Rana Gemita Sari (193110187) Kesling 2
Rana Gemita Sari (193110187) Kesling 2
Dosen pembimbing :
Ns Hj Murniati Muchtar,S.Kep.SKM.M.Biomed
OLEH :
193110187
KELAS 2B
D3 KEPERAWATAN PADANG
2020/2021
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT dan segala puji syukur hanya bagi-Nya Tuhan
semesta alam yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya dalam penyusunan makalah
Dasar Dasar Demografi ini.
Maksud penyusunan makalah ini adalah sebagai syarat memenuhi tugas mata kuliah
Dasar Dasar Demografi Makalah ini juga menguraikan beberapa materi mengenai Aspek
Kesehatan Penanggulangan Bencana dan juga untuk mempermudah pemahaman kepada
kita semua.
Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada para mahasiswa dari hasil
makalah ini. Karena itu kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi suatu yang berguna
bagi kita bersama, bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi para pembaca pada
umumnya.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG.........................................................................................................4
B. TUJUAN PENULISAN........................................................................................................5
C. MANFAAT PENULISAN....................................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
BAB III....................................................................................................................................17
PENUTUP...............................................................................................................................17
A. SIMPULAN.....................................................................................................................17
B. SARAN..........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di dunia berdasar
data yang dikeluarkan oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Strategi
Internasional Pengurangan Risiko Bencana (UN-ISDR). Tingginya posisi Indonesia ini
dihitung dari jumlah manusia yang terancam risiko kehilangan nyawa bila bencana alam
terjadi. Indonesia menduduki peringkat tertinggi untuk ancaman bahaya tsunami, tanah
longsor, gunung berapi. Dan menduduki peringkat tiga untuk ancaman gempa serta enam
untuk banjir.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) selama Januari 2013 mencatat
ada 119 kejadian bencana yang terjadi di Indonesia. BNPB juga mencatat akibatnya ada
sekitar 126 orang meninggal akibat kejadian tersebut. kejadian bencana belum semua
dilaporkan ke BNPB. Dari 119 kejadian bencana menyebabkan 126 orang meninggal,
113.747 orang menderita dan mengungsi, 940 rumah rusak berat, 2.717 rumah rusak
sedang, 10.945 rumah rusak ringan. Untuk mengatasi bencana tersebut, BNPB telah
melakukan penanggulangan bencana baik kesiapsiagaan maupun penanganan tanggap
darurat. Untuk siaga darurat dan tanggap darurat banjir dan longsor sejak akhir Desember
2012 hingga sekarang, BNPB telah mendistribusikan dana siap pakai sekitar Rp 180
milyar ke berbagai daerah di Indonesia yang terkena bencana.
Namun, penerapan manajemen bencana di Indonesia masih terkendala berbagai
masalah, antara lain kurangnya data dan informasi kebencanaan, baik di tingkat
masyarakat umum maupun di tingkat pengambil kebijakan. Keterbatasan data dan
informasi spasial kebencanaan merupakan salah satu permasalahan yang menyebabkan
manajemen bencana di Indonesia berjalan kurang optimal. Pengambilan keputusan ketika
terjadi bencana sulit dilakukankarena data yang beredar memiliki banyak versi dan sulit
divalidasi kebenarannya.
Dari uraian diatas, terlihat bahwa masih terdapat kelemahan dalam sistem
manajemen bencana di Indonesia sehingga perlu diperbaiki dan ditingkatkan untuk
menghindari atau meminimalisasi dampak bencana yang terjadi.
4
B. Tujuan Penulisan
Mahasiswa mengerti tentang sistem manajemen bencana dan dapat menambah
wawasan masyarakat secara umum sehingga dapat turut serta dalam upaya
penanggulangan bencana.
C. Manfaat Penulisan
1. Menambah pengetahuan dan wawasan pembaca dan penulis dalam hal
penanggulangan bencana.
2. Pembaca dapat menerapkan upaya penanggulangan bencana, terutama untuk para
petugas kesehatan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kesiapsiagaan :
2. Mitigasi :
6
Serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian
bencana yang bertujuan untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan.
Meliputi kegiatan :
3. perlindungan
4. pengurusan pengungsi
7
penanggulangan bencana dilakukan oleh berbagaisektor secara terpadu yang
didasarkan pada kerja sama yang baik dansaling mendukung.
d. Berdaya guna dan berhasil guna. Yang dimaksud dengan berdaya gunaadalah
dalam mengatasi kesulitan masyarakat dilakukan dengan tidak membuang waktu,
tenaga dan biaya yang berlebihan. Sedangkan berhasil guna adalah kegiatan
penanggulangan bencana harus berhasilguna dalam mengatasi kesulitan masyarakat.
e. Transparansi dan akuntabilitas. Yang dimaksud dengan transparansi pada
penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggung
jawabkan, sedangkan akuntabilitas berarti dapatdipertanggung jawabkan secara etik
dan hukum.
f. Kemandiriaan. Bahwa penanggulangan bencana utamanya harusdilakukan oleh
masyarakat didaerah rawan bencana secara swadaya.
g. Nondiskriminasi. Bahwa negara dalam penanggulangan bencana tidak memberikan
perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin, suku,agama, ras dan aliran politik
apapun.
h. Nonproletisi. Dalam penanggulangan bencana dilarangmenyebarkan agama atau
kenyakinan terutama pada saat pemberian bantuan dan pelayanan darurat bencana.
8
Dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, agar setiap kegiatan dalam setiap
tahapan dapat berjalan dengan terarah, maka disusun suatu rencana yang spesifik pada setiap
tahapan penyelenggaraan penanggulangan bencana.
a. Pada tahap Prabencana dalam situasi tidak terjadi bencana, dilakukan penyusunan
Rencana Penanggulangan Bencana (Disaster Management Plan), yang merupakan rencana
umum dan menyeluruh yang meliputi seluruh tahapan / bidang kerja kebencanaan. Secara
khusus untuk upaya pencegahan dan mitigasi bencana tertentu terdapat rencana yang disebut
rencana mitigasi misalnya Rencana Mitigasi Bencana Banjir DKI Jakarta.
c. Pada Saat Tangap Darurat dilakukan Rencana Operasi (Operational Plan) yang
merupakan operasionalisasi/aktivasi dari Rencana Kedaruratan atau Rencana Kontinjensi
yang telah disusun sebelumnya.
9
pengelolaan limbah padat dan cair, pengelolaan pencemaran lingkungan fisik dan
pengendalian vektor penyakit semua faktor yang ada pada lingkungan terutama
fisik dengan manusia yang diperkirakan menimbulkan hal-hal yang merugikan
perkembangan kesehatan atau kelangsungan hidupnya.
unsur-unsur yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan, adalah :
a. limbah cair;
b. limbah padat;
c. limbah gas;
d. sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
pemerintah;
e. binatang pembawa penyakit;
f. zat kimia yang berbahaya;
g. kebisingan yang melebihi ambang batas;
h. radiasi sinar pengion dan non pengion;
i. air yang tercemar;
j. udara yang tercemar; dan`
k. makanan yang terkontaminasi
10
Upaya-upaya perbaikan kualitas Air khususnya pada sumber dapat
dilakukan dengan cara :
1) Membuang ataupun menyingkirkan bahan pencemar yang ada di
sumber air tersebut
2) Dilakukan perbaikan kualitas air dengan penjernihan secara cepat
apabila tingkat kekeruhan air pada sumbernya tersebut tinggi
3) Melakukan anti hama /desinfektan terhdap air yang ada
menggunakan bahan-bahan desinfektan
4) Melakukan pemeriksaan kadar sisa khlor bila mana air tersebut
berasal dari air yang diangkut dari mata air seperti oleh tangki air PDAM
5) Melakukan pemeriksaan kualitas air secara berkala pada sumber-
sumber air ataupun depot-depot seperti kran umum pada sistim distribusi.
c. Standar kebutuhan air bersih pada pengungsian
Bagi fasilitas pelayanan kesehatan untuk kepentingan pelayanan
dan pertolongan untuk korban dan pengungsi bencana kapasitas dan
volume yang harus disediakan setingkat Pusat Pelayanan Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) dan Rumah Sakit minimal 50 liter/orang/hari,
ditambah lagi untuk petugas pelayanan dan tenaga penyelamatan guna
mengantisipasi efek dan risiko buruk dari risiko penyakit yang timbul.
3. Koordinasi pengadaan sarana pembuangan tinja
Prinsip untuk pengadaan dan penyediaan pembuangan kotoran dan
tinja manusia di pengungsian:
1) Tiap jamban digunakan paling banyak 20 orang, Penggunaan
jamban diatur setiap rumah tangga dan/menurut pembedaan jenis kelamin
(misalnya jamban per jumlah KK atau jamban laki–laki dan jamban
permpuan)
2) Jarak jamban tidak lebih dari 50 meter dari pemukiman (rumah atau
barak di kamp pengungsian). Atau bila dihitung dalam jam perjalanan ke
jamban hanya memakan waktu tidak lebih dari 1 menit saja dengan berjalan
kaki.
3) Jamban umum tersedia di tempat–tempat seperti pasar, titik–titik
pembagian sembako, pusat – pusat layanan kesehatan dsb.
11
4) Letak jamban dan penampung kotoran harus sekurang–kurangnya
berjarak 30 meter dari sumber air bawah tanah. Dasar penampung kotoran
sedikitnya 1,5 meter di atas air tanah.
5) Tempat bisa melokalisasi dan memusnahkan ekskreta tanpa
membahayakan kesehatan masyarakat, Jamban menjadi tempat melokalisasi
ekskreta, Ekskreta mengalami proses dekomposisi dan pemusnahan patogen
untuk meminimalkan risiko kesehatan yang berasal dari ekskreta
6) Tempat dirancang dan dibangun tanpa adanya risiko
mengontaminasi sumber-sumber air minum
7) Konstruksi Jamban harus kuat dan dilengkapi dengan tutup pada
lubang jamban agar tidak menjadi tempat berkembang biak lalat, kecoa dan
binatang pengganggu lainnya
8) Pembuangan limbah cair dari jamban tidak merembes ke sumber air
mana pun, baik sumur maupun mata air, suangai, dan sebagainya
9) Pembuatan Jamban disesuaikan dengan kondisi sosial budaya
kepercayaan dan kebiasaan para pengungsi serta ketersediaan material lokal
saat bencana terjadi.
4. Koordinasi pengelolaan pembuangan sampah
Komposisi sampah ditempat pengungsian yang utama terdiri dari sampah
hasil dari aktifitas pengungsian khususnya domestic dan kegiatan pelayanan
kesehatan yang dapat dikelola dan diawasi antara lain.
1) Pengumpulan dan Pembuangan Limbah Padat Masyarakat harus
memiliki lingkungan yang cukup bebas dari pencemaran akibat limbah padat,
termasuk limbah medis. Sampah rumah tangga dibuang dari pemukiman atau
dikubur di sana sebelum sempat menimbulkan ancaman bagi kesehatan.
2) Tidak terdapat limbah medis yang tercemar atau berbahaya (jarum
suntik bekas pakai, perban–perban kotor, obat–obatan kadaluarsa,dsb) di
daerah pemukiman atau tempat–tempat umum.
3) Dalam batas–batas lokasi setiap pusat pelayanan kesehatan, terdapat
tempat pembakaran limbah padat yang dirancang, dibangun, dan dioperasikan
secara benar dan aman, dengan lubang abu yang dalam.
4) Terdapat lubang–lubang sampah, keranjang/tong sampah, atau tempat–
tempat khusus untukmembuang sampah di pasar–pasar dan pejagalan, dengan
system pengumpulan sampah secara harian.
12
5) Tempat pembuangan akhir untuk sampah padat berada dilokasi tertentu
sedemikian rupa sehingga problema–problema kesehatan dan lingkungan
hidup dapat terhindarkan.
6) 2 ( dua ) drum sampah untuk 80 – 100 orang
1) Pengumpulan
5. Pengendalian vector
Pengendalian vektor adalah semua kegiatan atau tindakan yang
ditujukan untuk menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga
keberadaannya tidak lagi berisiko untuk terjadinya penularan penyakit tular
13
vektor di suatu wilayah atau menghindari kontak masyarakat dengan vektor
sehingga penularan penyakit tular vektor dapat dicegah.
Upaya melalui Pengendalian Vektor Terpadu (PVT) perlu Anda
pahami yaitu merupakan pendekatan yang menggunakan kombinasi beberapa
metode pengendalian vektor yang dilakukan berdasarkan azas keamanan,
rasionalitas dan efektifitas pelaksanaannya serta dengan mempertimbangkan
kelestarian keberhasilannya.
Jenis vektor yang perlu mendapatkan perhatian di lokasi pengungsi
adalah lalat, tikus serta nyamuk. Upaya yang dilakukan berupa:
1) Pembuangan sampah/sisa makanan dengan baik
2) Bilamana diperlukan dapat menggunakan insektisida
3) Tetap menjaga kebersihan individu selama berada di lokasi
pengungsi
4) Penyediaan sarana pembuangan air limbah (SPAL) dan pembuangan
sampah yang baik
5) Kebiasaan penanganan makanan secara higienis
14
Pelaksanaan pengendalian vektor pada kejadian bencana dapat dilakukan
melalui :
2) Buat Rencana Penempatan dan Penampungan Air serta distribusi air bersih
15
4) Letakan pada posisi yang mudah untuk mengalir dan peletakan kran air
a. Jika Secara Fisik tidak sesuai yaitu berwarna lakukan Filtrasi dengan
Saringan dan Media penyaringan air
16
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Indonesia merupakan salah satu yang rawan bencana sehingga diperlukan
manajemen atau penanggulangan bencana yang tepat dan terencana. Manajemen bencana
merupakan serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang
berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan
rehabilitasi. Manajemen bencana di mulai dari tahap prabecana, tahap tanggap darurat,
dan tahap pascabencana.
Pertolongan pertama dalam bencana sangat diperlukan untuk meminimalkan
kerugian dan korban jiwa. Pertolongan pertama pada keadaan bencana menggunakan
prinsip triage.
B. Saran
Masalah penanggulangan bencana tidak hanya menjadi beban pemerintah atau
lembaga-lembaga yang terkait. Tetapi juga diperlukan dukungan dari masyarakat umum.
Diharapkan masyarakat dari tiap lapisan dapat ikut berpartisipasi dalam upaya
penanggulangan bencana.
17
DAFTAR PUSTAKA
Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana. 2007. Pengenalan Karakteristik Bencana
dan Upaya Mitigasinya Di Indonesia. (2th ed). Jakarta: Direktorat Mitigasi.
Sinurat, Hulman., & Adiyudha, Ausi. 2012. Sistem Manajemen Penanggulangan Bencana
Alam Dalam Rangka Mengurangi Dampak Kerusakan Jalan Dan Jembatan. Jakarta:
Puslitbang Jalan dan Jembatan
18