Anda di halaman 1dari 12

AKSIOLOGI; ILMU DAN MORAL,

TANGGUNG JAWAB SOSIAL ILMUWAN

Disusun oleh :
Syukur
NIM.12010150049

Makalah
Disusun guna melengkapi tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu Bapak Dr. Adang Kuswaya

PROGRAM PASCASARJANA SUPERVISI PAI


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
TAHUN 2015

i0
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diantara beberapa cabang dalam Ilmu filsafat memiliki substansi dan
orientasi yang jelas dan konkrit dalam sebuah pemikiran ilmu pengetahuan
sebagaimana yang dibahas dalam makalah ini tentang aksiologi; ilmu dan
moral serta tanggungjawab sosial seorang ilmuwan pada mata kuliah Filsafat
Ilmu. Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan
bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Pembahasan aksiologi
menyangkut masalah  nilai kegunaan  ilmu ini memiliki beberapa pandangan
sesuai objek keilmuan yang dikehendaki dan tanggung jawab yang
dipertaruhkan dalam mempertahankan objektifitas ilmu pengetahuan.
Nilai guna dalam aksiologi filsafat ilmu mengandung nilai dan kaidah
moral yang menjadi sumber pertanggungjawaban ilmu pengetahuan itu dapat
dinilai bermanfaat sebagai disiplin ilmu yang layak bagi perkembangan
generasi kehidupan (genetika) atau sebaliknya yang akan berdampak pada segi
negatif secara sosial.
Dunia membutuhkan perkembangan ilmu yang selaras dengan ontologi
pengetahuan namun juga disadari bahwa aksiologi memiliki peran yang
menentukan potensialisme kegunaan terhadap ontologi, sehingga dengan
adanya aksiologi kajian terhadap ontologi itu terukur secara seimbang dan
komprehensif antara etika dan estetika.
Aksiologi sebagai kajian dalam Filsafat Ilmu dapat bermanfaat sebagai
sebagai kumpulan teori yang digunakan untuk memahami dan mereaksi dunia
pemikiran, sebagai pandangan hidup, dan sebagai metodologi dalam
memecahkan masalah. Dengan demikian uraian makalah ini dapat dijelaskan
sesuai rumusan masalah dibawah ini.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas tentang aksiologi dalam mata
kuliah Filsafat Ilmu dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud ilmu dan moral ?
2. Bagaimana fungsi dan manfaat filsafat ilmu ?
3. Bagaimana tanggung jawab sosial ilmuwan ?

C. Tujuan
Sebagaimana rumusan masalah di atas bahwa tujuan dalam penulisan
makalah Filsafat Ilmu untuk mengetahui :
1. Dimensi aksiologi ilmu; ilmu dan moral
2. Fungsi dan manfaat filsafat ilmu
3. Tanggung jawab sosial ilmuwan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dimensi Aksiologi; Ilmu dan Moral


Secara bahasa ilmu berasal dari kata arab yakni 'alima yang bermakna
mengetahui/perbuatan yang bertujuan untuk mengetahui segala sesuatu
dengan sebenar-benarnya. Dan bisa juga berasal dari bahasa latin yaitu
science yang artinya pengetahuan, mengetahui atau memahami. Istilah ilmu
atau science merupakan suatu perkataan yang cukup bermakna ganda yaitu
mengandung lebih daripada suatu arti. Oleh karena itu, dalam memakai istilah
tersebut seseorang harus menegaskan atau sekurang-kurangnya menyadari arti
mana yang dimaksud. Jadi pada bagian pertama ini ilmu mengacu pada ilmu
seumumnya (science in general)1.
Adapun kategori ilmu yang kedua menunjuk pada masing-masing
bidang pengetahuan ilmiah yang mempelajari sesuatu pokok soal tertentu.
Dalam hal ini berarti ilmu sebagai cabang ilmu khusus sepeerti antropologi,
biologi, geografi ataupun sosiologi.
Sedangkan pengertian ilmu menurut John Warfield menagaskan :
“but science is also viewed as a process. The process orientation is most relevant
to a concern for inquiry, since inquiry is a major part of science as a
process”2. Bahwa menurut John Warfield ilmu juga dipandang sebagai suatu
proses. Pandangan proses ini paling berkaitan dengan suatu perhatian terhadap
penyelidikan karena penyelidikan adalah suatu bagian besar dari ilmu sebagai
suatu proses.
Kaitan ilmu dan moral telah lama menjadi bahan pembahasan para
pemikir antara lain Merton, Popper, Russel, Wilardjo, Slamet Iman Santoso,
dan Jujun Suriasumantri3. Pertanyaan umum yang sering muncul berkenaan
dengan hal tersebut adalah: apakah itu bebas dari sistem nilai? Ataukah
1
The Liang Gie, 1987. Pengantar Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Yayasan Studi Ilmu dan
Teknologi, hlm 25.
2
Ibid hlm. 27.
3
Jujun S. Suriasumantri, 1996. Ilmu dalam Perspektif Moral, Sosial, dan Politik : Sebuah
Dialog tentang Dunia Keilmuan Dewasa ini. Jakarta: Gramedia, hlm. 57.

3
sebaliknya, apakah itu itu terikat pada sistem nilai? Ternyata pertanyaan
tersebut tidak mendapatkan jawaban yang sama dari para ilmuwan. Ada dua
kelompok ilmuwan yang masing-masing punya pendirian terhadap masalah
tersebut. Kelompok pertama menghendai ilmu harus bersifat netral terhadap
sistem nilai. Menurut mereka tugas ilmuwan adalah menemukan pengetahuan
ilmiah. Ilmu ini selanjutnya dipergunakan untuk apa, terserah pada yang
menggunakannya, ilmuwan tidak ikut campur. Kelompok kedua sebaliknya
berpendapat bahwa netralitas ilmu hanya terbatas pada metafisik keilmuan,
sedangkan dalam penggunaannya, bahkan pemilihan objek penelitian, maka
kegiatan keilmuan harus berlandaskan azas-azas moral 4.
Hubungan antara ilmu dengan moral oleh Jujun S. dikaji secara hati –
hati dengan mempertimbangkan tiga dimensi filosofis ilmu. Pandangan Jujun
S5. mengenai hal tersebut adalah sebagai berikut:
a.     Untuk mendapatkan pengertian yang benar mengenai kaitan antara ilmu
dan moral maka pembahasan masalah ini harus didekati dari segi-segi
yang lebih terperinci yaitu segi ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
b.     Menafsirkan hakikat ilmu dan moral sebaiknya memperhitungkan faktor
sejarah, baik sejarah perkembangan ilmu itu sendiri, maupun penggunaan
ilmu dalam lingkup perjalanan sejarah kemanusiaan.
c.    Secara ontologis dalam pemilihan wujud yang akan dijadikan objek
penelaahannya (objek ontologis / objek formal) ilmu dibimbing oleh
kaidah moral yang berazaskan tidak mengubah kodrat manusia, tidak
merendahkan martabat manusia, dan tidak mencampuri masalah
kehidupan.
d.    Secara epistemologis, upaya ilmiah tercermin dalam metoda keilmuan
yang berporoskan proses logiko-hipotetiko-verifikatif dengan kaidah moral
yang berazaskan menemukan kebenaran, yang dilakukan dengan penuh
kejujuran, tanpa kepentingan langsung tertentu dan berdasarkan kekuatan
argumentasi.
4
Jujun S. Suriasumantri, 2010. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar
Harapan, Cetakan XXII, hlm, 38.
5
Jujun S. Suriasumantri 1996, Op cit, hlm. 59.

4
e.    Secara aksiologis ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk
kemaslahatan manusia dengan jalan meningkatkan taraf hidupnya dan
dengan memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, dan
keseimbangan/kelestarian alam. Upaya ilmiah ini dilakukan dengan
penggunaan dan pemanfaatan pengetahuan ilmiah secara komunal
universal.
Ternyata keterkaitan ilmu dengan sistem nilai khususnya moral tidak
cukup bila hanya dibahas dari tinjauan aksilogi semata. Tinjauan ontologis
dan epistemologi diperlukan juga karena azas moral juga mewarnai perilaku
ilmuwan dalam pemilihan objek telaah ilmu maupun dalam menemukan
kebenaran ilmiah.

B. Fungsi dan Manfaat Filsafat Ilmu


Filsafat ilmu memiliki pola dan model-model yang spesifik dalam
menggali dan meneliti dalam menggali pengetahuan melalui sebab musabab
pertama dari gejala ilmu pengetahuan. Kajian didalamnya tentang kepastian,
kebenaran, dan obyektifitas serta cara kerjanya bertitik tolak pada gejala-
gejala pengetahuan mengadakan reduksi ke arah intuisi para ilmuwan,
sehingga kegiatan ilmu-ilmu itu dapat dimengerti sesuai dengan kekhasannya
masing-masing6 disinilah akhirnya kita dapat mengerti fungsi dari filsafat
ilmu. Sebagai cabang dari filsafat ilmu maka ilmu memiliki fungsi sebagai
berikut :
1. Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
2. Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap
pandangan filsafat lainnya.
3. Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan
pandangan dunia.
4. Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam
kehidupan

6
C. Verhaak dkk, 1995. Filsafat Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Gramedia, hlm. 107-108.

5
5. Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai
aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan
sebagainya.
Jadi, Fungsi filsafat ilmu untuk memberikan landasan filosofis dalam
memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali
kemampuan untuk membangun teori ilmiah, atau disebut juga filsafat ilmu
tumbuh dalam dua fungsi, yaitu: sebagai confirmatory theories yaitu
berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi dan
theory of explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil
ataupun besar secara sederhana. Manfaat lain mengkaji filsafat ilmu adalah :
1. Tidak terjebak dalam bahaya arogansi intelektual
2. Kritis terhadap aktivitas ilmu/keilmuan
3. Merefleksikan, menguji, mengkritik asumsi dan metode ilmu terus-
menerus sehingga ilmuwan tetap bermain dalam koridor yang benar
(metode dan struktur ilmu)
4. Mempertanggungjawabkan metode keilmuan secara logis-rasional
5. Memecahkan masalah keilmuan secara cerdas dan valid
6. Berpikir sintetis-aplikatif (lintas ilmu-kontesktual)

C. Tanggungjawab Sosial Seorang Ilmuwan


Kita menyadari akan proses dari ilmu itu memerlukan pemikiran yang
rumit, kritis, teruji dan sebagainya. Sebagai pengetahuan ilmiah ilmu adalah
pengetahuan yang di dalam dirinya memiliki karakteristik kritis, rasional,
logis, obyektif, dan terbuka. Hal ini merupakan suatu keharusan bagi seorang
ilmuwan untuk melakukannya. Namun, juga menjadi masalah mendasar yang
dihadapi ilmuwan setelah ia membangun suatu yang kokoh dan kuat, yakni
masalah kegunaan ilmu bagi kehidupan manusia. Memang tidak dapat
disangkal bahwa ilmu telah membawa manusia ke arah perubahan yang cukup
besar. Akan tetapi, dapatkah ilmu yang kokoh, kuat, dan mendasar itu menjadi
penyelamat manusia bukan sebaliknya. Itulah letak tanggung jawab ilmuwan,
masalah moral dan akhlak amat diperlukan.

6
Sikap ilmiah yang perlu dimiliki ilmuwan menurut Abbas Hamami M. 7
sedikitnya ada enam yaitu:
1. Tidak ada rasa pamrih (disinterestedness) artinya suatu sikap yang
diarahkan untuk mencapai pengetahuan ilmiah yang obyektif dengan
menghilangkan pamrih atau kesenangan sendiri.
2. Bersikap selektif, yaitu suatu sikap yang bertujuan agar para ilmuwan
mampu mengadakan pemilihan terhadap berbagai hal yang dihadapi.
3. Adanya rasa percaya yang layak baik terhadap kenyataan maupun
terhadap alat-alat indera serta budi.
4. Adanya sikap yang berdasar pada suatu kepercayaan (belief) dan dengan
merasa pasti (conviction) bahwa setiap pendapat atau teori yang terdahulu
telah mencapai kepastian.
5. Adanya suatu kegiatan rutin bahwa seorang ilmuwan harus selalu tidak
puas terhadap penelitian yang telah dilakukan sehingga selalu ada
dorongan untuk riset dan riset sebagai aktivitas yang menonjol dalam
hidupnya.
6. Seorang ilmuwan harus memiliki sikap etis yang berkehendak untuk
mengembangkan ilmu untuk kebahagiaan manusia, lebih khusus untuk
pembangunan bangsa dan negara.
Dari sikap ilmiah di atas tanggung jawab sosial seorang ilmuan itu
dihadapkan pada sebuah nilai dan moral. Penilaian itu bersifat objektif, tetapi
adakalanya bersifat subjektif. Dikatakan objektif jika nilai tidak tergantung
pada subjek atau kesadaran yang menilai yaitu ilmuwan. Tolak ukur suatu
gagasan berada pada objeknya, bukan pada subjek yang melakukan penilaian.
Kebenaran tidak tergantung pada kebenaran pendapat individu melainkan
pada objektifitas fakta. Peranan individu dalam kemajuan ilmu dimana
penemuan-penemuan yang dihasilkan telah mengubah wajah peradaban.
Kreativitas individu yang didukung oleh sistem komunikasi sosial yang

7
Abbas Hamami M. 1977. Filsafat: Suatu Pengantar Logika Formal - Filsafat
Pengetahuan, Yogyakarta: Yayasan Pembina Fakultas Filsafat UGM, hlm. 29.

7
bersifat terbuka menjadi proses pengembangan ilmu yang berjalan sangat
efektif.
Jelaslah kiranya seorang ilmuwan mempunyai tanggung jawab sosial
yang terpikul dibahunya karena dia mempunyai fungsi tertentu dalam
kelangsungan hidup bermasyarakat. Fungsinya selaku ilmuwan tidak hanya
pada penelahaan dan keilmuan secara individual namun juga ikut bertanggung
jawab agar produk keilmuan sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Ilmuwan berwdasarkan pengetahuannya memiliki kemampuan untuk
meramalkan apa yang akan terjadi. Kemampuan analisis seorang ilmuwan
mungkin pula menemukan alternatif dari obyek permasalahan yang sedang
menjadi pusat perhatian. Singkatnya dengan kemampuan pengetahuannya
seorang ilmuwan harus dapat mempengaruhi opini masyarakat terhadap
masalah-masalah yang seyogyanya mereka sadari.
Dibidang etika tanggung jawab sosial seorang ilmuwan bukan lagi
memberikan informasi namun memberi contoh. Dia harus tampil di depan
bagaimana caranya bersifat obyektif, terbuka, menerima kritik, menerima
pendapat orang lain, kukuh dalam pendidirian yang dianggapnya benar, dan
kalau perlu berani mengakui kesalahan.
Seorang ilmuwan secara moral tidak akan membiarkan hasil
penemuannya dipergunakan untuk menindas siapapun. Pengetahuan
merupakan kekuasaan, kekuasaan yang dapat dipakai untuk kemaslahatan
kemanusiaan. Seorang ilmuwan tidak boleh menyembunyikan hasil
penemuan-penemuan apapun juga bentuknya dari masyarakat luas serta apa
pun juga yang akan menjadi konsekuensinya8. Seorang ilmuwan tidak boleh
memutarbalikan penemuannya bila hipotesisnya yang dijunjung tinggi yang
disusun di atas kerangka pemikiran yang terpengaruh preferensi moral hancur
berantakan karena bertentangan dengan fakta-fakta pengujian.

BAB III

8
Jujun S. Suriasumantri 1996, Op cit, hlm. 249.

8
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan paparan di atas tentang ilmu dan moral serta
tanggungjawab sosial seorang ilmuwan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Bahwa ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena
dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi
secara lebih cepat dan lebih mudah.
2. Fungsi dari filsafat ilmu ilmu sebagai alat mencari kebenaran
mempertahankan, dan melawan atau berdiri netral, memberikan pengertian
tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia, ajaran tentang
moral dan etika yang berguna dalam kehidupan, dan menjadi sumber
inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan
itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya.
3. Tanggungjawab sosial ilmuwan seorang ilmuwan secara garis besar ada
dua yaitu; pembinaan daya intelektual, dan pembinaan daya moral.

B. Saran
Sebagai saran dari penulisan penulisan makalah ini agar dapat menjadi
referensi yang perlu ditindaklanjuti sehingga menjadi hasil pemikiran
keilmuan yang bermanfaat bagi pendidikan Filsafat Ilmu.

DAFTAR PUSTAKA
C. Verhaak dkk, 1995. Filsafat Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Gramedia.
Gie, The Liang, 1987. Pengantar Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Yayasan Studi Ilmu
dan Teknologi.
Hamami M., Abbas, 1977. Filsafat: Suatu Pengantar Logika Formal - Filsafat
Pengetahuan, Yogyakarta: Yayasan Pembina Fakultas Filsafat UGM.
Suriasumantri, Jujun S., 1996. Ilmu dalam Perspektif Moral, Sosial, dan Politik :
Sebuah Dialog tentang Dunia Keilmuan Dewasa ini. Jakarta: Gramedia.
Suriasumantri, Jujun S., 2010. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Sinar Harapan, Cetakan XXII.
KATA PENGANTAR

9
Alhamdulillah dengan maha Rahman dan RahimNya sehingga penulisan
makalah filsafat ilmu tentang aksiologi; ilmu dan norma, tanggung jawab sosial
seorang ilmuwan dapat terselesaikan sesuai waktu yang ditentukan.

Tujuan penulisan makalah ini sebagai pengembangan dibidang akademik


mata kuliah filsafat ilmu program pascasarjana supervisi pendidikan agama Islam
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Adapun penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih


banyak terdapat kekurangan baik dari segi isi maupun sistematika, untuk itu
penulis berharap ada sapaan baik berupa kritik yang konstruktif maupun saran
yang dapat dijadikan sebagai perbaikan penulisan.

Akhirnya penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam perbaikan makalah ini semoga mendapat ridha dan berkah
dari Allah swt.

Salatiga, 7 Desember 2015


Penulis,

Syukur

DAFTAR ISI

ii

10
..................................................................................................... Hlm.

Halaman Judul................................................................................................ i

Kata Pengantar............................................................................................... ii

Daftar Isi ..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah....................................................................... 2

C. Tujuan.......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Dimensi Aksiologi; Ilmu dan Moral............................................ 3

B. Fungsi Filsafat Ilmu..................................................................... 5

C. Tanggungjawab Sosial Seorang Ilmuwan................................... 6

BAB III PENUTUP

A. Simpulan...................................................................................... 9

B. Saran............................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 9

iii

11

Anda mungkin juga menyukai