Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Reka Elkomika ©Teknik Elektro| Itenas | No.x | Vol.

xx
XXXX-XXXX [Bulan Tahun]
Jurnal Online Institut Teknologi Nasional

Perancangan Prototipe Penguat dan Transduser


untuk Komunikasi Bawah Air
RUSTAMAJI, PAULINE RAHMIATI, NOFIARDIMAN SAPUTRA

Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional Bandung


Email: rustamaji@itenas.ac.id

ABSTRAK

Suara (gelombang akustik) dapat merambat dalam jarak yang jauh pada komunikasi di
bawah air. Suara yang dihasilkan dari sebuah transduser dengan mengubah sinyal listrik
menjadi suara (geombang akustik), kemudian dipancarkan oleh transmitter. Dalam
penelitian ini dilakukan perancangan dan realisasi dari sebuah prototipe transmitter,
yang tersusun dari penguat dan transduser. Berdasarkan perancangan yang telah
dibuat, prototipe transmitter mampu membangkitkan sinyal suara (gelombang akustik)
dalam range frekuensi 100 Hz - 60 kHz di dalam air dengan menggunakan transduser
berupa underwater loudspeaker. Prototipe transmitter tanpa pelindung anti air, dengan
pelindung anti air, dan di dalam air dapat menghasilkan sinyal suara (gelombang akustik)
dengan sensitivitas 104 mVp-p dari sumber sinyal audio generator, dan 72 mVp-p dari
sumber sinyal berupa rekaman suara.

Kata kunci : akustik, penguat, SONAR, transmitter, transduser.

ABSTRACT

Sound (acoustic wave) can propagate long distances in the underwater communication.
The sound is produced by a transducer to convert electrical signals into sound (acoustic
wave), then emitted by the transmitter. In this research, design and realization of a
prototype transmitter, which was composed of the amplifier and transducer. Based on
the design that has been created, a prototype transmitter signal able to generate sound
(acoustic wave) in the frequency range of 100 Hz - 60 kHz in the water by using a
transducer in the form of underwater loudspeaker. The prototype transmitter using
without protective waterproof, with protective waterproof, and in the water could result
in signal noise (acoustic wave) with the sensitivity of 104 mVp-p of the source audio signal
generator, and 72 mVp-p of the signal source in the form of sound recordings.

Keywords : accoustic, amplifier, SONAR, transmitter, transducer

Jurnal Reka Elkomika – 1


Rustamaji, Rahmiati, Saputra

1. PENDAHULUAN

Teknologi komunikasi berkembang dan mengalami kemajuan yang pesat, khususnya


komunikasi bawah air yang telah ada sejak Perang Dunia I, dengan menggunakan SONAR
(Sound Navigation and Ranging) untuk mendeteksi kapal selam dan mencari keberadaan suatu
benda atau objek yang berada di dalam atau dasar laut. Peralatan SONAR bagian TRx terdapat
penguatan sinyal dan transducer yang berperan penting dalam sistem SONAR.

Rangkaian driver audio amplifier sebagai salah satu bagian dari sistem audio amplifier yang
berfungsi menggerakkan daya isyarat masukan dan meneruskan ke bagian penguat akhir
(power amplifier). Driver audio amplifier yang umum menggunakan transistor atau op-amp
(Mustofa, 2006).

Transduser input merupakan transduser yang dapat mengubah energi fisik atau physical
energy (berupa cahaya, tekanan, suhu, maupun gelombang suara) menjadi sinyal listrik.
Sedangkan transduser output dapat mengubah sinyal listrik menjadi bentuk energi fisik
(physical energy) (Radzi, 2007).

Struktur transistor bipolar dan karakteristiknya dapat menentukan penguatan sinyal. Dalam
menentukan bias yang benar akan dapat menentukan daerah kerja transistor (Dwi, 2007).

Transduser yang digunakan untuk mengubah sinyal litrik menjadi suara (gelombang akustik)
dan memancarkan suara (gelombang akustik) pada komunikasi bawah air yang berdasarkan
sensitifitas alat, karakteristik alat, ukuran alat, dan frekuensi untuk range suara (gelombang
akustik) (Fraden, 2010).

SONAR (Sound Navigation and Ranging) adalah istilah Amerika pertama kali digunakan selama
Perang Dunia I, yang berarti penjarakan. Navigasi suara adalah teknik yang menggunakan
penjalaran suara untuk mendeteksi objek lain di dalam air (Susilo, 2015).

Peralatan pemancar (Tx) dan penerima (Rx) sistem SONAR terdapat pada bagian SONAR
dome. Tx berguna untuk memancarkan suara (gelombang akustik) yang merambat di dalam
air dan Rx akan menerima suara (gelombang akustik) hasil pantulan (echoes) ketika mengenai
suatu objek. Pada peralatan SONAR dome bagian TRx terdapat transducer array yang
berperan penting dalam sistem SONAR (Hidayat, 2016).

Oleh karena pentingnya kegunaan dari transduser pada sistem SONAR, maka pada penelitian
ini akan mengambil judul “Perancangan Prototipe Penguat dan Transduser untuk Komunikasi
Bawah Air”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk merancang dan merealisasikan prototipe penguat dan
transduser untuk komunikasi bawah air.

2. METODOLOGI PENELITIAN

Pada bagian ini dibahas mengenai metoda dari analisis kebutuhan perancangan transmitter
yang terdiri dari rangkaian penguat dan transduser, kemudian akan diimplementasikan ke
dalam sistem komunikasi bawah air. Gambar 1 merupakan diagram blok transmitter.

Jurnal Reka Elkomika – 2


Perancangan Prototipe Penguat dan Transduser untuk Komunikasi bawah air

Gambar 1. Diagram Blok Transmitter

2.1 Perancangan Prototipe Penguat dan Transduser


Perancangan sistem yang direalisasikan terdiri dari beberapa tahapan, diantaranya:
1. Disain
2. Menentukan Spesifikasi
3. Perhitungan.

2.2 Realisasi Prototipe Penguat dan Transduser


Realisasi prototipe transmitter meliputi :
1. Sumber Sinyal
Sumber sinyal berupa audio generator dan sinyal suara untuk melihat respon kerja
penguatan sinyal pada range frekuensi 100 Hz – 60 kHz.
2. Penguat
Rangkaian penguat yang akan dirancang merupakan rangkaian op-amp penguatan non-
inverting sebagai penguatan awal (pre-amplifier), rangkaian penguatan driver dan
rangkaian penguatan akhir. Rangkaian penguat dirangkai pada PCB (Printed Circuit Board).
3. Transduser
Realisasi transduser berupa underwater loudspeaker untuk mengubah sinyal listrik menjadi
suara (gelombang akustik) di dalam air pada range frekuensi 100 Hz – 60 kHz.
4. Perakitan Prototipe Penguat dan Transduser
Rangkaian-rangkaian dirakit menjadi sebuah prototipe penguat dan transduser yang dapat
bekerja di dalam air.
2.3 Pengukuran
Pengukuran sinyal input dan output rangkaian op-amp penguat non-inverting, penguat driver,
penguat akhir tanpa beban loudspeaker dan dengan beban loudspeaker, dan pengujian
transmitter ketika berada di dalam air pada range frekuensi 100 Hz-60 kHz.

2.4 Perancangan Prototipe Transmitter


Perancangan dan realisasi dari rangkaian penguat dan transduser pada komunikasi bawah air,
meliputi rangkaian penguat awal atau pre-amplifier, rangkaian penguat driver, rangkaian
penguat akhir, transduser pada komunikasi bawah air dan penggabungan dari seluruh
rangkaian yang dibuat.

2.4.1 Perancangan Rangkaian Operational Amplifier


Gambar 2 merupakan rancangan rangkaian op-amp penguat non-inverting sebagai penguat
pertama atau pre-amplifier. IC yang digunakan adalah LF356.

Gambar 2. Rancangan Rangkaian Op-Amp Penguat Non-Inverting

Jurnal Reka Elkomika – 3


Rustamaji, Rahmiati, Saputra

Besarnya penguatan yang dihasilkan dapat ditentukan dari nilai komponen R1= 100 kΩ dan
R2=20 kΩ dengan persamaan berikut:
R2 100000
AV = R1 + 1 = 20000 + 1 = 6 kali...................................................................(1)

2.4.2 Perancangan Rangkaian Penguat Driver


Gambar 3 merupakan rangkaian penguat driver dengan menggunakan transistor 2N2222
berfungsi sebagai kendali pada rangkaian penguat akhir.

Gambar 3. Rangkaian Penguat Driver

Besarnya penguatan yang dihasilkan dapat ditentukan dari nilai komponen RB1 = 756 Ω,
RB2 = 3,56 kΩ, dan RC = 200 Ω dengan persamaan berikut ini:
Ic
Icmax = 800 mA, IcQ = 400 mA, VCC = 12 Volt, ICEQ = 6 Volt, β = 50, IB = βQ = 0.008 A
Loop Output
- VCC + VRC + VCEQ = 0, RC = 15 Ω .................................................................................. (2)
Loop Input
-VTH + VRTH+ VBE + VRE = 0, RB2 = 1422,8 Ω, RB1 = 756 Ω ............................................. (3)
Sehingga penguatan tegangan rangkaian penguat driver secara perhitungan:
VC 6
VRTH = RR B1 ∙

+
RB2
I
RB2 B
= 3,95 V, AV = = = 1,49 kali ........................................(4)
B1 VRTH 3.95
Rancangan dari rangkaian dengan 𝑓= 60 kHz sebagai berikut:
1 1
CK = R1 ∙ RB2 = 756 ∙ 1423 = 1,064 nF .............................(5)
2πf (R1 + ( )) 2π(60000) (2000+( ))
RB1+ RB2 756 +1423

2.4.3 Perancangan Rangkaian Penguat Akhir


Gambar 4 merupakan rancangan rangkaian penguat akhir dengan menggunakan transistor
N3055. Rancangan rangkaian akhir berupa power amplifier sebagai penguat akhir yang
menggerakkan underwater loudspeaker secara langsung hingga menghasilkan suara
(gelombang akustik).

Gambar 4. Rangkaian Penguat Akhir

Besarnya penguatan rangkaian penguat akhir ditentukan dari komponen RB1 = 1.2 kΩ,
RB2 = 20 kΩ, dan RTrafoOT = 25 Ω. Icmax = 15 A, VCC = 12 Volt, VCEQ = 6 Volt, 𝛽 = 70
Loop Output
I
- VCC + VRC + VCE = 0, IC = 0.24 A, IB = C = 0.00343 A.....................................(6)
β

Jurnal Reka Elkomika – 4


Perancangan Prototipe Penguat dan Transduser untuk Komunikasi bawah air

Loop Input
-VTH + VRTH+ VBE + VRE = 0, RB1 = 244 Ω, RB2 = 20 kΩ .................................... (7)
Sehingga penguatan tegangan rangkaian penguat akhir secara perhitungan:
VC
VRTH = RR B1 ∙

+
RB2
I
RB2 B
= 0,82 V, AV =
6
= 0,8 = 7,25 kali ........................................(8)
B1 VRTH
Impedansi pada trafo OT sebesar 25 Ω, beban pada loudspeaker 8 Ω diseri dengan resistor 15
Ω agar beban matching. Rancangan dari rangkaian penguat akhir dengan 𝑓= 100 Hz sebagai
berikut:
1 1
CK = R1 ∙ RB2 = 20000.244 = 6,22 μF .........................................(9)
2πf(R1 + ( )) 2π100(15+( ))
RB1+ RB2 20000+244

2.4. Perancangan Transduser pada Komunikasi Bawah Air


Gambar 5 merupakan rangkaian penguat dan transduser pada komunikasi di bawah air
meliputi rangkaian op-amp penguat non-inverting, rangkaian penguat driver, rangkaian
penguat akhir, dan underwater loudspeaker.

Gambar 5. Rancangan Penguat dan Transduser

Gambar 6 merupakan skema transduser pada komunikasi di bawah air. Transduser berupa
underwater loudspeaker dapat bekerja di dalam air dalam range frekuensi 100 Hz – 60 kHz.

Gambar 6. Rancangan Rangkaian Skematik Transduser pada Komunikasi di Bawah Air

Gambar 7 merupakan prototipe dirancang menggunakan sebuah pipa agar air tidak mengenai
bagian rangkaian penguat dan loudspeaker, dan pipa dipasang karet tipis sebagai pelindung
membran loudspeaker terhadap air.

(a) Tampak Depan (b) Tampak Atas (c) Tampak Belakang


Gambar 7. Rancangan Transduser pada Komunikasi di Bawah Air

3. PENGUKURAN DAN ANALISIS

Hasil pengukuran besaran-besaran sinyal yang dihasilkan dari keseluruhan rangkaian.


Pengukuran sinyal input dan output rangkaian penguat awal atau pre-amplifier, pengukuran
sinyal input dan output rangkaian penguat driver, pengukuran sinyal input dan output
rangkaian penguat akhir tanpa beban loudspeaker, pengukuran sinyal input dan output
rangkaian penguat akhir dengan beban loudspeaker, dan pengujian prototipe transmitter di
dalam air.

Jurnal Reka Elkomika – 5


Rustamaji, Rahmiati, Saputra

3.1 Pengukuran sinyal input dan output rangkaian op-amp penguat non-inverting
sebagai pre-amplifier
Gambar 8 merupakan diagram blok pengukuran sinyal input dan output rangkaian pre-
amplifier dengan menggunakan osiloskop.

Gambar 8. Diagram blok pengukuran sinyal input dan output rangkaian pre-amplifier

Tegangan sumber sinyal (sinusoida) dari audio generator berkisar antara 28,3 mVp-p – 67,1
mVp-p, dan tegangan output berkisar antara 104 mVp-p - 268 mVp-p. Gambar 9 merupakan grafik
respon frekuensi rangkaian pre-amplifier.

Gambar 9. Grafik Respon Frekuensi rangkaian pre-amplifier

Tegangan sumber sinyal (sinusoida) sebesar 40 mVp-p, tegangan output rangkaian pre-
amplifier berkisar antara 104 mVp-p - 236 mVp-p. Penguatan tegangan berkisar antara 2,6 –
5,9 kali. Gambar 10 merupakan grafik respon frekuensi rangkaian pre-amplifier.

Gambar 10. Grafik respon frekuensi rangkaian pre-amplifier

Gambar 11 merupakan sinyal input dan output rangkaian pre-amplifier dengan tegangan
puncak 236 mVp-p pada frekuensi 4 kHz.

Gambar 11. Sinyal Input dan Output Rangkaian Pre-Amplifier Frekuensi 4 kHz

Nilai toleransi yang dimiliki oleh setiap komponen pada rangkaian penguat non-inverting yang
menyebabkan nilai penguatan yang dihasilkan tidak sama dengan hasil perhitungan secara
teori. Pada resistor 100 kΩ dan 20 kΩ memiliki toleransi yang sama sebesar 1%, dan toleransi
yang disebabkan oleh redaman pada kabel penghubung yang tidak diketahui nilainya.

Jurnal Reka Elkomika – 6


Perancangan Prototipe Penguat dan Transduser untuk Komunikasi bawah air

3.2 Pengukuran sinyal input dan output pada rangkaian penguat driver.
Gambar 12 merupakan diagram blok pengukuran sinyal input dan output rangkaian penguat
driver dengan menggunakan osiloskop.

Gambar 12. Diagram Blok Pengukuran Sinyal Input dan


Output Rangkaian Penguat Driver

Tegangan sumber sinyal (sinusoida) dari audio generator berkisar antara 28,3 mVp-p - 67,1
mVp-p, tegangan input berkisar antara 116 mVp-p - 278 mVp-p, dan tegangan output berkisar
antara 132 mVp-p - 360 mVp-p dalam range frekuensi 100 Hz - 60 kHz. Gambar 13 merupakan
grafik respon frekuensi rangkaian penguat driver.

Gambar 13. Grafik Respon Frekuensi Rangkaian Penguat Driver

Tegangan sumber sinyal (sinusoida) sebesar 40 mVp-p, tegangan input berkisar antara
128 mVp-p - 236 mVp-p, dan tegangan output berkisar antara 141 mVp-p - 300 mVp-p pada range
frekuensi 100 Hz - 60 kHz. Penguatan tegangan dari sumber sinyal sampai input rangkaian
penguat driver berkisar antara 3,2 – 5,9 kali, dan penguatan tegangan dari sumber sinyal
sampai output rangkaian penguat driver berkisar antara 3,525 – 7,5 kali. Penguatan tegangan
pada peguat driver berkisar antara 1,1 – 1,27 kali. Gambar 14 merupakan grafik respon
frekuensi rangkaian penguat driver.

Gambar 14. Grafik Respon Frekuensi Rangkaian Penguat Driver

Gambar 15 merupakan sinyal input dan output rangkaian penguat driver dengan tegangan
puncak sebesar 300 mVp-p pada frekuensi 4 kHz.

Gambar 15. Sinyal Input dan Output Rangkaian Penguat Driver Frekuensi 4 kHz

Jurnal Reka Elkomika – 7


Rustamaji, Rahmiati, Saputra

Penguatan tegangan keseluruhan secara teori dari sumber sinyal sampai output rangkaian
penguat driver sebesar 9 kali. Nilai RC = 15 Ω, tetapi nilai RC yang digunakan sebesar 200 Ω,
dikarenakan ketika diberi beban RC = 15 Ω transistor menjadi panas dan menyebabkan
transistor menjadi rusak. Nilai RC minimum sebesar 200 Ω agar transistor tidak panas. Toleransi
juga pada nilai resistor RB1= 756 Ω dan RB2= 1,42 kΩ namun pada realisasi rangkaian penguat
driver RB2 = 3,56 kΩ.

3.3 Pengukuran sinyal input dan output rangkaian penguat akhir tanpa beban
loudspeaker.
Gambar 16 merupakan diagram blok pengukuran sinyal input dan output rangkaian penguat
akhir tanpa beban loudspeaker.

Gambar 16. Diagram Blok Pengukuran Sinyal Input dan Output Rangkaian Penguat Akhir
tanpa Beban Loudspeaker

Tegangan sumber sinyal (sinusoida) dari audio generator berkisar antara 28,9 mVp-p –
67,1 mVp-p, tegangan input berkisar antara 123 mVp-p - 376 mVp-p, dan tegangan output berkisar
antara 1,08 Vp-p – 8,44 Vp-p pada range frekuensi 100 Hz - 60 kHz. Gambar 17 merupakan
grafik respon frekuensi rangkaian penguat akhir tanpa beban loudspeaker.

Gambar 17. Grafik Respon Frekuensi Rangkaian Penguat Akhir tanpa Beban Loudspeaker

Tegangan sumber sinyal (sinusoida) sebesar 40 mVp-p, tegangan input berkisar antara 123
mVp-p - 320 mVp-p, dan tegangan output berkisar antara 1,08 Vp-p – 8,19 Vp-p pada range
frekuensi 100 Hz - 60 kHz. Besarnya penguatan tegangan dari sumber sinyal sampai pada
input rangkaian penguat akhir berkisar antara 3,075-8 kali, dan penguatan tegangan sampai
pada output rangkaian penguat akhir tanpa beban loudspeaker berkisar antara 27 – 204,75
kali. Gambar 18 merupakan grafik respon frekuensi rangkaian penguat akhir tanpa beban
loudspeaker.

Gambar 18. Grafik Respon Frekuensi Rangkaian Penguat Akhir tanpa Beban Loudspeaker

Jurnal Reka Elkomika – 8


Perancangan Prototipe Penguat dan Transduser untuk Komunikasi bawah air

Gambar 19 sinyal input dan output rangkaian penguat akhir tanpa beban loudspeaker dengan
tegangan puncak sebesar 8,19 Vp-p pada frekuensi 4 kHz.

Gambar 19. Sinyal input dan output rangkaian penguat akhir tanpa beban loudspeaker
pada frekuensi 4 kHz

3.4 Pengukuran sinyal input dan output rangkaian penguat akhir dengan beban
loudspeaker
Gambar 20 merupakan diagram blok pengukuran sinyal input dan output rangkaian penguat
akhir dengan beban loudspeaker menggunakan osiloskop.

Gambar 20. Diagram Blok Pengukuran Sinyal Input dan Output Rangkaian Penguat Akhir
dengan Beban Loudspeaker

Tegangan sumber sinyal (sinusoida) dari audio generator berkisar antara 28,9 mVp-p –
67,1 mVp-p, tegangan input berkisar antara 123 mVp-p - 376 mVp-p, tegangan output berkisar
antara 0,4 Vp-p – 5,88 Vp-p pada range frekuensi 100 Hz - 60 kHz. Gambar 21 merupakan grafik
respon frekuensi rangkaian penguat akhir dengan beban loudspeaker.

Gambar 21. Grafik Respon Frekuensi Rangkaian Penguat Akhir


dengan Beban Loudspeaker.

Tegangan sumber sinyal (sinusoida) sebesar 40 mVp-p, tegangan input berkisar antara
117 mVp-p - 320 mVp-p, tegangan output rangkaian penguat akhir dengan beban berkisar antara
0,4 Vp-p – 5,77 Vp-p pada range frekuensi 100 Hz - 60 kHz. Besarnya penguatan tegangan dari
sumber sinyal sampai input rangkaian penguat akhir berkisar antara 2,925 - 8 kali, dan
penguatan tegangan sampai output rangkaian penguat akhir dengan beban loudspeaker
berkisar antara 10-144,25 kali. Gambar 22 merupakan grafik respon frekuensi rangkaian
penguat akhir dengan beban loudspeaker.

Jurnal Reka Elkomika – 9


Rustamaji, Rahmiati, Saputra

Gambar 22. Grafik Respon Frekuensi Rangkaian Penguat Akhir


dengan Beban Loudspeaker

Gambar 23 merupakan sinyal input dan output rangkaian penguat akhir dengan beban
loudspeaker dengan tegangan puncak sebesar 5,77 Vp-p pada frekuensi 4 kHz

Gambar 23. Sinyal Input Dan Output Rangkaian Penguat Akhir


dengan Beban Loudspeaker

Perbedaan penguatan tegangan dikarenakan ketidakcocokan impedansi pada trafo OT 240


dengan impedansi beban (loudspeaker), hal ini akan mengakibatkan loudspeaker tidak
maksimal menerima daya dari rangkaian penguat akhir. Impedansi lilitan sekunder pada trafo
OT diasumsikan sama dengan besarnya beban loudspeaker yang digunakan sebesar 23 Ω.
Tegangan pada lilitan primer trafo OT 240 diukur menggunakan osiloskop sebesar 1,68 Vp-p.
Dari gambar 26, besarnya tegangan pada lilitan primer trafo OT pada frekuensi 4 kHz dapat
dihitung menggunakan persamaan 10.
V 5.77
a = 2, = 3,43 kali ..................................................................................(10)
V1 1.68
Besarnya penguatan tegangan pada frekuensi 4 kHz dari sumber sinyal sampai pada input
rangkaian penguat akhir dengan beban loudspeaker sebesar 8 kali, dan penguatan tegangan
dari input rangkaian penguat akhir dengan beban loudspeaker sampai dengan lilitan primer
trafo OT pada frekuensi 4 kHz sebesar 3,43 kali, maka penguatan tegangan keseluruhan dari
sumber sinyal sampai dengan lilitan primer pada trafo OT sebesar 27,44 kali. Secara teori,
penguatan tegangan dari sumber sinyal sampai pada tegangan lilitan primer pada trafo OT
sebesar 64,815 kali. Hal ini dikarenakan tidak adanya informasi data sheet pada trafo OT 240
sehingga kesulitan dalam menentukan besarnya impedansi beban loudspeaker yang akan
digunakan agar matching.

3.1.4 Pengujian rangkaian prototipe penguat dan transduser dalam air.


Gambar 24 merupakan diagram blok pengukuran rangkaian prototipe penguat dan transduser
dengan penerima (receiver) berupa hydrophone (Hidayat, 2016), dan sebagai display adalah
osiloskop.

Gambar 24. Diagram Blok Pengukuran Rangkaian Prototipe Penguat dan Transduser
dengan Penerima berupa Hydrophone

Jurnal Reka Elkomika – 10


Perancangan Prototipe Penguat dan Transduser untuk Komunikasi bawah air

Gambar 25 merupakan diagram blok pengujian rangkaian prototipe penguat dan transduser
dengan penerima berupa hydrophone, sebagai display adalah loudspeaker untuk
mendengarkan suaranya.

Gambar 25. Diagram Blok Pengukuran Rangkaian Prototipe Penguat dan Transduser
dengan Penerima berupa Hydrophone

Pengujian rangkaian penguat dan transduser yang dilakukan menggunakan sumber sinyal
berupa audio generator dan rekaman suara pada setiap jarak 5 cm dalam range 5 cm – 20
cm. Pengujian dilakukan dengan menggunakan bak air dengan lebar 50 cm, tinggi 50 cm,
panjang 250 cm, dan air yang digunakan berupa air tawar. Gambar 26(a), 26(b), 26(c), dan
26(d) merupakan hasil pengujian di dalam air pada frekuensi 100 Hz dengan jarak berturut-
turut 5 cm, 10 cm, 15 cm dan 20 cm.

(a) Jarak 5 cm (b) Jarak 10 cm

(c) Jarak 15 cm (d) Jarak 20 cm


Gambar 26. Hasil Pengujian pada Frekuensi 100 Hz

Pada frekuensi 100 Hz, sinyal yang diterima pada receiver tidak sesuai dengan sinyal yang
dipancarkan pada transmitter, tegangan receiver sebesar 104 mVp-p – 256 mVp-p. Hasil
pengujian dengan display berupa loudspeaker, belum mampu menggetarkan membran
loudspeaker dengan baik, sehingga suara yang dihasilkan tidak jelas. Semakin besar jarak
maka semakin kecil sinyal yang diterima pada receiver, hal ini dikarenakan karet tipis dan air
akan meredam sinyal. Gambar 27(a), 27(b), 27(c), dan 27(d) merupakan hasil pengujian di
dalam air pada frekuensi 10 kHz dengan jarak berturut-turut 5 cm, 10 cm, 15 cm dan 20 cm.

(a) Jarak 5 cm (b) Jarak 10 cm

(c) Jarak 15 cm (d) Jarak 20 cm


Gambar 27. Hasil Pengujian pada Frekuensi 10 kHz

Jurnal Reka Elkomika – 11


Rustamaji, Rahmiati, Saputra

Sinyal mampu diterima dengan baik oleh receiver dimulai pada frekuensi 10 kHz. Hal ini
dikarenakan, underwater loudspeaker berjenis tweeter yang bekerja pada frekuensi lebih dari
2 kHz. Tegangan dari transmitter sebesar 2,40 Vp-p dan tegangan pada receiver sebesar
280 mVp-p – 488 mVp-p. Hasil pengujian dengan display berupa loudspeaker, mampu
menggetarkan membran loudspeaker, sehingga suara yang dihasilkan jelas. Loudspeaker
menghasilkan suara pada frekuensi 1 kHz - 15 kHz. Gambar 28(a), 28(b), 28(c), dan 28(d)
merupakan hasil pengujian di dalam air pada frekuensi 60 kHz dengan jarak berturut-turut
5 cm, 10 cm, 15 cm dan 20 cm.

(a) Jarak 5 cm (b) Jarak 10 cm

(c) Jarak 15 cm (d) Jarak 20 cm


Gambar 28. Hasil Pengujian pada Frekuensi 60 kHz.

Tegangan transmitter sebesar 5,00 Vp-p dan tegangan receiver berkisar antara 488 mVp-p –
680 mVp-p. Hasil pengujian dengan display berupa loudspeaker tidak mampu menghasilkan
suara pada frekuensi 60 kHz. Gelombang ultrasonic tidak mampu didengar manusia. Gambar
29(a), 29(b), 29(c), dan 29(d) merupakan hasil pengujian di dalam air dengan menggunakan
rekaman suara dengan jarak berturut-turut 5 cm, 10 cm, 15 cm dan 20 cm.

(a) Jarak 5 cm (b) Jarak 10 cm

(c) Jarak 15 cm (d) Jarak 20 cm


Gambar 29. Hasil pengujian dengan menggunakan rekaman suara

Hasil pengujian menggunakan sinyal rekaman suara pada tegangan sebesar 110 mV dengan
penguataan sebesar 54,5 kali, dapat dianalisis bahwa sinyal yang dipancarkan oleh transmitter
mampu diterima receiver di dalam air. Tegangan yang diterima oleh receiver berkisar antara
72 mVp-p - 820 mVp-p. Hasil pengujian di dalam air menggunakan sinyal rekaman suara pada
frekuensi 951,5 Hz sampai dengan 1,91 kHz dengan display berupa loudspeaker mampu
menggetarkan membran loudspeaker dan menghasilkan suara. Frekuensi yang diterima oleh
receiver berkisar antara 403,2 Hz sampai dengan 2,245 kHz. Hal ini dikarenakan tegangan dan
frekuensi dari sinyal rekaman suara tidak konstan, dan redaman oleh air dan karet tipis,

Jurnal Reka Elkomika – 12


Perancangan Prototipe Penguat dan Transduser untuk Komunikasi bawah air

sehingga tegangan dan frekuensi yang diterima berbeda dari sinyal rekaman suara. Analisis
juga pada transduser yang digunakan berjenis tweeter, bekerja pada frekuensi di atas 2 kHz,
sehingga suara yang dihasilkan oleh membran underwater loudspeaker tidak maksimal.

4. KESIMPULAN

Setelah melakukan perancangan, merealisasikan rangkaian, mengukur dan menganalisis


rangkaian penguat dan transduser pada komunikasi di bawah air, maka diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Rangkaian penguat dan transduser yang telah dirancang mampu menghasilkan sinyal suara
(gelombang akustik) dalam range frekuensi 100 Hz – 60 kHz dengan melihat respon dari
receiver di dalam air, tetapi pada frekuensi kurang dari 1 kHz receiver tidak mampu
menerima sinyal dari transmitter dengan baik.
2. Semakin besar frekuensi yang dipancarkan oleh transmitter di dalam air maka akan semakin
baik sinyal yang diterima oleh receiver.
3. Pengujian dengan menggunakan output indikator berupa loudspeaker, membran
loudspeaker mampu menghasilkan suara pada range frekuensi 100 Hz - 15 kHz.
4. Sensitivitas pada receiver mampu menerima sinyal pada frekuensi 100 Hz dengan tegangan
104 mVp-p dari sumber sinyal audio generator, dan 72 mVp-p dari sumber sinyal berupa
rekaman suara.

DAFTAR RUJUKAN

Mustofa, Didi. (2006). Perbandingan Driver Audio Amplifier antara yang menggunakan
Transistor dengan yang menggunakan Op-Amp 741. Program Sarjana. Universitas Negri
Semarang.
Radzi Mat Isa, Ahmad. (2007). Asas Instrumentasi dan Pengukuran Fizik. Malaysia: Universiti
Teknologi Malaysia.
Dwi Surjono, Herman. (2007). Elektronika Teori dan Penerapan. Jember: Cerdas Ulet Kreatif.
Fraden, Jacob. (2010). Handbook of Modern Sensors Fourth Edition. London: Springer.
Susilo, Vidia. Poekoel, Vecky C. Pinrolinvic. Manembu. (2015). Rancang Bangun Sistem
Kedalaman Sungai. Manado: UNSRAT.
Hidayat, Nurwahyu. (2016). Perancangan Prototipe Hydrophone Untuk Komunikasi Bawah Air.
Program Sarjana. Institut Teknologi Nasional Bandung.

Jurnal Reka Elkomika – 13

Anda mungkin juga menyukai