
Karena V= 0, maka dapat dibuktikan persamaan berikut ini.
2
 q1   R1 
2
 
d  a 2 / d  d  2a cos  
       2  ....................................(40)
 q 2   R2   
a  a / d  b  2a cos 

Persamaan (40) berlaku untuk setiap θ, bila dinyatakan bahwa:


i) a2 = db......................................................................................(41)
2
q  d
ii)  1   , karena d > b, maka q1 > q2...................................(42)
 q2  b

17
Metode Penentuan Potensial

Selanjutnya terdapat kasus dimana bola konduktor dengan jejari a diberi potensial
nol, dan pada jarak d dipasang muatan q1 dari pusat bola. Menurut metode bayangan,
maka bola tersebut dapat digantikan dengan muatan titik. Gunakan ketentuan
persamaan (42), untuk menetapkan muatan q2 sebagai pengganti bola.
b
q2   q1   a / d  q1
d
Pada posisi b = (a2/d) dari pusat bola dan potensial dititik p dengan koordinat (r, θ) di
luar bola:
1  q1 q 2 
V ( P ) V  r ,      
4 0 r
 1 r2 

q1  1 a/d 
V ( P)V  r ,       ............................................(43)
4 0  r1 r2 


r1  r 2  d 2  2d cos   1/ 2

r  r  1/ 2
2
2
 b 2  2rb cos

Jadi,

q1  1 ad 
V (r ,  )    (44)
4 0   r 2  d 2  2rd cos 

1 / 2

r 2  a 2 / d 2  2r  a 2 / d  cos  1/ 2 

Selanjutnya, medan listrik dapat ditentukan yaitu:
V 1 V
Er   dan E r   .....................................................(45)
r r 
Kasus pada permukaan bola, di mana r = a, medan listriknya arahnya radial
sehingga:

q1  d 2  a2 
Er    , dan
4 0  
 a a 2  d 2  2ad cos  3/ 2 

Eθ = 0...........................................................................................(46)

Karena Er =  , sehingga diperoleh muatan induksi per satuan luas pada bola
0

konduktor, adalah:

q1  d 2  a2 
    .............................................(47)

4a  a a 2  d 2  2ad cos   3/ 2


Sedangkan gaya antara bola dengan muatan q1 adalah:

18
Metode Penentuan Potensial

1  q1 q 2  1  aq1 
2

F   .......................................(48)
4 0   d  b 2  4 0  d  d  b 2 

Persamaan diatas menyatakan gaya antara muatan q1 dengan bola konduktor yang
dihubungkan dengan tanah.
2.4.3 Muatan Garis dengan Silinder Bermuatan
Untuk menganalisis potensial yang ditimbulkan oleh muatan titik dan bola
konduktor, seperti pada gambar 8
P(r, θ)

r r

a
x 0 θ
d
-λ +λ

V=0

Gambar 8. Muatan Garis dengan Silinder Bermuatan


Terdapat 2 muatan garis saling sejajar terpisah dengan jarak d. Misalkan
muatan per satuan panjang untuk masing-masing muatan garis adalah –λ dan +λ.
Potensial titik P akibat adanya –λ dan + λ adalah:
 
V  P  ln r '  ln r  C ................................................(49)
2 0 2 0

Dengan memperhatikan ada konduktor silinder dengan jari-jari a seperti pada


gambar 8. Agar V = 0 untuk semua permukaan silinder, yaitu:

C ln(r ' / r ) 2
2 0

Dengan memisalkan,
2
 r,  r 2  d 2  2rd cos
    m2 , konstan pada rentangan 0 < m < ∞.
r  r2

Sehingga:
r 2  d 2  2rd cos   m 2 r 2 , apabila x = rcosθ, y = rsinθ, maka diperoleh:

19
Metode Penentuan Potensial

2
 d  m2d 2
x 2  y  2
2
.......................................................(50)
 m 1  m  1 2
Persamaan ini menyatakan rumus permukaan silinder yang jari-jarinya

md d
dan titik pusat silinder di posisi x  
m 2
 1  m  1 dan y = 0. Sedangkan, untuk
2

md
m > 1, silinder dengan harga potensial V = 0 sumbunya terletak pada jarak
m 2
 1

di kiri titik 0 (yang dianggap sebagai titik asal koordinat kutub).


Jarak sumbu silinder hingga +λ adalah:
d m2d
pd
 m 2  1  m 2  1  ma .

d
dan jarak x 
 m  1  a / m  a / p .....................................................(51)
2
2

20
Metode Penentuan Potensial

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan per bab mengenai metode penentuan potensial,
maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu sebagai berikut.
3.1.1 Dalam menganalisis potensial listrik kita dapat menggunakan teorema
divergensi (teorema gauss), di mana setelah kita turunkan persamaannya,
akan diperoleh sebuah persamaan Laplace yaitu  2V  0 , dan persamaan ini
dapat kita gunakan untuk menyelesaikan permasalahan tentang potensial.
3.1.2 Dalam menganalisis potensial listrik dengan persamaan poisson, kita gunakan


persamaan  V  
2
di mana persamaan ini diperoleh dari kombinasi
0

  
antara E  V dengan   E  .
0

3.1.3 Persamaan Laplace tidak langsung dengan sendirinya dapat digunakan untuk
menentukan V, tetapi harus ditambah seperangkat syarat batas sehingga
penyelesaian V menjadi lengkap.
3.1.4 Permasalahan dalam penentuan potensial listrik dapat dipecahkan dengan
metode bayangan, yaitu pada muatan titik dengan bidang, muatan titik
dengan suatu bola konduktor, dan muatan garis dengan silinder bermuatan.

3.2 Saran-saran
Berdasarkan materi diatas yang telah dibahas secara panjang lebar, serta
pembahasan yang secara kuantitatif yang membantu kita memahami berbagai cara
untuk menentukan dan menganalisis potensial listrik baik itu persamaan Laplace,
Poisson, metode syarat batas, maupun metode bayangan. Maka dalam hal ini dapat
penulis sarankan kepada pembaca, untuk tidak hanya memahami materi, namun bisa
memanfaatkan dan menerapkan berbagai konsep yang telah dibahas, setidaknya
untuk memecahkan permasalahan praktis yang terkait materi makalah ini, terutama
untuk masalah yang sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari.

21

Anda mungkin juga menyukai