Rekonstruksi 2 Perpetaan - Safira
Rekonstruksi 2 Perpetaan - Safira
Nim : H061181303
Secara umum sebuah theodolit terdiri dari bagian atas, tengah, bawah dan statip
(tripod), seperti yang diperlihatkan pada gambar disamping. Pada bagian atas
theodolite terdapat:
1. Teropong
2. Skala lingkaran
15. Tribrach
16. Trivet
2. Garis bidik harus tegak lurus sumbu II artinya garis bidik harus berimpit dengan
sumbu optis teropong
3. Garis jurusan nivo skala tegak lurus sejajar garis indeks skala tegak
Apabila syarat-syarat diatas belum terpenuhi, maka perlu dilakukan pengaturan agar
syarat-syarat tersebut dipenuhi. Pada waktu pengukuran dimulai, alat theodolit harus
diatur agar:
1. Sumbu I harus tegak lurus dan tepat di atas titik pengukuran (stasiun
pengukuran). Pengukuran sumbu I tepat diatas pengukuran disebut sentring
(centring).
2. Bayangan target dan benang silang diafragma nampak jelas. Pekerjaan ini
disebut fokusing.
2. Kendorkan K1, arahkan teropong ke target c (jurusan kanan). Setelah garis bidik
tepat mengarah ke C kencangkan K1. Baca skala mendatarnya. Misalkan
bacaannya Ic. Sampai di sini sudut β telah diukur 1x.
Menghitung sudut 𝜷:
β +β +β
𝛽=
3
(l − l ) + (l ′ − l ) + (l − l ′)
𝛽=
3
(l ′′ − l )
𝛽=
3
Harga rata-ratanya adalah (1/n)x (selisih bacaan akhir dan bacaan awal) dimana n
banyaknya pengulangan. Contoh hasil pengukuran cara repetisi dapat dilihat pada tabel
di bawah
20°15’ =
B
l 1x 𝛽
C (200°18’ − 20°15’)
A 80°15’ = l =
3
200°18’ = 𝛽 = 60°01’
C 3x
l ’’
Catatan:
1. Untuk mendapat gambaran besarnya sudut yang diukur, pada waktu pertama
kali teropong diarahkan ke C, sebaiknya dilakukan pembacaan lC. Dari
contoh diatas β = 60°. Dari ukuran 3 x diperoleh sudut 𝛽 = 60°01’.
β −β
𝛽 =
2
Dimana:
3. Apabila sudut 𝛽 tersebut dalam contoh diukur sebanyak misalnya 7x maka jumlah
seluruh sudutnya sekitar 420°, karena skala lingkaran 360° berarti bacaan terakhir
yang ditunjukkan pada skala bacaan adalah 420°-360° = 60°. Jadi pada waktu
pengukuran harus diperhatikan pula sudah berapa kali angka 360° pada skala
bacaan dilewati. Dalam contoh ini angka 360 dilewati 1x.
5. Bila sudut dihitung dari selisih jurusan kiri dengan jurusan kanan, diperoleh sudut
CAB = 360°- 𝛽
CARA REITERASI
∠APB = l − l
∠APC = l − l
∠BPC = l − l
∠APB = l ʼ − l ̕
∠APC = l ̕ − l ̕
∠BPC = l ̕ − l ̕
Harga rata-ratanya:
(l − l ) + (l ʼ − l ̕)
∠APB =
2
(l − l ) + (l ʼ − l ̕)
∠APC =
2
(l − l ) + (l ʼ − l ̕)
∠BPC =
2
Contoh hasil pengukuran satu seri dapat dilihat pada tabel berikut:
1 2 3 4 5 6
B 53 09 30 52 59 15 52 59 10
B 233 09 25 52 59 05
A 180 10 20 00 00 00
Keterangan:
1. Selisih bacaan biasa dan luar biasa ke setiap jurusan adalah 180°, bila alat dan
pengukuran tidak dihinggapi kesalahan.
2. Sudut pada kolom 6 menyatakan rata-rata sudut APB = 52° 59ʹ 10ʹʹ dan sudut
APC = 117° 07 ʹ 45ʹʹ. Sudut BPC = 52° 59ʹ 10ʹʹ - 117°0 7ʹ 45ʹʹ = 64° 08ʹ 35ʹʹ
1 0°
2 0° 90°
3 0° 60° 120°
4 0° 45° 90° 135°
CARA PENGUKURAN
1) Pada kedudukan biasa (Skala tegak sebelah kiri terepong) arahkan teropong ke
target. Bila gelembung nivo lingkaran tegak tidak ditengah, ketengahkan dengan
skrup pengungkit. Ini dilakukan agar indek bacaan (indek nonius)mendatar
3) Putar balik teropong menjadi kedudukan luar biasa (skala tegak sebelah kanan
teropong) dan arahkan lagi ketarget. Bila gelembung nivo skala tegak berpindah
dari kedudukan ditengah, ketengahkan kembali dengan sekrup pengungkit,
kemudian baca lagi skala tegak.
Dengan demikian akan diperoleh 2 sudut tegak,yaitu dari posisi teropong biasa dan luar
biasa. Dari kedua ukuran kemudian diambil harga rata-ratanya.
Contoh :
{( ) }
Besar sudut Zenith rata-rata =
{ ( )} { –( )}
Besarnya sudut zenith rata =
(ZB + ZLB)/ 2
N1 N2 N1 N2
Ke B ; N1 : Z B = 89°25’’32’
ZB rata-rata = 89°25’’33’
Catatan
1. Sudut tegak/sudut zenith digunakan untk menghitung jarak mendatar dan beda
tinggi dari A ke B. Untuk itu jarak miring Dm, tinggi teropong ta dan tinggi target tt
harus diukur (Dm diukur dengan EDM). Jarak mendatar D = Dm. Sin ZR. Beda
tinggi ∆H = Dm . cos ZR + ta + tt . Apabila diatur ta = tt, maka ∆H= Dm . cos ZR
2. Sudut tegak dilakukan dengan dua posisi teropong biasa dan luar biasa dan
hasilnya dirata-ratakan, maksudnya adanya salah indek pada sakal tegak dapat
dieliminir