PENDAHULUAN
1.1. Pendahuluan
Peristiwa yang ditunggu-tunggu oleh para orang tua pada tahun pertama
kehidupan seorang anak adalah munculnya gigi pertama. Kejadian yang tidak
diinginkan berhubungan dengan peristiwa yang kemudian membawa banyak
reaksi dari para orang tua, lebih-lebih ketika anak mempunya gigi natal ataupun
neonatal yang mengganggu kemampuan anak untuk menyusu. Erupsi gigi saat
usia 6 tahun merupakan suatu tonggak sejarah, keduanya berupa perubahan
fungsional dan juga psikologi dalam kehidupan anak, serta merupakan peristiwa
emosional untuk para orangtua. Gigi natal dan neonatal berhubungan dengan
takhayul dan cerita rakyat, berhubungan dengan pertanda baik dan buruk,
dikelilingi oleh berbagai kepercayaan dan pemikiran.
Erupsi gigi saat atau segera setelah kelahiran merupakan suatu fenomena
yang jarang terjadi (Spouge dan Feasby, 1966). Berbagai istilah digunakan untuk
memberikan nama pada gigi yang repusi sebelum waktunya mulai dari congenital
teeth, fetal teeth, predecidious teeth, precociously erupted teeth, premature teeth,
dentitia praecox, dan dens connatalis (Singh et al., 2004). Menurut Masler dan
Savara (1950) gigi natal adalah gigi yang ada saat kelahiran, sedangkan gigi
neonatal adalah gigi yang erupsi pada bulan pertama kehidupan. Gigi neonatal
biasanya menunjukkan gambaran hipoplastik enamel dan akar yang belum
lengkap terbentuk sehingga menyebabkan kegoyangan. Apabila perkembangan
gigi natal ataupun neonatal baik, akan menunjukkan prognosis yang baik;
sedangkan gigi natal atau neonatal yang tidak berkembang baik mempunyai
prognosis yang jelek untuk retensinya.
1
1. Bagaimana etiologi, karakteristik klinis, karakteristik histologis, diagnosa,
dan rencana perawatan dari gigi neonatal?
1.3 Tujuan
Mengetahui etiologi, karakteristik klinis, karakteristik histologis, diagnosa,
dan rencana perawatan dari gigi neonatal.
1.4 Manfaat
a. Memberikan pengetahuan mengenai gigi neonatal.
b. Memberikan pengetahuan mengenai etiologi, karakteristik klinis,
karakteristik histologis, diagnosa, dan rencana perawatan dari gigi
neonatal.
c. Sebagai acuan dalam menentukan diagnose dan rencana perawatan.
2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Masler dan Savara (1950) gigi natal adalah gigi yang ada saat
kelahiran, sedangkan gigi neonatal adalah gigi yang erupsi pada bulan pertama
kehidupan. Konsep saat ini menyatakan bahwa gigi natal dan neonatal terjadi
karena letak gigi tersebut yang lebih superficial dari letak perkembangan gigi,
yang kemudian memiliki kecenderungan untuk erupsi terlalu dini. Banyak peneliti
menyatakan bahwa gigi natal ataupun neonatal teeth merupakan faktor herediter
dengan frekuensi antara 8-62% (Prabhakar et al., 2009).
Etiologi dari gigi natal atau neonatal masih belum diketahui. Gigi-gigi
tersebut adalah gigi yang terletak pada posisi superfisial dari perkembangan gigi,
yang merupakan predisposisi untuk gigi tersebut akan erupsi lebih cepat. Terdapat
kemungkinan faktor hereditas dan berbagai macam sifat kekeluargaan, adanya
transmisi herediter dari gen autosomal dominan (Singh et al., 2004). Banyak teori
juga telah menyebutkan etiologi dari erupsi prematur dari rasio erupsi selama atau
setelah demam, kelainan endokrin, defisiensi diet, efek dari sifilis kongenital,
posisi gigi yang lebih superfisial, riwayat keluarga, dan hubungan dengan
3
berbagai sindrom, salah satunya chondroectodermal dysplasia (Lemos et al.,
2009).
Beberapa faktor dilaporkan dapat menyebabkan gigi natal dan neonatal adalah
sebagai berikut:
4
Secara klinis, gigi tersebut memiliki mobilitas yang baik berdasarkan
tingkat pembentukan dari akar. Spouge dan Feasby (1966) mengklasifikasikan
gigi natal dan neonatal berdasarkan level dari maturitas. Keadaan immatur dari
gigi natal atau neonatal berhubungan dengan kesempurnaan pembentukan akar
yang kemudian menghasilkan prognosa yang buruk (Kovac J dan Kovac D,
2011).
Gigi natal dan neonatal meyerupai gigi sulung normal; namun dalam
berbagai hal, gigi tersebut tidak berkembang dengan baik, kecil, konus,
kekuningan, dengan bercak hipolastik enamel dan dentin berwarna putih, dan
kegagalan sebagian atau total dari pembentukan akar. Kenampakan dari gigi natak
diklasifikasikan sebagai berikut (Prabhakar et al., 2009):
Kategori 1: sebuah cangkang seperti mahkota yang longgar melekat pada alveolar
dari tepi dari mukosa rongga mulut; tidak ada akar
Kategori 2: mahkota padat yang longgar melekat pada alveolar dari mukosa
rongga mulut; sedikit atau tidak ada akar
Kategori 3: incisal edge baru dari mahkota baru saja erupsi pada mukosa rongga
mulut
Kategori 4: pembengkakan mukosa dengan gigi yang belum eerupsi namun dapat
dipalpasi.
Gigi natal dengan kategori 1 dan 2 adalah kandidat yang harus diekstraksi
apabila kegoyahannya lebih dari 2 mm. Manajemen dari gigi natal tergantung dari
beberapa faktor. Apabila gigi merupakan gigi supernumerary, maka ekstraksi
merupakan perawatan pilihan. Gigi dengan kegoyahan positif seharusnya
diekstraksi, dengan pertimbangan dari terlepasnya gigi dan ada bengkak atau
penelanan (Prabhakar et al., 2009). Pada kesempatan tertentu, gigi tersebut akan
terlepas secara spontan atau membutuhkan pencabutan karena mobilitas yang
tinggi, kekhawatiran dari penelanan, atau attachment loss akan menyebabkan
perkembangan abses. Gigi tersebut juga diekstraksi apabila terdapat kesulitan
5
makan yang ringan termasuk penyakit Riga-Fede, dimana adanya gigi natal atau
neonatal disertai dengan kebiasaan menghisap hingga terdapat ulcer dibagian
ventral dari lidah (Dyment et al., 2005).
6
luka pada puting susu ibu dan adanya gigi neonatal karena terhalang oleh
lidah bayi tersebut.
6. Ulserasi sublingual yang disebabkan oleh gerakan menghisap, dilaporkan
oleh (Anegundi, et al., 2002).
7
BAB 3. LAPORAN KASUS
3.1. Kasus 1
8
Gambar 1. Gambaran radiografi oklusal pada regio anterior mandibula yang diambil pada
pasien dengan usia 17 hari. Terdapat gigi neonatal 71 dan 81.
Sembilan bulan kemudian, pasien kembali datang atas konsul dari dokter
keluarganya. Orangtua pasien mengeluhkan bahwa anak perempuannya “berteriak
dan menangis” pada 2 minggu yang lalu dan acetaminophen tidak efektif untuk
mengurangi rasa sakitnya. Hasil pemeriksaan klinis menunjukkan terdapat 2 area
jarigan keras yang menonjol pada puncak tulang alveolar pada tempat gigi 71
terlepas dan gigi 81 diekstraksi. Foto radiologi diambil untuk mengetahui jaringan
keras apa yang ada (gambar 2). Tidak terdapat gambaran klinis ataupun radiografi
dar infeksi lokal; namun pasien tetap harus dihibur dan dibujuk (Dyment, et al.,
2005).
9
Gambar 2. Gambaran radiografi oklusal regio anterior mandibula yang diambil dari
pasien dengan usia 9,5 bulan. Terdapat gambaran jaringan radiopak pada area gigi 71
eksfoliasi dan gigi 81 diekstraksi
Keputusan yang diambil kemudia adalah mengambil sisa dari gigi 71 dan
81 dibawah anetesi general. Didalam ruang operasi, setelah diinduksi dengan
anestesi general, anestesi lokal diinfiltrasikan pada anterior dari mandibula dan
sisa gigi 71 dan 81 dengan mudah diambil dengan tang rongeur (Gambar 3). Agen
hemostatis resorbable dan satu benang resorbable digunakan untuk area yang
diekstraksi. Terdapat hanya sedikit kehilangan dara dan hemostasis dapat
diterima. Hasil post opetative baik dan penyembuhannya juga baik (Dyment, et
al., 2005).
10
3.2. Kasus 2
11
Gambar 5. Foto klinis dari kembaran dan gigi neonatal
12
Gambar 6.(A) Gigi yang diekstraksi dari pasien kembar. (B) Potongan longitudinal
dengan pemeriksaan mikroskop dibawah cahaya tampak dan cahaya polarisasi
menunjukkan adanya pembentukan enamel, dentin dan pulpa
Gambar 7.(A) Gigi yang diekstraksi dari pasien kembar. (B) Potongan longitudinal
dengan pemeriksaan mikroskop dibawah cahaya tampak dan cahaya polarisasi
menunjukkan adanya pembentukan enamel, dentin dan pulpa
3.3. Kasus 3
13
Gambar 8. Aspek klinis dari gigi neonatal insisif rahang bawah
Pemeriksaan intraoral, gigi yang didiagnosa merupakan gigi neonatal yang mulai
erupsi padaa usia 3 minggu pasien. Gigi tersebut mempunyai mobilitas yang
tinggi dan menyebabkan ketidaknyamanan saat menyusui dan mempunyai potensi
resiko yang tinggi untuk pasien sehingga direncanakan untuk mengeekstraksi gigi
tersebut. Pemeriksaan menunjukkan gigi neonatal tersebut merupakan gigi 71 dan
81. Pemeriksaan klinis menunjukkan gigi tidak dikelilinga gingiva cekat dan
kemungkin terlepas spontan dapat terjadi. Setelah aplikasi topikal anestesi pada
gingiva dan mengaplikasikan gauze pada lingual, gigi diekstraksi dengan tang
rongeur. Kedua gigi yang diekstraksi mempunyai dimensi 6,5 mm sampai dengan
3,5 mm dan mempunyai gambaran hipoplastik (Gambar 9). Tidak dilakukan
kuretase pada bagian yang diekstraksi. Tidak terjadi hal hal posoperative (Kovac J
dan Kovac D, 2011).
Gambar 9. Gigi neonatal yang diekstraksi. Sangat sedikit bentukan akar yang terlihat
14
Kontrol dilakukan dua kali, setelah seminggu dan 6 bulan, dan
pemeriksaan menunjukkan tidak terdapat komplikasi. Saat usia pasien 6 bulan
dari hasil pemeriksaan ditemukan benih gigi susu terlihat (Gambar 10 dan 11)
(Kovac J dan Kovac D, 2011).
Gambar 11. Adanya benih gigi sulung rahang atas, 6 bulan setelah kelahiran
15
BAB 4. PEMBAHASAN
Normalnya, gigi sulung mulai erupsi rata-rata pada usia 6 bulan. Pada
kasus-kasus yang jarang terjadi, kronologi dari erupsi bisa saja terganggu. Telah
didefinisikan bahwa gigi yang erupsi saat kelahiran bayi merupakan gigi natal,
sedangkan yang erupsi antara sebulan setelah kelahiran disebut gigi neonatal
(Massler dan Savara, 1950). Pada kasus 1, 2, ataupun 3 masing-masing didiagnosa
mempunyai gigi neonatal. Gigi-gigi tersebut ada pada mandibula regio insisif,
dengan mobilitas tinggi dan menyebabkan ketidaknyamanan pada ibu saat
menyusui. Masing-masing kasus gigi tersebut diekstraksi karena ketakutan akan
tertelannya gigi saat terlepas.
16
Pada kasus 1, 2, dan 3 perawatan yang dipilih adalah pencabutan karena
pada masing-masing kasus terdapat mobilitas gigi yang tinggi dan mengganggu
proses menyusui. Yang membedakan adalah pada kasus kedua dilakukan kuretase
sedangkan pada kasus 1 dan 2 tidak dilakukan.
Menurut Dyment, et al., (2005) apabila dilakukan ekstraksi dari gigi natal
ataupun neonatal, kuretase seharusnya dilakukan dibawah jaringan dental papil
untuk mencegah terbentuknya residu gigi. Kuretase dilakukan dengan anestesi
lokal berupa injeksi. Kuretase dilakukan pada kasus kedua, dengan pertimbangan
pencegahan terbentuknya residu gigi. Hal tersebut berbeda dengan kasus 3, Kovac
J dan Kovac C (2011) merekomendasi untuk tidak melakukan kuretase pada
pasien pada kasus 3, karena anestesi injeksi lokal dan kuretase merupakan
tindakan yang dapat meningkatkan stress pada anak. Selain itu, resiko dari
pembentukan gigi residual hanyalah 9,1%, sehingga orangtua pasien perlu
diinformasikan dan diminta untuk rajin melakukan kontrol ke dokter gigi.
17
Pemberian informasi berupa pembedahan akan pula dilakukan apabila terbentuk
gigi residual.
Kembar identik selalu memiliki jenis kelamin yang sama yaitu keduanya
laki-laki atau keduanya perempuan. Pada beberapa kasus lokasi gigi dengan
beberapa variasi bisa saja terjadi pada kembar non identik. Manajemen yang
sesuai dan waktu yang tepat merupakan hal yang penting tergantung dari keadaan
klinis. Sebagian besar gigi yang erupsi prematur (tipe prematur) hipermobile
dikarenakan perkembangan akar yang tidak lengkap. Gigi neonatal memiliki
mobilitas dari lebih rendah dibanding gigi natal. Pada beberapa kasus mobilitas
gigi meningkat dan kemudia membutuhkan penanganan berupa ekstraksi gigi
untuk mencegah terjadinya lepas gigi dan tertelan. Selain itu, insisal edge yang
tajam menyebabkan trauma pada area sekitas jaringan lunak, sehingga gigi butuh
untuk segera diekstraksi. Apabila gigi tidak menyebabkan kesulitan pada bayi
ataupun ibu makan gigi dibiarkan saja dan pentingnya pertumbuhan gigi sangat
penting untuk dijelaskan kepada orangtua pasien. Pada gigi yang menyebaban
trauuma, perawatan konservatif dilakukan yaitu menghaluskan bagian insisal gigi
(Prabhakar et al., 2009).
18
Mukosa disekitar gigi yang erupsi biasanya mengalami edematur
dan kemerahan. Prabhakar et al.,(tahun 2009) menyarankan untuk penggunaan
klorheksidin gluconate gel 3 kali sehari.
19
BAB 5. KESIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
Anegundi RT, Sudha R, Kaveri H, dan Sadanan K. Natal And Neonatal Teeth: A
Report of Four Cases. J Indian Sot Pedo Prev Dent 2002; 20:86-92
Kovac J dan Kovac D. Case Report: Neonatal teeth. Bratisl Lek Listy 2011;
112(11): 648-650
Lemos LVFM, Shintome LK, Ramos CJ, Myaki SI. Natal and neonatal Teeth.
Einstain 2009; 7:112-113
Leung AK dan Robson WL. Natal Teeth: A Review. J Natl Med Assoc 2006; 98:
226-228
Prabhakar AR, Ravi GR, Raju OS, Ameet J Kurthukoti, Subha AB. Neonatal
Tooth in Fraternal Twins: A Case Report. International Journal of
Clinical Pediatric Dentistry 2009 May-August; 2(2): 40-44
Spogue JD, Feasby WH. Erupted Teeth In The Newborn. Oral surg 1966; 22:
198-208
21