Anda di halaman 1dari 3

Denis Pascal Maulana Ma’ruf

185030200111032

1. Merek merupakan tanda yang bisa berupa nama, istilah, gambar, desain, susunan
warna, angka – angka, huruf – huruf, atau kombinasi dari semua unsur tersebut yang
menjadi pembeda barang/jasa dari suatu kelompok penjual dengan produk pesaing.

2. Contoh brand yang terkena dampak pandemi ini adalah Transmart. Transmart
adalah sebuah perusahaan ritel di Indonesia yang merupakan pemilik dari jaringan
supermarket Carrefour serta Carrefour Express. Awalnya Transmart Carrefour masih
fokus pada penjualan konvensional. Agar mampu bersaing dengan pelaku bisnis lain,
mereka mengusungkan konsep ritel 4 in 1, yang mana supermarket tidak hanya
memenuhi kebutuhan masyarakat melainkan harus dilengkapi dengan fasilitas gaya
hidup lain seperti theme park, mini trans studio, varian restoran dan café. General
Manager Corporate Communications Transmart Carrefour, Satria Hamid, mengatakan
fokus utama perusahaan retail modern ini adalah pembelian secara langsung.
Namun pandemi saat ini menjadi pukulan tersendiri untuk bisnis retail
konvesional. Selain adanya peraturan pemerintah yang membatasi jumlah
pengunjung, konsumen pun sekarang lebih memilih berbelanja secara online untuk
meminimalisir penyebaran/takut terkena virus covid-19. Transmart sendiri dengan
sigap meluncurkan layanan pesan antar “Transmart Home Delivery” yang dapat
diunduh di android & iphone, diakses melalui website transmartdelivery.com atau
dengan cara scan QR code yang terdapat pada seluruh sosial media Transmart
Carrefour.
Transmart juga memperkuat omni-channel melalui platform e-commerce,
media sosial dan aplikasi pesan. Transmart bekerja sama dengan beberapa e-
commerce seperti Happy Fresh, Shopee, Lazada. Mereka juga secara rutin melakukan
engagement kepada pelanggan melalui akun resmi sosial media di instagram,
facebook, hingga youtube.
Menurut saya strategi yang transmart lakukan ini sudah benar, karena trend
berbelanja secara online akan semakin meningkat kedepannya (apalagi dipercepat
dengan pandemi saat ini). Saya memperkirakan dalam 5-10 tahun lagi bisnis retail
konvensional akan berangsur menghilang tergantikan dengan bisnis online, karena
konsumen semakin dimudahkan dengan akses internet dan adanya digital currency.

3. Perusahaan FMCG harus bisa menemukan celah di tengah pandemi. Apalagi


terjadi perubahan perilaku konsumsi konsumen yang mencangkup prioritas
pengeluaran dan apa yang mereka rencanakan dalam situasi normal baru. Kelompok
ekonomi atas dan menengah cenderung memiliki lebih banyak fleksibilitas untuk
menggunakan anggaran belanja mereka pada kategori produk FMCG. Di sisi lain,
kelompok masyarakat bawah semakin selektif pada kategori FMCG. Satu kesamaan
di seluruh kelompok, mereka memprioritaskan produk yang berkaitan dengan bahan
memasak, susu, dan farmasi.
Saya ambil contoh Kalbe Nutritional, dengan produk susu diabetes yang
konsumennya sebagian besar orang tua yang tidak bisa keluar karena pembatasan.
Kalbe Nutritions kemudian memperkuat pasar digital yang menyasar para perawat
orang tua dengan penyakit diabetes. Hasilnya, sangat memuaskan dengan respons
yang positif dan relevansi strategi marketing yang menjadi lebih tepat.
Perusahaan FMCG juga harus berfokus pada target market dan hadirkan
konten yang relevan. Contohnya snack Oreo yang berhasil menguasai market share
selama pandemi akibat agilitasnya menciptakan produk tren baru, Oreo Red Velvet.

4. Menurut saya keefektifan penggunaan influencer untuk membangun brand


saat pandemi ini itu tergantung. Memang disatu sisi penggunaan media sosial di masa
pandemi ini meningkat secara drastis, namun daya beli konsumen sendiri mengalami
perubahan (seperti yang saya tulis di jawaban nomor 3). Akibat dari turunnya daya
beli konsumen ini, budget yang dikeluar kan oleh perusahaan untuk beriklan
menurun. Dalam laporan yang dirilis oleh perusahaan analisis pemasaran
Launchmetrics, disebutkan bahwa sponsored post brand di Instagram turun dari
mewakili 35% persen konten influencer menjadi 4% sejak pertengahan Februari 2020.
Jadi agar penggunaan influencer ini dapat efektif menggaet engagement
konsumen, perusahaan harus memilah lagi segmentasi, posisi, dan target iklan
mereka, apa tujuan iklan tersebut (kesadaran merek, jangkauan, interaksi, kunjungan,
atau konversi), tak lupa memilih konten kreator yang sesuai untuk diajak kerjasama.
Seperti contoh walaupun angka konsumsi konsumen akan produk mode, kecantikan
dan luks sedang rendah, konsumen memiliki kebutuhan akan sosialisasi dan konten
digital, sehingga bisa dimaksimalkan untuk iklan dengan tujuan kesadaran merek,
jangkauan, dan interaksi. Sedangkan untuk perusaahan di bidang kesehatan sendiri,
penggunaan fitnes influencer telah terlihat peningkatan penjualan dan engagement
secara keseluruhan di masa pandemi.

Anda mungkin juga menyukai