Anda di halaman 1dari 11

Nama : Safira Fauzianingsih

Nim : H061181303

Rekonstruksi 2 Perpetaan: PENGUKURAN SUDUT

1. PERSYARATAN ALAT THEODOLIT

Secara umum sebuah theodolit terdiri dari bagian atas, tengah, bawah dan statip
(tripod), seperti yang diperlihatkan pada gambar disamping. Pada bagian atas
theodolite terdapat:

1. Teropong

2. Skala lingkaran

3. Nivo tabung skala lingkaran tegak

4. Indeks bacaan skala lingkaran tegak (2 buah) tegak

5. Sumbu mendatar (sumbu II)

6. Skrup pengungkit indeks bacaan skala lingkaran tegak

Pada bagian tengah terdapat:

7a. Penyangga (menyangga bagian atas)

7b. Skrup pengatur sumbu II

8. Indeks bacaan skala mendatar (2 buah)

9. Nivo skala mendatar

10. Sumbu tegak (sumbu I)

Pada bagian bawah(kiap) terdapat:

11. Skala mendatar (berbentuk lingkaran)

12. Skrup reiterasi


13. Skrup repetisi (skrup kiap)

14. Skrup kiap/penyetel

15. Tribrach

16. Trivet

17. Kiap (base plate)

Alat theodolit harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

1. Sumbu I harus tegak lurus sumbu II

2. Garis bidik harus tegak lurus sumbu II artinya garis bidik harus berimpit dengan
sumbu optis teropong

3. Garis jurusan nivo skala tegak lurus sejajar garis indeks skala tegak

4. Garis jurusan nivo skala mendatar harus tegak lurus sumbu I

Apabila syarat-syarat diatas belum terpenuhi, maka perlu dilakukan pengaturan agar
syarat-syarat tersebut dipenuhi. Pada waktu pengukuran dimulai, alat theodolit harus
diatur agar:

1. Sumbu I harus tegak lurus dan tepat di atas titik pengukuran (stasiun
pengukuran). Pengukuran sumbu I tepat diatas pengukuran disebut sentring
(centring).

2. Bayangan target dan benang silang diafragma nampak jelas. Pekerjaan ini
disebut fokusing.

Pekerjaan sentring dan fokusing disebut pengaturan sesaat (temporary adjustment).


Disamping alat theodolit, untuk pengukuran diperlukan alat-alat lain yaitu target. Target
harus dipasang tegak dan tepat berdiri di titik yang diukur.
2. PENGUKURAN SUDUT MENDATAR
 CARA REPETISI

Gambar 3.1 Posisi theodolit dan target

Pengukuran sudut cara repetisi dinamakan pula sebagai pengukuran sudut.


Pengukuran cara repetisi hanya digunakan untuk mengukur satu sudut (dua jurusan).
Theodolit yang digunakan untuk cara repitisi adalah theodolith repetisi.

Dengan cara repetisi suatu sudut diukur berulang-ulang. Banyaknya


pengulangan tergantung dari tingkat ketelitian yang dikehendaki. Makin banyak makin
teliti. Apabila di satu stasiun terdapat beberapa arah (beberapa sudut) maka dengan
cara repetisi pengukurannya dilakukan sudut persudut.

Urutan Pengukuran Cara Repetisi adalah sebagai berikut:

1. Kencangkan skrup K2, kendorkan K1. Arahkan teropong ke target B ( Jurusan


kiri didahulukan). Setelah garis bidik tepat mengarah ke B kencangkan K1. Baca
skala mendatarnya. Misalkan bacaannya 1B.

2. Kendorkan K1, arahkan teropong ke target c (jurusan kanan). Setelah garis bidik
tepat mengarah ke C kencangkan K1. Baca skala mendatarnya. Misalkan
bacaannya Ic. Sampai di sini sudut β telah diukur 1x.

3. Kendorkan k2 (k1 tetap kencang), arahkan teropong ke B kemudian kencangkan


k2. Bacaan mendatarnya tetap 1c.
4. Kendorkan k1, (k2 tetap kencang), arahkan teropong ke target C (Jurusan
kanan). Setelah garis bidik tepat mengarah ke c kencangkan k1. baca skala
mendatar lc’. Sampai disini sudut β telah diukur 2x.

5. Kendorkan k2 (k1 tetap kencang), arahkan teropong ke B kemudian kencangkan


k2. Bacaan mendatarnya tetap 1c’

6. Kendorkan k1, (k2 tetap kencang), arahkan teropong ke C (jurusan kanan).


Setelah garis bidik tepat mengarah ke C kencangkan k1.Baca skala
mendatarnya 1c”. Sampai disini sudut β telah diukur 3x.

Menghitung sudut 𝜷:

Dari ukuran pertama : β = (l − l ) = (jurusan kanan − jurusan kiri)

Dari ukuran kedua : β = (l ′ − l )

Dari ukuran ketiga : β = (l − l )

Sudut terakhir 𝛽 adalah rata-rata dari ketiga sudut diatas

β +β +β
𝛽=
3

(l − l ) + (l ′ − l ) + (l − l ′)
𝛽=
3

(l ′′ − l )
𝛽=
3

Harga rata-ratanya adalah (1/n)x (selisih bacaan akhir dan bacaan awal) dimana n
banyaknya pengulangan. Contoh hasil pengukuran cara repetisi dapat dilihat pada tabel
di bawah

Tabel 3.1 sampel hasil pengukuran lapangan cara repetisi

Sta Target Bacaan Jumlah Sudut


Pengurangan Rata2

20°15’ =
B
l 1x 𝛽
C (200°18’ − 20°15’)
A 80°15’ = l =
3

200°18’ = 𝛽 = 60°01’
C 3x
l ’’

Catatan:

1. Untuk mendapat gambaran besarnya sudut yang diukur, pada waktu pertama
kali teropong diarahkan ke C, sebaiknya dilakukan pembacaan lC. Dari
contoh diatas β = 60°. Dari ukuran 3 x diperoleh sudut 𝛽 = 60°01’.

2. Untuk menghilangkan kemungkinan masih adanya kesalahan sistematis yang


terdapat pada theodolit, misalnya sumbu II tidak mendatar, garis bidik nyerong
(tidak tegak lurus sumbu II); lakukan pengukuran dengan prosedur di atas dalam
dua kedudukan teropong yaitu kedudukan biasa (skala utama tegak terletak
sebelah kiri teropong) dan kedudukan luar biasa (skala tegak terletak sebelah
kanan teropong). Hasil sudut-sudut dari kedua teropong tersebut, kemudian
diambil harga rata-ratanya. Harga rata-rata ini akan terbebas dari kesalahan-
kesalahan tersebut.

β −β
𝛽 =
2

Dimana:

𝛽 = Harga rata-rata dari dua kedudukan teropong

𝛽 = Harga rata-rata ukuran biasa


𝛽 = Harga rata-rata ukuran luar biasa

3. Apabila sudut 𝛽 tersebut dalam contoh diukur sebanyak misalnya 7x maka jumlah
seluruh sudutnya sekitar 420°, karena skala lingkaran 360° berarti bacaan terakhir
yang ditunjukkan pada skala bacaan adalah 420°-360° = 60°. Jadi pada waktu
pengukuran harus diperhatikan pula sudah berapa kali angka 360° pada skala
bacaan dilewati. Dalam contoh ini angka 360 dilewati 1x.

4. Sebelum pengukuran diakukan harus telah disiapkan formulir pencatatan hasil


ukuran

5. Bila sudut dihitung dari selisih jurusan kiri dengan jurusan kanan, diperoleh sudut
CAB = 360°- 𝛽

 CARA REITERASI

Gambar 3.2 Pengukuran cara reiterasi

Pengukuran sudut cara reiterasi dinamakan pengukuran jurusan/arah.


Pengukuran cara reiterasi digunakan untuk dua atau lebih jurusan. Theodolit yang
digunakan adalah theodolith reiterasi atau theodolith repetisi. Apabila theodolith
repetisi yang akan digunakan hendaknya skrup repetisi k2 tetap kencang.

Teropong dalam kedudukan biasa:

∠APB = l − l

∠APC = l − l
∠BPC = l − l

Teropong dalam kedudukan luar biasa:

∠APB = l ʼ − l ̕

∠APC = l ̕ − l ̕

∠BPC = l ̕ − l ̕

Harga rata-ratanya:

(l − l ) + (l ʼ − l ̕)
∠APB =
2

(l − l ) + (l ʼ − l ̕)
∠APC =
2

(l − l ) + (l ʼ − l ̕)
∠BPC =
2

Contoh hasil pengukuran satu seri dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2 Sampel pengukuran lapangan satu seri secara reiterasi

Kedudukan Sta Target Bacaan Jurusan Jurusan


kiri dibuat
teropong rata2
nol

1 2 3 4 5 6

Biasa P A 00°10’15’’ 00°00’00’’ 00°00’00’’

B 53 09 30 52 59 15 52 59 10

C 117 18 05 117 07 50 117 07


45
Luar biasa C 297°18’00’’ 117°07’40’’

B 233 09 25 52 59 05

A 180 10 20 00 00 00

Keterangan:

1. Selisih bacaan biasa dan luar biasa ke setiap jurusan adalah 180°, bila alat dan
pengukuran tidak dihinggapi kesalahan.

2. Sudut pada kolom 6 menyatakan rata-rata sudut APB = 52° 59ʹ 10ʹʹ dan sudut
APC = 117° 07 ʹ 45ʹʹ. Sudut BPC = 52° 59ʹ 10ʹʹ - 117°0 7ʹ 45ʹʹ = 64° 08ʹ 35ʹʹ

3. Sudut-sudut di kolom 6 merupakan rata-rata pengukuran biasa dan luar biasa

4. Pengukuran biasa dan luar biasa disebut pengukuran satu seri

5. Pengukuran dapat dilakukan dalam beberapa seri tergantung ketelitian yang


dikehendaki. Caranya seperti di atas, hanya untuk setiap seri, bacaan
awalnya (bacaan ke jurusan paling kiri) harus diubah-ubah menurut aturan
tertentu. Makin banyak seri pengukuran dilakukan, akan meningkatkan
ketelitiannya. Tabel diatas menunjukkan setingan bacaan awal yang harus
dilakukan dalam pengukuran 2 jurusan untuk 1 s.d. 4 seri.

Tabel 3.3 Setting bacaan awal pada pengukuran 2 jurusan

Banyaknya Bacaan awal


seri

1 0°

2 0° 90°

3 0° 60° 120°
4 0° 45° 90° 135°

Pengesetan bacaan awal dilakukan menggunakan tromol penggeser skala (tidak


semua theodolit mempunyai tromol ini). Yang mempunyai tromol ini contohnya WILD-
T2.

3. PENGUKURAN SUDUT TEGAK

Pengukuran Sudut Tegak

Sudut tegak dapat diukur dengan theodolit repetisi atau reiterasi

CARA PENGUKURAN

1) Pada kedudukan biasa (Skala tegak sebelah kiri terepong) arahkan teropong ke
target. Bila gelembung nivo lingkaran tegak tidak ditengah, ketengahkan dengan
skrup pengungkit. Ini dilakukan agar indek bacaan (indek nonius)mendatar

2) Baca skala tegak. Tergantung theodolitnya, bacaan dapat memberikan sudut


miring m atau sudut zenith z.

3) Putar balik teropong menjadi kedudukan luar biasa (skala tegak sebelah kanan
teropong) dan arahkan lagi ketarget. Bila gelembung nivo skala tegak berpindah
dari kedudukan ditengah, ketengahkan kembali dengan sekrup pengungkit,
kemudian baca lagi skala tegak.

Dengan demikian akan diperoleh 2 sudut tegak,yaitu dari posisi teropong biasa dan luar
biasa. Dari kedua ukuran kemudian diambil harga rata-ratanya.

Contoh :

• Teropong dalam posisi biasa :

Pembacaan dengan indek N1 = x. = ZB

Pembacaan dengan indek N2 = x, = x + 1800 . = ZB

{( ) }
Besar sudut Zenith rata-rata =

• Teropong dalam posisi luar biasa :

Pembacaan dengan indek = N1 = Y1 = 3600 – ZLB

Pembacaan dengan indek =N2 = Y, = 1800 – ZLB

{ ( )} { –( )}
Besarnya sudut zenith rata =

Rata-rata sudut Zenith dari biasa dan luar biasa = ZR =

(ZB + ZLB)/ 2

Sta Target Biasa Luar Biasa

N1 N2 N1 N2

A B 89°25’’32’ 269°25’’34’ 270°34’’30’ 90°34’’36’

C 85°16’’42’ 265°16’’46’ 274°43’’24’ 94°43’’20’


• Perhitungan sudut zenithnya :

Ke B ; N1 : Z B = 89°25’’32’

N2 : ZB = 269°25’’34’ – 180 = 89°25’’34’

ZB rata-rata = 89°25’’33’

N1 : ZLB = 360 – 270°34’’30’ = 89°25’’30’

N2 : ZLB = 180° – 90°34’’36’ = 89°25’’24’

ZLB rata-rata = 89°25’’27’

ZBR = 1 2(ZB+ZLB) = 89°25’’30’

Dengan cara yang sama sudut zenith ke C, ZCR = 85°16’’41’

Catatan

1. Sudut tegak/sudut zenith digunakan untk menghitung jarak mendatar dan beda
tinggi dari A ke B. Untuk itu jarak miring Dm, tinggi teropong ta dan tinggi target tt
harus diukur (Dm diukur dengan EDM). Jarak mendatar D = Dm. Sin ZR. Beda
tinggi ∆H = Dm . cos ZR + ta + tt . Apabila diatur ta = tt, maka ∆H= Dm . cos ZR

2. Sudut tegak dilakukan dengan dua posisi teropong biasa dan luar biasa dan
hasilnya dirata-ratakan, maksudnya adanya salah indek pada sakal tegak dapat
dieliminir

Anda mungkin juga menyukai