Kasus Anak Iship
Kasus Anak Iship
OLEH :
dr.ANITA MAYASARI
PENDAMPING :
dr. DYAH AYU RETNANINGTYAS
dr. IKE INDRAYANI
STATUS PENDERITA
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An.A
Umur : 5 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Singget rt.2 rw.6
No CM : 12.12.99
Tanggal masuk : 23 September 2017
Tanggal keluar : 27 September 2017
Ruang/kelas : Marwah 2
I. DATA DASAR
A. Data Subyektif
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 23
September 2017 pukul 17.55 WIB di IGD RS PKU Muhammadiyah Cepu.
Keluhan Utama
BAB cair
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan BAB cair. BAB cair terjadi sejak 1 hari SMRS. Frekuensi
sebanyak 4 kali sehari, tinja berwarna kuning kecoklatan, konsistensi cair, tidak terdapat
ampas, bau busuk (-), lendir (-), dan darah (-). BAB cair terakhir 1 jam SMRS. Buang air
kecil lancar, berwarna kuning tua, sehari 4 kali,, BAK terakhir 1 jam yang lalu.SMRS Pasien
juga mengalami muntah. Muntah terjadi sejak 1 hari SMRS sebanyak 4kali, muntahan
berupa makanan cairan, muntah terjadi setiap makan dan minum. Muntah terakhir 1 jam
SMRS.
Orang tua pasien mengeluhkan anaknya demam. Demam dirasakan sejak tadi pagi,
pasien susah minum. Selama ini pasien minum susu formula saja tanpa ASI. Susu formula
yang digunakan dari lahir sampai saat ini tidak pernah berganti-ganti. Pasien tampak
lemas,lesu, dan mengantuk.. Pasien belum diperiksakan ke dokter atau puskesmas
sebelumnya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat alergi disangkal
Riwayat kejang demam disangkal
Riwayat diare sebelumnya disangkal
Riwayat Imunisasi lengkap
B. Data Obyektif
Pemeriksaan Fisik (dilakukan pada tanggal 23 September 2017)
Status Generalis
Keadaan umum : tampak lemah
Kesadaran : somnolen
BB : 7,5kg
Tanda Vital : Tek. Darah :-
Nadi : 108x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Pernapasan : 28x/menit
Suhu : 38,6 º C ( axiller )
Kepala : mesosefal, ubun-ubun cekung.
Mata : cowong (+/+), conjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : nafas cuping (-), sekret (-), septum deviasi (-).
Telinga : discharge (-/-),nyeri tekan (-/-)
Mulut : bibir kering (+), sianosis (-)
Tenggorokan : T1-T1, faring hiperemis (-),
Leher : simetris, trakhea ditengah, pembesaran limfonodi (-)
Thorax
Pulmo I : simetris saat statis dan dinamis
+/
-/
III. PENATALAKSANAAN
IP.Tx :
Infus assering loading 500cc diberikan 40tpm dihabiskan dalam 3 jam, selanjutnya
diberikan maintenance 8tpm
Injeksi Cefotaxim 2x250mg
Injeksi Ondansetron 3x0,5mg
Pamol Supp 125mg extra di IGD
Per Oral : - Sanmol drop 3x1ml
- Nifudiar 3x1/2
- L-bio sachet 1x1/2
- Zink Syrup 1x10mg
IP.Mx :
Keadaan umum, tanda vital, perbaikan tanda dan gejala dehidrasi.
IP.Ex :
Penjelasan mengenai penyakit dan prognosisnya, tanda dehidrasi pada pasien
termasuk dalam kategori dehidrasi berat, minum obat teratur, apabila ASI tidak
dapat diberikan, dapat diberi susu rendah laktosa terlebih dahulu selama diare.
IV. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Diare akut didefinisikan sebagai buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, disertai
perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lender dan darah yang berlangsung
kurang dari 7 hari, berlangsung secara mendadak. Perubahan konsistensi terjadi karena
peningkatan volume air di dalam tinja akibat ketidakseimbangan antara absorbs dan sekresi
intestinal. Diare paling lama berlangsung selama kurang dari 14 hari.
Pada bayi yang mendapatkan ASI sering ditemukan frekuensi BAB lebih dari 3-4 kali
sehari, bahkan mungkin lebih sering. Keadaan ini bukan diare asal berat badan tidak menurun
atau bahkan meningkat, dan aktivitas masih baik. BAB tersebut masih bersifat fisiologis atau
normal. Untuk bayi yang minum ASI secara eksklusif, definisi diare yang praktis adalah
peningkatan frekuensi BAB atau perubahan konsistensi tinja menjadi cair yang menurut
ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya.
B. Etiologi
Secara garis besar, penyebab diare dibagi ke dalam 2 kelompok, yaitu:
1. Penyebab Infeksi
Golongan Bakteri
- Aeromonas - Bacillus cereus
- Campylobacter jejuni - Clostridium perferingens
- Clostridium defficile - Escherichia coli
- Plesiomonas shigeloides - Salmonella
- Shigella - Staphylococcus aureus
- Vibrio cholera - Vibrio parahaemolyticus
- Yersinia enterocolitica
Golongan Virus
- Astrovirus - Calcivirus
- Enteric adenovirus - Rotavirus
- Cytomegalovirus - Herpes Simplex Virus
Golongan Parasit
- Balantidium coli - Blastocystis homonis
- Cryptosporidium parvum - Entamoeba histolytica
- Giardia lamblia - Isospora belli
- Strongyloides stercoralis - Trichuris trichiura
2. Penyebab Non-Infeksi
Defek Anantomi
- Malrotasi - Penyakit Hirchsprung
- Short Bowel Syndrome - Atrofi mikrovilli
- Striktur
Malabsorbsi
- Defisiensi disakarida - Malabsorbsi glukosa-galaktosa
- Cystic fibrosis - Kolestasis
Endokrinopati
- Tirotoksikosis - Penyakit Addison
- Sindroma Adrenogenital
Keracunan Makanan
- Logam berat - Mushrooms
Neoplasma
- Neuroblastoma - Phaeochromocytoma
- Sindroma Zollinger Ellison
Lain-lain
- Infeksi non-gastrointestinal - Alergi susu sapi
- Penyakit Crohn - Defisiensi imun
- Colitis ulseratif - Gangguan motilitas usus
- Pellagra
C. Manifestasi Klinis
Infeksi usu menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal, juga gejala lainnya seerti
manifestasi neurologic bila terjadi komplikasi esktraintestinal. Gejala gastrointestinal bisa
berupa diare, kram perut dan muntah. Sedangkan manifestasi sistemik tergantung
penyebabnya.
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium,
klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit akan bertambah ada keadaan muntah
sedangkan kehilangan air akan bertambah bila terdapat panas. Keadaan tersebut berakibat
dehidrasi, asidosis metabolic dan hipokalemia. Keadaan yang paling berbahaya adalah
dehidrasi karena dapat menimbulkan keadaan hipovolemia, kolaps kardiovaskular dan
kematian bila tidak ditangani dengan tepat.
Ditemukannya panas mungkin disebabkan oleh proses peradangan atau akibat dehidrasi.
Panas badan umumn ya terjadi pada penderita dengan diare inflamatori. Bila usus besar
terkena maka nyeri perut akan lebih hebat dan tenesmus bisa terjadi pada perut bagian bawah
dan rectum.
Mual dan muntah merupakan gejala non sesifik. Muntah mungkin disebabkan karena
organism menginfeksi saluran cerna bagian atas seperti enteric virus, bakteri yang
memproduksi enterotoiksin, Giardia dan Cryptosporidium.
Muntah juga sering terjadi pada diare non-inflamatori. Biasanya pasien tidak panas atau
hanya sumer-sumer, nyeri perut di daerah periumbilikal dan tidak berat, diare bersifat watery
yang menunjukkan bagian yang terkena adalah saluran cerna bagian atas.
Gejala khas diare akut oleh berbagai penyebab.
D. Diagnosis
1. Anamnesis
Pertanyaan yang harus ditanyakan adalah lama diare, frekuensi, volume, konsistensi
tinja, warna, bau, ada/tidak lendir dan darah. Bila disertai muntah tanyakan volume dan
frekuensinya. Tanyakan jumlah kencing, apakah biasa, berkurang, jarang atau tidak
kencing dalam 6-8 jam terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan selama diare.
Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai seperti batuk pilek, otitis media dan
campak. Perlu juga ditanyakan tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare seperti
member oralit, membawa berobat ke Puskesmas atau Rumah Sakit dan obat-obatan yang
diberikan serta riwayat imunisasi. Penting untuk ditanyakan juga, apakah anak masih
minum ASI. Pemberian ASI pada umumnya tidak akan memberikan dampak diare yang
tidak terlalu berat.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut
jantung dan pernapasan serta tekanan darah.
Terdapat 3 tanda utama dehidrasi yang perlu dicari yaitu kesadaran, rasa haus dan
turgor kulit abdomen. Sedangkan tanda-tanda tambahan lainnya yang dicari adalah ubun-
ubun besar cekung atau tidak, mata cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, dan
bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah. Pernapasan yang cepat dan dalam
mengindikasikan adanya asidosis metabolic. Hipokalemia ditandai oleh bising usus yang
lemah atau tidak ada. Pemeriksaan perfusi dan pengisian kapiler pada ekstremitas dapat
menentukan derajat dehidrasi yang etrjadi.
Berat atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara objektif, yaitu dengan
membandingkan berat badan sebelum dan selama diare. Subjektif dengan menggunakan
criteria WHO, Skor Maurice King dan criteria MMWR.
Penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR 2003
Dari beberapa panduan penentuan derajat dehidrasi, ada beberapa hal yang tidak sama,
akan tetapi pada prinsipnya perbedaan tersebut tidak besar. WHO membagi derajat
dehidrasi ringan dengan sedang dalam satu kelompok, agar diagnosis kedua hal tersebut
tidak terlewatkan oleh karena perbedaannya secara klinis kadang tipis.
Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995.
Penilaian A B C
1. Lihat : keadaan Baik, sadar *Gelisah, rewel
*Lesu, lunglai atau
umum tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung dan
kering
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut & lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa, tidak *Haus, ingin minum *Malas minum atau
haus banyak tidak bisa minum
2. Periksa: turgor Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat
kulit lambat
3. Hasil Tanpa dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi berat
pemeriksaan ringan/sedang
Bila ada 1 tanda * Bila ada 1 tanda *
ditambah 1 atau ditambah 1 atau
lebih tanda lain lebih tanda lain
4. Terapi Rencana Terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C
E. Terapi
Terdapat lima pilar dalam tata laksana diare, yaitu:
1. Rehidrasi
2. Pemberian zat gizi yang adekuat dengan meneruskan pemberian makan dan ASI
3. Obat-obatan (diberikan seminimal mungkin). Sebagian besar diare pada anak akan sembuh
tanpa pemberian antibiotic dan antidiare. Bahkan pemberian antibiotic dapat menyebabkan
diare kronis.
4. Pemberian antibiotic selektif
5. Edukasi kepada orang tua
Berdasarkan derajat dehidrasi, tata laksana diare akut dibagi menjadi
1. Diare akut tanpa dehidrasi
a) Anak rawat jalan
b) Ajari ibu mengenai 4 aturan untuk perawatan di rumah
1) Beri cairan tambahan:
- Jika anak masih mendapat ASI, nasihati ibu untuk menyusui anaknya lebih
sering dan lebih lama pada setiap pemberian ASI. Jika anak mendapat ASI
eksklusif , beri larutan oralit atau air matang sebagai tambahan ASI dengan
menggunakan sendok. Setelah diare berhenti, lanjutkan kembali ASI eksklusif
kepada anak, sesuai dengan umur anak.
- Pada anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri satu atau lebih cairan di
bawah ini:
Larutan oralit
Cairan rumah tangga ( sup, air tajin, kuah sayuran )
Air matang
- Untuk mencegah terjadinya dehidrasi, nasehati ibu untuk member cairan
tambahan sebanyak yang anak dapat minum:
Untuk anak berumur < 2 tahun, beri ± 50-100 ml setiap kali anak BAB
Untuk anak berumur 2 tahun atau lebih, beri ± 100-200 ml setiap kali BAB.
- Ajari ibu untuk member minum anak sedikit demi sedikit dengan menggunakan
cangkir. Jika anak muntah, tunggu 10 menit dan berikan kembali dengan lebih
lambat. Ibu harus member cairan tambahan sampai diare anak berhenti.
- Ajari ibu untuk menyiapkan larutan oralit dan beri 6 bungkus oralit (200 ml)
untuk dibawa pulang.
2) Beri tablet zinc
- Ajari ibu berapa banyak zinc yang harus diberikan kepada anaknya:
Dibawah umur 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari
Diatas umur 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari
Selama 10 hari
- Ajari ibu cara member tablet zinc:
Pada bayi: larutkan tablet zinc pada sendok dengan sedikit air matang, ASI
atau oralit.
Pada anak-anak yang lebih besar tablet dapat dikunyah atau dilarutkan
3) Lanjutkan pemberian makan
4) Nasehati ibu kapan harus kembali untuk kunjungan ulang:
- Nasehati ibu untuk membawa kembali anaknya jika bertambah parah, atau tidak
bisa minum atau menyusu, atau malas minum, atau timbul demam, atau ada
darah dalam tinja. Jika anak tidak menunjukkan salah satu tanda ini namun
tetap tidak menunjukkan perbaikan, nasehati ibu untuk kunjungan ulang pada
hari ke-5.
- Nasehati ibu bahwa pengobatan yang sama harus diberikan kepada anak di
waktu yang akan dating jika anak mengalami diare lagi.
2. Diare akuit dengan dehidrasi ringan/sedang
a) Pada 3 jam pertama, beri anak larutan oralit dengan perkiraan jumlah sesuai berat
badan anak (atau umur anak jika berat badan tidak diketahui). Meskipun demikian, jika
anak ingin minum lebih banyak, beri minum lebih banyak.
- Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika status hidrasi belum membaik, beri
tetesan intravena lebih cepat.
- Juga beri oralit (± 5 ml/KgBB/jam) segera setelah anak mau minum, biasanya sesudah
3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri anak tablet zinc sesuai dosis.
- Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam. Klasifikasikan dehidrasi
kemudian pilih rencana terapi.
Kolera
- Curigai kolera pada anak umur di atas 2 tahun yang menderita diare cair akut dan
menunjukkan tanda dehidrasi berat, jika kolera berjangkit di daerah tempat tinggal
anak.
- Nilai dan tangani dehidrasi seperti penanganan diare akut lainnya.
- Beri pengobatan antibiotik oral yang sensitive untuk strain Vibrio cholera di daerah
tersebut. Pilihan lainnya adalah tetrasiklin, doksisiklin, kotrimoksazol, eritromisin dan
kloramfenikol.
- Berikan zink segera setelah anak tidak muntah lagi.