Anda di halaman 1dari 13

KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH'

1. Pendahuluan
Tonggak berdirinya Muhammadiyah sesungguhnya di mulai dari pembacaan kritis terhadap
realitas disekitar, banyaknya ketidakadilan dan kebodohan serta pudarnya pemahaman Islam
menggugah KH. Ahmad Dahlan untuk mengupayakan purifikasi dalam mempertahankan
ortodoksi ajaran Islam dan berorentasi pada gerakan moral, dakwah, dan sosial. Hal ini
ditunjukkan misi "amar ma'ruf nahi mungkar" dan selalu mendasarkan pada ar-ruju'u ila al-
Our'an wa as-sunnah. Identitas Muhammadiyah sebagai gerakan moral yang berperan sebagai
alat rekayasa sosial dari masa kemasa memiliki spirit pembebasan dari belenggu tradisionalisme
dan konservatisme yang menggugat kemapanan tradisi. Gerakan Muhammadiyah yang
membawa spirit pencerahan di tengah kekolotan tradisi, belenggu kolonialisme dan para
penguasa lalim adalah bagian dari identitasnya selain sebagai gerakan sosial yang paham betul
akan keadaan bangsa ini.. Dalam wilayah sosial Muhammadiyah telah banyak berperan dalam
kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan terbukti dengan didirikannya rumah sakit- rumah
sakit atau PKU, sedangkan dalam konteks pembangunan pendidikan bangsa Muhammadiyah
mampu menunjukkan komitmennya sejak awal melalui pendidikan. Gerakan pendidikan yang
dilakukan Muhammadiyah ialah wujud komitmen Muhammadiyah untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan memberikan pencerahan mental kepada bangsa ini. Secara leksikal,
'Kepribadian' berasal dari kata 'pribadi' yang berarti manusia sebagai perseorangan. 'Kepribadian'
(dengan imbuhan ke-an) berarti sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu
bangsa yang membedakan dirinya dengan orang lain atau bangsa lain.
Dengan demikian yang dimaksud dengan Kepribadian Muhammadiyah ialah rumusan
yang menggambarkan hakikat Muhammadiyah, serta apa yang menjadi dasar dan pedoman amal
usaha dan perjuangannya, serta sifat-sifat yang dimilikinya. Muhammadiyah sebagai Gerakan
Islam dan Dakwah Amar Ma'ruf Nahi Munkar, beraqidah Islam dan bersumber pada Al-Qur'an
dan Sunnah. Secara fungsional Muhammadiyah merupakan alat untuk berjuang dan mencapai
cita-cita mulia; terwujudnya masyarakat utama, adil, makmur yang diridhoi Allah SWT. untuk
melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi,
sebagaimana firman Allah SWT: Artinya: "Sebuah negeri yang indah, bersih, suci dan makmur
di bawah perlindungan Rabb Yang Maha Pengampun". (QS. Saba':15). Untuk mencapai tujuan
itulah Muhammadiyah didirikan dengan bersendikan dua pilar gerakan utama; amar ma'ruf dan
nahi munkar,berdasarkan: Artinya: "Adakanlah dari kamu sekalian, golongan yang mengajak
kepada kelslaman, menyuruh kepada kebaikan dan mencegah daripada keburukan. Mereka itulah
golongan yang beruntung berbahagia". (QS. Ali Imran: 104). Muhammadiyah sebagai gerakan,
dalam mengikuti perkembangan dan perubahan, senantiasa mempunyai kepentingan untuk
melaksanakan amar ma'ruf nahi mungkar, serta menyelenggarakan gerakan dan amal usaha yang
sesuai dengan lapangan yang dipilihnya ialah masyarakat. sebagai usaha Muhammadiyah untuk
mencapai tujuannya yaitu "menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud
masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah SWT. Dalam melaksanakan usaha
tersebut, Muhammadiyah berjalan di atas prinsip- prinsip gerakannya, seperti yang dimaksud di
dalam Muqaddimah AD/ART, Matan Keyakinan Cita-cita Hidup Muhammadiyah, Khittah
Perjuangan Muhammadiyah dan Kepribadian Muhammadiyah. prinsip-prinsip tersebut
senantiasa menjadi landasan gerakan Muhammadiyah, juga bagi gerakan dan amal usaha dan
hubungannya dengan kehidupan masyarakat dan ketatanegaraan, serta dalam bekerjasama
dengan golongan Islam lainnya.
2. Sejarah Perumusan Kepribadian Muhammadiyah
Kepribadian Muhammadiyah adalah sebuah rumusan yang menguraikan tentang jari diri, apa
dan siapa Muhammadiyah. Kemudian dituangkan dalam bentuk sebuah teks yang dikenal
sebagai Matan Kepribadian Muhammadiyah. Adapaun sejarah pembentukannya dijabarkan
sebagai berikut Kepribadian Muhammadiyah merupakan salah satu dari beberapa rumusan resmi
persyarikatan yang disahkan oleh Muktamar Muhammadiyah ke-35 tahun 1962 di Jakarta, atau
sering disebut dengan Muktamar setengah abad. Gagasan untuk merumuskan Kepribadian
Muhammadiyah yaitu pada masa kepemimpinan H.M. Yunus Anis (1959 1960). Perumusan
tersebut sesungguhnya tidak dapat dilepaskan dari keterkaitan dengan kondisi dan situasi negara
pada sekitar tahun 1962. Sebagaimana telah dimaklumi bersama bahwa sejak Dekrit 5 Juli 1959
hingga 11 Maret 1966 negara Indonesia memasuki jaman baru yang dikenal dengan jaman
Demokrasi Terpimpin atau disebut juga jaman Nasakom. Proses munculnya Nasakom berawal
dari Presiden Soekarno selaku Kepala Pemerintahan membentuk Kabinet atau Dewan Menteri
mengikutsertakan tiga kekuatan politik pemenang pemilu 1955 (PNI, NU. PKI), kecuali
Masyumi - sebagai pendukung utamanya. Nasakom merupakan perwujudan ide lama Soekarno
yang telah dikonsepkan tahun 1927 dengan sebutan Nasikom (Nasionalis, Islam dan Komunis).
Namun gagasan tersebut sejak tahun 1945 1959 tidak bisa diwujudkan, karena pemerintah
menerapkan sistem Parlementer, dimana Presiden tidak mempunyai peran dalam menentukan
warna dan kebijakan pemerintah. Dalam sistem Parlementer memberikan kewenangan kepada
Kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri untuk menentukan kebijakan pemerintahan.
Satu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa sejak Presiden Soekarno mendengungkan untuk
menerapkan Demokrasi Terpimpin dalam sistem kenegaraan Partai Masyumi dan Partai Sosialis
Indonesia (PSI) yang paling lantang menentangnya. Keduanya menentang karena beralasan
bahwa Demokrasi Terpimpin akan dijadikan alat oleh Soekarno untuk memusatkan
kekuasaannya di tangannya. Sikap kedua partai tersebut membuat Soekarno kecewa dan marah.
Kemarahan Soekarno diperparah lagi dengan sikap Masyumi dan PSI, menolak duduk dalam
Kabinet karena harus bersanding dan berkerjasama dengan Partai Komunis Indonesia lil./ (PK).
Melihat posisi kedua partai tersebut sangat negatif di mata Presiden, maka PKI melakukan
maneuver politiknya, yaitu membujuk agar Soekarno mengambil tindakan untuk
membubarkannya. Bujuk rayu PKI akhirnya terwujud dengan dikeluarkannya Surat Keputusan
Presiden Nomor 200 tahun 1960 yang intinya pemerintah membubarkan Partai Masyumi secara
menyeluruh. Masyumi adalah suatu Partai Islam yang lahir di Jogjakarta di Madrasah Mu'alimin
Muhammadiyah, hasil dari Kongres Umat Islam pada tanggal 7-8 Nopember 1945. Kongres
memutuskan untuk mendirikan Majlis Syura pusat bagi umat Islam Indonesia. Masyumi
dianggap sebagai satu-satunya partai politik bagi umat Islam". Andil Muhammadiyah pada
pendirian Masyumi cukup besar, di antara tokoh-tokoh Muhammadiyah yang ikut berjuang
memimpin Masyumi antara lain Ki Bagus Hadikusumo, KH. Fakih Usman. Prof. Kahar
Muzakir, Prof. Hamka, HA. Malik Ahmad, Mr. Kasman Singodimejo, HM. Yunus Anis, H.
Binjamin, KH. Hasan Basri, Anwar Haryono, KH. R. Hjid, AR. Fachruddin, M. Mawardi, H.A.
Hamid Bkn, Prawiroyuwono, dr. Sukiman Wiryosanjoyo dan sebagainya. Sarikat Islam pada
tanggal 3 Juli 1948 mengundurkan diri dari Masyumi yang kemudian menjadikan dirinya sebagai
Partai Syarikat Islam Indonesia (PSI), dan disusul Nahdlatul Ulama (NU) pada tanggal 5 April
1952 dan memaklumkan diri menjadi Partai Nahdlatul Ulama. Dengan demikian sekian banyak
posisi pimpinan Masyumi di berbagai daerah yang semula ditempati oleh tokoh-tokoh dari kedua
organisasi tersebut akhirnya harus diisi kembali.
Kondisi seperti ini menyebabkan semakin banyak kader-kader Muhammadiyah yang
berkiprah dalam partai. ini menyebabkan membedakan Keadaan sulitnya seperti antara
Muhammadiyah dan Masyumi. Di satu sisi tokoh seperti Ki Bagus Hadikusuma adalah Ketua
Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, akan tetapi di sisi lain ia menjabat juga sebagai Dewan
Pimpinan Masyumi (periode 1945-1951). Bahkan jika dilihat komentar Muhammad Roem atas
terpilihnya Fakih Oesman sebagai Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah setelah Orde Baru,
menunjukkan eratnya hubungan kepemimpinan Muhammadiyah dan Masyumi. Di tengah-tengah
kegalauan, Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyelenggarakan kursus Pimpinan Pusat
Muhammadiyah se-Indonesia yang berlangsung di Yogyakarta pada bulan Ramadhan 1381 H
(1961 M). Di antara penceramah adalah KH. Fakih Usman. Beliau menyampaikan ceramahnya
dengan judul "Apakah Muhammadiyah itu?" Dalam makalahnya diuraikan dengan tepat tentang
jati diri Muhammadiyah yang sebenarnya, menguraikan tentang hakikat apa dan siapa
Muhammadiyah yang sesungguhnya. Respon atas ceramah KH. Fakih Usman tersebut
dibentuklah Tim Perumus "Kepribadian Muhammadiyah" yang terdiri dari Prof. Dr. HAMKA,
KH. Wardan Diponingrat. H. Djarnawi Hadikusuma, HM. Djindar Tamimy. HM. Saleh Ibrahim
serta KH. Fakih Usman (Selaku narasumber).A Isi pidato itu mengandung makna yang sangat
dalam, menggugah dan menarik perhatian para tokoh Muhammadiyah yang datang dari seluruh
Indonesia. K.H. Fakih Usman dikenal kaya pengalaman, luas ilmunya dan mendalam ruhul
Islamnya yang dapat menggugah semangat para pemimpin Muhammadiyah saat itu. Setelah
selesai pidatonya, terjadi mufakat antar tokoh Muhammadiyah untuk merumuskan buah
pikirannya agar kelak dimiliki kader-kader Muhammadiyah sekaligus sebagai pedoman
organisasi. Hasil kerja tim perumus materi Kepribadian Muhammadiyah kemudian diserahkan
kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah lalu ditetapkan sebagai agenda Sidang Tanwir tanggal
25-28 Agustus 1962. Setelah melalui pembahasan dan penyempunaan, akhirnya sidang Tanwir
dapat menerimanya. Lalu dibicarakan lagi pada Muktamar Muhammadiyah ke-35 di Jakarta atau
yang dikenal Muktamar Setengah Abad. Tanggal 29 April 1963 rumusan tersebut telah sempurna
dan lahirlah sebagai "Matan Rumusan Kepribadian Muhammadiyah" resmi rumusan
persyarikatan.

3. Fungsi Kepribadian Muhammadiyah


Penyusunan rumusan Kepribadian Muhammadiyah memiliki tujuan dan fungsi sebagai
landasan, pedoman dan pegangan setiap gerak langkah Muhammadiyah menuju cita-cita
terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar benarnya. Sebagai landasan dan pedoman maka
Kepribadian Muhammadiyah memiliki fungsi lebih luas dalam setiap pribadi Muhammadiyah.
Setiap amal dan aktivitas warga Muhammadiyah, baik secara individu maupun organisasi perlu
didasarkan pada rumusan Kepribadian Muhammadiyah tersebut.

4. Isi Kepribadian Muhammadiyah


Matan atau teks Kepribadian Muhammadiyah dihasilkan dalam Muktamar Muhammadiyah
ke-35 di Jakarta atau yang dikenal dengan Muktamar Setengah Abad. Isi dari "Matan
Kepribadian Muhammadiyah" ini harus diketahui dan dipahami oleh setiap anggota
persyarikatan Muhammadiyah. Adapun isi selengkapnya sebagai berikut:
Matan (Teks) Kepribadian Muhammadiyah
1. Apakah Muhammadiyah Itu?
Muhammadiyah adalah suatu persyarikatan merupakan "Gerakan Islam". Maksudnya
dakwah Islam Amar Ma'ruf Nahi Munkar yang ditujukan kepada dua hal yaitu
perseorangan dan masyarakat.
Dakwah dan amar ma'ruf nahi munkar pada bidang yang pertama atau perseorangan
terbagai menjadi 2, yaitu:
a) Kepada telah bersifat Tajdid Artinya Islam (pembaruan). yang mengembalikan
kepada ajaran Islam yang murni.
b) Kepada yang belum Islam bersifat seruan dan ajakan untuk memeluk agama
Islam.
Adapun dakwah yang kedua kepada masyarakat bersifat perbaikan, bimbingan dan
peringatan. Semua dilaksanakan dengan musyawarah atas dasar taqwa dan mengharap
ridla Allah SWT semata. Dengan melaksanakan dakwah Islam dan Amar Ma'ruf Nahi
Munkar dengan caranya masing-masing yang sesuai, Muhammadiyah menggerakkan
masyarakat menuju tujuannya yaitu "Terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur
yang diridhai Allah SWT"
2. Dasar Amal Usaha dan Perjuangan
Muhammadiyah Dalam perjuangan melaksanakan usahanya menuju tujuan terwujudnya
masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah SWT, dimana kesejahteraan,
kebaikan dan kebahagiaan luas merata, Muhammadiyah mendasarkan segala gerak dan
amal usahanya atas prinsip-prinsip dalam Muqadimah Anggaran Dasarnya, yaitu:
a. Hidup manusia harus berdasar tauhid, ibadah dan taat kepada Allah SWT. HANIN
b. Hidup manusia harus bermanfaat.
c. Mematuhi ajaran-ajaran agama Islam.
d. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam masyarakat.
e. Itiba'kepada langkah perjuangan Nabi Muhammad SAW.
f. Melancarkan amal usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi.
3. Pedoman Amal Usaha dan Perjuangan
Muhammadiyah Dengan memperhatikan dasar prinsip di atas, maka Muhammadiyah
berpedoman: "Berpegang teguh akan ajaran Allah dan Rasul-Nya, bergerak membangun
di segala bidang dan lapangan dengan menggunakan cara serta menempuh jalan yang
diridlai Allah SWT". Artinya, setiap usaha dan aktivitas dalam Muhammadiyah perlu
didasarkan pada niat untuk beribadah kepada Allah SWT. Kemudian iat itu dikuatkan
dengan merujuk kepada ajaran Allah agar setiap usaha yang dilakukan mendapat ridha
Allah SWT.
4. Sifat Muhammadiyah
Muhammadiyah memiliki sifat-sifat yang merupakan nilai-nilai dasar untuk melakukan
gerakan. Untuk itu, setiap warga Muhammadiyah wajib memelihara sifat- sifatnya
sebagaimana hasil Muktamar Muhammadiyah ke-35 di Jakarta tahun 1962. Adapun
Sifat-sifat Muhammadiyah sebagai berikut:
a. Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan.
b. Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah.
c. Lapang dada, luas pandangan dengan memegang teguh ajaran Islam.
d. Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan.
e. Mengindahkan segala hukum, undang-undang. peraturan serta dasar negara yang
syah.
f. Amar ma'ruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh teladan
yang baik.
g. Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan pembangunan
sesuai dengan ajaran Islam.
h. Kerjasama dengan golongan agama Islam mana pun dalam usaha menyiarkan dan
mengamalkan agama Islam.
i. Membantu pemerintah serta bekerja sama dengan golongan lain, sebagai
pemelihara dan membangun negara.
j. Bersifat adil serta korektif ke dalam dan ke luar dengan bijaksana.

5. Penjelasan Kepribadian Muhammadiyah


Apakah Muhammadiyah itu?
pembahasan Pokok ditegaskan dalam Kepribadian pertama yang Muhammadiyah adalah
berupa pertanyaan "Apakah Muhammadiyah itu?". Pertanyaan itu sesungguhnya untuk
mengungkapkan tentang hakikat apa dan siapa Muhammadiyah itu, atau mengungkapkan
tentang jati diri Muhammadiyah yang sebenar-benarnya. Oleh karena itu pertanyaan
Apakah Muhammadiyah itu dapat di ganti dengan "Hakikat Muhammadiyah". lll./
Hakikat Kepribadian Muhammadiyah Hakikat Kepribadian Muhammadiyah adalah
wajah dan wijhah-nya Persyarikatan Muhammadiyah. Wajah tersebut mencerminkan tiga
predikat yang melekat kuat sebagai Asy- Syakhsiyah atau jati dirinya secara utuh. Tiga
predikat yang dimaksud adalah Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam, Dakwah dan
Tajdid.

Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam


Muhammadiyah sebagai gerakan Islam didasarkan pada segi asas ('aqidah) perjuangan
Muhammadiyah. Muhammadiyah menjadikan Dinul Islam sebagai subyek (sumber nilai)
dan sumber obyek (sumber konsep) perjuangannya. Sebagai sumber subyek ialah bahwa
semua kegiatan dan amal usaha Muhammadiyah selalu digerakkan dengan din al-ruh al-
Islam. Sebagai sumber obyek ialah semua kegiatan dan amal usaha Muhammadiyah
untuk "menegakkan dan menjunjung tinggi agama Allah SWT. Sebagai sumber nilai dan
konsep dinul Islam tidak bisa dipisahkan dari perjuangan Muhammadiyah. Islam telah
menjadi "Sibghah" yang mendasari, menjiwai dan mewarnai gerakan Muhammadiyah.
Dalam Muqaddimah AD Muhammadiyah dinyatakan secara jelas, bahwa Persyarikatan
Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang didirikan pada 8 Dzulhijah 1330 Hijriyah
atau 18 Nopember 1912 Miladiyah. Sedangkan dalam tubuh AD-nya Muhammadiyah
menegaskan bahwa organisasi ini berasaskan Islam, bersumber pada Al-Qur'an dan
Sunnah Nabi, yang gerakannya melaksanakan dakwah amar ma'ruf nahi munkar dan
tajdid, dengan maksud dan tujuan menjunjung tinggi agama islam sehingga terwujud
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Rumusan tersebut merupakan formulasi dari
esensi dan eksistensi Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang bersifat pemurnian dan
pembaruan di bawah tema utama kembali pada Al-Qur'an dan Sunnah yang shahihah atau
maqbulah, dengan mengembangkan atau membuka pintu ijtihad untuk kemajuan umat
dan kehidupan manusia. Sejak kelahirannya Muhammadiyah memerankan diri sebagai
gerakan Islam, yakni gerakan untuk menyebarluaskan dan memajukan hal-ikhwal agama
Islam di Indonesia. K.H. Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah yang didirikannya
bahkan sering dikategorikan sebagai bagian dari matarantai gerakan islam pembaruan di
dunia Islam seperti dipelopori oleh Ibn Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab,
Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh. dan Rasyid Ridha dalam gerbong
modernism Islam abad ke-20. Penegasan dalam Anggaran Dasar dan pertautan historis itu
menunjukkan bahwa Muhammadiyah adalah organisasi yang tidak lepas dari semangat
Islam. Bahkan, kelahiran Muhammadiyah sendiri juga tidak lepas dari pemahaman
mendalam yang dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan terhadap Al-Qur'an, khususnya surat
Ali Imran: 104. Penelaahan inilah yang mendorong K.H. Ahmad Dahlan melakukan
berbagai langkah taktis dan strategis untuk mengentaskan keterbelakangan umat islam,
dengan mendirikan Peryarikatan Muhammadiyah. Tidak diragukan bahwa eksistensi dan
esensi Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, bukan gerakan sosial-kemasyarakatan
semata. Gerakan kemasyarakatannya hanyalah bagian atau fungsitranformasi dari
gerakan Islam, bukan sesuatu yang berdiri sendiri apalagi terlepas dari gerakan Islam.
Kondisi sosio-historis berdirinya Muhammadiyah tidak lain karena diilhami, dimotivasi,
dan disemangati oleh ajaran- ajaran al-Qur'an. Motif gerakannya tidak lain kecuali
semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam dalam kehidupan nyata.
Gerakannya hendak berusaha menampilkan wajah Islam dalam dinamika hidup. yang
dapat dihayati, dirasakan, dan dinikmati oleh manusia sebagai rahmatan lil 'alamin.

Muhammadiyah Sebagai Gerakan Dakwah


Ciri kedua dari gerakan Mehammadiyah dikenal sebagai gerakan dakwah Islam, amar
makruf nahi munkar. Ciri yang kedua ini telah muncul sejak dari kelahirannya dan tetap
melekat tak terpisahkan dalam jati diri Muhammadiyah. Hal ini diakui oleh beberapa
pihak yang menyatakan bahwa Muhammadiyah terlihat sebagai pergerakan dakwah yang
menekankan pengajaran serta pendalaman nilai- nilai dan memiliki kepedulian yang
sangat besar terhadap penetrasi misi Kristen di Indonesia. Sebagaimana yang diketahui,
bahwa faktor utama yang mendorong berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah berasal
dari pendalaman K.H. Ahmad Dahlan terhadap ayat-ayat AL-Qur 'an, terutama sekali
surat Ali Imran ayat 104. Berdasarkan pada ayat inilah Muhammadiyah meletakkan
khittah atau strategi dasar perjuangannya, yaitu dakwah (menyeru, mengajak) Islam,
amar makruf nahi munkar dengan masyarakat sebagai medan atau kancah perjuangannya.
Dilihat dari arti bahasa (etimologi), dakwah berasal dari kata da 'a, yad'u, da
'watan, berarti seruan, ajakan,. atau panggilan. Sedang dilihat dari arti istilah
(terminologi) berarti penyampaian Islam kepada manusia, baik secara lisan, tulisan
ataupun lukisan. Sedangkan secara istilah. setidaknya ada beberapa batasan atau definisi
sebagai berikut :

1. Segala aktivitas dan usaha untuk mengubah satu situasi tertentu kea rah lain
yang lebih baik, sesuai dengan ajaran Islam.
2. Usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan
seluruh umat konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup di dunia ini, yang
meliputi amar makruf dan nahi munkar, dengan berbagai media dan cara yang baik dan
membimbing mengamal-kannya dalam perikehidupan perorangan, keluarga (usrah),
masyarakat dan bernegaral"
3. Mengajak dan menyeru manusia atau masyarakat kepada ajaran islam, dengan
memberikan pengertian dan kesadaran akan kebenaran ajaran-ajaran Islam sehingga
manusia atau masyarakat dapat menginsyafi akan kebaikan, kelebihan, dan keutamaan
Islam bagi pembentukan pribadi yang utama, dan bagi mengatur ketertiban hidup
bermayarakat, dalam segala aspek kehidupan, seperti bidang iktikad, ibadah, akhlak,
kebudayaan. pendidikan-pengajaran, ilmu pengetahuan, sosial, ekonomi, juga dalam
bidang kenegaraan-politik dan secbagainya.
Adapun tujuan akhir atau tujuan umum dakwah Islam adalah sama dan sebangun
dengan tujuan hidup muslim, yaitu:
1. Tujuan vertical yaitu mencari keridlaan Allah SWT. (Lihat QS. 6:162-163.
101:96, 69:18, 110:19, 19:06, 89:27-30. 92:18-21, 27:19).
2. Tujuan horizontal yaitu menyampaikan rahmat bagi seluruh alam semesta.
Secara rinci, tujuan ini dapat dijabarkan menjadi tujuan sebagai individu (QS.
2:22 dan 209), anggota keluarga (QS. 30:21). warga lingkungan (QS. 7:96),
warga bangsa (QS. 34:15) dan warga dunia (QS. 2:201).
Sedangkan menurut Abul A'la al-Maududi, sebagaimanayang dikutip Musthafa
Kamal Pasya dan Ahmad Adaby Darban". tujuan dakwah Islamiyah secara proporsional
meliputi tiga sasaran, yaitu:
1. Agar umat manusia menyembah kepada Allah, tidak menyekutukan-Nya
dengan sesuatu, dan tidak akan menyembah tuhan selain Allah semata-mata.
2. Agar umat manusia bersedia menerima Islam sebagai agamanya,
memurnikan keyakinannya, hanya mengakui Allah sebagai tuhannya,
membersihkan jiwanya dari penyakit nifaq (kemunafiqan) dan selalu
menjaga amal perbuatannya agar tidak bertentangan dengan ajaran agama
yang dianutnya.
3. Dakwah ditujukan untuk merubah sistem pemerintahan yang zalim ke
pemerintahan Islam.
Adapun obyek yang dijadikan sasaran dakwah (mad'u) Muhammadiyah ada dua
macam, yaitu:
1. Orang yang belum Islam (umat dakwah).
Dakwah kepada orang yang belum Islam adalah ajakan, seruan, dan pangglan,
yang sifatnya menggembirakan dan menyenangkan (tabsyir). Cara yang
dilakukan adalah dengan menunjukkan mahasin al-Islam (keindahan Islam)
melalui keterangan dan tingkah laku, bukan paksaan. Tujuan utamanya adalah
agar mereka mengerti, memahami ajaran Islam, serta mau menerima Islam
sebagai agamanya. Ajaran Islam menggambarkan dua nuansa yang
perpasangan secara serasi dan harmonis. Nuansa yang pertama adalah yang
penuh kegembiraan, ringan, dan menyenangkan. Sedangkan nuansa yang
kedua menggambarkan ajaran yang cukup berat, serius, menakutkan, dan
sedih yang dalam al-Qur'an di gambarkan dengan ungkapan "nadziran"
memberi kabar peringatan (QS. 2:119, 34:28. 35:24). Kedua nuansa di atas
jelas berkaitan dengan apa yang disebut dengan ganjaran (reward) dan
hukuman atau (punishment), berkaitan dengan surga dan neraka. Dakwah
terhadap orang yang belum Islam hendaknya lebih di kedepankan Islam dari
sisi yang menggembirakan, yang ringan-ringan (enteng-entengan), yang dapat
menimbulkan kesan bahwa sesungguhnya beragama Islam itu ternyata mudah
dan menggembirakan, bukannya menambah beban dan tidak akan MMAD
menimbulkan kesusahan dan kesulitan.
2. Orang yang sudah Islam (umat ijahi)
Sifat dakwah yang dilakukan kepada orang yang sudah Islam bukan lagi
bersifat ajakan untuk menerima Islam sebagai agamanya, tetapi bersifat tajdid
dalam arti pemurnian (purifikasi) dan dapat juga berarti pembaruan
(reformasi). Artinya, dakwah yang dilakukan kepada golongan ini adalah
menata kembali amal keagamaannya agar sesuai dengan ajaran Islam yang
berdasarkan al-Qur'an dan Hadits Nabi, yang dapat dikategorikan dalam tiga
hal:
a. l'adah (pemulihan) yaitu membersihkan ajaran yang tidak
murni lagi.
b. Ibanah (memisahkan) yaitu memisahkan secara cermat mana
yang sunnah dan mana yang bid'ah.
c. Ihya' (menghidupkan) yaitu menghidupkan ajaran-ajaran Islam
yang belum terlaksana atau yang terbengkalai.
Muhammadiyah Sebagai Gerakan Tajdid
Ciri ketiga yang melekat pada Persyarikatan Muhammadiyah adalah sebagai gerakan Tajdid atau
gerakan reformasi. Menurut paham Muhammadiyah, tajdid mempunyai dua pengertian. Pertama.
mengandung pengertian purifikasi dan reformasi; yaitu, pembaruan dalam pemahaman dan
pengamalan ajaran Islam ke arah keaslian dan kemurniannya sesuai dengan al-Qur'an dan al-
Sunnah al-Maqbulah. Dalam pengertian pertama ini diterapkan pada bidang akidah dan ibadah
mahdhah. Kedua, mengandung pengertian modernisasi atau dinamisasi (pengembangan) dalam
pemahaman dan pengalaman ajaran Islam sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta perubahan masyarakat. Pengertian yang kedua diterapkan pada masalah
mu'amalah duniawiyah. Tajdid dalam pengertian ini sangat diperlukan, terutama setelah
memasuki era globalisasi, karena pada era ini bangsa- bangsa di dunia mengalami hubungan
antarbudaya yang sangat kompleks. Arti "pemurnian" tajdid dimaksudkan sebagai pemeliharaan
matan ajaran Islam yang berdasarkan dan bersumber kepada al-Qur' an dan al-Sunnah al-
Maqbulah. Pada pengertian tajdid dalam arti pemurnian ini Bernard Vlekke dan Wertheim,
misalnya, mengkategorikan Muhammadiyah sebagai gerakan puritan yang menjadikan fokus
utamanya "pemürnian atau pembersihan ajaran-ajaran Islam dari sinkretisme dan belenggu
formalism Sebagai arti "peningkatan pengembangan, modernisasi dan yang semakna
dengannya", tajdid dimaksudkan sebagai penafsiran pengamalandan perwujudan ajaran Islam
dengan tetap berpegang teguh kepada al-Qur'an dan as-Sunnah al- Maqbulah. Sebagai gerakan
tajdid, Muhammadiyah telah melahirkan berbagai prestasi yang mengagumkan. Di antaranya
adalah
1. Membersihkan Islam dari pengaruh dan kebiasan yang bukan Islam
2. Reformulasi doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran modern
3. Reformulasi ajaran Islam dan pendidikan Islam
4. Mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan orang di luar Islam.
Muhammadiyah sebagai gerakan Tajdid adalah sifat dakwahnya ditujukan kepada umat Islam.
Tajdid yaitu mengembalikan pemahaman dan pengamalan umat terhadap Dinul Islam secara
murni yang meliputi benar dan tepat sesuai Al Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Dalam
bidang amaliyah tajdid dilakukan bersifat modernisasi. Mengaktualisasikan ajaran Islam sesuai
dengan perkembangan kehidupan masyarakat sehingga Dinul Islam menjadi Rahmatan Lil
'Alamin.

Dasar Amal Usaha dan Perjuangan Muhammadiyah


Dalam perjuangan melaksanakan usaha menuju tujuanterwujudnya masyarakat utama, adil dan
makmur yang diridlai Allah SWT di mana kemakmuran dan kesejahteraan, kebaikan dan
kebahagiaan luas merata, Persyarikatan Muhammadiyah mendasarkan segala langkah, gerak dan
amal usaha diatas prinsip- prinsip yang tersimpul dalam Mugaddimah Anggaran Dasar
Muhamadiyah.
1. Hidup manusia harus berdasarkan tauhid, ibadah dan taat kepada Allah
semata-mata.
Dalam melaksanakan segala gerak dan kegiatannya maka tauhid dan tawakal
kepada Allah harus senantiasa dijadikan landasan dasarnya, dengan maksud
semata-mata untuk beribadah serta mentaati semua perintah dan larangannya.
Dasar seperti ini harus menjdi ciri milik pribadi setiap warga Muhammadiyah
sehingga dapat menjadi contoj teladan dalam pembangunan dan perbaikan
negara dan masyarakat.
2. Hidup Manusia Bermasyarakat.
Muhammadiyah adalah satu faktor yang kuat dalam perkembangan masyarakat
serta warga Muhammadiyah merupakan anggota masyarakat yang tidak diam,
akan tetapi bergerak maju, aktif dinamis dalam membangun. Oleh karena itu
gerakan Muhammadiyah harus aktif dan menonjol di tengah-tengah masyarakat
untuk memimpin atau paling tidak menjadi sosok penerang yang cemerlang.
3. Menegakkan ajaran Islam dengan keyakinan bahwa ajaran Islam adalah
untuk satu-satunya landasan kepribadian dan ketertiban bersama
kebahagiaan dunia dan akhirat.
Muhammadiyah berkeyakinan bahwa tidak ada dasar landasan yang dapat
membahagiakan manusia di dunia ini kecuali dengan dasar Al-Qur'an dan
al Hadits yang akan membawa kebahagiaan manusia yang hakiki di
akhirat kelak. Oleh karena itu apa pun ajaran Islam yang terdapat dalam
Al-Qur'an dan as Sunnah wajib dan mutlak dipatuhi. Segala kebijaksanaan
pimpinan serta taktik dan strategi perjuangan harus dinilai dan sesuai
dengan prinsip-prinsip ajaran Islam.

4. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam dalam masyarakat adalah


wajib, sebagai ibadah kepada Allah dan berbuat ihsan dan islah kepada
kemanusiaan.
Setelah Muhammadiyah dapat berdiri tegak dan berjalan di atas landasan seperti
di atas, barulah kuat menegakkan dan menjunjung tinggi ajaran Islam serta
mampu mengatasi berbagai rintangan, hambatan, tantangan dan halangan yang
ada.
5. Ittiba' kepada langkah perjuangan Nabi Muhammad SAW.
ittiba' atau mengikuti jejak langkah perjuangan Rasulullah SAW adalah wajib
menjadi syarat yang tidak boleh tidak harus dan wajib dilakukan oleh setiap
muslim, dan sesungguhnya dalam rangka menggerakkan umat Islam kea rah
ittiba' itulah hakikatnya Muhammadiyah didirikan. Kita wajib mencontoh sikap
keteguhan Rasulullah menghadapi penderitaan dan rintangan, kesabaran dalam
duka dan derita serta kesyukurannya dalam menerima nikmat Allah. Kita harus
senantiasan berusaha memiliki sifat-sifat yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
6. Melancarkan amal usaha dan perjuangannya dengan ketertiban organisasi.
Muhammadiyah beramal dan berjuang dengan berorganisasi yang didasarkan atas
musyawarah bersama. Menghimpun dan mendidik kader pimpinan, mengaktifkan
gerak anggota, menentukan praturan-peraturan untuk mencapai hasil yang jauh
lebih besar dan lebih dapat menanggulangi berbagai rintangan dan halangan
karena bergerak dengan menggunakan organisasi.

Pedoman Amal Usaha dan Perjuangan Muhammadiyah


Dari segi taktik perjuangan sering orang berpendirian bahwa tidak mengapa kita bertindak
menyalahi peraturan bahkan tidak mengapa bertindak yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, asal
dengan maksud untuk mencapai tujuan yang lebih besar. Kadang-kadang sampai orang
berpendapat bahwa tiada celanya berbuat sesuatu yang menyeleweng dari hukum agama, asal
hanya untuk siasat belaka. Ada adagium dari Nicollo Machiavelli (1469-1527) yang menyatakan:
"Het doel beiligt de middelen" atau tujuan menghalalkan semua cara. Maksudnya, tidak apa
orang yang melakukan cara-cara yang kurang baik asalkan untuk mencapai tujuan yang baik.
Dalam Muhammadiyah hal ini tidak boleh terjadi. Hukum dan ajaran agama Islam wajib
dipegang teguh dan dijunjung tinggi. Tujuan yang baik harus di capai dengan cara yang baik
pula. Cita-cita yang diridlai Allah harus dicapai dengan cara serta usaha yang diridlai Allah
SWT. Dalam hal ini Rasulullah pernah bersabda: "siapa menyuruh berbuat baik hendaklah
dengan cara yang baik pula". Muhammadiyah berjuang tidak sekedar mencari berhasilnya tujuan
semata-mata, tetapi di samping itu juga dengan maksud beribadah, berbakti kepada Allah dan
berjasa kepada kemanusiaan. Muhammadiyah berjuang dengan keyakinan bahwa kemenangan
ada di tangan Allah, dan itu akan dianugerahkan kepada siapa yang bersungguh-sungguh
berjuang dengan cara yang adil dan jujur.
Sifat Muhammadiyah
1. "Beramal dan Berjuang Untuk Perdamaian dan Kesejahteraan". Dengan sifat ini
Muhammadiyah tidak boleh mencela dan mendengki golongan lain. Sebaliknya Muhammadiyah
harus tabah menghadapi celaan dan kedengkian golongan lain tanpa mengabaikan hak untuk
membela diri kalau perlu dan itu pun harus dilakukan secara baik tanpa dipengaruhi perasaan
aneh. 2. "Memperbanyak Kawan dari Mengamalkan Ukhuwah lslamiyah". Setiap warga
Muhammadiyah siapa pun orangnya termasuk para pemimpin dan da'inya harus memegang
teguh sifat ini. Dalam rangka untuk "Memperbanyak Kawan dan Mengamalkan Ukhuwah
Islamiyah". Inilah pada umumnya ceramah atau kegiatan dakwah lainnya yang dilancarkan oleh
dai-da'i Muhammadiyah memakai gaya "sejuk penuh senyum", bukan dakwah yang agitatif
menebar kebencian ke sana ke mari. Di kalangan Muhammadiyah di Surakarta terkenal
semboyan "Jiniwit Katut". Jiniwit artinya dijiwit (dicubit), tetapi justru lama-lama orang yang
njiwit akan katut atau terpikat oleh Muhammadiyah yang selalu bertingkah simpatik kepada Dan
tampaknya sifat inilah salah satu rahasia mengapa siapa pun. Muhammadiyah terus berkembang
makin mengakar dalam masyarakat.
3. "Lapang Dada, Luas Pandangdan Dengan Memegang Teguh Ajaran Islam" Lapang dada atau
toleransi adalah satu keharusan bagi siapapun yang hidup dalam masyarakat, apalagi hidup
dalam masyarakat yang majemuk seperti masyarakat Indonesia. Tanpa adanya lapang dada,
kehidupan akan goncang. Dan prinsip "Memperbanyak Kawan" tentu berubah
menjadiMemperbanyak Musuh". Namun bagaimana pun dalam berlapang dada kita tidak boleh
kehilangan identitas sebagai warga Muhammadiyah yang harus tetap memegang teguh ajaran
Islam. Dengan demikian, bebas tetapi tetap terkendali. dan
4. "Bersifat Keagamaan Dan Kemasyarakatan". Sifat "Keagamaan kemasyarakatan" sudah
merupakan sifat Muhammadiyh sejak lahir. Karena ini sifat yang tidak mungkin terlepas dari
jiwa dan raga Muhammadiyah. Mengapa? Muhammadiyah sejak lahir mengemban misi agama,
sedang agama diturunkan oleh Allah melalui para Nabi-Nya juga untuk masyarakat, yakni untuk
Muhammadiyah harus tabah menghadapi celaan dan kedengkian golongan lain tanpa
mengabaikan hak untuk membela diri kalau perlu dan itu pun harus dilakukan secara baik tanpa
dipengaruhi perasaan aneh memperbaiki masyarakat. Masyarakat adalah "lahan" bagi segala
aktivitas perjuangan Muhammadiyah. Dua sifat ini, yakni keagamaan dan kemasyarakatan, tidak
boleh berdiri sendiri-sendiri. Harus berjalin berkelindan. Karena itu, Muhammadiyah bukan
gerakan sosial semata-mata, dan bukan juga gerakan keagamaan semata-mata. Muhammadiyah
adalah kedua-duanya, gerakan ya keagamaan ya kemasyarakatan. Tetapi Muhammadiyah juga
bukan gerakan politik, sebab kalau gerakan politik, tercermin dalam berbagai amal usaha yang
telah tertekuninya selama ini.
5. "Mengindahkan, segala Hukum, Undang-undang Serta dan Falsafah Negara Yang Sah"
Muhammadiyah scebagai satu organisasi, mempunyai sejumlah anggota. Anggota ini adalah
warga negara dari suatu negara hukum. Hukum negara mempunyai kekuatan mengikat bagi
segenap warga negaranya. ni adalah kenyataan. Karena itu, Muhammadiyah mengindahkan
semua itu.
6. "Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Segala Lapangan Serta Menjadi Contoh Teladan Yang
Baik" Salah satu kewajiban tiap muslim ialah beramar ma'ruf dan bernahi munkar, yakni
menyuruh berbuat baik dan mencegah kemunkaran. Yang dimaksud kemunkaran ialah semua
kejahatan yang merusak dan menjijikkan dalam kehidupan manusia, Tanpa adanya amar ma'ruf
dan nahi munkar tidak akan kebaikan dapat ditegakkan, dan tidak akan kejahatan dapat
diberantas. Untuk itu, Muhammadiyah harus sanggup menjadi suri teladan dalam kegiatan ini,
baik ke dalam tubuh sendiri ataupun ke luar, ke tengah-tengah masyarakat ramai, dengan
pendekatan simpatik. kebijaksanaan penuh dan yang Amar ma'ruf nahi munkar, bagaimanapun
harus kita lakukan dengan cara yang baik, sebab kalau tidak begitu, adalah Machiavellisme
namanya.
7. "Aktif Dalam Perkembangan Masyarakat Dengan Maksud Ishlah dan Pembangunan Sesuai
Dengan Ajaran Islam" Kapan pun dan dimana pun Muhammadiyah memang harus selalu aktif
dalam perkembangan masyarakat, sebab tanpa begitu, Muhammadiyah akan kehilangan peran
dan akan ketinggalan oleh sejarah. Tetapi keaktifan Muhammadiyah dalam perkembangan
masyarakat, tidak berarti sekedar ikut arus perkembangan masyarakat, Muhammadiyah adalah
kekuatan ishlah dan pembangunan sesuai dengan ajaran.
8. "Kerjasama Dengan Golongan Lain Mana Pun, Dalam Usaha Menyiarkan Dan Mengamalkan
Ajaran Isam Serta Membela Kepentingannya" Menyiarkan Islam, mengamalkan dan membela
kepentingan Islam, bukan hanya tugas Muhammadiyah, tetapi juga tugas semua umat Islam.
Karena itu, Muhammadiyah perlu menjalin kerjasama dengan semua golongan umat Islam.
Tanpa kerjasama ini, tidak mudah kita melaksanakan tugas yang berat ini.
9 "Membantu Pemerintah Serta Kerjasama Dengan Golongan Lain Dalam Memelihara Negara
dan Membangunnya, Untuk Mencapai Masyarakat Yang Adil dan Makmur Yang Diridhai".
Negara Indonesia adalah memiliki semua warga negaranya, termasuk warga Muhammadiyah.
Adalah suatu keharusan dijalinnya kerjasama di antara semua unsur pemilik negara, untuk
membangun Negara dan bangsa menuju tercapainya masyarakat yang adil dan makmur yang
diridhai Allah. kemakmuran masyarakat Muhammadiyah ini, sebab kemakmuran mempersubur
iman dan takwa, sedang kemelaratan mempersubur kriminalitas sosial dan kekufuran. Bukankah
telah disabdakan oleh Nabi kita, "kada al-faqru ayyakuna kufran" (Kekafiran itu dapat
menyebabkan kekufuran)
10. "Bersifat Adil Serta Korektif Ke Dalam dan Keluar. Dengan Bijaksana" Dengan sifat adil
dan korektif. Muhammadiyah tidak senang melihat sesuatu yang tidak semestinya, dan ingin
mengubahnya dengan yang lebih tepat dan lebih baik, meskipun mengenai diri sendiri. Jadi
Muhammadiyah tidak tinggal diam saja dan taqlid. Tetapi koreksi pada diri sendiri dan ke luar
ini tidak boleh dilakukan dengan sembarangan, melainkan harus dengan adil dan bijaksana.
Kesalahan adalah kesalahan, sekalipun ada pada orang atau golongan lain. Bukan sifat
Muhammadiyah tetap bersikukuh membela suatu hal, padahal misalnya jelas-jelas yang
dibelanya itu salah atau tidak baik?. (Kamal Pasha dkk, 1971: 58-65).

Rangkuman
Kepribadian Muhammadiyah merupakan hakikat nilai-nilai Muhammadiyah yang menjadi dasar
dan pedoman amal usaha dan perjuangan Muhammadiyah. Selain itu, kepribadian
Muhammadiyah juga berisi sifat-sifat yang dimiliki sebagai karakter pribadi setiap warga
Muhammadiyah. Setiap warga Muhammadiyah perlu memahami dan menjadikan rumusan
Kepribadian Muhammadiyah sebagai sumber nilai dan landasan konseptual dalam melakukan
gerakan di Muhammadiyah. Pengelolaan setiap amal usaha yang dimiliki warga Muhammadiyah
juga perlu didasarkan pada nilai yang tercermin dalam rumusan kepribadian Muhammadiyah
tersebut. Kepribadian Muhammadiyah telah ditanamkan oleh K.H. Ahmad Dahlan dalam
kehidupan sehari-hari sejak Muhammadiyah berdiri meskipun belum tersusun secara sistematis.
Sering dinamika organisasi dan perkembangan masyarakat dirasa perlu untuk menyusun
Kepribadian Muhammadiyah secara sistematis agar mudah dibaca dan difahami setiap warga
Muhammadiyah. Dipelopori oleh K.H. Faqih Usman, konsep Kepribadian Muhammadiyah dari
K.H. Ahamad Dahlan diterjemahkan dalam rumusan-rumusan yang sistematis. Rumusan
Kepribadian Muhammadiyah dibahas dalam sidang Tanwir Muhammadiyah tanggal 25-28
Agustus 1962. Akhirnya materi Kepribadian Muhammadiyah dijadikan salah satu materi pokok
Muktamar Muhammadiyah ke-35 yang berlangsung pada tanggal 14-18 November 1962 di
Jakarta. Dari pembahasan di forum tersebut akhirnya rumusan Kepribadian Muhammadiyah
disahkan dalam Muktamar Muhammadiyah yang ke-35 pada tahun 1962 di Jakarta. Kepribadian
Muhammadiyah berfungsi sebagai landasan, pedoman, dan penanganan bagi gerak langkah
Muhammadiyah menuju cita-cita terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Untuk
itu, Kepribadian Muhamadiyah perlu dijadikan pegangan dan landasan perjuangan
Muhammadiyah masa depan, sebagai penerus dari perjuangan masa lampau. Setelah memahami
bacaan ini, kalian juga diharapkan bisa mempraktekkan dan menyebarkan Kepribadian
Muhammadiyah dalam kehidupan sehari-hari baik kepada keluarga masyarakat Kepribadian
Rumusan umumnya. maupun Muhammadiyah merupakan cerminan pribadi muslim yang katfah
dan bersumber dari al-Qur'an dan Hadits dan semua umat Islam wajib menegakkan ajaran Islam
yang . sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai