Anda di halaman 1dari 16

Nama : Meilinda Manurung

NIM : P07520217030

Prodi : D IV-Keperawatan

Dosen Pembimbing : Tinah, SKM.,M.Kes

LAPORAN PENDAHULUAN GERONTIK

DIABETES MELITUS

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Diabetes melitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi defisiensi insulin
atau retensi insulin, di tandai dengan tingginya keadaan glukosa darah (hiperglikemia) dan
glukosa dalam urine (glukosuria) atau merupakan sindroma klinis yang ditandai dengan
hiperglikemia kronik dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein sehubungan
dengan kurangnya sekresi insulin secara absolut / relatif dan atau adanya gangguan fungsi
insulin. Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Mansjoer, 2000). Diabetes mellitus
merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam
darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002). Diabetes mellitus merupakan penyakit
sistemis, kronis, dan multifaktorial yang dicirikandengan hiperglikemia dan hipoglikemia.
(Mary,2009).

2. Epidemiologi
Diabetes terutama prevalen diantara kaum lanjut usia. Diantara individu yang berusia
lebih
dari 65 tahun, 8,6% menderita diabetes tipe II. Angka ini mencakup 15% populasi pada panti
lansia.
3. Etiologi
Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan karena mengkonsumsi
kalori
berlebih namun karena perubahan rasio lemak-otot dan penurunan laju metabolisme basal.
Hal ini dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya diabetes mellitus. Penyebab diabetes mellitus
pada lansia secara umum dapat digolongkan ke dalam dua besar:
 Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap, penurunan fungsi
pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga insulin tidak berfungsi dengan baik).
 Gaya hidup(life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga, minum alkohol, dll.)
Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga dapat menjadi penyebab terjadinya
diabetes mellitus. Selain itu perubahan fungsi fisik yang menyebabkan keletihan dapat menutupi
tanda dan gejala diabetes dan menghalangi lansia untuk mencari bantuan medis.
Keletihan, perlu bangun pada malam hari untuk buang air kecil, dan infeksi yang sering
merupakan indicator diabetes yang mungkin tidak diperhatikan oleh lansia dan anggota
keluarganya karena mereka percaya bahwa hal tersebut adalah bagian dari proses penuaan itu
sendiri.

4. Klasifikasi
 Diabetes melitus tipe I: Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut
baik melalui proses imunologik maupun idiopatik. Karakteristik Diabetes Melitus tipe I:
 Mudah terjadi ketoasidosis
 Pengobatan harus dengan insulin
 Onset akut
 Biasanya kurus
 Biasanya terjadi pada umur yang masih muda
 Berhubungan dengan HLA-DR3 dan DR4
 Didapatkan antibodi sel islet
 10%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
Diabetes melitus tipe II:
Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai
yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin. Karakteristik DM tipe II:
 Sukar terjadi ketoasidosis
 Pengobatan tidak harus dengan insulin
 Onset lambat
 Gemuk atau tidak gemuk
 Biasanya terjadi pada umur > 45 tahun
 Tidak berhubungan dengan HLA
 Tidak ada antibodi sel islet
 30%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
 ± 100% kembar identik terkena

5. Manifestasi Klinis
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada lansia umumnya
tidak ada. Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi,
dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin.
Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi
adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium
lanjut. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi
degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan
patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa
gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya
gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot
(neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim. Menurut
Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :
a. Katarak
b. Glaukoma
c. Retinopati
d. Gatal seluruh badan
e. Pruritus Vulvae
f. Infeksi bakteri kulit
g. Infeksi jamur di kulit
h. Dermatopati
i. Neuropati perifer
j. Neuropati viseral
k. Amiotropi
l. Ulkus Neurotropik
m. Penyakit ginjal
n. Penyakit pembuluh darah perifer
o. Penyakit koroner
p. Penyakit pembuluh darah otak
q. Hipertensi

6. Patofisiologi
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu memasukkan
glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin adalah suatu zat atau
hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas. Bila insulin tidak ada maka glukosa tidak
dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap berada di pembuluh darah yang artinya
kadar glukosa di dalam darah meningkat. Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi
insulin oleh sel beta pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang
merupakan predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun
dipacu oleh aktivitas limfosit,antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap insulin itu
sendiri.
Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah insulin normal tetapi jumlah
reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga glukosa yang masuk
ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat.

7. Penatalaksanaan

Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin
dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati.
Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :

a. Diet
Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% Protein, 75% Karbohidrat
kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes. Kandungan rendah lemak dalam diet
ini tidak hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga meningkatkan aktivitas reseptor insulin.

b. Latihan
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Pemeriksaan sebelum
latihan
sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa klien lansia secara fisik mampu mengikuti
program latihan kebugaran. Pengkajian pada tingkat aktivitas klien yang terbaru dan pilihan
gaya hidup dapat membantu menentukan jenis latihan yang mungkin paling berhasil. Berjalan
atau berenang, dua aktivitas dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang sangat baik
untuk para pemula. Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung
meningkatkan fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah,
meningkatkan
stamina dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan sirkulasi, serta membantu
menurunkan berat badan.

c. Pemantauan
Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu diperiksa secara rutin.
Selain itu, perubahan berat badan lansia juga harus dipantau untuk mengetahui terjadinya
obesitas
yang dapat meningkatkan resiko DM pada lansia.

d. Terapi (jika diperlukan)

Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering diresepkan dan efektif hanya untuk
penanganan NIDDM. Pemberian insulin juga dapat dilakukan untuk mepertahankan kadar
glukosa darah dalam parameter yang telah ditentukan untuk membatasi komplikasi penyakit
yang membahayakan.
e. Pendidikan
 Diet yang harus dikomsumsi
 Latihan
 Penggunaan insulin

8. Pemeriksaan Diagnostik
 Glukosa darah sewaktu
 Kadar glukosa darah puasa
 Tes toleransi glukosa
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan:
- Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
- Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
- Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75
gr
karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

10. Komplikasi Diabetes Melitus


Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi akut dan kronis. Yang termasuk
dalam komplikasi akut adalah hipoglikemia, diabetes ketoasidosis (DKA), dan
hyperglycemic hyperosmolar nonketocic coma (HHNC). Yang termasuk dalam komplikasi
kronis adalah retinopati diabetic, nefropati diabetic, neuropati, dislipidemia, dan hipertensi.
 Komplikasi akut
a. Diabetes ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat dari deficit insulin yang berat pada jaringan
adipose, otot skeletal, dan hepar. Jaringan tersebut termasuk sangat sensitive
terhadap
kekurangan insulin. DKA dapat dicetuskan oleh infeksi ( penyakit)
 Komplikasi kronis:
a. Retinopati diabetic
Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada pembuluh retina. Terdapat pula
bagian iskemik, yaitu retina akibat berkurangnya aliran darah retina. Respon
terhadap
iskemik retina ini adalah pembentukan pembuluh darah baru, tetapi pembuluh darah tersebut
sangat rapuh sehingga mudah pecah dan dapat mengakibatkan perdarahan vitreous.
Perdarahan ini bisa mengakibatkan ablasio retina atau berulang yang mengakibatkan
kebutaan permanen.
b. Nefropati diabetic
Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah glomerulosklerosis yang nodular yang
tersebar dikedua ginjal yang disebut sindrom Kommelstiel-Wilson. Glomeruloskleriosis
nodular dikaitkan dengan proteinuria, edema dan hipertensi. Lesi sindrom Kommelstiel-
Wilson ditemukan hanya pada DM.
c. Neuropati
Neuropati diabetic terjadi pada 60 – 70% individu DM. neuropati diabetic yang paling
sering ditemukan adalah neuropati perifer dan autonomic.
d. Displidemia
Lima puluh persen individu dengan DM mengalami dislipidemia.
e. Hipertensi
Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit ginjal,
mikroalbuminuria,
atau proteinuria. Pada pasien dengan DM tipe 2, hipertensi bisa menjadi hipertensi esensial.
Hipertensi harus secepat mungkin diketahuin dan ditangani karena bisa memperberat
retinopati, nepropati, dan penyakit makrovaskular.
f. Kaki diabetic
Ada tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu neuropati, iskemia, dan sepsis.
Biasanya amputasi harus dilakukan. Hilanggnya sensori pada kaki mengakibatkan trauma dan
potensial untuk ulkus. Perubahan mikrovaskuler dan makrovaskuler dapat mengakibatkan
iskemia jaringan dan sepsis. Neuropati, iskemia, dan sepsis bisa menyebabkan gangrene dan
amputasi.
g. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah 60
mg/dl, yang merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemik
oral. Penyebab hipoglikemia pada pasien sedang menerima pengobatan insulin eksogen atau
hipoglikemik oral.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
b. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis
apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien
untuk menanggulangi penyakitnya.
c. Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
d. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada
kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
e. Integritas Ego
Stress, ansietas
f. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
g. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan
diuretik.
h. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,
gangguan
penglihatan.
i. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
j. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
k. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan
metabolisme protein, lemak.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotik diuresis ditandai dengan tugor
kulit menurun dan membran mukasa kering.
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik
(neuropati
perifer) ditandai dengan gangren pada extremitas.
d. Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik yang kurang.
e. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan glukosa darah yang tinggi.
f. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan penglihatan.

3. Perencanaan Keperawatan
a. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan metabolisme protein, lemak.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi pasien dapat
terpenuhi.
Dengan Kriteria Hasil :
 Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
 Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanyaindakan / intervensi Rasional

Tindakan Keperawatan Rasional


Timbang berat badan sesuai indikasi. Tentukan program diet, pola makan, dan
Mengkaji pemasukan makanan yang bandingkan dengan makanan yang dapat
adekuat dihabiskan klien.
Mengidentifikasikan kekurangan dan Hiperglikemi, gangguan keseimbangan
penyimpangan dari kebutuhan terapeutik. cairan dan elektrolit menurunkan motilitas
Auskultrasi bising usus, catat nyeri abdomen atau fungsi lambung (distensi atau ileus
atau perut kembung, mual, muntah dan paralitik).
pertahankan keadaan puasa sesuai indikasi.
Berikan makanan cair yang mengandung Pemberian makanan melalui oral lebih baik
nutrisi dan elektrolit. Selanjutnya diberikan pada klien sadar dan fungsi
memberikan makanan yang lebih padat. gastrointestinal baik.

Identifikasi makanan yang disukai. Kerja Meningkatkan rasa keterlibatannya,


sama dalam perencanaan makanan. Libatkan memberi informasi pada keluarga untuk
keluarga dalam perencanaan makan. memahami kebutuhan nutrisi klien

Observasi tanda hipoglikemia (perubahan Pada metabolism kaborhidrat (gula darah


tingkat kesadaran, kulit lembap atau dingin, akan berkurang dan sementara tetap
denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, diberikan tetap diberikan insulin, maka
cemas, sakit kepala, pusing). terjadi hipoglikemia terjadi tanpa
memperlihatkan perubahan tingkat
kesadaran.

Pantau pemeriksaan laboratorium (glukosa Gula darah menurun perlahan dengan


darah, aseton, pH, HCO3) penggunaan cairan dan terapi insulin
terkontrol sehingga glukosa dapat masuk ke
dalam sel dan digunakan untuk sumber
kalori. Saat ini, kadaar aseton menurun dan
asidosis dapat dikoreksi
Berikan pengobatan insulin secara teratur Insulin regular memiliki awitan cepat dan
melalui iv dengan cepat pula membantu memindahkan
glukosa ke dalam sel. Pemberian melalui IV
karena absorpsi dari jaringan subkutan
sangat lambat.

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotik diuresis ditandai dengan


tugor
kulit menurun dan membran mukosa kering.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan atau hidrasi
pasien terpenuhi
Dengan kriteria Hasil :
 Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat
diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar
elektrolit dalam batas normal.
Tindakan Keperawatan Rasional
Kaji riwayat klien sehubungan dengan Membantu memperkirakan kekurangan
lamanya atau intensitas dari gejala volume total. Adanya proses infeksi
seperti mengakibatkan demam dan keadaan
muntah dan pengeluaran urine yang hipermetabolik yang meningkatkan
berlebihan. kehilangan air
Pantau tanda – tanda vital, catat Hipovolemi dimanifestasikan oleh hipotensi
adanya dan takikardia. Perkiraan berat ringannya
perubahan tekanan darah ortostatik. hipovolemi saat tekanan darah sistolik turun
≥ 10 mmHg dari posisi berbaring ke duduk
atau berdiri
Pantau pola napas seperti adanya pernapasan Perlu mengeluarkan asam karbonat melalui
Kussmaul atau pernapasan yang berbau pernapasan yang menghasilkan kompensasi
Keton. alkalosis respiratoris terhadap keadaan
ketoasidosis. Napas bau aseton disebabkan
pemecahan asam asetoasetat dan harus
berkurang bila ketosis terkoreksi

Pantau frekuensi dan kualitas pernapasan, Hiperglikemia dan asidosis menyebabkan


penggunaan otot bantu napas, adanya periode pola dan frekuensi pernapasan normal. Akan
apnea dan sianosi. tetapi peningkatan kerja pernapasan,
pernapasan dangkal dan cepat serta sianosis
merupakan indikasi dari kelelahan
pernapasan atau kehilangan kemampuan
melalui kompensasi pada asidosis.
Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor Merupakan indicator tingkat dehidrasi atau
kulit, dan membrane mukosa. volume sirkulasi yang adekuat.
Observasi mual, nyeri abdomen, muntah, dan Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah
distensi lambung motilitas lambung sehinnga sering
menimbulkan muntah dan secara potensial
menimbulkan kekurangan cairan dan
elektrolit
Berikan terapi cairan sesuai indikasi: Tipe dan jumlah cairan tergantung pada
Normal salin atau setengah normal salin derajat kekurangan cairan dan respon klien
dengan atau tanpa dekstrosa. secara individual.
Albumin, plasma, atau dekstran. Plasma ekspander (pengganti) dibutuhkan
jika mengancam jiwa atau tekanan
darah
sudah tidak dapat kembali normal dengan
usaha rehidrasi yang telah dilakukan.
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik
(neuropati perifer) ditandai dengan gangren pada extremitas.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidakterjadi komplikasi.
Dengan Kriteria Hasil : - menunjukan peningkatan integritas kulit
 Menghindari cidera kulit

Tindakan Keperawatan Rasional


Inspeksi kulit terhadap perubahan Menandakan aliran sirkulasi buruk yang
warna,turgor,vaskuler,perhatikan kemerahan dapat menimbulkan infeksi
Ubah posisi setiap 2 jam beri bantalan pada Menurunkan tekanan pada edema dan
tonjolan tulang menurunkan iskemia
Pertahankan alas kering dan bebas lipatan Menurunkan iritasi dermal
Beri perawatan kulit seperti penggunaan Menghilangkan kekeringan pada kulit dan
lotion robekan pada kulit
Lakukan perawatan luka dengan teknik Mencegah terjadinya infeksi
aseptik
Anjurkan pasien untuk menjaga agar kuku Menurunkan resiko cedera pada kulit oleh
tetap pendek karena garukan
Motivasi klien untuk makan makanan TKTP Makanan TKTP dapat membantu
penyembuhan jaringan kulit yang rusak

d. Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik yang kurang.


Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kelelahan dapat teratasi.
Kriteria hasil klien dapat:
 Mengidentifikasikan pola keletihan setiap hari.
 Mengidentifikasi tanda dan gejala peningkatan aktivitas penyakit yang
mempengaruhi
toleransi aktivitas dan Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam
aktivitas yang diinginkan.
Tindakan Keperawatan Rasional
Diskusikan kebutuhan akan aktivitas. Buat Pendidikan dapat memberikan motivasi
Jadwal perencanaan dan identifikasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas
aktivitas yang menimbulkan kelelahan. meskipun klien sangat lemah.
Diskusikan penyebab keletihan seperti Dengan mengetahui penyebab
nyeri sendi, penurunan efisiensi tidur, keletihan,
peningkatan upaya yang diperlukan untuk dapat menyusun jadwal aktivitas.
ADL.
Bantu mengidentivikasi pola energi dan Mengidentifikasi waktu puncak energi dan
buat rentang keletihan. Skala 0-10 (0=tidak kelelahan membantu dalam
lelah, 10= sangat kelelahan) merencanakan akivitas untuk
memaksimalkan konserfasi energi dan
produktivitas
Berikan aktivitas alternatif dengan periode Mencegah kelelahan yang berlebih.
istirahat yang cukup/ tanpa diganggu.
Pantau nadi , frekuensi nafas, serta tekanan Mengindikasikan tingkat aktivitas yang
darah sebelum dan seudah melakukan dapat ditoleransi secara fisiologis
aktivitas
Tingkatkan partisipasi klien dalam Memungkinkan kepercayaan diri/ harga
melakukan aktivitas sehari-hari sesuai diri
kebutuhan. yang positif sesuai tingkat aktivitas
yang dapat ditoleransi.
Ajarkan untuk mengidentifikasi tanda dan Membantu dalam mengantisipasi
gejala yang menunjukkan peningkatan terjadinya
aktivitas penyakit dan mengurangi keletihan yang berlebihan.
aktivitas,
seperti demam, penurunan berat
badan,
keletihan makin memburuk.

e. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan glukosa darah yang tinggi.


Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi tanda-tanda infeksi
Dengan Kriteria hasil :
 Tidak ada rubor, kalor,
dolor, tumor, fungsiolesia.
 Terjadi perubahan gaya
hidup untuk mencegah
terjadinya infeksi.
Tindakan Keperawatan Rasional
Observasi tanda-tanda infeksi dan Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang
peradangan sperti demam, kemerahan, biasanya telah mencetuskan keadaan
adanya pus pada luka, sputum purulen, urine ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi
warna keruh atau berkabut. nosokomial.
Tingkatkan upaya pencegahan dengan Mencegah timbulnya infeksi nosokomial
melakukan cuci tangan yang baik pada
semua orang yang berhubungan dengan
pasien termasuk pasiennya sendiri
Pertahankan teknik aseptik pada prosedur Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan
invasif menjadi meddia terbaik dalam pertumbuhan
kuman.
Berikan perawatan kulit dengan teratur dan Sirkulasi perifer bisa terganggu dan
sungguh-sungguh, masase daerah tulang menempatkan pasien pada peningkatan
yang tertekan, jaga kulit tetap kering, linen risiko terjadinya kerusakan pada kulit
kering dan tetap kencang
Berikan tisue dan tempat sputum pada Mengurangi penyebaran infeksi.
tempat yang mudah dijangkau untuk
penampungan sputum atau secret yang
lainnya.
Lakukan pemeriksaan kultur dan sensitifitas Untuk mengidentifikasi adanya organisme
sesuai dengan indikasi. sehingga dapat memilih atau
memberikan
terapi antibiotik yang terbaik.
Berikan obat antibiotik yang sesuai Penanganan awal dapat mambantu
mencegah timbulnya sepsis

 Mengungkapkan
peningkatan tingkat energi.

Anda mungkin juga menyukai