Anda di halaman 1dari 17

Presentasi Kasus

GASTEROENTERITIS DENGAN DEHIDRASI BERAT

OLEH :
dr.ANITA MAYASARI

PENDAMPING :
dr. DYAH AYU RETNANINGTYAS
dr. IKE INDRAYANI

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH CEPU
2017
BAB I

STATUS PENDERITA

A. IDENTITAS PENDERITA

Nama : An.A
Umur : 5 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Singget rt.2 rw.6
No CM : 12.12.99
Tanggal masuk : 23 September 2017
Tanggal keluar : 27 September 2017
Ruang/kelas : Marwah 2

I. DATA DASAR
A. Data Subyektif
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 23
September 2017 pukul 17.55 WIB di IGD RS PKU Muhammadiyah Cepu.
Keluhan Utama
BAB cair
Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan BAB cair. BAB cair terjadi sejak 1 hari SMRS. Frekuensi
sebanyak 4 kali sehari, tinja berwarna kuning kecoklatan, konsistensi cair, tidak terdapat
ampas, bau busuk (-), lendir (-), dan darah (-). BAB cair terakhir 1 jam SMRS. Buang air
kecil lancar, berwarna kuning tua, sehari 4 kali,, BAK terakhir 1 jam yang lalu.SMRS Pasien
juga mengalami muntah. Muntah terjadi sejak 1 hari SMRS sebanyak 4kali, muntahan
berupa makanan cairan, muntah terjadi setiap makan dan minum. Muntah terakhir 1 jam
SMRS.
Orang tua pasien mengeluhkan anaknya demam. Demam dirasakan sejak tadi pagi,
pasien susah minum. Selama ini pasien minum susu formula saja tanpa ASI. Susu formula
yang digunakan dari lahir sampai saat ini tidak pernah berganti-ganti. Pasien tampak
lemas,lesu, dan mengantuk.. Pasien belum diperiksakan ke dokter atau puskesmas
sebelumnya.
Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat alergi disangkal
 Riwayat kejang demam disangkal
 Riwayat diare sebelumnya disangkal
 Riwayat Imunisasi lengkap

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien berobat menggunakan BPJS Mandiri. Kesan ekonomi cukup.

B. Data Obyektif
Pemeriksaan Fisik (dilakukan pada tanggal 23 September 2017)
Status Generalis
Keadaan umum : tampak lemah
Kesadaran : somnolen
BB : 7,5kg
Tanda Vital : Tek. Darah :-
Nadi : 108x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Pernapasan : 28x/menit
Suhu : 38,6 º C ( axiller )
Kepala : mesosefal, ubun-ubun cekung.
Mata : cowong (+/+), conjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : nafas cuping (-), sekret (-), septum deviasi (-).
Telinga : discharge (-/-),nyeri tekan (-/-)
Mulut : bibir kering (+), sianosis (-)
Tenggorokan : T1-T1, faring hiperemis (-),
Leher : simetris, trakhea ditengah, pembesaran limfonodi (-)
Thorax
Pulmo I : simetris saat statis dan dinamis

Pa : stem fremitus kanan = kiri


Pe : sonor seluruh lapangan paru
Au : Suara dasar vesikuler, ronki +/+, wheezing -/-
Cor I : ictus cordis tak tampak
Pa : ictus cordis teraba pada SIC V 2 cm medial Linea
Midclavikularis Sinistra
Pe : konfigurasi jantung dalam batas normal
Au : Suara jantung I-II murni, bising (-), gallop (-).
Abdomen I : datar
Au : bising usus (+) meningkat
Pe : timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)
Pa : supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-), defans muskuler
(-), turgor kulit menurun
Ekstremitas
Superior Inferior
Akral dingin +/+ +/+
-/- -/-
Sianosis -/- -/-
Edema
-/-

+/
-/

II. PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Laboratorium
Jenis pemeriksaan Metode Hasil pemeriksaan Normal
Hematologi
Golongan darah - B A/B/AB/O
Eritrosit - 4,050,000 4,5-5,5 µ/mm
MCV - 762 80-94
Hematokrit - 30,6 L 40-54%
P 35-47%
Hemoglobin - 10,2 P 13,0-15,0 mg/dl
L 14,0-18,0 mg/dl
Leukosit - 7600 4000-11000/cmm
Trombosit - 421,000 150000-450000
MCHC - 33 32-37
MCH - 25 27-32

II. DIAGNOSIS KERJA


Diagnosis sementara : Gasteroenteritis dengan Dehidrasi Berat
Diagnosis banding :Intoleransi laktosa,
Diagnosis akhir : Gasteroenteritis dengan Dehidrasi Berat

III. PENATALAKSANAAN
IP.Tx :
Infus assering loading 500cc diberikan 40tpm dihabiskan dalam 3 jam, selanjutnya
diberikan maintenance 8tpm
Injeksi Cefotaxim 2x250mg
Injeksi Ondansetron 3x0,5mg
Pamol Supp 125mg extra di IGD
Per Oral : - Sanmol drop 3x1ml
- Nifudiar 3x1/2
- L-bio sachet 1x1/2
- Zink Syrup 1x10mg
IP.Mx :
Keadaan umum, tanda vital, perbaikan tanda dan gejala dehidrasi.
IP.Ex :
Penjelasan mengenai penyakit dan prognosisnya, tanda dehidrasi pada pasien
termasuk dalam kategori dehidrasi berat, minum obat teratur, apabila ASI tidak
dapat diberikan, dapat diberi susu rendah laktosa terlebih dahulu selama diare.
IV. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Diare akut didefinisikan sebagai buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, disertai
perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lender dan darah yang berlangsung
kurang dari 7 hari, berlangsung secara mendadak. Perubahan konsistensi terjadi karena
peningkatan volume air di dalam tinja akibat ketidakseimbangan antara absorbs dan sekresi
intestinal. Diare paling lama berlangsung selama kurang dari 14 hari.
Pada bayi yang mendapatkan ASI sering ditemukan frekuensi BAB lebih dari 3-4 kali
sehari, bahkan mungkin lebih sering. Keadaan ini bukan diare asal berat badan tidak menurun
atau bahkan meningkat, dan aktivitas masih baik. BAB tersebut masih bersifat fisiologis atau
normal. Untuk bayi yang minum ASI secara eksklusif, definisi diare yang praktis adalah
peningkatan frekuensi BAB atau perubahan konsistensi tinja menjadi cair yang menurut
ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya.

B. Etiologi
Secara garis besar, penyebab diare dibagi ke dalam 2 kelompok, yaitu:
1. Penyebab Infeksi
Golongan Bakteri
- Aeromonas - Bacillus cereus
- Campylobacter jejuni - Clostridium perferingens
- Clostridium defficile - Escherichia coli
- Plesiomonas shigeloides - Salmonella
- Shigella - Staphylococcus aureus
- Vibrio cholera - Vibrio parahaemolyticus
- Yersinia enterocolitica
Golongan Virus
- Astrovirus - Calcivirus
- Enteric adenovirus - Rotavirus
- Cytomegalovirus - Herpes Simplex Virus
Golongan Parasit
- Balantidium coli - Blastocystis homonis
- Cryptosporidium parvum - Entamoeba histolytica
- Giardia lamblia - Isospora belli
- Strongyloides stercoralis - Trichuris trichiura
2. Penyebab Non-Infeksi
Defek Anantomi
- Malrotasi - Penyakit Hirchsprung
- Short Bowel Syndrome - Atrofi mikrovilli
- Striktur
Malabsorbsi
- Defisiensi disakarida - Malabsorbsi glukosa-galaktosa
- Cystic fibrosis - Kolestasis
Endokrinopati
- Tirotoksikosis - Penyakit Addison
- Sindroma Adrenogenital
Keracunan Makanan
- Logam berat - Mushrooms
Neoplasma
- Neuroblastoma - Phaeochromocytoma
- Sindroma Zollinger Ellison
Lain-lain
- Infeksi non-gastrointestinal - Alergi susu sapi
- Penyakit Crohn - Defisiensi imun
- Colitis ulseratif - Gangguan motilitas usus
- Pellagra

C. Manifestasi Klinis
Infeksi usu menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal, juga gejala lainnya seerti
manifestasi neurologic bila terjadi komplikasi esktraintestinal. Gejala gastrointestinal bisa
berupa diare, kram perut dan muntah. Sedangkan manifestasi sistemik tergantung
penyebabnya.
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium,
klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit akan bertambah ada keadaan muntah
sedangkan kehilangan air akan bertambah bila terdapat panas. Keadaan tersebut berakibat
dehidrasi, asidosis metabolic dan hipokalemia. Keadaan yang paling berbahaya adalah
dehidrasi karena dapat menimbulkan keadaan hipovolemia, kolaps kardiovaskular dan
kematian bila tidak ditangani dengan tepat.
Ditemukannya panas mungkin disebabkan oleh proses peradangan atau akibat dehidrasi.
Panas badan umumn ya terjadi pada penderita dengan diare inflamatori. Bila usus besar
terkena maka nyeri perut akan lebih hebat dan tenesmus bisa terjadi pada perut bagian bawah
dan rectum.
Mual dan muntah merupakan gejala non sesifik. Muntah mungkin disebabkan karena
organism menginfeksi saluran cerna bagian atas seperti enteric virus, bakteri yang
memproduksi enterotoiksin, Giardia dan Cryptosporidium.
Muntah juga sering terjadi pada diare non-inflamatori. Biasanya pasien tidak panas atau
hanya sumer-sumer, nyeri perut di daerah periumbilikal dan tidak berat, diare bersifat watery
yang menunjukkan bagian yang terkena adalah saluran cerna bagian atas.
Gejala khas diare akut oleh berbagai penyebab.

Gejala Rotavirus Shigella Salmonell ETEC EIEC Kolera


Klinis a
Masa tunas 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam
Panas + ++ ++ - ++ -
Mual-muntah Sering Jarang Sering - - Sering
Nyeri perut Tenesmus Tenesmus Tenesmus + Tenesmus Kram
Kram Kolik Kram
Nyeri kepala - + + - - -
Lama sakit 5-7 hari >7 hari 2-7 hari 2-3 hari Variasi 3 hari
Sifat tinja
Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
Frekuensi 5-10x/hr >10x/hr Sering Sering Sering Terus
Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair
Darah-lendir - Sering Kadang- - + -
kadang
Bau - - Busuk + Tidak Amis khas
Warna Kuning- Merah- Kehijauan Tdk Merah- Seperti air
hijau hijau berwarna hijau cucian beras
Leukosit - + + - - -
Lain-lain anoreksia Kejang Sepsis Meteorismus Infeksi -
sistemik

D. Diagnosis
1. Anamnesis
Pertanyaan yang harus ditanyakan adalah lama diare, frekuensi, volume, konsistensi
tinja, warna, bau, ada/tidak lendir dan darah. Bila disertai muntah tanyakan volume dan
frekuensinya. Tanyakan jumlah kencing, apakah biasa, berkurang, jarang atau tidak
kencing dalam 6-8 jam terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan selama diare.
Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai seperti batuk pilek, otitis media dan
campak. Perlu juga ditanyakan tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare seperti
member oralit, membawa berobat ke Puskesmas atau Rumah Sakit dan obat-obatan yang
diberikan serta riwayat imunisasi. Penting untuk ditanyakan juga, apakah anak masih
minum ASI. Pemberian ASI pada umumnya tidak akan memberikan dampak diare yang
tidak terlalu berat.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut
jantung dan pernapasan serta tekanan darah.
Terdapat 3 tanda utama dehidrasi yang perlu dicari yaitu kesadaran, rasa haus dan
turgor kulit abdomen. Sedangkan tanda-tanda tambahan lainnya yang dicari adalah ubun-
ubun besar cekung atau tidak, mata cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, dan
bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah. Pernapasan yang cepat dan dalam
mengindikasikan adanya asidosis metabolic. Hipokalemia ditandai oleh bising usus yang
lemah atau tidak ada. Pemeriksaan perfusi dan pengisian kapiler pada ekstremitas dapat
menentukan derajat dehidrasi yang etrjadi.
Berat atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara objektif, yaitu dengan
membandingkan berat badan sebelum dan selama diare. Subjektif dengan menggunakan
criteria WHO, Skor Maurice King dan criteria MMWR.
Penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR 2003

Gejala Minimal atau tanpa Dehidrasi ringan, Dehidrasi berat,


dehidrasi, kehilangan BB 3-9% kehilangan BB > 9%
kehilangan BB < 3%
Kesadaran Baik Normal, lelah, Apatis, letargis,
gelisah tidak sadar
Denyut jantung Normal Normal-meningkat Takikardi, bradikardi
pada kasus berat
Lemah, kecil, tidak
Kualitas nadi Normal Normal-melemah teraba
Dalam
Pernapasan Normal Normal-cepat Sangat cowong
Mata Normal Sedikit cowong Tidak ada
Air mata Ada Berkurang Sangat kering
Mulut dan lidah Basah Kering Kembali > 2 detik
Cubitan kulit Segera kembali Kembali < 2 detik Memanjang,
Pengisian kapiler Normal Memanjang minimal
Dingin, sianotik
Ekstremitas Hangat Dingin
Minimal
BAK Normal Berkurang

Dari beberapa panduan penentuan derajat dehidrasi, ada beberapa hal yang tidak sama,
akan tetapi pada prinsipnya perbedaan tersebut tidak besar. WHO membagi derajat
dehidrasi ringan dengan sedang dalam satu kelompok, agar diagnosis kedua hal tersebut
tidak terlewatkan oleh karena perbedaannya secara klinis kadang tipis.
Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995.

Penilaian A B C
1. Lihat : keadaan Baik, sadar *Gelisah, rewel
*Lesu, lunglai atau
umum tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung dan
kering
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut & lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa, tidak *Haus, ingin minum *Malas minum atau
haus banyak tidak bisa minum
2. Periksa: turgor Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat
kulit lambat
3. Hasil Tanpa dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi berat
pemeriksaan ringan/sedang
Bila ada 1 tanda * Bila ada 1 tanda *
ditambah 1 atau ditambah 1 atau
lebih tanda lain lebih tanda lain
4. Terapi Rencana Terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C

Penentuan derajat dehidrasi menurut sistim pengangkaan – Maurice King (1974)

Bagian tubuh yang Nilai untuk gejala yang ditemukan


diperiksa 0 1 2
Kepadatan umum Sehat Gelisah, cengeng, Mengigau, koma
apatis, ngantuk atau syok
Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Ubun-ubun besar Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Kering & sianosis
Denyut nadi/menit Kuat <120 Sedang (120-140) Lemah >140
3. Laboratorium
Pada diare akuit umumnya pemeriksaan laboratorium lengkap tidak diperlukan, kecuali
keadaan tertentu seperti penyebab dasarnya tidak diketahui atau terdapat sebab-sebab lain
selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat. Sebagai contoh adalah
pemeriksaan darah lengkap, kultur urin dan tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih.
Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut meliputi
darah, urin dan tinja. Pemeriksaan darah yang diperlukan yaitu darah lengkap, serum
elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika.
Pemeriksaan urin meliputi urin lengkap, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika.
Sedangkan tinja terdiri dari pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik.
Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua penderita dengan diare
meskipun pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan. Tinja watery dan tanpa mucus atau
darah biasanya disebabkan oleh virus enterotoksin, protozoa atau karena infeksi di luar
saluran gastrointestinal. Sedangkan tinja yang mengandung darah atau mucus bisa
disebabkan infeksi bakteri yang menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang
menyebabkan keradangan mukosa atau parasit usus seperti E. histolytica, B. coli dan T.
trichiura. Darah biasanya bercampur dalam tinja, kecuali pada infeksi oleh E. histolytica
sering ditemukan pada permukaan tinja. Tinja yang berbau busuk didapatkan pada infeksi
Salmonella, Giardia, Cryptosporidium dan Strongyloides.
Pemeriksaan mikroskopik untuk mencari leukosit dapat memberikan informasi tentang
penyebab diare, letak anatomis serta adanya proses peradangan mukosa. Leukosit dalam
tinja diproduksi sebagai respon terhadap bakteri yang menyerang mukosa kolon. Leukosit
yang positif pada pemeriksaan tinja menunjukkan adanya kuman invasive atau kuman
yang memperoduksi sitotoksin seperti Shigella, Salmonella, C. jejuni, EIEC, C. difficile,
Y. enterocolitica, V. parahaemolyticus dan kemungkinan Aeromonas atau P. shigelloides.
Pada umumnya ditemukan leukosit polimorfonuklear (PMN) kecuali pada S. typhii yaitu
leukosit mononuclear.
Leukosit tinja tidak selalu ditemukan pada penderita colitis, dan biasanya didapatkan
dalam jumlah minimal pada infeksi E. histolytica. Parasit yang menyebabkan diare pada
umumnya tidak memproduksi leukosit dalam jumlah banyak. Normal tidak diperlukan
pemeriksaan untuk mencari telur atau parasit kecuali terdapat riwayat baru bepergian ke
daerha risiko tinggi, kultur tinja negative untuk enteropatogen, diare lebih dari 1 minggu
atau pada pasien imunokompromise. Pada pasien yang dicurigai giardiasis,
cryptosporidiosis, isosporiosis dan strongyloidosis sebagai penyebab tetapi hasil
pemeriksaan tinja negative, mungkin diperlukan aspirasi atau biopsy duodenum atau
jejunum bagian atas. Organism tersebut hidup di saluran cerna bagian atas sehingga
prosedur ini lebih tepat daripada pemeriksaan specimen tinja.
Entamoeba histolytica dapat didiagnosa dengan pemeriksaan mikroskopik tinja segar.
Trophozoit biasanya ditemukan pada tinja cair sedangkan kista ditemukan pada tinja yang
berbentuk. Untuk membantu menemukan kista amoeba dapat digunakan teknik
konsentrasi. Ekskresi kista sering intermitten sehingga mungkijn diperlukan pemeriksaan
serial. Sejumlah tes serologis amubiasis untuk mendeteksi tipe dan konsentrasi antibody
juga tersedia. Tes serologis untuk amoeba hamper selalu positif pada disentri amoeba akut
dan pada amubiasis hati.
Kultur tinja harus segera dilakukan bila dicurigai terdapat Hemolytic Uremic
Syndrome, diare dengan tinja berdarah, bila terdapat leukosit pada tinja, KLB diare dan
penderita imunokompromise. Untuk identifikasi bakteri tertentu seperti Y. enterocolitica,
V. cholera, V. parahaemolyticus, Aeromonas, C. difficile, E, coli dan Champylobacter
dibutuhkan prosedur laboratorium khusus, sehingga perlu pencantuman pada label jika ada
kecurigaan salah satu kuman tersebut.
Deteksi toksin C. difficile sangat berguna untuk diagnose antimicrobial colitis.
Proctosigmoidoscopy mungkin membantu dalam menegakkan diagnosis pada penderita
dengan gejala colitis berat atau penyebab inflammatory enteritis syndrome tidak jelas
setelah dilakukan pemeriksaan labroratorium pendahuluan.

E. Terapi
Terdapat lima pilar dalam tata laksana diare, yaitu:
1. Rehidrasi
2. Pemberian zat gizi yang adekuat dengan meneruskan pemberian makan dan ASI
3. Obat-obatan (diberikan seminimal mungkin). Sebagian besar diare pada anak akan sembuh
tanpa pemberian antibiotic dan antidiare. Bahkan pemberian antibiotic dapat menyebabkan
diare kronis.
4. Pemberian antibiotic selektif
5. Edukasi kepada orang tua
Berdasarkan derajat dehidrasi, tata laksana diare akut dibagi menjadi
1. Diare akut tanpa dehidrasi
a) Anak rawat jalan
b) Ajari ibu mengenai 4 aturan untuk perawatan di rumah
1) Beri cairan tambahan:
- Jika anak masih mendapat ASI, nasihati ibu untuk menyusui anaknya lebih
sering dan lebih lama pada setiap pemberian ASI. Jika anak mendapat ASI
eksklusif , beri larutan oralit atau air matang sebagai tambahan ASI dengan
menggunakan sendok. Setelah diare berhenti, lanjutkan kembali ASI eksklusif
kepada anak, sesuai dengan umur anak.
- Pada anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri satu atau lebih cairan di
bawah ini:
 Larutan oralit
 Cairan rumah tangga ( sup, air tajin, kuah sayuran )
 Air matang
- Untuk mencegah terjadinya dehidrasi, nasehati ibu untuk member cairan
tambahan sebanyak yang anak dapat minum:
 Untuk anak berumur < 2 tahun, beri ± 50-100 ml setiap kali anak BAB
 Untuk anak berumur 2 tahun atau lebih, beri ± 100-200 ml setiap kali BAB.
- Ajari ibu untuk member minum anak sedikit demi sedikit dengan menggunakan
cangkir. Jika anak muntah, tunggu 10 menit dan berikan kembali dengan lebih
lambat. Ibu harus member cairan tambahan sampai diare anak berhenti.
- Ajari ibu untuk menyiapkan larutan oralit dan beri 6 bungkus oralit (200 ml)
untuk dibawa pulang.
2) Beri tablet zinc
- Ajari ibu berapa banyak zinc yang harus diberikan kepada anaknya:
Dibawah umur 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari
Diatas umur 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari
Selama 10 hari
- Ajari ibu cara member tablet zinc:
 Pada bayi: larutkan tablet zinc pada sendok dengan sedikit air matang, ASI
atau oralit.
 Pada anak-anak yang lebih besar tablet dapat dikunyah atau dilarutkan
3) Lanjutkan pemberian makan
4) Nasehati ibu kapan harus kembali untuk kunjungan ulang:
- Nasehati ibu untuk membawa kembali anaknya jika bertambah parah, atau tidak
bisa minum atau menyusu, atau malas minum, atau timbul demam, atau ada
darah dalam tinja. Jika anak tidak menunjukkan salah satu tanda ini namun
tetap tidak menunjukkan perbaikan, nasehati ibu untuk kunjungan ulang pada
hari ke-5.
- Nasehati ibu bahwa pengobatan yang sama harus diberikan kepada anak di
waktu yang akan dating jika anak mengalami diare lagi.
2. Diare akuit dengan dehidrasi ringan/sedang
a) Pada 3 jam pertama, beri anak larutan oralit dengan perkiraan jumlah sesuai berat
badan anak (atau umur anak jika berat badan tidak diketahui). Meskipun demikian, jika
anak ingin minum lebih banyak, beri minum lebih banyak.

Umur Sampai 4 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 tahun


bulan
Berat Badan < 6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-19 kg
Jumlah 200-400 ml 400-700 ml 700-900 ml 900-1400 ml
Cairan
Jumlah oralit yang diperlukan = 75 ml/kgBB
- Jika anak menginginkan oralit lebih banyak dari pedoman di atas, berikan sesuai
kehilangan cairan yang sedang berlangsung.
- Untuk anak yang berumur < 6 bulan yang tidak menyusu, beri juga 100-200 ml air
matang selama periode ini.
- Mulailah pemberian makan segera setelah anak mau makan.
- Lanjutkan pemberian ASI
b) Tunjukkan kepada ibu cara memberikan oralit:
- Minumkan sedikit-sedikit tetapi sering dari cangkir/mangkok/gelas. Satu sendokteh
setiap 1-2 menit jika anak berumur < 2 tahun, dan pada anak yang lebih besar
berikan oralit lebih sering dengan menggunakan cangkir.
c) Lakukan pemeriksaan rutin jika timbul masalah:
- Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan legi dengan lebih lambat.
- Jika kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan beri minum air
matang atau ASI.
d) Nasehati ibu utnuk terus menyusui kapanpun anaknya mau.
e) Berikan tablet zinc selama 10 hari
f) Jika ibu tidak dapt tinggal di klinik selama 3 jam, tunjukkan pada ibu cara menyiapkan
larutan oralit dan beri beberapa bungkus oralit secukupnya kepada ibu agar bias
menyelesaikan rehidrasi di rumah ditambah untuk rehidrasi dua hari berikunya.
g) Nilai kembali anak setelah 3 jam untuk memeriksa tanda dehidrasi yang terlihat
sebelumnya (periksa kembali anak sebelum 3 jam jika anak tidak bias minum larutan
oralit atau keadaannya terlihat memburuk)
- Jika tidak terjadi dehidrasi, ajari ibu mengenai 4 aturan untuk perawatan di rumah
(i) Beri cairan tambahan
(ii) Beri tablet zinc selama 10 hari
(iii) Lanjutkan pemberian minum/makan
(iv)Kunjungan ulang jika terdapat tanda berikut ini:
 Anak tidak bias atau malas minum atau menyusu
 Kondisi anak memburuk
 Anak demam
 Terdapat darah dalam tinja anak
- Jika anak masih mengalami dehidrasi sedang/ringan, ulangiu pengobatan untuk 3
jam berikutnya dengan larutan oralit seperti diatas dan mulai beri anak makanan,
susu atau jus dan berikan ASI sesering mungkin.
- Jika timbul tanda dehidrasi berat  tata laksanan dehidrasi berat
- Meskipun belum terjadi dehidrasi berat tetapi jika anak sama sekali tidak bias
minum oralit misalnya karena muntah profus, dapat diberikan infus. Berikan 70
ml/KgBB cairan Ringer Laktat atau Ringer Asetat (atau jika tidak tersedia gunakan
NaCl) yang dibagi sebagai berikut:

Umur Pemberian 70 ml/KgBB


Bayi ( dibawah umur 2 tahun) 5 jam
Anak (12 bulan – 5 tahun) 2½ jam
- Periksa kembali anak setiap 1-2 jam
- Beri oralit (kira-kira ml/KgBB/jam) segera setelah anak mau minum
- Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam. Kemudian pilih
rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan penanganan.
3. Diare Akut Dengan Dehidrasi Berat
Anak yang menderita dehidrasi berat memerlukan rehidrasi intravena secara cepat
dengan pengawasan yang ketat dan dilanjutkan dengan rehidrasi oral segera setelah anak
membaik. Pada daerah yang sedang mengalami KLB kolera, berikan pengobatan antibiotik
yang efektif terhadap kolera. Tindakan yang harus dilakukan pada diare dengan dehidrasi
berat adalah:
- Mulai berikan cairan intravena segera. Pada saat infuse disiapkan, beri larutan oral jika
anak dapa minum. Larutan intravena terbaik adalah Ringer Laktat atau Ringer Asetat.
Jika Ringer Laktat tidak tersedia, larutan garam normal (NaCl 0,9%) dapat digunakan.
Larutan glukosa 5% (dextrose) tunggal tidak efektif dan jangan digunakan.
- Beri 100 ml/KgBB cairan Ringer Laktat atau Ringer Asetat yang dibagi sebagai beikut:
-

Umur Pemberian pertama 30 Pemberian berikutnya 70


ml/KgBB selama ml/KgBB selama
Bayi (dibawah 12 bulan) 1 jam* 5 jam
Anak (12 bulan – 5 tahun) 30 menit* 2½ jam
*Ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tidak teraba

- Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika status hidrasi belum membaik, beri
tetesan intravena lebih cepat.
- Juga beri oralit (± 5 ml/KgBB/jam) segera setelah anak mau minum, biasanya sesudah
3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri anak tablet zinc sesuai dosis.
- Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam. Klasifikasikan dehidrasi
kemudian pilih rencana terapi.
Kolera
- Curigai kolera pada anak umur di atas 2 tahun yang menderita diare cair akut dan
menunjukkan tanda dehidrasi berat, jika kolera berjangkit di daerah tempat tinggal
anak.
- Nilai dan tangani dehidrasi seperti penanganan diare akut lainnya.
- Beri pengobatan antibiotik oral yang sensitive untuk strain Vibrio cholera di daerah
tersebut. Pilihan lainnya adalah tetrasiklin, doksisiklin, kotrimoksazol, eritromisin dan
kloramfenikol.
- Berikan zink segera setelah anak tidak muntah lagi.

Dosis Berdasarkan BB Anak


Obat Dosis Kemasan 3-<6 kg 6-<10 10-<15 15-<20 20-<29
kg kg kg kg
Kotrimoksa 4 mg Oral:
zole trimetoprim /KgBB Tablet dewasa ¼ ½ 1 1 1
(trimetoprim- & 20 mg (80 mg TMP +
sulfametoksaz sulfametoksazol/Kg 400 mg SMZ)
ole) BB 2x sehari Tablet pediatric 1 2 3 3 4
( 20 mg TMP +
100 mg SMZ )
Sirup ( 40 mg 2 ml 3,5 6 ml 8,5 -
TMP + 200 mg ml ml
SMZ per 5 ml)
Eritromisin Oral: 12,5 Sirup (etil ¼ ½ 1 1 1½
mg/KgBB 4x sehari suksinat) 200
selama 3 hari mg/5 ml
Kloramfenikol
Utk meningitis IV: 25 mg/KgBB Botol @ 10 ml 0,75- 1,5- 2,5- 3,75- 5-7,25
tiap 6 jam. Maks 1 dengan 100 1,25 2,25 3,5 4,75 ml
g/dosis mg/ml ml ml ml ml
Utk kondisi Oral: 25 mg/KgBB Suspense 125 3-5 6-9 10-14 15-19 -
lain tiap 8 jam. Maks 1 mg/5 ml ml ml ml ml
g/dosis Kapsul 250 mg - - 1 1½ 2

Anda mungkin juga menyukai