Klien sangat cemas dengan keadaan sakitnya yang bolak balik ke RS tetapi matanya
semakin memburuk, hal ini menyebakan pasien takut, cemas tidak bisa melihat lagi seperti
sedia kala. klien sering termenung dan tidak memiliki semangat untuk hidup karena tidak
bisa pergi ke pasar jualan sebagai mana biasanya. klien merupakan kepala keluarga yang
gagal memberikan kebahagiaan untuk keluarganya klien sering marah-marah tanpa sebab,
apalagi ketika memanggil anaknya untuk minta mimun tidak segera datang, klien melempar
apa saja yang ada didekatnya. Ketika di ingatkan anaknya saat sudah masuk waktu sholat,
pasien merasa terhina tidak bisa melakukan ibadahnya dengan baik. Allah tidak
memberikan garis hidup yang baik dengan cobaan dimatanya ini, padahal mata merupakan
pengisi dunia untuk melihatnya. Klien merasa menyesal karena ketika masih bisa melihat
tidak pernah membaca al-quran sebagi pedoman dalam kehidupannya.
4. KASUS PEMICU SISTEM INTEGUMEN “ Dehisen etcausa Laparatomi Tumor
Abdomen”
Tn.M Umur 50 Tahun, Masuk Rumah sakit dengan keluhan Mengalami Luka
pada area Abdomen yang tidak kunjung sembuh dialami sejak 3 bulan yang lalu
pasca operasi Tumor Abdomen. Karakteristik luka: Merah, Bengkak, Bernanah, Gatal
di area sekitar luka, serta teraba hangat. Karakteristik nyeri: Hilang timbul dan
bertambah bila beraktifitas. Sifat Eksudat: Dari sedikit sampai Banyak , kadang
mencapai lebih dari 500cc/24jam. Warna eksudat kuning keruh, berbau menyengata
dari jarak 1-5 Mtr, Tanda-tanda vital menunjukkan TD : 140/90 mmHg, S: 38 oC,
RR: 24 x/menit, N: 88x/menit.
Tn. M adalah kepala keluarga dengan 3 orang anak yang masih kecil-kecil,
istrinya adalah ibu rumah tangga. Keadaan sosial ekonomi dirumah setelah pasien
sakit mengalami perubahan yang drastis karena penghasilan tidak ada tetapi
pengeluran terus ada, klien kesal, kecewa pada dirinya sendiri, merasa tidak
berguna, pernah perpikir untuk mengakhiri hidupnya saja, karena sakitnya ini.
Klien merasa dirinya optimis bisa sembuh, karena Allah Swt sayang dengan
orang-orang yang sabar dan ikhlas, sering berdzikir, sholat di TT setiap awal waktu,
banyak dikunjungi teman dan tetangganya sehingga membangkitkan klien untuk
sembuh.
Pemeriksaan Diagnostik: Leukosit Meningkat lebih dari 10000 mm3, GDS
lebih dari 140mg/dl, Albumin menurun. Terapi : RL 500cc/8 jam, Ceprotaxcim 3x
1000mg, Ranitidine 25mg/dl/8 jam (IV),
5. KASUS PEMICU SISTEM MUSKOLOSKELETAL “ FRAKTUR FEMUR”
Seorang klien laki-laki usia 25 tahun dirawat di bangsal penyakit bedah
dengan diagnosis fraktur femur dextra 1/3 distal. Riwayat kesehatan yang diperoleh
dari keluarga klien didapatkan klien mengalami kecelakaan jatuh dari atap rumah
dan mengenai batu.Klien dibawa ke puskesmas dan dirujuk ke RS untuk menjalani
operasi. H-1 pasca OREF, luka terlihat merah, discharge darah minimal, mengeluh
nyeri dengan skala 5, terlihat lemah dan pucat. Klien tidak mengalami penurunan
nafsu makan, dapat menghabiskan seluruh porsi makan namun hanya dapat duduk
dan tidur di tempat tidur. Semua aktivitas dasar dibantu oleh perawat dan keluarga.
Klien menyatakan optimis untuk sembuh.
Hasil pemeriksaan laboratorium :
Eritrosit 4,0 x 106, Hb 12,3, MCV 82, MCH 29, Leukosit 9 x 10 3
Terapi : RL 500cc/8 jam, PCT 500mg/8 jam, Ranitidine 25mg/dl/8 jam (IV), Vit K 1
tab/24 jam