Anda di halaman 1dari 8

1.

KASUS SISTEM IMUN : “SLE (Systemic Lupus Erythematosus)”

Pasien perempuan, 42 tahun datang sadar ke UGD RSUD Margono (18/05/2020)


dengan keluhan lemas seluruh tubuh. Lemas dikatakan sejak ±1 bulan dan memberat 1 hari
sebelum MRS. Keluhan awalnya dirasakan ringan, membaik dengan beristirahat dan pasien
masih bisa beraktivitas seperti biasa. Lemas dirasakan terus menerus dan semakin lama
lemas semakin memberat, tidak membaik walau pasien telah beristirahat. Lemas dirasakan
seperti habis melakukan aktivitas yang sangat berat. Pasien tidak bisa melakukan pekerjaan
rumah tangga seperti biasanya sehingga hanya bisa berbaring di tempat tidur saja. Saat ini
keluhan lemas dirasakan sudah membaik dan pasien sudah bisa duduk dengan bantuan.
Lemas juga disertai dengan keluhan nyeri kepala, demam, sariawan pada mulut dan nyeri
menelan.
Keluhan nyeri kepala dirasakan sejak 6 hari sebelum MRS. Nyeri dirasakan di seluruh
kepala seperti tertindih beban. Nyeri muncul terus menerus dan dirasakan memberat saat
beraktivitas. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 5 hari sebelum MRS. Demam dikatakan
naik turun. Keluhan nyeri kepala dan demam membaik setelah minum obat dan kembali
muncul beberapa jam kemudian. Saat ini pasien sudah tidak mengeluhkan adanya nyeri
kepala ataupun demam.
Pasien mengeluhkan sariawan pada mulut dan nyeri telan sejak 6 hari sebelum MRS.
Sariawan dan nyeri telan dirasakan semakin memberat hingga pasien sulit makan. Saat ini
keluhan sariawan dan nyeri tenggorokan dirasakan sudah membaik. Selain itu pasien juga
mengeluhkan batuk. Batuk muncul 4 hari setelah Masuk RS. Batuk hilang timbul, disertai
dahak kental, berwarna putih, volume sekitar ¼ sendok makan. Batuk dirasakan tidak terlalu
berat. Batuk juga tidak disertai darah.
Nyeri sendi bahu dan siku sejak 1 bulan dan memberat 6 hari sebelum MRS. Nyeri
memberat saat bahu digerakkan dan membaik jika diistirahatkan. Nyeri sendi ini menganggu
pergerakan pasien sehingga mengganggu aktivitasnya. Saat ini keluhan nyeri sendi dirasakan
sudah sedikit membaik. Pasien juga mengeluhkan muncul bercak-bercak kemerahan pada
daerah pipi, lengan atas kanan dan kiri, punggung, telapak tangan dan telapak kaki.
Keluhan ini muncul sejak ±6 bulan sebelum MRS. Bercak ini muncul hilang timbul,
tidak gatal, tidak bentol dan tidak nyeri. Pasien juga mengeluhkan rambut rontok sejak 3
bulan dan adanya penurunan berat badan sejak ±6 bulan sebelum MRS. Pasien tidak tahu
persis berapa jumlah penurunan berat badan karena tidak pernah menimbang secara rutin.
Aktivitas buang air kecil dikatakan normal seperti biasa. Pasien buang air kecil sebanyak 3-4
kali per hari, dengan volume urine ± 1 gelas aqua (± 120 cc), warna kuning pekat. Keluhan
nyeri saat buang air kecil disangkal. Buang air besar dikatakan normal dengan jumlah 1 kali
sehari, dengan warna kuning, konsistensi padat. BAB hitam maupun BAB bercampur darah
disangkal oleh pasien.
Keluhan seperti sesak, nyeri dada, rasa berdebar pada dada, nyeri pada perut juga
disangkal oleh pasien. Pasien sudah sempat berobat ke dokter karena keluhan lemas,
demam, dan nyeri telan yang ia rasakan dan telah mendapatkan obat penurun panas,
antibiotik dan vitamin (pasien mengaku lupa nama obatnya). Keluhan yang ia rasakan hanya
membaik sedikit dengan pemberian obat dan muncul lagi setelah beberapa jam. Karena
lemas dirasakan semakin memberat maka pasien dibawa ke RSUD Margono.
Dari riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan pernah mengalami keluhan yang
sama seperti dengan yang dialami sekarang. Masuk RS 2 tahun yang lalu di RSUD Margono
selama seminggu karena keluhan lemas dan oleh dokter didiagnosis sebagai penyakit Lupus.
Pasien rutin kontrol dan minum obat metilprednisolone.
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, alergi obat, kencing manis, penyakit hati, atau
penyakit persendian tidak ada. Dari riwayat penyakit dalam keluarga, tidak ada keluarga
yang memiliki keluhan yang sama seperti pasien. Keluarga pasien juga tidak ada yang
menderita penyakit jantung, hipertensi, alergi obat, penyakit hati atau penyakit persendian.
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga dan kadang membuat kue untuk dijual.
Kesehariannya pasien hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan mengasuh ketiga
anaknya. Dari pemeriksaan fisik umum, didapatkan kesadaran compos mentis (GCS
E4V5M6), tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 98 kali / menit, respirasi 16 kali/menit,
reguler temperatur aksila 36,4 °C, tinggi badan 153 cm, berat badan 43 kg, BMI 18,37 kg/m2
, status gizi normal.
Pada pemeriksaan mata tidak ditemukan konjungtiva anemis pada kedua mata. Pada
pemeriksaan leher dan THT dalam batas normal. Pada pemeriksaan thorax, jantung dan
paru tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan abdomen dari inspeksi, auskultasi,
palpasi, dan perkusi dalam batas normal. Pemeriksaan ekstrimitas, dari inspeksi tampak
rash/kemerahan pada area kaki dari lutut sampai bawah, dari palpasi ditemukan edema
pada ekstrimitas bawah kanan dan kiri (+3), serta makula eritema pada regio lengan atas
kanan dan kiri, telapak tangan dan telapk kakinya.
Pasien tidak dapat melakukan aktifitas apapun kecuali tiduran telentang, badan
terasa seperti robot kaku. Pasien sering ngamuk tanpa sebab bila tidak ditemani ketika
dalam keadaan terbangun. Merasa tidak berguna, mau mati saja, karena sudah tidak bisa
membantu keluarga.
Pasien tidak mau menemui ketika ada kunjungan dari teman dan tetangganya, saat
menerima tamu pasien tidak mau kontak mata, menunduk dan diam saja walaupun sedang
di ajak bicara. Pasien sering melamun, pandangan mata kosong, menghindar kontak mata,
badan berbau, karena saat di seka tubuh terasa nyeri yang sangat hebat 7 (1-10).
Pasien dilakukan pemeriksaan penunjang. Dari pemeriksaan darah lengkap yang
dilakukan, didapatkan penurunan RBC sebesar 3,30 x106 /µL, HGB 8,25 g/dL, HCT 28,8% ,
PLT 125 x103 /µL. Pada pemeriksaan kimia klinik, ditemukan peningkatan SGOT sebesat
640,80 U/L, dan SGPT 144,80 U/L, terdapat penurunan albumin sebesar 2,29 g/dL dan total
protein sebesar 6,33 g/dL. Pada pemeriksaan urine lengkap didapatkan peningkatan keton
+1, urobilinogen +1, bilirubin +1, Eritrosit +3.
Pemeriksaan direct coomb test dan indirect coomb test didapatkan kesimpulan
bahwa ditemukan adanya auto immune antibody juga IgG yang pada sel darah merah
penderita in vivo serta tidak ditemukan adanya ireguler allo antibody yang coated pada sel
darah merah penderita in vivo. Pada pemeriksaan imunologi didapatkan A-HCVII dan
HBSAG-II yang nonreaktif. Pada pemeriksaan imunoserologi ditemukan titer ANA 1/1000
positif, pola nucleoli. Titer ANA 1/1000 positif, pola cytoplasmic granular.
Pada pemeriksaan radiologi, dilakukan pemeriksaan thoraks AP didapatkan kesan
pneumonia. Pada rontgen BOF tak tampak batu opaque sepanjang traktus urinarius dan
meteorismus. Gambaran Foto Rontgen Thorax AP Pasien Pada pasien ini diagnosis dengan
Lupus Eritematosus Sisteik, dengan anemia ringan normokromik normositer et causa
hemolitik autoimun, hipoalbumin et causa inflamasi kronis dan loss , transaminitis ec reaktif,
serta Hospital Acquired Pneumonia.
Pada pasien ini diberikan terapi berupa diet 1800 kkal, IVFD NaCl 0,9% : Aminofusin =
1 : 1, 20 tetes per menit, Methylprednisolone 3x16 mg per oral, Ciprofloxacin 2x4 mg
intravena, Ceftriaxone 2x2 gr intravena, Paracetamol 3x500 mg per oral. Rencana diagnosis
berupa sputum gram/kultur/ST, dan monitoring keluhan dan tanda-tanda vital.
2. KASUS PEMICU : SISTEM IMUN “ KANKER PAYUDARA”

Seorang wanita usia 56 tahun dirujuk ke RS Prof. Dr Margono Soekardjo dengan


keluhan nyeri dan masa teraba pada payudara sinistra. Pengkajian riwayat kesehatan pada
pasien terungkap bahwa benjolan massa teraba sejak 4 bulan lalu tidak terasa nyeri. Di
ruang rawat penyakit dalam, pasien menjalani pemeriksaan biopsy dengan hasil metastatic
breast cancer dan hasil PA T3N3Mx. Ukuran massa payudara dengan pemeriksaan
ultrasound dan mammogram 6x5cm dengan pembesaran pada kelenjar limfe axilla lateral
sinistra. Pasien menyatakan nyeri di area massa skala 6, menjalar sekitar payudara, namun
tidak mengalami nyeri tulang punggung dan tidak mengalami sesak napas.
Pada hari ke5 perawatan di RS, pasien disarankan menjalani kemoterapi 5FU paket
pertama dengan 6x siklus. Dokter menjelaskan kepada pasien mengenai kemungkinan efek
samping kemoterapi pada tahap awal yaitu mual muntah dan rasa baal pada tangan dan
kaki. Pasien menyatakan kepada keluarga bahwa ia merasa sedih dengan diagnosis
kankernya, dia sangat cemas untuk menjalani kemoterapi namun sangat berharap untuk
sembuh . Setelah menjalani 1 kali regimen kemoterapi, pasien mengalami fatigue, mual dan
muntah 4x dalam sehari. Pasien menolak untuk makan dan hanya mampu minum air putih
dan jus buah.
Pasien menolak dikunjungi temen-temen dan tetangganya, kadang-kadang marah-
marah tanpa sebab, setelah menjalani kemoterapi yang 1 ini pasien banyak berdiam diri
didalam kamar, tidak pernah keluar rumah apalagi berkomuikasi dengan orang lain. Pasien
hanya berbicara bila perlu pada keluarganya saja.
Pasien sering melamun dengan tatapan kosong, tidak fokus dengan apa yang
sedang dikerjakannya. Pasien sering mengatakan buat apa hidup lebih lama bila
kenyataannya dia tidak berguna lagi, pasien merasa hanya sebagai penambah beban
keluarga. Tidak percaya akan kekuatan Tuhan memberikan ujian pada sakitnya, dia merasa
ini adalah kutukan karena selama hidupnya tidak pernah menjalankan perintah agama. Dia
hanya ikut-ikutan teman satu kelompoknya untuk melakukan suatu kebaikan, bukan atas
dasar kesadaran dirinya, untuk berbuat baik terhadap sesama. Hasil pemeriksaan
laboratorium hematology: Eritrosit 4,2 x 10 6, Hb 10,3, MCV 80, MCH 25, Leukosit 6 x 10 3,
neutrofil count 1,200/m3. Terapi : RL 500cc/4 jam, PCT 500mg/8 jam, Ranitidine 25mg/dl/8
jam (IV), Fe 220mg/24 jam (oral) dan B complex 1 tab/24 jam .

3. KASUS PEMICU SISTEM PERSEPSI SENSORI “GLUKOMA”


Tn. A 46 tahun dirawat di bangsal kenanga RS A sejak tanggal tanggal 06 mei 2020
dengan keluhan nyeri di bagian mata sebelah kanan “cenut-cenut”  pada saat kepala lebih
rendah / saat untuk sujud dan ruku, tidak begitu jelas melihat objek disekitarnya, demam,
lemas, bila diraba pasien mengatakan nyeri pada mata yang sakit, sejak satu hari yang lalu.
Mata yang kanan terlihat lebih menonjol dan membesar. visus mata OS 1/60 & OD 2/60,
lapang pandang menurun, sklera kemerahan, reflek pupil +/+, diameter pupil 3mm/3mm,
TD 130/80 mmHg, N: 90x/mnt, RR: 24x/mnt, suhu 38 C, dan pandangan semakin tidak jelas
yang dirasakan sejak 5 bulan terakhir. Klien mengalami peningkatan tekana intra okuli 25
mmHg diagnosa sementara pasien menderita glaukoma. Klien kesulitan melakukan aktivitas
seperti biasa, dan merasa tidak bisa berbuat apa-apa. Klien mengatakan nyeri menjalar
sampai pada leher skala 6 (Standar skala 1-10), nyeri muncul jika cuaca sedang terik, nyeri
senut-senut, klien tampak meringis dengan mengecilkan salah satu bola matanya.
Hasil cek laboratorium leukositnya meningkat = 17.000 Hb 12 mg/dl. Riwayat
Kesehatan Dahulu DM. Pada keluarga terdapat Riwayat penyakit glukoma.

Klien sangat cemas dengan keadaan sakitnya yang bolak balik ke RS tetapi matanya
semakin memburuk, hal ini menyebakan pasien takut, cemas tidak bisa melihat lagi seperti
sedia kala. klien sering termenung dan tidak memiliki semangat untuk hidup karena tidak
bisa pergi ke pasar jualan sebagai mana biasanya. klien merupakan kepala keluarga yang
gagal memberikan kebahagiaan untuk keluarganya klien sering marah-marah tanpa sebab,
apalagi ketika memanggil anaknya untuk minta mimun tidak segera datang, klien melempar
apa saja yang ada didekatnya. Ketika di ingatkan anaknya saat sudah masuk waktu sholat,
pasien merasa terhina tidak bisa melakukan ibadahnya dengan baik. Allah tidak
memberikan garis hidup yang baik dengan cobaan dimatanya ini, padahal mata merupakan
pengisi dunia untuk melihatnya. Klien merasa menyesal karena ketika masih bisa melihat
tidak pernah membaca al-quran sebagi pedoman dalam kehidupannya.
4. KASUS PEMICU SISTEM INTEGUMEN “ Dehisen etcausa Laparatomi Tumor
Abdomen”
Tn.M Umur 50 Tahun, Masuk Rumah sakit dengan keluhan Mengalami Luka
pada area Abdomen yang tidak kunjung sembuh dialami sejak 3 bulan yang lalu
pasca operasi Tumor Abdomen. Karakteristik luka: Merah, Bengkak, Bernanah, Gatal
di area sekitar luka, serta teraba hangat. Karakteristik nyeri: Hilang timbul dan
bertambah bila beraktifitas. Sifat Eksudat: Dari sedikit sampai Banyak , kadang
mencapai lebih dari 500cc/24jam. Warna eksudat kuning keruh, berbau menyengata
dari jarak 1-5 Mtr, Tanda-tanda vital menunjukkan TD : 140/90 mmHg, S: 38 oC,
RR: 24 x/menit, N: 88x/menit.
Tn. M adalah kepala keluarga dengan 3 orang anak yang masih kecil-kecil,
istrinya adalah ibu rumah tangga. Keadaan sosial ekonomi dirumah setelah pasien
sakit mengalami perubahan yang drastis karena penghasilan tidak ada tetapi
pengeluran terus ada, klien kesal, kecewa pada dirinya sendiri, merasa tidak
berguna, pernah perpikir untuk mengakhiri hidupnya saja, karena sakitnya ini.
Klien merasa dirinya optimis bisa sembuh, karena Allah Swt sayang dengan
orang-orang yang sabar dan ikhlas, sering berdzikir, sholat di TT setiap awal waktu,
banyak dikunjungi teman dan tetangganya sehingga membangkitkan klien untuk
sembuh.
Pemeriksaan Diagnostik: Leukosit Meningkat lebih dari 10000 mm3, GDS
lebih dari 140mg/dl, Albumin menurun. Terapi : RL 500cc/8 jam, Ceprotaxcim 3x
1000mg, Ranitidine 25mg/dl/8 jam (IV),
5. KASUS PEMICU SISTEM MUSKOLOSKELETAL “ FRAKTUR FEMUR”
Seorang klien laki-laki usia 25 tahun dirawat di bangsal penyakit bedah
dengan diagnosis fraktur femur dextra 1/3 distal. Riwayat kesehatan yang diperoleh
dari keluarga klien didapatkan klien mengalami kecelakaan jatuh dari atap rumah
dan mengenai batu.Klien dibawa ke puskesmas dan dirujuk ke RS untuk menjalani
operasi. H-1 pasca OREF, luka terlihat merah, discharge darah minimal, mengeluh
nyeri dengan skala 5, terlihat lemah dan pucat. Klien tidak mengalami penurunan
nafsu makan, dapat menghabiskan seluruh porsi makan namun hanya dapat duduk
dan tidur di tempat tidur. Semua aktivitas dasar dibantu oleh perawat dan keluarga.
Klien menyatakan optimis untuk sembuh.
Hasil pemeriksaan laboratorium :
Eritrosit 4,0 x 106, Hb 12,3, MCV 82, MCH 29, Leukosit 9 x 10 3
Terapi : RL 500cc/8 jam, PCT 500mg/8 jam, Ranitidine 25mg/dl/8 jam (IV), Vit K 1
tab/24 jam

6. KASUS PEMICU SISTEM PERSARAFAN “GBS”


Nn. X, umur 25 tahun datang ke IGD RS Banyumas pada tanggal 11 Mei 2020
pukul 10.00 dengan keluhan kedua tungkai bawah lemah bila digerakan sejak 1 hari
SMRS. Keluhan lemah bila digerakan disertai kesemutan dan dan baal. Kelemahan
awalnya didahului dengan kesemutan dan seperti ditusuk-tusuk pada telapak kaki
saja, lalu semakin lama keluhan menjalar keatas dan semakin lemah bila apabila di
pakai berjalan dan kurang merasakan sentuhan pada telapak kakinya. Selain itu,
pasien juga merasa sering kebas-kebas pada kedua tangannya dan merasa lemas
saat mengerjakan aktivitas ringan dengan kedua telapak tangannya.
Keluhan kesemutan di sertai nyeri dan lemah bila di gerakan dan keluhan
tidak berkurang pada saat istirahat. Kekuatan otot ² ³
Ч ч
Pasien belum meminum obat apapun pada keluhannya tersebut. Kelemahan
awalnya didahului dengan kesemutan dan seperti ditusuk-tusuk pada telapak kaki
saja, lalu semakin lama keluhan menjalar keatas dan semakin lemah apabila di pakai
berjalan dan kurang merasakan sentuhan pada telapak kakinya. Selain itu, pasien
juga merasa sering kebas-kebas pada kedua tangannya dan merasa lemas saat
mengerjakan aktivitas ringan dengan kedua telapak tangannya. Demam (-), mual (+),
muntah (+) 1 kali. tidak nyeri, tidak berdarah dan BAB lancar. Lateralisasi (-),
penurunan kesadaran (-). Haid lancar setiap bulan. kesemutan/baal (+/+), Kelemahan
anggota gerak (+/+) kedua tungkai bawah. Tidak ditemukan Ruam merah
(-) pada kulit, BAK (+) normal, tidak nyeri, tidak berdarah ketika proses miksi
(BAB/BAK).
Pekerjaan Nn. X adalah seorang sekertaris pada sebuah perusahaan eksport
import yang menuntut kepiawaian mengetik dalam pekerjaannya, menuntut untuk
selalu tampil modis dan menarik karena berhubungan dengan banyak orang. Nn.X
seorang yang periang dan humble dalam bergaul sebelum sakit. Ketika sakit
semuanya berubah total dari sebelumnya, sekarang lebih pendiam, menarik diri,
mengurung diri dikamar, tidak mau menerima telp atau kunjungan dari temen satu
kantornya. Nn. X merasa Tuhan tidak sayang pada dirinya dengan memberi sakit
seperti ini, padahal masih banyak cita-cita yang belum terwujudnya. Nn.X kecewa,
frustasi, gelisah, tidak bisa menyisir rambutnya, tidak pernah lagi meriasi diri.

Anda mungkin juga menyukai