Anda di halaman 1dari 28

0

MODUL 3
PRAKTIKUM FISIKA DASAR

JUDUL

“GAYA GESEKAN”
TANGGAL PRAKTIKUM : 12 NOVEMBER 2020
ASISTEN : DIAN MUKARRAMAH
NAMA : LEONI RANNU MANGIRI
NIM : 200107501023
JURUSAN/PRODI : BIOLOGI / PENDIDIKAN BIOLOGI A
ANGGOTA KELOMPOK :
 FRINTH AZARYA KURIAKOS NGOPO
 HELMI
 MULTASYA
 NUR ADILLAH
 NURVELISA
 SITI KHADIJAH RAJWA

LABORATORIUM FISIKA UNIT FISIKA DASAR


JURUSAN FISIKA FMIPA UNM
TAHUN 2020
1

Gaya Gesekan
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menyelidiki hubungan antara gaya normal dengan gaya gesekan.
2. Menyelidiki hubungan antara kekasaran permukaan dengan gaya gesekan.
3. Menentukan koefisien gesek statik pada bidang miring.

B. RUMUSAN MASALAH
Berikan rumusan masalah yang sesuai dengan tujuan praktikum di atas!
1. Bagaimana hubungan antara gaya normal dengan gaya gesekan ?
2.Bagaimana hubungan antara kekasaran permukaan dengan gaya
gesekan ?
3. Berapa nilai koefisien gesek statik pada bidang miring ?

C. IDENTIFIKASI DAN DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL


Uraikan variabel-variabel yang akan anda selidiki (variabel manipulasi, respon dan
kontrol), dan berikan definisi setiap variabel secara operasional!

Identifikasi Variabel

Kegiatan 1
1. Variabel Manipulasi : gaya normal (N)
2. Variabel Respon : gaya gesekan (N)
3. Variabel Kontrol : jenis permukaan
Kegiatan 2
1. Variabel Manipulasi : jenis permukaan
2. Variabel Respon : gaya gesekan/gaya tarik (N)
3. Variabel Kontrol : gaya normal (N)
Kegiatan 3
1. Variabel Manipulasi : massa beban (gr)
2. Variabel Respon : sudut kritis (º)
3. Variabel Kontrol : jenis permukaan
2

Definisi Operasional Variabel

1. Variabel manipulasi : Gaya Normal


Gaya normal adalah gaya yang bekerja pada bidang sentuh antara dua
permukaan yang bersentuhan yang arahnya selalu tegak lurus pada bidang
sentuh dan berlawanan arah dengan gaya berat benda. Satuan gaya normal
yaitu Newton.
2. Variabel respon : Gaya gesekan
Gaya gesekan adalah gaya yang berarah melawan gerak benda atau arah
kecenderungan benda bergerak.
3. Variabel kontrol : Massa benda
Massa benda diukur dengan menggunakan neraca ohauss berfungsi untuk
menghitung massa, satuan massa adalah gram.
Kegiatan 2
1. Variabel manipulasi : Jenis permukaan
Jenis permukaan merupakan wujud yang nampak pada suatu permukaan
benda, apakah dalam wujud kasar ataupun dalam wujud halus atau licin.
2. Variabel respon : Gaya tarik
Gaya tarik adalah gaya yang diberikan pada suatu benda sehingga sehingga
mengalami perubahan posisi. Gaya tarik satuannya adalah Newton.
3. Variabel kontrol : Gaya Normal dan Keadaan Benda
Gaya normal adalah gaya yang dilakukan oleh benda dalam arah tegak lurus
dengan bidang, dan pada praktikum ini diukur dengan menggunakan neraca
pegas dalam satuan newton (N).
Keadaan benda merupakan suatu kondisi yang dialami atau terjadi pada
benda. Dimana pada praktikum ini ada dua keadaan yang ditunjukkan, yaitu
pada saat tepat akan bergerak dan pada saat bergerak lurus beraturan.
Kegiatan 3
1. Variabel manipulasi : Massa beban
Massa beban adalah berat suatu balok yang digunakan yang diukur dengan
neraca ohauss dengan menggunakan satuan gram.
2. Variabel respoan : Sudut kritis
Sudut kritis adalah sudut yang ditunjukkan pada busur derajat dimana benda
tepat akan bergerak.
3. Variabel kontrol : Jenis permukaan
Jenis permukaan adalah kondisi permukaan benda ( kasar atau halus ) dan
dalam praktikum ini jenis permukaan sedang (tidak kasar dan tidak licin).
3

D. ALAT DAN BAHAN


1. Neraca pegas 0-5 N 8. Papan landasan
2. Katrol meja 9. Bidang miring
3. Balok kasar 10. Stopwatch
4. Balok licin 11. Meteran
5. Beban @ 50 gram
6. Tali/benang
7. Balok persegi (dengan stecker penyambung)

E. TEORI SINGKAT
Sebuah balok yang didorong di atas meja akan bergerak Bila sebuah balok massanya
m, kita lepaskan dengan kecepatan awal Vo pada sebuah bidang horizontal, maka
balok itu akhirnya akan berhenti. Ini berarti di dalam gerakan balok mengalami
perlambatan, atau ada gaya yang menahan balok, gaya ini disebut gaya gesekan.
Besarnya gaya gesekan ditentukan oleh koefisien gesekan antar kedua permukaan

benda dan gaya normal. Besarnya koefisien gesekan ditentukan oleh kekasaran
permukaan bidang dan benda.
Gaya gesekan dibagi dua yaitu: gaya gesekan statis (fs) dan gaya gesekan kinetik (fk).
Sebuah balok beratnya W, berada pada bidang mendatar yang kasar, kemudian
ditarik oleh gaya F seperti pada Gambar 4.1 di bawah ini.
N

F
f

W
Gambar 3.1. Gaya-gaya yang bekerja pada benda

Arah gaya gesekan f berlawanan arah dengan gaya penyebabnya F, dan berlaku:
1. Untuk harga F < fs maka balok dalam keadaan diam.
2. Untuk harga F = fs maka balok tepat saat akan bergerak.
3. Apabila Fase diperbesar lagi sehingga F > fs maka benda bergerak dan gaya
gesekan statis fs akan berubah menjadi gaya gesekan kinetik fk.
Gaya gesekan antara dua permukaan yang saling diam satu terhadap yang lain
disebut gaya gesekan statis. Gaya gesekan statis yang maksimum sama dengan gaya
terkecil yang dibutuhkan agar benda mulai bergerak. Sekali gerak telah dimulai, gaya
gesekan antar kedua permukaan biasanya berkurang sehingga diperlukan gaya yang
lebih kecil untuk menjaga agar benda bergerak beraturan. Gaya yang bekerja antara
dua permukaan yang saling bergerak relatif disebut gaya gesekan kinetik. Jika f s
menyatakan besar gaya gesekan statik maksimum, maka :
fs
s  (3.1)
N
Dengan s adalah koefisien gesekan statik dan N adalah besar gaya normal. Jika fk
menyatakan besar gaya gesekan kinetik, maka :
𝑓𝑘
s  𝑁
(3.2)
4
dengan k adalah koefisien gesekan kinetik.
Bila sebuah benda dalam keadaan diam pada suatu bidang datar, dan kemudian
bidang tempat benda tersebut dimiringkan perlahan-lahan sehingga membentuk
sudut  sampai benda tepat akan bergerak, koefisien gesekan statik antara benda
dan bidang diberikan oleh persamaan,
S = tan c (3.3)
Dengan c adalah sudut pada saat benda tepat akan bergerak, yang disebut sudut
kritis. Koefisien gesekan statik merupakan nilai tangen sudut kemiringan bidang,
dengan keadaan benda tepat akan bergerak/meluncur. Pada sudut-sudut yang lebih
besar dari c, balok meluncur lurus berubah beraturan ke ujung bawah bidang miring
dengan percepatan :
a x  g (sin   k cos ) (3.4)

di mana  adalah sudut kemiringan bidang dan k adalah koefisien gesek kinetik
antara benda dengan bidang. Dengan mengukur percepatan ax, maka koefisien
gesekan k dapat dihitung.
5
F. PROSEDUR KERJA
Kegiatan 1. Hubungan antara gaya normal dengan gaya gesekan
Tarik balok dengan neraca pegas seperti pada gambar 4.2 di bawah ini.

Neraca pegas

Balok
Tali Katrol

Meja

Gambar 3.1. Rangkaian percobaan kegiatan 2

Amati penunjukan neraca pegas pada saat balok tepat akan bergerak dan pada
saat balok bergerak lurus beraturan. Tambahkan beban di atas balok, dan amati
penunjukan neraca pegas pada saat balok tepat akan bergerak dan pada saat
balok bergerak lurus beraturan.
Lakukan beberapa kali dengan mengubah-ubah penambahan beban di atas balok.
Catat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.

Kegiatan 2. Hubungan antara kekasaran permukaan dengan gaya gesekan


Ganti permukaan meja atau balok yang lebih kasar/halus. Amati penunjukan
pegas. Pada saat balok tepat akan bergerak dan pada saat balok bergerak lurus
beraturan. Lakukan kegiatan ini beberapa kali dengan mengganti permukaan
meja atau balok yang lebih kasar/halus.
Catat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.

Kegiatan 3. Menentukan koefisien gesekan statik pada bidang miring


a. Siapkan alat dan bahan yang anda butuhkan.
b. Letakkan bidang di atas meja dengan posisi mendatar (= 0).
c. Letakkan balok persegi di salah satu ujung bidang tersebut.
d. Angkat secara perlahan ujung bidang tempat balok persegi berada sehingga
sudut kemiringan bidang bertambah. Catat sudut kemiringan bidang pada
saat benda tepat akan bergerak.
e. Ulangi kegiatan (d) dengan menambah massa beban pada balok persegi
hingga anda peroleh sedikitnya lima data pengukuran.
6

G. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan atau pengukuran dapat dicatat/diisikan pada tabel hasil
pengamatan yang telah disediakan dalam modul ini.

HASIL PENGAMATAN

Hari/Tanggal : Kamis / 12 November 2020

Jurusan/Prodi : Biologi / Pendidikan biologi A

Kelompok : IV

Nama/NIM Praktikan : Leoni Rannu mangiri

Anggota Kelompok 1. Frinth Azarya Kuriakos Ngopo 5.Nurvelisa

2.Helmi 6.Siti khadijah Rajwa

3. Multasya

4. Nur Adillah

Kegiatan 1
Jenis permukaan adalah balok dengan 3 permukaan yang berbeda.
Tabel 3.1. Hubungan antara gaya tarik dengan gaya normal

No Gaya Normal (N) Keadaan benda Gaya Tarik (N)

|0,30 ± 0,05|
Tepat akan bergerak |0,30 ± 0,05|
|0,30 ± 0,05|
0,30 N
Gaya tarik rata-rata
|0,60 ± 0,05|
1
|0,20 ± 0,05|
Bergerak lurus beraturan |0,20 ± 0,05|
|0,20 ± 0,05|
0,20 N
Gaya tarik rata-rata
7

No Gaya Normal (N) Keadaan benda Gaya Tarik (N)

|0,50 ± 0,05|
Tepat akan bergerak |0,50 ± 0,05|
|0,50 ± 0,05|
0,50 N
|1,10 ± 0,05| Gaya tarik rata-rata
2
|0,35 ± 0,05|
Bergerak lurus beraturan |0,35 ± 0,05|
|0,35 ± 0,05|
0,35 N
Gaya tarik rata-rata

|0,80 ± 0,05|
Tepat akan bergerak |0,80 ± 0,05|
|0,80 ± 0,05|
0,80 N
|1,60 ± 0,05| Gaya tarik rata-rata
3
|0,50 ± 0,05|
Bergerak lurus beraturan |0,50 ± 0,05|
|0,50 ± 0,05|
0,50 N
Gaya tarik rata-rata

Kegiatan 2
Gaya Normal = |1,60 ± 0,05|N

Tabel 3.2. Hubungan antara jenis permukaan dengan gaya tarik

Jenis
Keadaan benda Gaya Tarik (N)
Permukaan

|0,60 ± 0,05|
Tepat akan bergerak |0,60 ± 0,05|
|0,60 ± 0,05|
0,60 N
I Gaya tarik rata-rata

|0,50 ± 0,05|
Bergerak lurus beraturan |0,50 ± 0,05|
|0,50 ± 0,05|
0,50 N
Gaya tarik rata-rata
8

Jenis
Keadaan benda Gaya Tarik (N)
Permukaan

|0,80 ± 0,05|
Tepat akan bergerak |0,80 ± 0,05|
|0,80 ± 0,05|
0.80 N
Gaya tarik rata-rata
II
|0,60 ± 0,05|
Bergerak lurus beraturan |0,60 ± 0,05|
|0,60 ± 0,05|
0,60 N
Gaya tarik rata-rata

|1,00 ± 0,05|
Tepat akan bergerak |1,00 ± 0,05|
|1,00 ± 0,05|
1,00 N
Gaya tarik rata-rata
III
|0,70 ± 0,05|
Bergerak lurus beraturan |0,70 ± 0,05|
|0,70 ± 0,05|
0,70 N
Gaya tarik rata-rata

Kegiatan 3

Tabel 3.3. Gaya gesekan statik pada bidang miring


No Massa beban (gram) Sudut Kritis (0)

|25 ± 1|

|60,0 ± 2,5| |25 ± 1|


1

|25 ± 1|
250
rata-rata

2
|110,0 ± 2,5| |29 ± 1|
9

No Massa beban (gram) Sudut Kritis (0)

|29 ± 1|

|29 ± 1|

290
rata-rata

|26 ± 1|

3 |160,0 ± 2,5| |26 ± 1|

|26 ± 1|
260
rata-rata

|28 ± 1|

4 |210,0 ± 2,5| |28 ± 1|

|28 ± 1|

280
rata-rata

Mengetahui,
DIAN MUKARRAMAH

NIM : 1812140002
1
0

H. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


Kegiatan 1 : Hubungan antara gaya normal dengan gaya gesekan
Gaya Keadaan 𝐹̅ (N) ∆F (N ) KR (%) F (N)
Normal (N) Benda
| 0,60± 0,05 | Tepat akan 0,30 0,05 16,8 | 0,30± 0,05 |
bergerak
Bergerak
lurus 0,20 0,05 25 | 0,20± 0,05 |
beraturan
| 1,10± 0,05 | Tepat akan 0,50 0,05 10 | 0,50± 0,05 |
bergerak
Bergerak 14,28
lurus 0,35 0,05 | 0,35± 0,05 |
beraturan
| 1,60± 0,05 | Tepat akan 0,80 0,05 6,25 | 0,80± 0,05 |
bergerak
Bergerak lurus
beraturan 0,50 0,05 10 | 0,50± 0,05 |

1. Berikan penjelasan mengapa besar gaya tarik sama dengan gaya gesekan
pada saat benda tepat akan bergerak dan bergerak lurus beraturan!

Berdasarkan analisis data tersebut diperoleh informasi bahwa,besar gaya


tarik sama dengan gaya gesekan pada saat benda tepat akan
bergerak dan bergerak lurus beraturan karena gaya tarik yang
diberikan pada suatu benda tersebut mengalami perubahan posisi atau
keadaan. Pada saat benda tersebut diberi gaya tarik maka benda akan
bergerak dan terjadi pula gaya gesekan antar permukaan benda
dengan permukaan bidang. Jadi, gaya tarik sama dengan gaya gesekan
pada saat benda tepat akan bergerak (statik) dan bergerak lurus
beraturan (kinetik). hal tersebut sesuai dengan hukum III Newton dengan
bunyi : “Jika sebuah benda memberikan gaya pada benda lain, maka benda
tersebut akan mendapat gaya dari benda lain itu dengan besar gaya yang
sama dan arah yang berlawanan dari gaya pertama”.
1
2. Buatlah grafik hubungan gaya normal terhadap gaya gesek statik dan gaya 1
normal terhadap gaya gesek kinetik!

A. Kegiatan 1

1. Jenis Permukaan halus,sedang dan kasar pada keadaan tepat akan


bergerak
a) Hasil pengukuran

𝐹1+𝐹2+𝐹3 0,30+0,30+0,30
𝐹̅ = = = 0,30 N
3 3

b) Ketidakpastian

𝛿1 = |F1 − 𝐹̅ |, 𝛿2 = |F2 − 𝐹̅ |, 𝛿3 = |F3 − 𝐹̅ |

𝛿1 = |F1 − 𝐹̅ | = |0,30 – 0,30|= 0 N


𝛿2 = |t2 −𝑡̅ | = |0,30 – 0,30|= 0 N
𝛿3 = |t3 −𝑡̅ | = |0,30 – 0,30|= 0 N
𝛿𝑚𝑎𝑥 = (nilai yang terbesar untuk setiap 𝛿)N
∆F = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,05 N

c) Kesalahan Relatif

∆F 0,05
KR = × 100% = ×100% = 16,8%
𝐹̅ 0,30

d) Hasil pengukuran dilaporkan

F = | 𝐹̅ ± ∆F |N
= | 0,30± 0,05 |N
10

Dengan cara yang sama pada benda bergerak lurus beraturan maka diperoleh tabel 3.1
Gaya Keadaan 𝐹̅ (N)
Jenis Permukaan ∆F (N ) KR (%) F (N)
Normal (N) Benda
| 0,60± 0,05 | Tepat akan 0,30 0,05 16,8 | 0,30± 0,05 |
bergerak
Halus Bergerak
lurus 0,20 0,05 25 | 0,20± 0,05 |
beraturan
| 1,10± 0,05 | Tepat akan 0,50 0,05 10 | 0,50± 0,05 |
bergerak
Sedang Bergerak 14,28
lurus 0,35 0,05 | 0,35± 0,05 |
beraturan
| 1,60± 0,05 | Tepat akan 0,80 0,05 6,25 | 0,80± 0,05 |
bergerak
Kasar Bergerak lurus
beraturan 0,50 0,05 10 | 0,50± 0,05 |

0.9
0.8 y = 0.5x + 0.0167
R² = 0.9868
0.7
0.6
GAYA TARIK (N)

0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8
GAYA NORMAL (N)

Grafik 3.1. Hubungan antara gaya normal (N) dan gaya gesek statik (N)
11

A. Kegiatan 1
1. Jenis permukaan halus,sedang dan kasar pada benda bergerak lurus beraturan
a) Hasil pengukuran
𝐹1+𝐹2+𝐹3 0,20+0,20+0,20
𝐹̅ = = = 0,20 N
3 3

b) Ketidakpastian
𝛿1 = |F1 − 𝐹̅ |, 𝛿2 = |F2 − 𝐹̅ |, 𝛿3 = |F3 − 𝐹̅ |
𝛿1 = |F1 − 𝐹̅ | = |0,20 – 0,20|= 0 N
𝛿2 = |t2 −𝑡̅ | = |0,20 – 0,20|= 0 N
𝛿3 = |t3 −𝑡̅ | = |0,20 – 0,20|= 0 N
𝛿𝑚𝑎𝑥 = (nilai yang terbesar untuk setiap 𝛿)N
∆F = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,05 N

c) Kesalahan Relatif
∆F 0,05
KR = ̅ × 100% = ×100% = 25 %
𝐹 0,20

d) Hasil pengukuran dilaporkan


F = | 𝐹̅ ± ∆F |N
= | 0,20± 0,05 |N
Dengan cara yang sama maka diperoleh tabel 3.2
Gaya Keadaan 𝐹̅ (N)
Jenis Permukaan ∆F (N ) KR (%) F (N)
Normal (N) Benda
Halus | 0,60± 0,05 | Bergerak
0,20 0,05 25 | 0,20± 0,05 |
lurus beraturan

Sedang | 1,10± 0,05 | Bergerak 14,28


0,35 0,05 | 0,35± 0,05 |
lurus beraturan

Kasar | 1,60± 0,05 | Bergerak lurus


0,50 0,05 10 | 0,50± 0,05 |
beraturan

0.6

y = 0.3x + 0.02
0.5
R² = 1
GAYA TARIK (N)

0.4

0.3

0.2

0.1

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8
GAYA NORMAL (N)

Grafik 3.2. Hubungan antara gaya normal (N) dan gaya gesek kinetik (N)
12

3. Dari grafik 3.1 dan 3.2 jelaskan bagaimana hubungan antara gaya normal dan
gaya gesek!
Semakin besar gaya normal yang digunakan atau yang diberikan, maka
semakin besar pula gaya gesekan statik dan kinetik yang diperoleh atau
dihasilkan, begitupun sebaliknya semakin kecil gaya normal yang digunakan
atau yang diberikan, maka semakin kecil pula gaya gesekan statik dan
kinetik yang diperoleh atau dihasilkan.

Berdasarkan hasil praktikum tersebut terlihat bahwa gaya gesekan statik


yang bekerja pada benda dalam keadaan tepat bergerak memiliki nilai yang
sama dengan gaya normal (𝑓𝑠 =N) dan gaya gesekan statik selalu lebih besar
daripada gaya gesekan kinetik yang bekerja pada benda dalam keadaan
bergerak (GLB) dengan kata lain 𝑓𝑠 > 𝑓𝑘 , serta terlihat bahwa jika gaya
normal yang diberikan diperbesar,maka gaya gesekan statik dan kinetik
yang dihasilkan juga ikut meningkat. Hal ini juga ditunjukkan oleh grafik 1:
Hubungan antara Gaya Normal dengan Gaya Gesekan Statik dan grafik 2:
Hubungan antara Gaya Normal dengan Gaya Gesekan Kinetik pada analisis
data dan pembahasan nomor 2.
4. Bagaimana cara menentukan koefisien gesekan statik dan kinetik berdasarkan
grafik 3.1 dan 3.2?

1. Grafik 3.1
a). Koefisien gesek statik
y = mx + C
y = 0,5x +0,0167
R 2 = k (data dari grafik)
R 2 = 0,9868
𝑦 𝑓
m = = 𝑠 = μs
𝑥 𝑁
m = 0,5
μs = 0,5
b). Derajat Kebenaran
DK = 𝑅 2 × 100%
DK = 0,9868 × 100% = 98,68%

c). Kesalahan Relatif


KR = 100% - DK = 100% - 98,68% = 1,32%
d). Ketidakpastian
∆μs
KR = × 100% = 1,32%
μs
𝐾𝑅 1,32%
∆μs = μs × = 0,5 × = 0,0066
100% 100%
e). Hasil perhitungan dilaporkan
μs = | μs ± ∆μs|
μs = | 0,5 ± 0,0066|

2. Grafik 3.2
a). Koefisien gesek kinetik
y = mx + C
y = 0,3x + 0,02
R 2 = k (data dari grafik)
R2=1
𝑦 𝑓
m = = 𝑘 = μk
𝑥 𝑁
m = 0,3
μk = 0,3
b). Derajat Kebenaran
13
DK = 𝑅 2 × 100%
DK = 1 × 100% = 100%

c). Kesalahan Relatif


KR = 100% - DK = 100% - 100% = 0%
d). Ketidakpastian
∆μk
KR = × 100% = 0%
μk
𝐾𝑅 0%
∆μk = μk × = 0,3× =0
100% 100%
e). Hasil perhitungan dilaporkan
μk = | μk ± ∆μk|
μk = | 0,3 ± 0|

5. Berapa besar koefisien gesekan statik dan kinetik berdasarkan grafik 3.1 dan
3.2. Mana yang lebih besar, mengapa demikian?

a). Grafik 3.1 , Koefisien gesek statik


y = mx - C
y = 0,5x - 0,0167
R 2 = k (data dari grafik)
R 2 = 0,9868
𝑦 𝑓
m = = 𝑠 = μs
𝑥 𝑁
m = 0,5
μs = 0,5

b). Grafik 3.2, Koefisien gesek kinetik


y = mx + C
y = 0,3x + 0,02
R 2 = k (data dari grafik)
R2=1
𝑦 𝑓
m = = 𝑘 = μk
𝑥 𝑁
m = 0,3
μk = 0,3

Menurut data dapat disimpulkan bahwa koefisien yang lebih besar


terdapat pada grafik 3.1 yaitu kofisien gesek statik dengan nilai μs = 0,5,hal
ini terjadi karena ketika ingin membuat suatu benda bergerak dari awalnya
dengan posisi diam hingga tepat akan bergerak membutuhkan gaya yang
besar agar benda tersebut bergerak,maka dari itu karena gaya yang
diberikan pada benda tepat akan bergerak lebih besar maka gaya gesek
statiknya pun akan besar dan kofisien gesekan statiknya pun menjadi
besar.sedangkan Ketika benda telah bergerak, gaya gesekan antara dua
permukaan biasanya berkurang karena gaya yang diperlukan lebih kecil
agar benda bergerak dengan laju tetap / konstan,maka hal inilah yang
membuat koefisien gesekan kinetiknya lebih kecil dibanding koefisien
gesekan statik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya nilai koefisien
gesekan statik dan koefisien kinetik tergantung pada gaya gesekannya
masing-masing yang dimana gaya gesekan dipengaruhi oleh gaya yang
diberikan pada benda.Semakin besar gaya yang diberikan,maka semakin
besar pula gaya gesekan dan koefisien gesekannya.
14

Kegiatan 2 : Hubungan antara keadaan permukaan dengan gaya gesekan


6. Berdasarkan hasil pengamatan, bagaimana hubungan kekasaran permukaan
dengan gaya gesekan?

Berdasarkan hasil pengamatan kegiatan 2, Permukaan yang kasar akan


menyebabkan gaya gesek atau koefisien gesek menjadi lebih besar
nilainya dibandingkan dengan permukaan yang halus,karena gaya yang
diberikan pada benda tersebut lebih besar daripada gaya yang diberikan
pada benda dengan permukaan halus yang tidak terlalu membutuhkan
gaya yang besar untuk mempertahankan kedudukan benda atau untuk
membuat benda tersebut bergerak.
Pada kondisi tanpa pelumas gaya gesek berbanding lurus dengan
kekasaran permukaan, semakin kasar permukaan spesimen maka semakin
besar gaya geseknya. Pada permukaan yang kasar, pemakaian pelumas
dengan viskositas yang semakin tinggi akan menurunkan gaya gesek dan
koefisien gesek.
15

7. Hitung besar koefisien gesekan statik dan kinetik untuk setiap permukaan!
Besar koefisien gesekan statik dan kinetik
A. Koefisien gesekan statik (tepat akan bergerak)
1. Jenis permukaan halus
𝐹𝑠
 𝜇𝑠 = = 𝐹𝑠 𝑁 1 = (0,60)(1,60) = 0,96
𝑁
∆𝐹 ∆𝑁
 ∆𝜇𝑆 = {| 𝐹 𝑆 | + | 𝑁 |} 𝜇𝑆
𝑆
0,60 1,60
 ∆𝜇𝑆 = {| 0,60 | + |1,60|} 0,96
 ∆𝜇𝑆 = {|1| + |1|}0,96
 ∆𝜇𝑆 = 1,92
∆𝜇𝑆 1,92
KR = 𝑥100% = 𝑥100% = 200%
𝜇 𝑆 0,96
DK = 100% - KR = 100%
𝜇𝑆 = |𝜇𝑆 ± ∆𝜇𝑆 | = |1,92 ± 0,96|
2. Jenis permukaan sedang
𝐹𝑠
 𝜇𝑠 = = 𝐹𝑠 𝑁 1 = (0,80)(1,60) = 1,28
𝑁
∆𝐹𝑆 ∆𝑁
 ∆𝜇𝑆 = {| | + | |} 𝜇𝑆
𝐹𝑆 𝑁
0,80 1,60
 ∆𝜇𝑆 = {|0,80| + |1,60|} 1,28
 ∆𝜇𝑆 = {|1| + |1|}1,28
 ∆𝜇𝑆 = 2,56
∆𝜇𝑆 2,56
KR = 𝑥100% = 𝑥100% = 200%
𝜇 𝑆 1,28
DK = 100% - KR = 100%
𝜇𝑆 = |𝜇𝑆 ± ∆𝜇𝑆 | = |1,28 ± 2,56|
3. Jenis permukaan kasar
𝐹𝑠
 𝜇𝑠 = 𝑁
= 𝐹𝑠 𝑁 1 = (1,00)(1,60) = 1,6
∆𝐹 ∆𝑁
 ∆𝜇𝑆 = {| 𝐹 𝑆 | + | 𝑁 |} 𝜇𝑆
𝑆
1,00 1,60
 ∆𝜇𝑆 = {|1,00| + |1,60|} 1,6
 ∆𝜇𝑆 = {|1| + |1|}1,6
 ∆𝜇𝑆 = 3,2
∆𝜇𝑆 3,2
KR = 𝑥100% = 1,6 𝑥100% = 200%
𝜇 𝑆
DK = 100% - KR = 100%
𝜇𝑆 = |𝜇𝑆 ± ∆𝜇𝑆 | = |1,6 ± 3,2|
16

Dengan cara yang sama diperoleh tabel 3.3

No. Jenis 𝜇𝑠 ∆𝜇𝑠 KR DK 𝜇𝑠


permukaan (%) (%)
1. Halus 1,92 0,96 200 100 1,92

2. Sedang 1,28 2,56 200 100 1,28

3. Kasar 1,6 3,2 200 100 1,6

B. Koefisien gesekan kinetik (gerak lurus beraturan)


1) Jenis permukaan halus
𝐹𝑘
 𝜇𝑘 = = 𝐹𝑘 𝑁 1 = (0,50)(1,60) = 0,8
𝑁
∆𝐹 ∆𝑁
 ∆𝜇𝑘 = {| 𝐹 𝑘 | + | 𝑁 |} 𝜇𝑘
𝑘
0,50 1,60
 ∆𝜇𝑘 = {|0,50| + |1,60|} 0,8
 ∆𝜇𝑘 = {|1| + |1|}0,8
 ∆𝜇𝑘 = 1,6
∆𝜇𝑘 1,6
KR = 𝑥100% = 𝑥100% = 200%
𝜇 𝑘 0,8
DK = 100% - KR = 100%
𝜇𝑘 = |𝜇𝑘 ± ∆𝜇𝑘 | = |0,8 ± 1,6|
2) Jenis permukaan sedang
𝐹𝑘
 𝜇𝑘 = = 𝐹𝑘 𝑁 1 = (0,60)(1,60) = 0,96
𝑁
∆𝐹𝑘 ∆𝑁
 ∆𝜇𝑘 = {| | + | |} 𝜇𝑘
𝐹𝑘 𝑁
0,60 1,60
 ∆𝜇𝑘 = {|0,60| + |1,60|} 0,96
 ∆𝜇𝑘 = {|1| + |1|}0,96
 ∆𝜇𝑘 = 1,92
∆𝜇𝑘 1,92
KR = 𝑥100% = 𝑥100% = 200%
𝜇𝑘 0,96
DK = 100% - KR = 100%
𝜇𝑘 = |𝜇𝑘 ± ∆𝜇𝑘 | = |0,96 ± 1,92|
3) Jenis permukaan kasar
𝐹𝑘
 𝜇𝑘 = = 𝐹𝑘 𝑁 1 = (0,70)(1,60) = 1,12
𝑁
∆𝐹 ∆𝑁
 ∆𝜇𝑘 = {| 𝐹 𝑘 | + | 𝑁 |} 𝜇𝑘
𝑘
0,70 1,60
 ∆𝜇𝑘 = {|0,70| + |1,60|} 1,12
 ∆𝜇𝑘 = {|1| + |1|}1,12
 ∆𝜇𝑘 = 2,24
∆𝜇𝑘 1,12
KR =
𝜇
𝑥100% = 2,24
𝑥100% = 200%
𝑘
DK = 100% - KR = 100%
𝜇𝑘 = |𝜇𝑘 ± ∆𝜇𝑘 | = |1,12 ± 2,24|
17
Dengan cara yang sama diperoleh tabel 3.4
No. Jenis 𝜇𝑘 ∆𝜇𝑘 KR (%) DK (%) 𝜇𝑘
permukaan
1. Halus 0,8 1,6 200 100 0,8

2. Sedang 0,96 1,92 200 100 0,96

3. Kasar 1,12 2,24 200 100 1,12

8. Berdasarkan hasil analisis pada no.7, apakah nilai koefisien gesek kinetik dan
statik untuk setiap jenis permukaan sama atau berbeda? Jelaskan berikan
penjelasan mengapa demikian!

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa nilai


koefisien gesek kinetik dan statik untuk setiap jenis permukaan berbeda. Hal
tersebut dapat terjadi karena gaya tarik yang diberikan berbeda-beda sehingga
walaupun gaya normal yang digunakan sama, tetapi gaya tarik pada setiap
benda dengan permukaan berbeda maka akan menimbulkan nilai koefisien
gesek kinetik dan koefisien statik berbeda-beda pula.
18
9. Berdasarkan hasil praktikum kegiatan 1 dan 2, faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi gaya gesekan dan jelaskan perbedaan gaya gesekan statik dan
kinetik?

- Faktor- faktor yang mempengaruhi gaya gesekan


a) Kekasaran permukaan benda
Semakin kasar permukaan benda semakin besar gaya
geseknya,semakin halus permukaan benda semakin kecil gaya
geseknya

b) Luas permukaan benda


Semakin luas permukaan benda semakin besar gaya geseknya
Semakin kecil permukaan benda semakin kecil gaya geseknya

c) Massa dan Berat Benda


Semakin berat benda semakin besar gaya geseknya,
Semakin ringan benda semakin Kecil gaya geseknya,
Dan semakin besar massa benda semakin besar gaya geseknya,
Semakin kecil massa benda semakin kecil gaya geseknya.

- Perbedaan gaya gesekan statik dan kinetik yaitu gaya gesek statis
adalah gesekan antara dua benda padat yang tidak bergerak relatif
satu sama lainnya. Seperti contoh, gesekan statis dapat mencegah
benda meluncur ke bawah pada bidang miring sedangkan gaya
gesek kinetis (atau dinamis) terjadi ketika dua benda bergerak
relatif satu sama lainnya dan saling bergesekan. Koefisien gesek
kinetik umumnya dinotasikan dengan μk dan pada umumnya
selalu lebih kecil dari gaya gesek statis untuk material dan gaya
normal yang sama.
19

Kegiatan 3. Menentukan koefisien gesekan statik pada bidang miring


10. Hitung koefisien gesekan statik untuk setiap massa beban yang digunakan!

1. 𝑚𝑏=|60±2,5| gram
𝜃̅̅= |25±1|°
a. 𝜇𝑠 = 𝑡𝑎𝑛 𝜃̅̅
𝜇𝑠 =tan 25
𝜇𝑠 = 0,46
𝜋
b. Δ𝜃̅=
180°
3,14
Δ𝜃̅=
180°
= 0,017444444 = 0,02°
𝜕 𝑡𝑎𝑛 𝜃
c. 𝑑𝜇𝑠=| |𝑑𝜃̅
𝜕𝜃
𝑑𝜇𝑠=|𝑠𝑒𝑐2𝜃̅|𝑑𝜃̅
𝑑𝜇𝑠 〖𝑠𝑒𝑐〗^2𝜃
=| |𝑑𝜃̅
𝜇𝑠 𝑡𝑎𝑛 𝜃
𝑑𝜇𝑠 1
=| |𝑑𝜃̅
𝜇𝑠 𝑐𝑜𝑠 𝜃𝑠𝑖𝑛𝜃
𝑑𝜇𝑠 1/𝑠𝑖𝑛2𝜃
=| |𝑑𝜃̅
𝜇𝑠 2
𝑑𝜇𝑠 2dθ
=| |𝑑𝜃̅
𝜇𝑠 𝑠𝑖𝑛2𝜃

2 𝛥𝜃
Δ𝜇𝑠=| |𝜇𝑠
𝑠𝑖𝑛2𝜃
2 (0,017444444)
Δ𝜇𝑠=| |0,46
𝑠𝑖𝑛2(25)
0,034888888
=| |0,46
0,7660748537
= 0 ,018015665= 0,01
𝛥𝜇𝑠
d. KR = ×100%
𝜇𝑠
0 ,01
KR = ×100%
0,46
= 21,73%
e. DK = 100% - KR
DK = 100% - 21,73%
= 78,27%
f. 𝜇𝑠=|𝜇𝑠±Δ𝜇𝑠|
𝜇𝑠=|0,46±0,01|
20

2. 𝑚𝑏=|110±2,5| gram
𝜃̅̅= |29±1|°
a. 𝜇𝑠 = 𝑡𝑎𝑛 𝜃̅̅
𝜇𝑠 = tan 29
𝜇𝑠 = 0,55
𝜋
b. Δ𝜃̅=
180°
3,14
Δ𝜃̅=
180°
= 0,017444444 = 0,02°
𝜕 𝑡𝑎𝑛 𝜃
c. 𝑑𝜇𝑠=| |𝑑𝜃̅
𝜕𝜃
2
𝑑𝜇𝑠=|𝑠𝑒𝑐 𝜃̅|𝑑𝜃̅
𝑑𝜇𝑠 〖𝑠𝑒𝑐〗^2𝜃
=| |𝑑𝜃̅
𝜇𝑠 𝑡𝑎𝑛 𝜃
𝑑𝜇𝑠 1
=| |𝑑𝜃̅
𝜇𝑠 𝑐𝑜𝑠 𝜃𝑠𝑖𝑛𝜃
𝑑𝜇𝑠 1/𝑠𝑖𝑛2𝜃
=| |𝑑𝜃̅
𝜇𝑠 2
𝑑𝜇𝑠 2dθ
=| |𝑑𝜃̅
𝜇𝑠 𝑠𝑖𝑛2𝜃

2 𝛥𝜃
Δ𝜇𝑠=| |𝜇𝑠
𝑠𝑖𝑛2𝜃
2 (0,017444444)
Δ𝜇𝑠=| |0,55
𝑠𝑖𝑛2(29)
0,034888888
=| |0,55
0,848048096
= 0 ,019642857 = 0,02
𝛥𝜇𝑠
d. KR = ×100%
𝜇𝑠
0 ,02
KR = ×100%
0,55
= 3,6%
e. DK = 100% - KR
DK = 100% - 3,6%
= 96,36%
f. 𝜇𝑠=|𝜇𝑠±Δ𝜇𝑠|
𝜇𝑠=|0,55±0,30|
21

3. 𝑚𝑏=|160±2,5| gram
𝜃̅̅= |26±1|°
a. 𝜇𝑠 = 𝑡𝑎𝑛 𝜃̅̅
𝜇𝑠 = tan 26
𝜇𝑠 = 0,48
𝜋
b. Δ𝜃̅=
180°
3,14
Δ𝜃̅=
180°
= 0,017444444 = 0,02°
𝜕 𝑡𝑎𝑛 𝜃
c. 𝑑𝜇𝑠=| |𝑑𝜃̅
𝜕𝜃
2
𝑑𝜇𝑠=|𝑠𝑒𝑐 𝜃̅|𝑑𝜃̅
𝑑𝜇𝑠 〖𝑠𝑒𝑐〗^2𝜃
=| |𝑑𝜃̅
𝜇𝑠 𝑡𝑎𝑛 𝜃
𝑑𝜇𝑠 1
=| |𝑑𝜃̅
𝜇𝑠 𝑐𝑜𝑠 𝜃𝑠𝑖𝑛𝜃
𝑑𝜇𝑠 1/𝑠𝑖𝑛2𝜃
=| |𝑑𝜃̅
𝜇𝑠 2
𝑑𝜇𝑠 2dθ
=| |𝑑𝜃̅
𝜇𝑠 𝑠𝑖𝑛2𝜃

2 𝛥𝜃
Δ𝜇𝑠=| |𝜇𝑠
𝑠𝑖𝑛2𝜃
2 (0,017444444)
Δ𝜇𝑠=| |0,48
𝑠𝑖𝑛2(26)
0,034888888
=| |0,48
0,788010753
= 0 ,018274111 = 0,02
𝛥𝜇𝑠
d. KR = ×100%
𝜇𝑠
0 ,02
KR = ×100%
0,48
= 4,18%
e. DK = 100% - KR
DK = 100% - 4,18%
= 95,83%
f. 𝜇𝑠=|𝜇𝑠±Δ𝜇𝑠|
𝜇𝑠=|0,48±0,04|
22

4. 𝑚𝑏=|210±2,5| gram
𝜃̅̅= |28±1|°
a. 𝜇𝑠 = 𝑡𝑎𝑛 𝜃̅̅
𝜇𝑠 = tan 28
𝜇𝑠 = 0,53
𝜋
b. Δ𝜃̅=
180°
3,14
Δ𝜃̅=
180°
= 0,017444444 = 0,02°
𝜕 𝑡𝑎𝑛 𝜃
c. 𝑑𝜇𝑠=| |𝑑𝜃̅
𝜕𝜃
2
𝑑𝜇𝑠=|𝑠𝑒𝑐 𝜃̅|𝑑𝜃̅
𝑑𝜇𝑠 〖𝑠𝑒𝑐〗^2𝜃
=| |𝑑𝜃̅
𝜇𝑠 𝑡𝑎𝑛 𝜃
𝑑𝜇𝑠 1
=| |𝑑𝜃̅
𝜇𝑠 𝑐𝑜𝑠 𝜃𝑠𝑖𝑛𝜃
𝑑𝜇𝑠 1/𝑠𝑖𝑛2𝜃
=| |𝑑𝜃̅
𝜇𝑠 2
𝑑𝜇𝑠 2dθ
=| |𝑑𝜃̅
𝜇𝑠 𝑠𝑖𝑛2𝜃

2 𝛥𝜃
Δ𝜇𝑠=| |𝜇𝑠
𝑠𝑖𝑛2𝜃
2 (0,017444444)
Δ𝜇𝑠=| |0,53
𝑠𝑖𝑛2(28)
0,034888888
=| |0,53
0,829037572
= 0 ,036585365 = 0,03
𝛥𝜇𝑠
d. KR = ×100%
𝜇𝑠
0 ,03
KR = ×100%
0,53
= 5,66%
e. DK = 100% - KR
DK = 100% - 5,66%
= 94,34%
f. 𝜇𝑠=|𝜇𝑠±Δ𝜇𝑠|
𝜇𝑠=|0,53±0,06|
23
Dengan cara yang sama diperoleh tabel 3.5
No. 𝑚𝑏 (gram) ∆θ(°) μs ∆μs KR (%) DK (%)

1. |60,0 ± 2,5| 0,02 0,46 0,01 21,73 78,27

2. |110,0 ± 2,5| 0,02 0,55 0,02 3,6 96,36

3. |160,0 ± 2,5| 0,02 0,48 0,02 4,8 95,8

4. |210,0 ± 2,5| 0,02 0,53 0,03 5,6 94,34

11. Berdasarkan hasil analisis no.10, apa massa di atas bidang miring berpengaruh
terhadap koefisien gesekan statik, berikan penjelasan berdasarkan teori
kemudian bandingkan dengan hasil yang anda peroleh dari praktikum ini?
Berdasarkan hasil analisis no.10, maka dapat disimpulkan bahwa massa
beban berpengaruh pada sudut kritisnya. Semakin besar massa bebannya
maka koefisien gaya geseknya semakin besar. Hal tersebut bertolak
belakang dengan teori bahwa massa beban tidak mempengaruhi sudut
kritisnya dan semakin besar atau semakin kecilnya massa beban maka
koefisiennya tetap.
24

I. KESIMPULAN DAN SARAN


Berikan kesimpulan dan saran anda berdasarkan analisis dan pembahasan yang
telah diperoleh!

1. Kesimpulan
a) Hubungan antara gaya normal dengan gaya gesek berbanding lurus
yaitu semakin besar gaya normal yang digunakan atau yang diberikan,
maka semakin besar pula gaya gesekan serta koefisien statik dan
koefisien kinetik statik dan kinetik yang diperoleh atau dihasilkan,
begitupun sebaliknya semakin kecil gaya normal yang digunakan atau
yang diberikan, maka semakin kecil pula gaya gesekan statik dan
kinetik serta koefisien statik dan koefisien kinetik yang diperoleh atau
dihasilkan.
b) Hubungan antara kekasaran permukaan dengan gaya gesekan
berbanding lurus yaitu semakin kasar suatu permukaan benda, maka
gaya geseknya semakin besar yang bekerja.
c) Koefisien gesekan statik dan koefisien gesekan kinetik dapat di
tentukan dengan menggunakan persamaan μs=fs/N dan μk=fk/N
serta μs = tan θc. Besar kecilnya nilai koefisien gesekan statik dan
koefisien gesekan kinetik itu dipengaruhi oleh gaya gesekan statik,
gaya gesekan kinetik dan gaya normal serta besarnya sudut yang
dibentuk.
d) Besar koefisien gaya gesek statik pada bidang miring berbeda. Hal
tersebut bertolak belakang dengan teori bahwa massa beban tidak
tidak mempengaruhi sudut krisisnya.Dan semakin besar atau semakin
kecilnya massa beban maka koefisiennya tetap.

2. Saran
a) Praktikum selanjutnya agar diharapkan mempersiapkan materi
dengan lengkap dan menjelaskan secara detail agar mahasiswa dapat
memahami dengan cermat mengenai percobaan yang akan dilakukan
terutama langkah kerja dan prosedur kerja serta laporan penelitian
yang akan dilakukan.
b) Sangat diharapkan kedepannya, untuk asisten pada praktikum
selanjutnya bisa seperti praktikum untuk unit ini yang cekatan dalam
memberikan informasi mengenai prosedur kerja serta maksud dari
semua pertanyaan serta jawaban mengenai pertanyaan- pertanyaan
yang diajukan mahasiswa melalui whatshapp grup.
25

J. TUGAS PENDAHULUAN
1. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi gaya gesekan?
2. Buktikan persamaan 3.3 dan 3.4!
3. Sebuah benda ditarik C B A
dengan gaya F, seperti T2 T1 F
2 kg 1kg 2 kg
pada gambar di samping ini,
(μs=0,6 dan μk= 0,4)!
a. Jika F = 10 N, hitung besar T1, T2 dan gaya gesekan yang dialami oleh
masing-masing benda!
b. Jika F = 12 N, hitung besar T1, T2 dan gaya gesekan yang dialami oleh
masing-masing benda!
c. Jika F = 18 N, hitung besar T1, T2 dan gaya gesekan yang dialami oleh
masing-masing benda!
d. Jika F = 30 N, hitung besar T1, T2 dan gaya gesekan yang dialami oleh
masing-masing benda!
e. Jika F = 40 N, hitung besar T1, T2 dan gaya gesekan yang dialami oleh
masing-masing benda!

K. SUMBER PUSTAKA
1. Halliday, David dan Resnick, Robert. 1999. Fisika Jilid 1 Edisi Ketiga
(Terjemahan). Jakarta: Erlangga.
2. Tipler, Paul A. 2001. Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga Jilid 1
(Terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai