Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, serta
hidayah-Nya sehingga penulis masih terjaga dalam iman dan Islam serta dapat menyusun
makalah ini dengan lancar dan menyelesaikan berbagai tantangan di dalamnya. Selanjutnya
shalawat serta salam teruntuk Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan tuntunan kepada
penulis agar selalu berada di jalan-Nya penuh keridhaan dan kemuliaan.

Sepatutnya, terima kasih yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada Dosen


pengampu Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab yang senantiasa membimbing
dalam proses pembelajaran selama satu semester ini.

Makalah akademik ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran
Bahasa Arab dengan pembahasan seputar Kriteria Tes yang Baik . Disusunnya makalah
akademik ini diharapkan mampu menjadi wacana serta informasi bagi segenap pembaca.

Demikian makalah akademik ini disusun. Penulis menyadari bahwa makalah ini sangat
jauh dari kesempurnaan baik dari struktur penyusunan maupun materi. Untuk itu, kritik dan
saran yang bersifat konstruktif sangat dibutuhkan demi lebih baiknya penyusunan makalah di
masa mendatang.

Semarang, 8 Maret 2020

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...........................................................................................................................i

Daftar Isi ...................................................................................................................................ii

Bab 1 Pendahuluan ....................................................................................................................iii

A. Latar Belakang ..............................................................................................................3


B. Rumusan Masalah .........................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan ...........................................................................................................4

Bab II Pembahasan ....................................................................................................................5

A. Pengertian Tes ..............................................................................................................5


B. Bentuk-Bentuk Tes .................................................................................................6
C. Kriteria atau Ciri-Ciri Tes Yang Baik................................................................................9
D. Prinsip-Prinsip Dasar Penyusunan Tes .............................................................................12
E. Langkah-Langkah atau Teknik Penyusunan Tes............................................................13

Bab III Penutup .......................................................................................................................15

A. Simpulan ......................................................................................................................15
B. Kritik dan Saran ..............................................................................................................16

Daftar Pustaka .........................................................................................................................17

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan pembelajaran bukanlah suatu proses tak struktur dan tanpa tujuan atau
target tertentu. Kualitas pemahaman peserta didik terhadap suatu mata pelajaran
merupakan sasaran dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam mengukur dan menilai hal
tersebut, perlu dilaksanakan suatu kegiatan yang dapat memberikan bukti valid seberapa
target dalam proses pembelajaran itu tercapai.
Dalam proses pembelajaran, tes merupakan alat ukur dalam menilai dan
mengevaluasi. Ia memiliki peran dalam mengukur tingkat pencapaian siswa berdasarkan
kompetensi standar. Selain itu, tes juga berperan dalam mengukur keberhasilan proses
pembelajaran serta kualitas guru dalam mengelola kelas.
Sebagai alat ukur, tes yang hendak dilakukan haruslah memenuhi syarat dan
kriteria tertentu. Sebab banyaknya kesimpulan dan keputusan penting dapat ditarik
berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil tes, maka tes yang dilakukan haruslah
dilakukan dengan prosedur yang tepat dan sesuai target.
Berdasarkan pengalaman empiris dalam dunia pendidikan, tidak jarang tes yang
dilakukan kurang bisa mengukur secara tepat target yang ingin dievaluasi. Permasalahan
lain yang terjadi adalah hasil pengukuran tes yang kurang mantab, tidak adanya patokan
interpretasi yang cukup tegas tentang benar atau tidaknya suatu jawaban, atau terkadang
hasil tes juga tidak menunjukkan perbedaan spesifik dalam memberikan informasi perihal
kemampuan peserta didik. Untuk itu, perlu kiranya seorang pendidik memperhatikan
karakteristik tes yang baik dan mengaplikasikannya agar dalam pelaksanaanya mampu
memberikan informasi akurat dalam menilai proses pembelajaran yang berlangsung.

3
B. Rumusan Masalah
Kami telah menyusun beberapa rumusan masalah yang akan dibahas sekaligus
sebagai batasan dalam pembahasan bab ini. Beberapa rumusan masalah tersebut antara
lain:
1. Apa definisi tes ?
2. Apa saja bentuk-bentuk tes ?
3. Apa saja kriteria atau ciri-ciri tes yang baik ?
4. Bagaimana prinsip-prinsip dasar penyusunan tes ?
5. Bagaimana langkah-langkah atau teknik penyusunan tes ?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini antara
lain:
1. Mengetahui definisi tes.
2. Mengetahui bentuk-bentuk tes
3. Memahami kriteria atau ciri-ciri tes yang baik.
4. Memahami prinsip dasar penyusunan tes.
5. Memahami langkah-langkah atau teknik penyusunan tes.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tes
Istilah tes diambil dari kata testum suatu pengertian dalam bahasa Prancis Kuno
yang berarti piring untuk menyisahkan logam-logam mulia. Adapula yang mengartikan
sebagai sebuah piring yang dibuat dari tanah. Seorang ahli bernama James Ms.Cattel
1890 telah memperkenalkan pengertian tes ini melalui bukunya yang berjudul “Mental
Test and Measurement”. Tes dapat didefinisikan sebagai perangkat pertanyaan atau tugas
yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang atribut pendidikan, psikologik
atau hasil belajar yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban
atau ketentuan yang dianggap benar.1
Adapun dalam pengertian yang lebih luas, para ahli memberikan beberapa
pengertian tes sebagai berikut :2
1. Menurut Sudijono (1996), tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan
dalam rangka pengukuran dan penilaian.
2. Anne Anastasi dalam karya tulisannya yang berjudul “Psychological Testing”
mengatakan bahwa tes adalah alat pengukur yang mempunyai standar
objektif, sehingga dapat digunakan secara meluas dan akurat untuk mengukur
dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.
3. Drs. Amir Daien Indrakusuma dalam bukunya “Evaluasi Pendidikan”
mengatakan bahwa tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan
objektif untuk mengukur dan memperoleh data atau keterangan yang
diinginkan tentang seseorang atau kelompok dengan cara yang boleh
dikatakan tepat dan cepat.
4. Bimo Walgio mengatakan tes adalah suatu metode atau alat untuk
mengadakan penyelidikan yang menggunakan soal-soal, pertanyaan, atau
tugas-tugas dimana persoalan atau pertanyaan itu telah dipilih dengan
seksama dan telah distandarisasikan.

1
Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2009), hlm. 52
2
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta : PT Grafindo Persada, 1984), hlm. 6

5
5. Muchtar Bukhari dalam bukunya yang berjudul “Teknik-Teknik Evaluasi”
mengatakan bahwa tes adalah suatu percobaan yang diadakan untuk
mengetahui ada dan tidaknya hasil pelajaran tertentu pada seorang individu
atau kelompok.

Dari beberapa definisi diatas, dapat kita pahami bahwa yang dimaksud dengan tes
adalah serangkaian cara atau prosedur-prosedur yang digunakan untuk memperoleh data
atau informasi yang akurat tentang suatu objek dalam rangka pengukuran dan penilaian,
yang digunakan untuk mengembangkan dan meningkatkan hal-hal yang berkaitan dengan
pendidikan.

B. Bentuk-Bentuk Tes
Sebagai alat pengukur perkembangan dan kemajuan belajar peserta didik, apabila
ditinjau dari segi soalnya , dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 3
1. Tes uraian (essay test), yang sering dikenal dengan tes subyektif (subjective test),
adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang memiliki karakteristik yaitu:
a. Pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban berupa uraian atau
paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang.
b. Menuntut kepada testee untuk memberikan penjelasan, komentar, penafsiran,
membandingkan, membedakan dan sebagainya.
c. Jumlah butir Soal pada umumnya terbatas, yaitu berkisar antara lima sampai
dengan sepuluh butir
d. Diawali dengan kata-kata: jelaskan, terangkan, uraikan, mengapa, bagaimana.

Tes uraian dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu: Tes uraian bentuk bebas
atau terbuka dan terbatas.

 Tes uraian bentuk terbuka, Jawaban yang dikehendaki muncul dari testee
sepenuhnya diserahkan kepada testee itu sendiri. Artinya, testee
mempunyai kebebasan yang seluas-luasnya dalam merumuskan,
mengorganisasikan dan menyajikan jawabannya dalam bentuk uraian.
Contoh: Didalam ibadah haji ada istilah rukun dan wajib haji. Kedua-

3
Anas Sudijono, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), hlm . 99-106

6
duanya harus dilakukan oleh orang yang naik haji. Coba anda jelaskan
perbedaan antara rukun dan wajib haji tersebut!
 Tes uraian bentuk terbatas, Jawaban yang dikehendaki muncul dari testee
adalah jawaban yang sifatnya sudah lebih terarah (dibatasi). Contoh: Di
masa Khulafaur Rasyidin, tercatat tiga peristiwa peperangan antara kaum
muslimin menghadapi Romawi. Sebutkan dan jelaskan secara singkat
ketiga peristiwa yang dimaksud!
2. Tes Hasil Belajar Bentuk Obyektif (Objective test)
Tes obyektif yang juga dikenal dengan istilah tes jawaban pendek, tes “ya-
tidak” (yes-no test) dan tes model baru (new type test), adalah salah satu jenis tes
hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal (items) yang dapat di jawab oleh
testee dengan jalan memilih salah satu (atau lebih) diantara beberapa
kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing masing items, atau
dengan jalan menuliskan (mengisikan) jawabannya berupa kata- kata atau simbol-
simbol tertentu pada tempat atau ruang yang telah disediakan untuk masing
masing butir item yang bersangkutan.
Tes obyektif dapat dibedakan menjadi lima golongan, yaitu:4
 Tes Obyektif bentuk benar salah (True-False test)
Tes Obyektif bentuk benar salah (True-False test) adalah salah satu
bentuk tes obyektif di mana butir-butir soalnya yang di ajukan dalam tes
hasil belajar itu berupa pernyataan (statement), pernyataan mana ada yang
benar dan ada yang salah. Contoh: Ajaran Islam yang masuk ke Indonesia
adalah "Islam yang kalah", yakni hanya aspek sufistiknya saja; sementara
aspek rasionalistiknya diambil oleh orang Barat. B-S.
Disoal tersebut testee diminta menentukan pendapat mengenai
pernyataan-pernyataan tersebut, benar atau salah.
 Tes Obyektif Bentuk Matching
Tes obyektif bentuk matching sering dikenal dengan istilah tes
menjodohkan, tes mencari pasangan, tes menyesuaikan, tes mencocokkan

4
Anas Sudijono, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta, PT Raja grafindo Parsada, 1996), hlm 107-114.

7
dan tes mempertandingkan. Tes obyektif bentuk matching merupakan
salah satu bentuk tes obyektif dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Tes terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban.
b. Tugas testee adalah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban
yang telah tersedia, sehingga sesuai atau cocok dengan
pertanyaannya.
Contoh: Dibawah ini terdapat dua daftar, yaitu daftar I dan daftar
II. Tulislah huruf abjad yang terdapat daftar II diatas titik-titik
yang terdapat pada daftar I!
Daftar I Daftar II
1.....… Shalat sunnah yang dilaksanakan A. Tarawih
pada tiap malam bulan Ramadhan. B. Tahiyatul Masjid
2……. Shalat sunnah yang dilakukan sewaktu
memasuki masjid.
 Tes Obyektif Bentuk Fill In
Tes obyektif bentuk fill in (bentuk isian) ini biasanya berbentuk
cerita atau karangan. Kata-kata penting dalam cerita atau karangan itu
beberapa di antaranya dikosongkan (tidak dinyatakan), sedangkan tugas
testee adalah mengisi bagian-bagian yang telah dikosongkan itu.
Contoh: Isilah titik-titik berikut ini dengan jawaban yang tepat!
Pengertian pendidikan Islam menurut Syekh Anwar Jundi ialah ... (1);
konsep pendidikan Islam tersebut di atas mengandung pengertian bahwa
pendidikan Islam itu ber- langsung … (2), Syekh Anwar Jundi selanjutnya
merumuskan tujuan pendidikan Islam, yaitu ... (3), Sedangkan menurut
Syekh Dr. 'Athiyah al-Abrasyi, tujuan pendidikan Islam itu ialah ...(4).
 Tes Obyektif Bentuk Completion
Tes obyektif bentuk completion sering dikenal dengan istilah tes
melengkapi atau menyempurnakan, yaitu salah satu jenis tes obyektif yang
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
 Tes tersebut terdiri atas susunan kalimat yang bagian-
bagiannya sudah dihilangkan (sudah dihapuskan).

8
 Bagian-bagian yang dihilangkan itu diganti dengan titik-
titik. Kemudian titik-titik itu harus diisi atau dilengkapi
oleh testee dengan jawaban.

Contoh: Isilah titik-titik berikut ini dengan jawaban yang benar


dan tepat.

Lembaga keilmuan terkenal di masa kejayaan Khalifah al-


Ma'mun bernama....

 Tes Obyektif Bentuk Multiple Choice Item


Tes obyektif bentuk multiple choice item sering dikenal dengan
istilah tes obyektif bentuk pilihan ganda, yaitu salah satu bentuk tes
obyektif yang terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya belum
selesai, dan untuk menye- lesaikannya harus dipilih salah satu (atau lebih)
dari beberapa kemungkinan jawab yang telah disediakan pada tiap-tiap
butir soal yang bersangkutan.
Contoh:
Pada saat yang manakah bacaan Talbiyah dibaca oleh para jama'ah haji?
A. Sa'i B. Thawaf C. Ihram D. Wukuf E. Berangkat ke Arofah.
C. Kriteria atau Ciri-Ciri Tes Yang Baik
Sebuah tes dikatakan baik apabila memenuhi persyaratan berikut :5
a. Validitas
Sebelum mulai penjelasan perlu kita pahami apa perbedaan arti istilah
“validitas” dengan “valid”. Validitas merupakan sebuah kata benda, sedangkan
valid merupakan kata sifat. Dari pengalaman sehari-hari tidak sedikit siswa atau
guru mengatakan: “Tes ini baik karena sudah validitas” jelas kalimat itu tidak
tepat. Yang benar adalah “Tes ini sudah baik karena sudah valid” atau “Tes ini
memiliki validitas yang tinggi”.
Sebuah data atau informasi dapat dikatakan valid apabila sesuai dengan
keadaan senyatanya. Contoh, informasi tentang seorang bernama A menyebutkan
bahwa si A pendek karena tingginya tidak lebih dari 140 cm. Data tentang si A ini

5
Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2009), hlm. 58-60

9
valid apabila sesuai dengan kenyataan, yakni bahwa tinggi si A kurang dari 140
cm.
Jika data yang dihasilkan dari sebuah instrumen valid, maka dapat
dikatakan bahwa instrumen tersebut valid, karena dapat memberikan gambaran
tentang data secara benar sesuai dengan kenyataan atau keadaan sesungguhnya.
Dari sedikit uraian dan contoh diatas dapat disimpulkan bahwa : jika data yang
dihasilkan oleh instrumen benar dan valid, sesuai kenyataan, maka instrumen
yang digunakan tersebut valid.
b. Reliabilitas
Kata reliabilitas dalam bahasa Indonesia diambil dari kata reliability
dalam bahasa Inggris, berasal dari kata asal reliable yang artinya dapat dipercaya.
Seperti halnya istilah validitas dan valid, kekacauan penggunaan istilah
“reliabilitas” merupakan kata benda, sedangkan “reliabel” merupakan kata sifat
atau kata keadaan.
Tes dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan
berkali-kali. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut
menunjukkan ketetapan. Dengan kata lain, jika para siswa diberikan tes yang
sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam
urutan (rangking) yang sama dalam kelompoknya.
Walaupun tampaknya hasil tes pada pengetesan yang kedua lebih baik
tetapi karena kenaikannya dialami oleh semua siswa, maka tes yang digunakan
dapat dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi. Kenaikan hasil tes yang kedua
barangkali disebabkan oleh adanya “pengalaman” yang diperoleh pada waktu
mengerjakan tes yang pertama. Dalam keadaan ini disebut carry-over effect atau
practice-effect, yaitu adanya akibat yang dibawa karena siswa telah mengalami
suatu kegiatan. Jika dihubungkan dengan validitas maka :
Validitas adalah ketepatan
Reliabilitas adalah ketetapan

10
c. Objektivitas
Objektif berarti tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhi. Lawan
dari objektif adalah subjektif, artinya terdapat unsur pribadi yang masuk
mempengaruhi.
Ada 2 faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari suatu tes yaitu :
1) Bentuk tes
Tes yang berbentuk uraian akan memberi banyak
kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian
menurut caranya sendiri. Dengan demikian, hasil dari seorang
siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes, akan dapat
berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai.
2) Penilai
Subjektivitas dari penilai akan dapat masuk secara leluasa
terutama dalam tes uraian. Faktor-faktor yang mempengaruhi
subjektivitas : kesan penilai terhadap siswa, tulisan, bahasa, waktu
mengadakan penilaian, kelelahan, dan sebagainya. Untuk
menghindari unsur subjektivitas, maka penilaian harus
dilaksanakan dengan mengingat pedoman.
d. Praktikabilitas
Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes
tersebut bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya. Tes yang praktis adalah
tes yang :
 Mudah dilaksanakan, misalnya tidak menuntut peralatan yang
banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan
terlebih dahulu bagian yang dianggap mudah oleh siswa.
 Mudah pemeriksaannya, artinya bahwa tes itu dilengkapi dengan
kunci jawaban maupun pedoman skoringnya. Untuk soal bentuk
objektif, pemeriksaan akan lebih mudah dilakukan jika dikerjakan
oleh siswa dalam lembar jawaban.
 Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat
diberikan/diawali oleh orang lain.

11
e. Ekonomis
Yang dimaksud dengan ekonomis ialah bahwa pelaksanaan tes tersebut
tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, temaga yang banyak, dan waktu
yang lama.
D. Prinsip-Prisip Dasar Penyusunan Tes
Tes hasil berlajar adalah teknik evaluasi yang dilakukan untuk mengukur seberapa
kemampuan siswa dalam memahami dan menguasai materi yang telah diajarkan. Ada
beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam menyusun tes hasil belajar agar tes
tersebut dapat mengukur tujuan pelajaran dan keterampilan siswa pasca menyelesaika
suatu unit pengajaran tertentu. Beberapa prinsip tersebut di antaranya:6
1) Tes yang dilakukan hendaknya dapat mengukur secara jelas hasil belajar (learning
outcomes) yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan instruksional. Keberadaan
tujuan instruksional akan memudahkan guru untuk menyusun soal tes yang relevan
dengan tujuan yang dirumuskan. Jika tujuan tidak jelas, maka penilaian menjadi
tidak valid, karena tes tidak mampu mengukur apa yang sebenarnya harus diukur.
2) Mengukur sampel yang representatif dari hasil belajar dan bahan pelajaran yang telah
diajarkan. Dala hal ini, guru hendaknya menyusun terlebih dahulu tabel spesifikasi
(kisi-kisi) yang memuat rincian topik dari bahan pelajaran yang telah diajarkan dan
penentuan jumlah serta jenis soal yang disesuaikan dengan tujuan.
3) Mencakup berbagai macam soal yag benar-benar cocok untuk mengukur hasil belajar
yang diinginkan sesuai dengan tujuan. Setiap alat evaluasi dan setiap macam bentuk
soal hanya cocok untuk mengkur suatu jenis kemampuan tertentu. Oleh karena itu,
penyusunan soal tes harus disesuaikan dengn jenis kemampuan hasil belajar yang
hendak diukur.
4) Didesain sesuai dengan kegunannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan.
5) Dibuat seandal atau sereliable mungkin sehingga mudah diinterpretasikan dengan
baik. suatu tes dapat dikatakan reliable apabila dapat menghasilkan suatu gambaran
hasil pengukuran yang dapat dipercaya.
6) Tes digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru.
E. Langkah-Langkah atau Teknuk Penyusunan Tes
6
Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2006), hlm. 23-25

12
Adapun langkah-langkah penyusunan tes :7
1. Menetapkan Tujuan Tes
Tujuan tes pencapaian belajar adalah untuk mendapatkan informasi tentang
seberapa jauh siswa sudah menyerap isi bahan pengajaran yang disajikan oleh guru
dalam kegiatan belajar-mengajar.
2. Analisis Kurikulum
Isi bahan yang disajikan di sekolah-sekolah senantiasa mengikuti kurikulum yang
berlaku. Dengan demikian, evaluasi mengenai sejauh mana siswa telah menyerap isi
pengajaran itu harus pula didasarkan atas pengajaran yang digariskan dalam
kurikulum tersebut. Oleh karena itu, langkah kedua dalam penyusunan tes adalah
mengadakan analisis kurikulum untuk menetapkan isi bahan yang akan di tanyakan
melalui tes itu.
3. Analisis Buku Pelajaran dan Sumber Materi Belajar Lainnya
Tes yang akan disusun hendaknya mengenai seluruh materi dari pokok bahasan
esensial yang telah ditetapkan. Pokok bahasan dan sub pokok bahasan itu secara
terinci terdapat dalam buku pelajaran, entah itu buku paket yang diterbitkan
pemerintah ataupun buku paket lainnya yang telah disahkan oleh Dipdikbud, atau
buku-buku pelajaran yang isinya tidak bertentangan dengan GBPP.
4. Menyusun Kisi-kisi
Istilah lain untuk kisi-kisi ialah blue print, table of test specification, lay oyt, plan,
dan frame work. Kisi-kisi disusun dalam bentuk matriks yang memuat komponen-
komponen tertentu. Adapun komponen-komponen suati kisi-kisi tes ditentukan oleh
tujuan penulisan soal tersebut. Ada tes yang komponennya sederhana, hanya terdiri
atas dua tiga unsur, sementara ada pula tes yang komponennya lebih kompleks.
5. Menulis TIK/Indikator
Penulisan TIK/ indikator harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan dalam kisi-kisi.
6. Menulis Soal

7
Suke Silverius, Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik, (Jakarta: PT Grasindo, 1991), hlm. 13-
15

13
Soal-soal yang ditulis itupun tidak boleh menyimpang dari TIK yang telah
dirumuskan sesuai dengan kisi-kisi itu. Soal-soal baru dapat ditulis setelah ada TIK
dan bukan sebaliknya, soal dulu baru TIK.
7. Reproduksi Tes Terbatas
Tes yang sudah jadi diperbanyak dalam jumlah yang cukup untuk tujuan uji coba.
8. Uji Coba
Tes yang sudah diperbanyak diujicobakan pada sampel yang telah ditentukan.
Cara penentuan sampel mana yang dipakai bergantung pada tujuan uji coba itu sendiri
meskipun ada yang berpendapat bahwa uji coba butir soal itu kurang efesien, namun
ujin coba tersebut tetap diperlukan untuk pengkajian mutu soal-soal.
9. Analisis Soal
Tes yang telah diujicobakan itu perlu dianalisis butir-butir soalnya. Melalui
analisis soal dapat diketahui baik buruknya (mutu) melalui butir soal. Baik buruknya
soal ditetapkan dengan melihat taraf kesukarannya, fungsi stem (pokok soal), fungsi
distractor (pengecoh), serta penyebaran jawaban pada pengecoh dalam total
kelompok.
10. Revisi Soal
Apabila hasil analisis menunjukan adanya butir soal yang jelek, maka butir-butir
soal itu perlu direvisi (diperbaiki). Setelah direvisi, diujicobakan kembali, kemudian
dianalisis lagi untuk melihat apakah benar-benar sudah baik atau belum.
11. Menentukan Soal-soal Yang Baik
Soal-soal yang telah diujicobakan itu perlu dianalisis untuk dapat diperoleh
gambaran tentang tingkat kesukaran, fungsi pengecoh, dan penyebaran jawaban oleh
kelompok. Dari data tersebut dapat ditetapkan butir-butir mana yang baik dan mana
yang tidak.
12. Merakit Soal Menjadi Tes
Semua soal yang baik, kalau sudah banyak yang terkumpul dan meliputi semua
pokok bahasan serta aspek yang hendak diukur, dapat dirakit menjadi tes yang
standar. Tes standar disini dimaksudkan bahwa tes itu adalah hasil perakitan butir-
butir soal yang telah dibakukan melalui proses analisis soal.

14
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Istilah tes diambil dari kata testum suatu pengertian dalam bahasa Prancis Kuno
yang berarti piring untuk menyisahkan logam-logam mulia. Adapun secara istilah tes
adalah serangkaian cara atau prosedur-prosedur yang digunakan untuk memperoleh data
atau informasi yang akurat tentang suatu objek dalam rangka pengukuran dan penilaian,
yang digunakan untuk mengembangkan dan meningkatkan hal-hal yang berkaitan dengan
pendidikan.

Bentuk-bentuk tes diantaranya : tes uraian (essay test) dan tes hasil belajar bentuk
obyektif (objective test). Sebuah tes dikatakan baik apabila memenuhi persyaratan berikut
: validitas, reliabilitas, objektivitas, praktibilitas, dan ekonomis.

Ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam menyusun tes hasil
belajar agar tes tersebut dapat mengukur tujuan pelajaran dan keterampilan siswa
diantaranya : tes yang dilakukan hendaknya dapat mengukur secara jelas hasil belajar
(learning outcomes) yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan instruksional, mengukur
sampel yang representatif dari hasil belajar dan bahan pelajaran yang telah diajarkan,
mencakup berbagai macam soal yag benar-benar cocok untuk mengukur hasil belajar
yang diinginkan sesuai dengan tujuan, didesain sesuai dengan kegunannya, dibuat
seandal atau sereliable mungkin, dan tes digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa
dan cara mengajar guru.

Adapun langkah-langkah atau teknik penyusunan tes sebagai berikut :


menetapkan tujuan tes, analisis kurikulum, analisis buku pelajaran dan sumber materi
belajar lainnya, menyusun kisi-kisi, menulis TIK/Indikator, menulis soal, reproduksi tes
terbatas, uji coba, analisis soal, revisi soal, menentukan soal-soal yang baik, serta merakit
soal menjadi tes.

15
B. Kritik dan Saran
Kami menyadari bahwa makalah diatas masih jauh dari kesempurnaan, maka dari
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca mengenai
pembahasan makalah diatas. Semoga makalah diatas bisa bermanfaat bagi para pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara


Purwanto, Ngalim. 2006. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya
Silverius, Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik,. Jakarta: PT Grasindo
Sudijono, Anas. 1984. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Grafindo Persada

17

Anda mungkin juga menyukai