Anda di halaman 1dari 11

BAB VI

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN ISLAM YANG BERWATAK TAJDID


A. Pendahuluan
Marxisme tidak dilahirkan oleh Karl Marx di meja perpustakaan British Museum.
Pancasila tidak ditemukan Bung Karno di halaman belakang sebuah rumah di
Pegangsaan Timur. Apakah masuk akal jika dikatakan. Kiai Dahlan mendirikan
Muhammadiyah ketika beliau saat tengah malam hampir dini hari- makan bakmi di
pinggir Kauman?
Muhammadiyah lahir oleh proses panjang, paduan semangat dan percikan
permenungan yang tak cuma milik orang seorang. Kiai Dahlan membaca Al Afghani.
Sementara Syujak, Fahruddin, dan kawan-kawan mengkaji Kiai Dahlan. Sementara Sutan
Mansur mengamati Kiai Dahlan, dan sebagainya. Semuanya membaca, mengkaji
mengamati: sejumlah buku, berita Koran, melihat hidup mengalaminya dan
berkomunikasi dengan jutaan jiwa yang takut yang berharap bahkan yang membisu.
Jika kemudian Muhammadiyah menjadi modernis, itu bukan sebuah kebetulan
dan isengnya para pimpinan. Modernitas Muhammadiyah lahir sebagai respon atas
sejarah, bukan sebuah spontanitas. Ketika rakyat tenggelam dalam kemiskinan dan
kebodohan semasa rezim kolonial. Muhammadiyah lahir dengan banyak respon:
pendidikan modern dan mengembangkan spirit PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem),
Ketika masyarakat terlena dalam tradisionalitas dan pencampuradukan ajaran agama,
Muhammadiyah memberikan wacana dan spirit baru, tajdid dan purifikasi.
Kiai Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah dengan bentuk organisasi bukan
partai politik. Bentuk organisasi diadopsi dengan cara modern yang diperkenalkan oleh
penjajah Belanda ketika itu. Sehingga tidak mengherankan bila Kiai Ahmad Dahlan tidak
menghasilkan sejumlah buku keagamaan karena dia lebih menekankan pada usaha paksis
dakwah Islam dalam bentuk riel dan bersentuhan langsung dengan umat. Pilihan
demikian bukan didasarkan pada penelaahan secara deduktif-konseptual terhadap literatur
Islam klasik atau inspirasi dari konsep-konsep teologis atau kalam klasik yang telah baku.
Muhammadiyah menampilkan gerakan Islam yang murni dan berkemajuan itu
dihadirkan bukan lewat jalur perorangan, tetapi melalui sebuah sistem organisasi.
Menghadirkan gerakan Islam melalui organisasi merupakan terobosan waktu itu, ketika
umat Islam masih dibingkai oleh kultur tradisional yang lebih mengandalkan kelompok-
kelompok lokal. Organisasi jelas merupakan fenomena modern abad ke- 20, yang secara
cerdas dan adaptif telah diambil oleh Kiai Dahlan sebagai instrumen untuk mewujudkan
cita-cita Muhammadiyah
Pendiri awal Muhammadiyah memilih melakukan gerakan Islam melalui
organisasi didasarkan pada rujukan keagamaan. Ada sebuah kaidah ushul, yaitu "má la
yatimm al-wájib illá bihi fa huwâ wájib", bahwa jika suatu urusan tidak akan sempurna
manakala tanpa alat, maka alat itu menjadi wajib adanya. Dan organisasi merupakan alat
dakwah Islam sebagai hasil dari pengamatan dan penelaahan dan pengalaman nyata
mengenai masyarakat muslim ketika itu. Ayat teologi yang sering disebut sebagai
inspirasi yang menggerakan Kiai Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah adalah
Surat Ali Imran ayat ke-104, yang memerintahkan adanya sekelompok orang untuk
mengajak kepada Islam, menyuruh pada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar.
Sebagai syarat untuk mendapat keberuntungan. Keberhasilan dakwah sulit dicapai secara
perseorangan oleh karena itu Allah memerintahkannya dalam bentuk umat yang
merupakan kumpulan individu yang mempunyai visi, misi, strategi dan program yang
sama.
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf (segala perbuatan yang mendekatkan kita
kepada Allah) dan mencegah dari yang munkar (segala perbuatan yang menjauhkan kita
dari pada-Nya ) merekalah orang-orang yang beruntung (OS. 3:104).
Kiai Ahmad Dahlan meyakini bahwa sebagai Islam agama memperhatikan aspek-
aspek humanitas yang tinggi. Oleh karena itu Kiai Ahmad Dahlan menghindari
pembahasan teologis secara konseptual terhadap ayat-ayat yang dikajinya, menurutnya
pembahasan secara konseptual-ilmiah menghalangi agama untuk melakukan suatu
tindakan nyata melalui berbagai bentuk amaliyah yang bermanfaat bagi siapa saja tanpa
memandang afiliasi teologisnya. Ada dua prinsip dasar yang menjadi acuan yang
dikembangkan pendiri Muhammadiyah, pertama adalah pembebasan, yakni bagaimana
membebaskan manusia dari belenggu kebodohan: dan yang kedua adalah penghargaan
pada harkat dan martabat kemanusiaan. Pada era awal, kebodohan umumnya warga
masyarakat disebabkan karena penjajahan, baik oleh sesama manusia (kolonialisme
asing) maupun oleh corak budaya dan kepercayaan. Untuk membebaskan masyarakat
dari kolonialisme asing. Kiai Dahlan melakukan lompatan kultural justru dengan cara
mengadopsi aspek-aspek positif dari kultur asing itu, yang kemudian diterapkannya
dalam corak dakwah kultural yang dikembangkan Muhammadiyah, antara lain melalui
jalur pendidikan, pembentukan panti-panti sosial, dan balai tinggi. Kiai Dahlan
pengobatan. Jadi, ibarat seorang pendekar berilmu berusaha mengalahkan lawan dengan
justru memanfaatkan jurus-jurus Dahlan lawannya. Kiai melawan kolonialisme Barat
dengan aspek-aspek positif dengan apa yang dibawa Barat. Agak unik memang. tapi
dengan cara itulah kiai Dahlan mengalahkan kolonialesme dengan cara yang elegan dan
Bukan bermartabat. dengan cara eskapisme anti-Barat membuat yang masyarakat
semakin terbelakang. yang bahkan pada batas-batas tertentu telah melahirkan penyakit
inferioritas yang amat parah.
Ketika ada salah seorang santrinya mengusulkan agar Kiai Ahmad Dahlan
menulis kitab untuk menjelaskan pemikirannya yang inovatif itu, maka dia menjawab:
"Apakah saudara ini menganggap saya orang gila?" dan jawaban itu diulangi sampai tiga
kali. Kyai Dahlan melihat sudah banyak kitab yang ditulis, yang menyebabkan umat
terpecah belah; dan ia tidak ingin menambah satu kitab lagi karena dikhawatirkan dapat
menambah runyam suasana. Dengan demikian, model dakwah Kiai Ahmad Dahlan
bersifat praktis dan bukan teologis. (Fachruddin, 1990: 420).
Muhammadiyah Sebagai gerakan Islam merumuskan pembaharuannya dalam
bentuk Purifikasi dan Dinamisasi. Purifikasi didasarkan pada asumsi bahwa kemunduran
umat Islam terjadi karena umat Islam tidak mengembangkan aqidah Islam yang benar,
sehingga harus dilakukan purifikasi dalam bidang aqidah-ibadah dengan teori "segala
sesuatu dalam ibadah mahdlah dilaksanakan bila ada perintah dalam Al-Qur'an dan
Hadits" Sedangkan dinamisasi diterapkan dalam bidang muamalah, dengan melakukan
gerakan modernisasi sepanjang sesuai dengan teori "segala sesuatu semuanya boleh
dikerjakan selama tidak ada larangan atau tidak bertentangan Al-Qur'an dan Hadits"
Muhammadiyah dalam gerakan pembaharuannya dilakukan bersamaan antara
gerakan purifikasi (the belief aspect of Islam) dengan gerakan muamalah the social aspect
of Islam). Purifikasi dalam bidang aqidah yang dilakukan Muhammadiyah adalah aqidah
yang memiliki keterkaitan dengan aspek sosial kemasyarakatan. Gerakan demikian, tidak
dapat begitu saja diterima dan menuai reaksi negatif dari kalangan umat Islam terutama
di daerah pedesaan yang masih mempertahankan tradisi. Bagi Muslim di pedesaan,
tradisi ini sangat penting karena telah memberi makna dan identitas bagi kehidupannya.
Bahkan kedalam tradisi ini telah dikolaborasikan nilai dan spirit Islam sehingga telah
terjadi sinkretisme dan masyarakat pedesaan pada umumnya menganggap bahwa itulah
ajaran Islam yang sebenarnya. Pemikiran keislaman disusun Muhammadiyah disaat yang
kelahiranya mempunyai keunikan yaitu terletak pada sisi amaliahnya seperti upaya
Muhammadiyah membangun berbagai lembaga pendidikan, rumah sakit, panti asuhan,
masjid serta sarana dakwah lain. Dalam konteks purifikasi Muhammadiyah
mendahulukan nash yang otentik sebagai landasan dan pelaksanan ibadah, dan setiap
orang yang melanggarmya akan dikategorikan sebagai ahlu bid ah. Sedangkan konteks
rasionalistik dan bentuk pengamalan amaliah dapat menerima konsep darimana saja
asalnya (termasuk yang besumber dari pemikiran luar islam), sepanjang tidak
bertentangan dengan nilai-nilai dasar ajaran islam. memperjuangkan Muhammadiyah
dalam melaksanakan dan keyakinan dan cita cita hidupnya senantiasa menurut cara yang
ditetapkan Islam. Karena hanya dengan Islam itulah bisa menjamin kebahagian yang
haqiqi hidup didunia dan akhirat materiil dan spiritual. Oleh dasar pendirian Islam dalam
tersebut, maka Muhammadiyah berjuang mewujudkan syari'at kehidupan perseorangan,
keluarga dan masyarakat
Segala yang dilakukan oleh Muhammadiyah baik dalam bidang pendidikan,
kemasyarakatan, kerumah-tanggaan, perekonomian sebagainya, tak bisa dilepaskan dari
usaha untuk melaksanakan keyakinan satu-satunya kenikmatan dan kebahagiaan hanya
dengan islam. Sebab beribadah kepada Allah,baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama.
secara Sehingga menjadi tidak berarti.apabila amal usaha Muhammadiyah tidak
didasarkan pada keyakinan Islam tersebut.

B. Tajdid menurut faham Muhammadiyah


Tajdid berarti pembaharuan, peningkatan, dan pegembangan. Dalam arti Pemurnian,
tajdid dimaksudkan sebagai pemelihara matan ajaran Islam yang berazas pada al Quran
dan as Sunnah makbullah. Dalam arti denisasi, tajdid dimaksudkan sebagai peningkatan
pemgembangan dan penafsiranpengamalan. Untuk melaksanakan tajdid diperlukan
aktualisasi akal pikiran yang cerdas dan akal budi yang bersih yang dijiwai ajaran Islam.
tajdid merupakan suatu proses pembaharuan dalam umat Islam untuk menuju yang lebih
baik. Muhammaddiyah dalam memaknai pada suatu kondisi tajdid mengandung dua
pengertian, yakni pemurnian (purifikasi), dan pembaruan (dinamisasi). Tajdid dalam
pandangan Muhammadiyah yang bersifat purifikasi adalahTandhif al-Aqidah". yaitu
purifikasi terhadap aqidah Islamiyah. Dalam arti aqidah Islam itu harus dibersihkan betul
dari Akidah yakni syirik "rowasyid asy-syrik" elemen-elemen segenap merupakan
keyakinan hidup atau keimanan dengan meliputi semua hal yang harus diyakini oleh
semua muslim. Langkah-langkah dakwah dan tajdid Muhammadiyah tersebut tercermin
dalam kepeloporan mendirikan sekolah Islam modern, pelayanan kesehatan, penyantunan
anak-anak yatim dan miskin melalui gerakan Al-Ma'un, dan mendobrak praktik dan
pemikiran
Islam dan jumud (statis, beku) dengan ijtihad. Karena itu dalam masyarakat umum
Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan pembaruan (tajdid). bahkan tajdid sudah
melekat dalam Muhammadiyah. Karena kepeloporan dalam Muhammadiyah juga dikenal
pembaruan sebagai maka gerakan itu reformisme atau modernisme Islam.
Sedangkan dalam bentuk pembaharuan Muhammadiyah memaknai tajdid dengan
pembaharuan Islam yang menyangkut membangun, mengembangkan, memperbaharui
potensi sumberdaya manusia dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi umat Islam.
Adapun pembaharuan Islam yang menyangkut organisasi. Muhammadiyah merujuk
kepada pesan al Quran yang terkandung dalam QS. 3: 104. menegaskan bahwa dalam
melakukan gerakan dakwah harus melalui waltakum minkum ummatan'. Pengertian
ummah adalah kelompok. komunitas atau organisasi. Jadi berdakwah di era global seperti
sekarang tidak bisa dilakukan secara perseorangan tetapi sudah harus bersistem dan
membentuk sebuah organisasi dengan dilengkapi manajemen modern.
Muhammadiyah sebagai organisasi mendefinisikan diri sebagai gerakan Islam,
dakwah amar ma'ruf nahi munkar dan tajdid yang bersumber pada Al Quran dan as
Sunnah Shahihah. Bahkan Salah satu dari enam periode prioritas program
Muhamaddiyah yang lalu ialah pengembangan tajdid di bidang tarjih dan tajdid secara
intensif dengan menguatkan kembali rumusan-rumusan teologis seperti tauhid sosial.
serta gagasan operasional seperti dakwah jamaah, dengan tetap memperhatikan prinsip
dasar organisasi dan nilai Islam yang hidup dan menggerakkan.
Sejak awal berdirinya muhammadiyah menempatkan diri sebagai salah satu
gerakan untuk menyebarluaskan ajaran agama Islam sebagaimana yang tercantum dalam
Al Quran dan As sunnah sekaligus membersihkan berbagai amalan yang secara jelas
menyimpang dari ajaran Islam baik berupa khurafat, syirik maupun bid'ah lewat gerakan
dakwah. Sifat tajdid yang khurafat, syirik maupun dikenalkan muhammadiyah
sebenarnya tidak hanya sebatas upaya memurnikan ajaran Islam, melainkan juga
termasuk dalam upaya melakukan berbagai pembaharuan dalam tata pelaksanaan ajaran
Islam dalam cara kehidupan bermasyarakat.
Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam yang menjalankan dakwah dan tajdid
melalui sistem organisasi yang selalu dinamis dan tetap berpegang teguh pada prinsip-
prinsip Islam yang kokoh berdasarkan Al-Qur'an dan Sunnah shahihah (magbulah).bukan
semata-mata untuk pemurnian belaka, dalam kehidupan memandu tetapi sekaligus
menjawab dan pembaruan ditengah perkembangan Dengan demikian karakter gerakan
zaman. Muhammadiyah itu dakwah dan tajdid.yang juga mengandung dimensi
pemurnian (tandhif al- aqidah al-islamiyyah) sekaligus pembaruan (tajdid fi al-
Islam).Bukan semata-mata dakwah. tetapi juga pembaruan. Bukan semata-mata
pembaruan, tetapi juga dakwah. Bukan semata-mata pemurnian, pembaruan. Bukan juga
pembaruan, tetapi tetapi juga semata-mata "pengotentikan", kembali pada Islam yang
pemurnian. Pemurnian berarti benar-benar murni atau aseli sebagaimana ajaran Al-Qur'
an dan Sunnah nabi (maqbullan KEMUHA yang shahihah (maqbullah). dengan
mengembangkan ijtihad sesuai dengan manhaj Tarjih.
Ketika Muhammadiyah didirikan para tokoh muhamadiyah termasuk K.H.
Ahmad Dahlan belum memikirkan landasan konsepsional dan teoritis tentang apa yang
akan dilakukannya. Yang terjadi mereka melakukan upaya menyebarkan ajaran Islam
secara praktis dan pragmatis, dengan cara yang baik dan benar sesuai dengan tuntutan
Rasullullah. Pada masa awal itu yang reaktif kecenderungan sikap dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapi mulai terlihat, dalam hal ini terlihat adanya pembetulan arah
kiblat dalam pelaksanaan sholat. Jargon yang diusung pada saat itu adalah Kembali
kepada Al-Qur'an dan as sunnah.
Pada permulaan menyaksikan abad XX umat Islam Indonesia gerakan
pembaharuan pemahaman dan pemikiran Islam munculnya yang dipandang sebagai salah
pada esensinya dapat satu mata rantai dari serangkaian gerakan pembaharuan Islam yang
telah mulai berdiri sejak dari Tbnu taimiyah di syria, diteruskan Muhammad ibn Abdul
Wahab di Saudi Arabia dan kemudian Jamaluddin al Afghani bersama muridnya
Muhammad Abduh di Mesir. Munculnya gerakan pembaharuan pemahaman agama itu
merupakan sebuah fenomena yang mmenandai proses islamisasi yang terus berlangsung.
Dengan proses islamisasi yang terus berlangsung dimaksudkan suatu proses dimana
sejumlah besar orang Islam memandang keadaan agama sendiri memuaskan. termasuk
diri sebagai belum ada, mereka yang Karenanya sebagai langkah perbaikan diusahakan
kembali untuk memahami Islam, dan selanjutnya berbuat sesuai dengan apa yang mereka
anggap benar.
C. Model model Tajdid dalam Muhammadiyah
Muhammadiyah secararingkas Model tajdid/pembaharuan dapat pendidikan dibagi
kedalam tiga bidang. yaitu bidang keagamaan, dan KEMUHAN kemasyarakatan

Bidang Keagamaan
Pembaharuan dalam bidang keagamaan adalah penemuan kembali ajaran atau
prinsip dasar yang berlaku abadi, yang karena waktu, lingkungan situasi dan kondisi
mungkin menyebabkan dasar-dasar tersebut kurang jelas tampak dan tertutup oleh
kebiasaan dan pemikiran tambahan lain.
Di atas telah disebutkan bahwa yang dimaksud degan pembaharuan dalam bidang
keagamaan adalah memurnikan kembali dan mengembalikan kepada keasliannya. Oleh
karena itu dalam pelaksanaan agama baik yang menyangkut akidah ataupun ibadah harus
sesuai dengan aslinya, yaitu sebagaimana yang diperintahkan dalam al Quran dan
dituntunkan oleh Nabi Muhammad melalui sunah-sunahnya.
Al-Quran dan as Sunnah makbullah merupakan landasan bagi Muhammadiyah
untuk melakukan pembaharuan Islam. Pembaharuan teologi yang dilakukan
Muhammadiyah meliputi: dimensi kemasyarakatan. supaya Islam tetap berada ditengah-
tengah masyarakat bahkan dapat punya kontribusi yang sangat positif dalam
memecahkan masalah-masalah kemasyarakatan. Muhammadiyah secara teologis berdasar
Islam yang berkemajuan, namun secara sosiologis memiliki korelasi dengan konteks
hidup umat Islam dan masyarakat Indonesia yang berada dalam keterbelakangan.
Muhammadiyah berorientasi pada kemajuan dalam pembaruannya, yang mengarahkan
hidup umat Islam untuk beragama secara benar dan melahirkan rahmat bagi kehidupan.
Islam tidak hanya ditampilkan secara otentik dengan jalan kembali kepada sumber ajaran
al Quran dan as Sunnah makbullah, tetapi juga menjadi kekuatan untuk mengubah
kehidupan manusia dari serba ketertinggalan dalam ilmu, iman dan amal menuju pada
Islam berkemajuan.
Dalam masalah akidah Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya akidah Islam
yang murni. bersih dari gejala kemusyrikan, bid'ah dan churafat mengabaikan prinsip
toleransi ajaran Islam. tanpa menurut Sedangkan dalam ibadah Muhammadiyah bekerja
untuk tegaknya ibadah tersebut sebagaimana yang dituntunkan Rasulullah tanpa
tambahan dan perubahan dari manusia. Dengan kembali kepada ajaran dasar ini yang
populernya disebut Muhammadiyah dengan kembali kepada ajaran al Quran dan as
Sunnah, berusaha menghilangkan segala macam tambahan yang datang kemudian dalam
agama. Memang di Indonesia keadaan ini terasa sekali bahwa nampak adalah serapan
dari berbagai unsur keadaan keagamaan yang kebudayaan yang ada. Usaha
Muhammadiyah untuk memurnikan keyakinan umat Islam Indonesia ialah dengan
mengenalkan penelaahan kembali dan perubahan drastis jika diperlukan menuju
penafsiran yang benar terhadap al Qur'an dan al hadits. Usaha pemurnian tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Penentuan arah kiblat dalam sholat, sebagai kebalikan dari kebiasaaan
sebelumnya, yang mengahadap tepat ke arah barat.
2. Penggunaan perhitungan astronomi dalam menentukan permulaan dan akhir
bulan puasa (hisab) sebagai kebalikan dari pengamatan perjalanan bulan oleh petugas
agama.
3. Menyelenggarakan shalat bersama di lapangan terbuka pada hari raya Islam,
Idul Fitri dan idul Adha, sebagai ganti seperti sholat yang serupa dalam jumlah jamaah
yang lebih kecil. yang dislenggarakan di masjid.
4. Pengumpulan dan pembagian zakat fitrah dan kurban pada hari raya tersebut
diatas, oleh panitia khusus, mewakili masyarakat Islam setempat, yang dapat
dibandingkan sebelumnya dengan memberikan hak istimewa dalam persoalan ini pada
pegawai atau petugas agama (penghulu, naib, kaum, modin danlain sebagainya)
5. Penyampaian khutbah dalam bahasa indonesia/daerah, sebagai ganti dari
penyampaian khutbah dalam bahasa Arab. kelahiran, ibadah
6. Penyederhanaan dalam dan upacara upacara khitanan, perkawinan dan
pemakaman, dengan menghilangkan hal-hal yang bersifat politheistis. dihiasi semula
7. Penyederhanaan (kuburan) makam yang secara berlebihan.
8. Mnghilangkan kebiasaan berziarah ke makam-makam orang suci (wali).
9. Membersihkan anggapan adanya berkah yang bersifat ghaib, yang dimiliki oleh
para kyai tertentu, dan pengaruh ekstrim pemujaan terhadap mereka.
10. Penggunaan kerudung untuk wanita,dan pemisahan laki-laki dan wanita dalam
pertemuan-pertemuan yang bersifat keagamaan.

Bidang Pendidikan
Dalam pendidikan. mempelopori Muhammadiyah kegiatan dan
menyelenggarakan sejumlah pembaharuan dan inovasi yang lebih nyata. Islam lebih Bagi
Muhammadiyah, yang berusaha keras menyebarluaskan luas dan lebih dalam, pendidikan
punya arti penting. Karena melalui bidang inilah pemahaman tentang Islam dapat
diwariskan dan ditanamkan dari generasi ke generasi.
Pembaharuan pendidikan meliputi dua segi yaitu segi cita-cita dan segi teknik
pengajaran. Dari segi cita-cita ingin membentuk manusia muslim yang baik budi, alim
dalam agama,, luas dalam pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan dan berjuang
untuk kemajuan masyarakatnya.
Adapun teknik pengajaran lebih banyak berhubungan dengan cara-cara
penyelenggaraan pengajaran. Dengan mengambil unsur-unsur yang baik pendidikan
pendidikan sistem dan sistem tradisional. dari Barat Muhammadiyah berhasil
membangun sistem pendidikan sendiri. Seperti sekolah model Barat tetapi dimasukan
pelajaran agama di dalamnya, sekolah pelajaran umum. menyertakan sekolah agama
dengan Bermacam-macam kejuruan dan lain-lain. Sedangkan dalam cara
penyelenggaraanya, proses belajar-mengajar itu tidak dilaksanakan di masjid dan langgar,
tetapi di gedung yang khusus yang dilengkapi dengan meja kursi dan papan tulis tidak
lagi duduk di lantai. pendidikan formal dalam lembaga Selain pembaharuan
Muhammadiyahpun telah memperbaharui pendidikan tradisional non formal yaitu
pengajian. Semula pengajian dilakukan dimana orang tua atau guru privat mengajar anak-
anak kecil membaca al Quran dan beribadah. Oleh Muhammadiyah diperluas dan
pengajian disistematisasikan kedalam bentuk juga isi /tema pengajian diarahkan pada
masalah kehidupan sehari-hari umat Islam.
Begitu pula Muhammadiyah telah mewujudkan bidang bimbingan dan
penyuluhan agama dalam masalah-masalah yang diperlukan dan mempelopori
mendirikan badan penyuluhan perkawinan di kota-kota besar mungkin, konsultasi
keluarga sakinah oleh Aisyiyah sebagai wanitanya Muhammadiyah. Dengan
menyelenggarakan pengajian dan nasehat yang bersifat pribadi tersebut menyangkut
seluruh aspek dapat ditunjukkan bahwa Islam kehidupan manusia.

Bidang Kemasyarakatan
Muhammadiyah merintis bidang sosial kemasyarakatan mendirikan rumah sakit,
poliklinik, panti asuhan, rumah singgah, panti jompo, Pusat kegiatan Belajar Masyarakat
(PKBM). posyandu lansia yang dikelola melalui amal usahanya dan bukan secara
individual sebagaimana dilakukan orang pada umumnya.
Usaha pembaharuan dalam bidang sosial kemasyarakatan ditandai dengan
didirikannya Pertolongan Kesengsaraan oemoem (PKO) pada tahun 1923. Ide di balik
pembaharuan dalam bidang ini karena banyak di antara mengalami dan hal merupakan
kesengsaraan ini orang Islam yang kesempatan bagi kaum muslimin untuk saling tolong
menolong. Perhatian pada kesengsaraan orang lain dan merupakan kewjiban sesama
muslim tidak hanya sekedar karena kasih sayang pada sesama tetapi juga perwujudan
ma'ruf agama yang jelas dan juga sebagai untuk beramar tuntunann perwujudan sosial
dari semangat beragama. Hal ini merupkan gerakan sosial dengan ilham keagamaan.
Contohnya ialah pengamalan firman Allah dalam surat Al-ma' un 107: 1-7:
1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
2. Itulah orang yang menghardik anak yatim,
3. Dan tidak menganjurkan memberi Makan orang miskin.
4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
6. Orang-orang yang berbuat riya
7. Dan enggan (menolong dengan) barang berguna.
Pesan yang terkandung dalam surat al Maun adalah ajaran tolong menolong
sebagai bentuk dari amal shaleh yang dapat memunculkan solidaritas yang berujung pada
mahabbah atau saling mencintai yang dimulai dari ta'âruf. yaitu saling mengenal yang
dilanjutkan dengan tafáhum, yaitu saling memahami, dari konsep ini melahirkan
tadhâmun atau saling menghargai. Tadhamun akan melahirkan taráhum dan akhirnya
terbentuklah suasana ta'áwun atau saling tolong menolong di antara masyarakat. Ajaran
ini direalisasikan oleh Muhammadiyah melalui pendirian lembaga pendidikan, rumah
sakit, panti asuhan, dan juga melalui cara mengumpulkan dan mendistribusikan zakat
kepada yang berhak ( badan amil). Pembaharuan sosial kemasyarakatan yang dilakukan
oleh Muhammadiyah merupakan salah satu wujud dari ketaatan beragama dalam dimensi
sosialnya untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud
masyarakat Islam yang sebenar benarnya. .

Anda mungkin juga menyukai