1. Pendahuluan
Tonggak berdirinya Muhammadiyah sesungguhnya di mulai dari pembacaan kritis terhadap
realitas disekitar, banyaknya ketidakadilan dan kebodohan serta pudarnya pemahaman Islam
menggugah KH. Ahmad Dahlan untuk mengupayakan purifikasi dalam mempertahankan
ortodoksi ajaran Islam dan berorentasi pada gerakan moral, dakwah, dan sosial. Hal ini
ditunjukkan misi "amar ma'ruf nahi mungkar" dan selalu mendasarkan pada ar-ruju'u ila al-
Our'an wa as-sunnah. Identitas Muhammadiyah sebagai gerakan moral yang berperan sebagai
alat rekayasa sosial dari masa kemasa memiliki spirit pembebasan dari belenggu tradisionalisme
dan konservatisme yang menggugat kemapanan tradisi. Gerakan Muhammadiyah yang
membawa spirit pencerahan di tengah kekolotan tradisi, belenggu kolonialisme dan para
penguasa lalim adalah bagian dari identitasnya selain sebagai gerakan sosial yang paham betul
akan keadaan bangsa ini.. Dalam wilayah sosial Muhammadiyah telah banyak berperan dalam
kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan terbukti dengan didirikannya rumah sakit- rumah
sakit atau PKU, sedangkan dalam konteks pembangunan pendidikan bangsa Muhammadiyah
mampu menunjukkan komitmennya sejak awal melalui pendidikan. Gerakan pendidikan yang
dilakukan Muhammadiyah ialah wujud komitmen Muhammadiyah untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan memberikan pencerahan mental kepada bangsa ini. Secara leksikal,
'Kepribadian' berasal dari kata 'pribadi' yang berarti manusia sebagai perseorangan. 'Kepribadian'
(dengan imbuhan ke-an) berarti sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu
bangsa yang membedakan dirinya dengan orang lain atau bangsa lain.
Dengan demikian yang dimaksud dengan Kepribadian Muhammadiyah ialah rumusan
yang menggambarkan hakikat Muhammadiyah, serta apa yang menjadi dasar dan pedoman amal
usaha dan perjuangannya, serta sifat-sifat yang dimilikinya. Muhammadiyah sebagai Gerakan
Islam dan Dakwah Amar Ma'ruf Nahi Munkar, beraqidah Islam dan bersumber pada Al-Qur'an
dan Sunnah. Secara fungsional Muhammadiyah merupakan alat untuk berjuang dan mencapai
cita-cita mulia; terwujudnya masyarakat utama, adil, makmur yang diridhoi Allah SWT. untuk
melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi,
sebagaimana firman Allah SWT: Artinya: "Sebuah negeri yang indah, bersih, suci dan makmur
di bawah perlindungan Rabb Yang Maha Pengampun". (QS. Saba':15). Untuk mencapai tujuan
itulah Muhammadiyah didirikan dengan bersendikan dua pilar gerakan utama; amar ma'ruf dan
nahi munkar,berdasarkan: Artinya: "Adakanlah dari kamu sekalian, golongan yang mengajak
kepada kelslaman, menyuruh kepada kebaikan dan mencegah daripada keburukan. Mereka itulah
golongan yang beruntung berbahagia". (QS. Ali Imran: 104). Muhammadiyah sebagai gerakan,
dalam mengikuti perkembangan dan perubahan, senantiasa mempunyai kepentingan untuk
melaksanakan amar ma'ruf nahi mungkar, serta menyelenggarakan gerakan dan amal usaha yang
sesuai dengan lapangan yang dipilihnya ialah masyarakat. sebagai usaha Muhammadiyah untuk
mencapai tujuannya yaitu "menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud
masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah SWT. Dalam melaksanakan usaha
tersebut, Muhammadiyah berjalan di atas prinsip- prinsip gerakannya, seperti yang dimaksud di
dalam Muqaddimah AD/ART, Matan Keyakinan Cita-cita Hidup Muhammadiyah, Khittah
Perjuangan Muhammadiyah dan Kepribadian Muhammadiyah. prinsip-prinsip tersebut
senantiasa menjadi landasan gerakan Muhammadiyah, juga bagi gerakan dan amal usaha dan
hubungannya dengan kehidupan masyarakat dan ketatanegaraan, serta dalam bekerjasama
dengan golongan Islam lainnya.
2. Sejarah Perumusan Kepribadian Muhammadiyah
Kepribadian Muhammadiyah adalah sebuah rumusan yang menguraikan tentang jari diri, apa
dan siapa Muhammadiyah. Kemudian dituangkan dalam bentuk sebuah teks yang dikenal
sebagai Matan Kepribadian Muhammadiyah. Adapaun sejarah pembentukannya dijabarkan
sebagai berikut Kepribadian Muhammadiyah merupakan salah satu dari beberapa rumusan resmi
persyarikatan yang disahkan oleh Muktamar Muhammadiyah ke-35 tahun 1962 di Jakarta, atau
sering disebut dengan Muktamar setengah abad. Gagasan untuk merumuskan Kepribadian
Muhammadiyah yaitu pada masa kepemimpinan H.M. Yunus Anis (1959 1960). Perumusan
tersebut sesungguhnya tidak dapat dilepaskan dari keterkaitan dengan kondisi dan situasi negara
pada sekitar tahun 1962. Sebagaimana telah dimaklumi bersama bahwa sejak Dekrit 5 Juli 1959
hingga 11 Maret 1966 negara Indonesia memasuki jaman baru yang dikenal dengan jaman
Demokrasi Terpimpin atau disebut juga jaman Nasakom. Proses munculnya Nasakom berawal
dari Presiden Soekarno selaku Kepala Pemerintahan membentuk Kabinet atau Dewan Menteri
mengikutsertakan tiga kekuatan politik pemenang pemilu 1955 (PNI, NU. PKI), kecuali
Masyumi - sebagai pendukung utamanya. Nasakom merupakan perwujudan ide lama Soekarno
yang telah dikonsepkan tahun 1927 dengan sebutan Nasikom (Nasionalis, Islam dan Komunis).
Namun gagasan tersebut sejak tahun 1945 1959 tidak bisa diwujudkan, karena pemerintah
menerapkan sistem Parlementer, dimana Presiden tidak mempunyai peran dalam menentukan
warna dan kebijakan pemerintah. Dalam sistem Parlementer memberikan kewenangan kepada
Kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri untuk menentukan kebijakan pemerintahan.
Satu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa sejak Presiden Soekarno mendengungkan untuk
menerapkan Demokrasi Terpimpin dalam sistem kenegaraan Partai Masyumi dan Partai Sosialis
Indonesia (PSI) yang paling lantang menentangnya. Keduanya menentang karena beralasan
bahwa Demokrasi Terpimpin akan dijadikan alat oleh Soekarno untuk memusatkan
kekuasaannya di tangannya. Sikap kedua partai tersebut membuat Soekarno kecewa dan marah.
Kemarahan Soekarno diperparah lagi dengan sikap Masyumi dan PSI, menolak duduk dalam
Kabinet karena harus bersanding dan berkerjasama dengan Partai Komunis Indonesia lil./ (PK).
Melihat posisi kedua partai tersebut sangat negatif di mata Presiden, maka PKI melakukan
maneuver politiknya, yaitu membujuk agar Soekarno mengambil tindakan untuk
membubarkannya. Bujuk rayu PKI akhirnya terwujud dengan dikeluarkannya Surat Keputusan
Presiden Nomor 200 tahun 1960 yang intinya pemerintah membubarkan Partai Masyumi secara
menyeluruh. Masyumi adalah suatu Partai Islam yang lahir di Jogjakarta di Madrasah Mu'alimin
Muhammadiyah, hasil dari Kongres Umat Islam pada tanggal 7-8 Nopember 1945. Kongres
memutuskan untuk mendirikan Majlis Syura pusat bagi umat Islam Indonesia. Masyumi
dianggap sebagai satu-satunya partai politik bagi umat Islam". Andil Muhammadiyah pada
pendirian Masyumi cukup besar, di antara tokoh-tokoh Muhammadiyah yang ikut berjuang
memimpin Masyumi antara lain Ki Bagus Hadikusumo, KH. Fakih Usman. Prof. Kahar
Muzakir, Prof. Hamka, HA. Malik Ahmad, Mr. Kasman Singodimejo, HM. Yunus Anis, H.
Binjamin, KH. Hasan Basri, Anwar Haryono, KH. R. Hjid, AR. Fachruddin, M. Mawardi, H.A.
Hamid Bkn, Prawiroyuwono, dr. Sukiman Wiryosanjoyo dan sebagainya. Sarikat Islam pada
tanggal 3 Juli 1948 mengundurkan diri dari Masyumi yang kemudian menjadikan dirinya sebagai
Partai Syarikat Islam Indonesia (PSI), dan disusul Nahdlatul Ulama (NU) pada tanggal 5 April
1952 dan memaklumkan diri menjadi Partai Nahdlatul Ulama. Dengan demikian sekian banyak
posisi pimpinan Masyumi di berbagai daerah yang semula ditempati oleh tokoh-tokoh dari kedua
organisasi tersebut akhirnya harus diisi kembali.
Kondisi seperti ini menyebabkan semakin banyak kader-kader Muhammadiyah yang
berkiprah dalam partai. ini menyebabkan membedakan Keadaan sulitnya seperti antara
Muhammadiyah dan Masyumi. Di satu sisi tokoh seperti Ki Bagus Hadikusuma adalah Ketua
Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, akan tetapi di sisi lain ia menjabat juga sebagai Dewan
Pimpinan Masyumi (periode 1945-1951). Bahkan jika dilihat komentar Muhammad Roem atas
terpilihnya Fakih Oesman sebagai Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah setelah Orde Baru,
menunjukkan eratnya hubungan kepemimpinan Muhammadiyah dan Masyumi. Di tengah-tengah
kegalauan, Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyelenggarakan kursus Pimpinan Pusat
Muhammadiyah se-Indonesia yang berlangsung di Yogyakarta pada bulan Ramadhan 1381 H
(1961 M). Di antara penceramah adalah KH. Fakih Usman. Beliau menyampaikan ceramahnya
dengan judul "Apakah Muhammadiyah itu?" Dalam makalahnya diuraikan dengan tepat tentang
jati diri Muhammadiyah yang sebenarnya, menguraikan tentang hakikat apa dan siapa
Muhammadiyah yang sesungguhnya. Respon atas ceramah KH. Fakih Usman tersebut
dibentuklah Tim Perumus "Kepribadian Muhammadiyah" yang terdiri dari Prof. Dr. HAMKA,
KH. Wardan Diponingrat. H. Djarnawi Hadikusuma, HM. Djindar Tamimy. HM. Saleh Ibrahim
serta KH. Fakih Usman (Selaku narasumber).A Isi pidato itu mengandung makna yang sangat
dalam, menggugah dan menarik perhatian para tokoh Muhammadiyah yang datang dari seluruh
Indonesia. K.H. Fakih Usman dikenal kaya pengalaman, luas ilmunya dan mendalam ruhul
Islamnya yang dapat menggugah semangat para pemimpin Muhammadiyah saat itu. Setelah
selesai pidatonya, terjadi mufakat antar tokoh Muhammadiyah untuk merumuskan buah
pikirannya agar kelak dimiliki kader-kader Muhammadiyah sekaligus sebagai pedoman
organisasi. Hasil kerja tim perumus materi Kepribadian Muhammadiyah kemudian diserahkan
kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah lalu ditetapkan sebagai agenda Sidang Tanwir tanggal
25-28 Agustus 1962. Setelah melalui pembahasan dan penyempunaan, akhirnya sidang Tanwir
dapat menerimanya. Lalu dibicarakan lagi pada Muktamar Muhammadiyah ke-35 di Jakarta atau
yang dikenal Muktamar Setengah Abad. Tanggal 29 April 1963 rumusan tersebut telah sempurna
dan lahirlah sebagai "Matan Rumusan Kepribadian Muhammadiyah" resmi rumusan
persyarikatan.
1. Segala aktivitas dan usaha untuk mengubah satu situasi tertentu kea rah lain
yang lebih baik, sesuai dengan ajaran Islam.
2. Usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan
seluruh umat konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup di dunia ini, yang
meliputi amar makruf dan nahi munkar, dengan berbagai media dan cara yang baik dan
membimbing mengamal-kannya dalam perikehidupan perorangan, keluarga (usrah),
masyarakat dan bernegaral"
3. Mengajak dan menyeru manusia atau masyarakat kepada ajaran islam, dengan
memberikan pengertian dan kesadaran akan kebenaran ajaran-ajaran Islam sehingga
manusia atau masyarakat dapat menginsyafi akan kebaikan, kelebihan, dan keutamaan
Islam bagi pembentukan pribadi yang utama, dan bagi mengatur ketertiban hidup
bermayarakat, dalam segala aspek kehidupan, seperti bidang iktikad, ibadah, akhlak,
kebudayaan. pendidikan-pengajaran, ilmu pengetahuan, sosial, ekonomi, juga dalam
bidang kenegaraan-politik dan secbagainya.
Adapun tujuan akhir atau tujuan umum dakwah Islam adalah sama dan sebangun
dengan tujuan hidup muslim, yaitu:
1. Tujuan vertical yaitu mencari keridlaan Allah SWT. (Lihat QS. 6:162-163.
101:96, 69:18, 110:19, 19:06, 89:27-30. 92:18-21, 27:19).
2. Tujuan horizontal yaitu menyampaikan rahmat bagi seluruh alam semesta.
Secara rinci, tujuan ini dapat dijabarkan menjadi tujuan sebagai individu (QS.
2:22 dan 209), anggota keluarga (QS. 30:21). warga lingkungan (QS. 7:96),
warga bangsa (QS. 34:15) dan warga dunia (QS. 2:201).
Sedangkan menurut Abul A'la al-Maududi, sebagaimanayang dikutip Musthafa
Kamal Pasya dan Ahmad Adaby Darban". tujuan dakwah Islamiyah secara proporsional
meliputi tiga sasaran, yaitu:
1. Agar umat manusia menyembah kepada Allah, tidak menyekutukan-Nya
dengan sesuatu, dan tidak akan menyembah tuhan selain Allah semata-mata.
2. Agar umat manusia bersedia menerima Islam sebagai agamanya,
memurnikan keyakinannya, hanya mengakui Allah sebagai tuhannya,
membersihkan jiwanya dari penyakit nifaq (kemunafiqan) dan selalu
menjaga amal perbuatannya agar tidak bertentangan dengan ajaran agama
yang dianutnya.
3. Dakwah ditujukan untuk merubah sistem pemerintahan yang zalim ke
pemerintahan Islam.
Adapun obyek yang dijadikan sasaran dakwah (mad'u) Muhammadiyah ada dua
macam, yaitu:
1. Orang yang belum Islam (umat dakwah).
Dakwah kepada orang yang belum Islam adalah ajakan, seruan, dan pangglan,
yang sifatnya menggembirakan dan menyenangkan (tabsyir). Cara yang
dilakukan adalah dengan menunjukkan mahasin al-Islam (keindahan Islam)
melalui keterangan dan tingkah laku, bukan paksaan. Tujuan utamanya adalah
agar mereka mengerti, memahami ajaran Islam, serta mau menerima Islam
sebagai agamanya. Ajaran Islam menggambarkan dua nuansa yang
perpasangan secara serasi dan harmonis. Nuansa yang pertama adalah yang
penuh kegembiraan, ringan, dan menyenangkan. Sedangkan nuansa yang
kedua menggambarkan ajaran yang cukup berat, serius, menakutkan, dan
sedih yang dalam al-Qur'an di gambarkan dengan ungkapan "nadziran"
memberi kabar peringatan (QS. 2:119, 34:28. 35:24). Kedua nuansa di atas
jelas berkaitan dengan apa yang disebut dengan ganjaran (reward) dan
hukuman atau (punishment), berkaitan dengan surga dan neraka. Dakwah
terhadap orang yang belum Islam hendaknya lebih di kedepankan Islam dari
sisi yang menggembirakan, yang ringan-ringan (enteng-entengan), yang dapat
menimbulkan kesan bahwa sesungguhnya beragama Islam itu ternyata mudah
dan menggembirakan, bukannya menambah beban dan tidak akan MMAD
menimbulkan kesusahan dan kesulitan.
2. Orang yang sudah Islam (umat ijahi)
Sifat dakwah yang dilakukan kepada orang yang sudah Islam bukan lagi
bersifat ajakan untuk menerima Islam sebagai agamanya, tetapi bersifat tajdid
dalam arti pemurnian (purifikasi) dan dapat juga berarti pembaruan
(reformasi). Artinya, dakwah yang dilakukan kepada golongan ini adalah
menata kembali amal keagamaannya agar sesuai dengan ajaran Islam yang
berdasarkan al-Qur'an dan Hadits Nabi, yang dapat dikategorikan dalam tiga
hal:
a. l'adah (pemulihan) yaitu membersihkan ajaran yang tidak
murni lagi.
b. Ibanah (memisahkan) yaitu memisahkan secara cermat mana
yang sunnah dan mana yang bid'ah.
c. Ihya' (menghidupkan) yaitu menghidupkan ajaran-ajaran Islam
yang belum terlaksana atau yang terbengkalai.
Muhammadiyah Sebagai Gerakan Tajdid
Ciri ketiga yang melekat pada Persyarikatan Muhammadiyah adalah sebagai gerakan Tajdid atau
gerakan reformasi. Menurut paham Muhammadiyah, tajdid mempunyai dua pengertian. Pertama.
mengandung pengertian purifikasi dan reformasi; yaitu, pembaruan dalam pemahaman dan
pengamalan ajaran Islam ke arah keaslian dan kemurniannya sesuai dengan al-Qur'an dan al-
Sunnah al-Maqbulah. Dalam pengertian pertama ini diterapkan pada bidang akidah dan ibadah
mahdhah. Kedua, mengandung pengertian modernisasi atau dinamisasi (pengembangan) dalam
pemahaman dan pengalaman ajaran Islam sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta perubahan masyarakat. Pengertian yang kedua diterapkan pada masalah
mu'amalah duniawiyah. Tajdid dalam pengertian ini sangat diperlukan, terutama setelah
memasuki era globalisasi, karena pada era ini bangsa- bangsa di dunia mengalami hubungan
antarbudaya yang sangat kompleks. Arti "pemurnian" tajdid dimaksudkan sebagai pemeliharaan
matan ajaran Islam yang berdasarkan dan bersumber kepada al-Qur' an dan al-Sunnah al-
Maqbulah. Pada pengertian tajdid dalam arti pemurnian ini Bernard Vlekke dan Wertheim,
misalnya, mengkategorikan Muhammadiyah sebagai gerakan puritan yang menjadikan fokus
utamanya "pemürnian atau pembersihan ajaran-ajaran Islam dari sinkretisme dan belenggu
formalism Sebagai arti "peningkatan pengembangan, modernisasi dan yang semakna
dengannya", tajdid dimaksudkan sebagai penafsiran pengamalandan perwujudan ajaran Islam
dengan tetap berpegang teguh kepada al-Qur'an dan as-Sunnah al- Maqbulah. Sebagai gerakan
tajdid, Muhammadiyah telah melahirkan berbagai prestasi yang mengagumkan. Di antaranya
adalah
1. Membersihkan Islam dari pengaruh dan kebiasan yang bukan Islam
2. Reformulasi doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran modern
3. Reformulasi ajaran Islam dan pendidikan Islam
4. Mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan orang di luar Islam.
Muhammadiyah sebagai gerakan Tajdid adalah sifat dakwahnya ditujukan kepada umat Islam.
Tajdid yaitu mengembalikan pemahaman dan pengamalan umat terhadap Dinul Islam secara
murni yang meliputi benar dan tepat sesuai Al Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Dalam
bidang amaliyah tajdid dilakukan bersifat modernisasi. Mengaktualisasikan ajaran Islam sesuai
dengan perkembangan kehidupan masyarakat sehingga Dinul Islam menjadi Rahmatan Lil
'Alamin.
Rangkuman
Kepribadian Muhammadiyah merupakan hakikat nilai-nilai Muhammadiyah yang menjadi dasar
dan pedoman amal usaha dan perjuangan Muhammadiyah. Selain itu, kepribadian
Muhammadiyah juga berisi sifat-sifat yang dimiliki sebagai karakter pribadi setiap warga
Muhammadiyah. Setiap warga Muhammadiyah perlu memahami dan menjadikan rumusan
Kepribadian Muhammadiyah sebagai sumber nilai dan landasan konseptual dalam melakukan
gerakan di Muhammadiyah. Pengelolaan setiap amal usaha yang dimiliki warga Muhammadiyah
juga perlu didasarkan pada nilai yang tercermin dalam rumusan kepribadian Muhammadiyah
tersebut. Kepribadian Muhammadiyah telah ditanamkan oleh K.H. Ahmad Dahlan dalam
kehidupan sehari-hari sejak Muhammadiyah berdiri meskipun belum tersusun secara sistematis.
Sering dinamika organisasi dan perkembangan masyarakat dirasa perlu untuk menyusun
Kepribadian Muhammadiyah secara sistematis agar mudah dibaca dan difahami setiap warga
Muhammadiyah. Dipelopori oleh K.H. Faqih Usman, konsep Kepribadian Muhammadiyah dari
K.H. Ahamad Dahlan diterjemahkan dalam rumusan-rumusan yang sistematis. Rumusan
Kepribadian Muhammadiyah dibahas dalam sidang Tanwir Muhammadiyah tanggal 25-28
Agustus 1962. Akhirnya materi Kepribadian Muhammadiyah dijadikan salah satu materi pokok
Muktamar Muhammadiyah ke-35 yang berlangsung pada tanggal 14-18 November 1962 di
Jakarta. Dari pembahasan di forum tersebut akhirnya rumusan Kepribadian Muhammadiyah
disahkan dalam Muktamar Muhammadiyah yang ke-35 pada tahun 1962 di Jakarta. Kepribadian
Muhammadiyah berfungsi sebagai landasan, pedoman, dan penanganan bagi gerak langkah
Muhammadiyah menuju cita-cita terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Untuk
itu, Kepribadian Muhamadiyah perlu dijadikan pegangan dan landasan perjuangan
Muhammadiyah masa depan, sebagai penerus dari perjuangan masa lampau. Setelah memahami
bacaan ini, kalian juga diharapkan bisa mempraktekkan dan menyebarkan Kepribadian
Muhammadiyah dalam kehidupan sehari-hari baik kepada keluarga masyarakat Kepribadian
Rumusan umumnya. maupun Muhammadiyah merupakan cerminan pribadi muslim yang katfah
dan bersumber dari al-Qur'an dan Hadits dan semua umat Islam wajib menegakkan ajaran Islam
yang . sebenarnya.