Anda di halaman 1dari 106

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aktivitas belajar adalah keterlibatan seseorang dalam bentuk sikap, pikiran,

dan perhatian saat kegiatan belajar, sehingga dapat diperoleh manfaat. (Rohmat,

2013). Keaktifan mahasiswa selama proses belajar mengajar merupakan salah

satu indikator adanya keinginan atau motivasi untuk belajar. Adapun ciri-ciri

bahwa mahasiswa itu aktif adalah sering bertanya kepada dosen, mampu

menjawab pertanyaan, senang jika diberi tugas, presentasi, dan diskusi. Dalam

melakukan aktivitas belajar mahasiswa perlu berkonsentrasi dan memiliki

semangat belajar yang tinggi. Konsentrasi dapat terganggu ketika mahasiswi

mengalami nyeri saat haid (Dysmenorrhea).

Nyeri haid (Dysmenorrhea) merupakan salah satu keluhan ginekologi yang

paling umum pada perempuan muda datang ke klinik atau dokter. Hampir semua

perempuan mengalami rasa tidak nyaman selama haid, seperti rasa tidak enak di

perut bagian bawah dan biasanya juga disertai mual, pusing, bahkan pingsan

(Anurogo & Wulandari, 2011). Nyeri yang berat sangat menyiksa sebagian

wanita, bahkan kadang seseorang menjadi kesulitan berjalan ketika haid

menyerang, karena pada saat menstruasi terjadi ketidakseimbangan hormon

prostaglandin sehingga timbul rasa nyeri. Hormon prostaglandin pada wanita

dysmenorrhea meningkat 10 kali lebih banyak daripada yang tidak mengalami

dysmenorrhea. (Ernawati, 2010).

1
2

Di Amerika Serikat, prevalensi dysmenorrhea diperkirakan (45-90%).

dysmenorrhea juga bertanggung jawab atas ketidakhadiran saat bekerja dan

sekolah, sebanyak (13-51%) perempuan telah absen sedikitnya sekali, dan (5-

14%) berulang kali absen. Dari mereka yang mengeluh nyeri berat sebanyak

(12%), nyeri sedang sebanyak (37%), dan nyeri ringan (49%). Dysmenorrhea

juga menyebabkan (14%) remaja putri sering tidak masuk sekolah (Anurogo &

Wulandari, 2011)

Di Indonesia angka kejadian dysmenorrhea terdiri dari (54,89%)

dysmenorrhea primer dan (9,36%) dysmenorrhea sekunder. Data dari badan pusat

statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur (2010) menunjukkan total dari remaja wanita

yang reproduktif yaitu berusia 10-24 tahun adalah sebesar 56.598 jiwa. Di

Surabaya didapatkan (1,07% - 1,31%) dari jumlah penderita dysmenorrhea datang

ke bagian kebidanan (Ernawati, 2010). Dysmenorrhea yang dialami oleh remaja

putri juga menjadi salah satu penyebab utama ketidakhadiran di sekolah. Selain

menurunkan angka kehadiran (69,7%) remaja putri yang mengalami

dysmenorrhea juga mengaku mengalami penurunan dalam prestasi akademik,

penurunan konsentrasi (72,7%) dan ketidakmampuan untuk menjawab pertanyaan

dalam ujian (54,3%). Lebih dari (60%) responden mengaku hubungan

sosialisasinya terganggu karena dysmenorrhea. (Rakhshaee, 2014).

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada bulan November

2019, terhadap 10 orang mahasiswi STIKES Artha Bodhi Iswara Surabaya,

didapatkan hasil bahwa dari 9 orang mengalami dysmenorrhea, 1 orang tidak

mengalami dysmenorrhea, 3 orang mengatakan nyeri skala ringan, 5 orang nyeri


3

skala sedang, 1 orang nyeri skala berat. Pada 5 orang mahasiswi merasakan

dysmenorrhea selama 2 hari saat menstruasi, 3 orang merasakan dysmenorrhea

pada hari pertama menstruasi, dan 1 orang mahasiswi merasakan dysmenorrhea

pada 2-4 jam pada hari pertama menstruasi. Keluhan yang paling sering dirasakan

2 orang mengatakan pusing dan mual, 5 orang mengatakan nyeri perut sampai

punggung bawah, 2 orang mengatakan sakit pada payudara, dan terjadi kelemahan

pada ekstermitas bawah. Mereka mengatakan jika mengalami dysmenorrhea saat

perkuliahan atau aktivitas lain mereka tidak dapat mengikutinya karena harus

beristirahat.

Dampak yang akan terjadi ketika perempuan mengalami nyeri haid

(dysmenorrhea) adalah terganggunya aktivitas hidup sehari-hari termasuk aktivitas

belajar, seperti menurunnya konsentrasi belajar, sehingga materi yang disampaikan

tidak dapat diterima dengan baik, bahkan sampai ada yang tidak dapat mengikuti

perkuliahan, sehingga berpengaruh pada presentasi kehadiran, jika kehadiran

kurang dari 75% maka tidak diperbolehkan mengikuti ujian akhir semester dan

tidak dapat mengikuti ujian perbaikan. Hal ini dapat mempengaruhi kesempatan

untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Jika aktivitas belajar tidak maksimal

akan berdampak pada prestasi belajar dan kemampuan belajar baik skill maupun

knowledge.

Dampak psikologis dari dysmenorrhea dapat berupa konflik emosional,

ketegangan, dan kegelisahan. Hal tersebut dapat menimbulkan perasaan yang tidak

nyaman. Sedikit tidak merasa nyaman dengan cepat berkembang menjadi suatu

masalah besar dengan segala kekesalan yang menyertainya sehingga dapat


4

mempengaruhi kecakapan dan keterampilannya. Kecakapan dan keterampilan

yang di maksud luas, baik kecakapan personal (personal skill) yang mencakup :

kecakapan mengenal diri sendiri (self awareness) dan kecakapan berpikir rasional

(thinking skill), kecakapan sosial (social skill), kecakapan akademik (academic

skill), maupun kecakapan vokasional (vocational skill). (Trisianah, 2011)

Terdapat beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk mengurangi

dysmenorrhea agar tidak mengganggu aktivitas belajar antara lain terapi

farmakologi dan terapi non farmakologi. Secara farmakologi nyeri dapat ditangani

dengan terapi analgesik yang merupakan metode paling umum digunakan untuk

menghilangkan nyeri. Terapi ini dapat berdampak ketagihan dan akan memberikan

efek samping jangka panjang bagi pengguna.

Manajemen non farmakologi lebih aman digunakan karena tidak

menimbulkan efek samping seperti obat-obatan. Penanganan non farmakologi

yang dapat digunakan seperti relaksasi, aromaterapi, kompres air hangat dan

dingin, minum banyak air putih, dan menghindari konsumsi garam berlebih serta

minuman yang berkafein untuk mencegah pembengkakan dan retensi cairan,

olahraga teratur untuk memicu hormon endorphin yang dapat membantu

meredakan nyeri, makan makanan kaya zat besi, kalsium, vitamin B kompleks

seperti susu, sayuran hijau terutama bayam, brokoli dan kangkung. Apabila gejala

dysmenorrhea tergolong berat dan sangat mengganggu sebaiknya segera

periksakan diri ke dokter (Setiawan dkk, 2017). Berdasarkan pembahasan di atas

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang “ Hubungan

Dysmenorrhea dengan Aktivitas Belajar Mahasiswi Semester II, IV dan VI Prodi


5

S1 Keperawatan STIKES Artha Bodhi Iswara Surabaya Tahun Ajaran 2019/2020

”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan pada penelitian ini adalah “

Adakah Hubungan antara Dysmenorrhea dengan Aktivitas Belajar Mahasiswi

Semester II, IV dan VI Prodi S1 Keperawatan STIKES Artha Bodhi Iswara

Surabaya Tahun Ajaran 2019/2020 ? “

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan dysmenorrhea dengan aktivitas belajar

mahasiswi semester II, IV dan VI Prodi S1 keperawatan STIKES Artha

Bodhi Iswara Surabaya Tahun Ajaran 2019/2020

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi Dysmenorrhea pada Mahasiswi Semester II, IV

dan VI Prodi S1 Keperawatan STIKES Artha Bodhi Iswara

Surabaya Tahun Ajaran 2019/2020

2) Mengidentifikasi Aktivitas Belajar pada Mahasiswi Semester II, IV

dan VI Prodi S1 Keperawatan STIKES Artha Bodhi Iswara

Surabaya Tahun Ajaran 2019/2020

3) Menganalisis Hubungan Dysmenorrhea dengan Aktivitas Belajar

Mahasiswi Semester II, IV dan VI Prodi S1 Keperawatan STIKES

Artha Bodhi Iswara Surabaya Tahun Ajaran 2019/2020


6

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam

pengembangan ilmu pengetahuan dan menjadi tambahan informasi

tentang hubungan dysmenorrhea dengan aktivitas belajar.

1.4.2 Manfaat Praktik

1) Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan dan sumber informasi tentang dysmenorrhea

dan kaitannya dengan aktivitas belajar.

2) Bagi Responden

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan tentang dysmenorrhea serta kaitanya dengan aktivitas

belajar sehingga responden mencari solusi untuk menangani

dysmenorrhea.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP MENSTRUASI

2.1.1 Pengertian Menstruasi

Menstruasi adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang

terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Saat

menstruasi terjadi pengeluaran darah, mukus, dan debris sel dari mukosa

uterus (Rasjidi, 2018).

Menurut Kusmiran (2012) menstruasi terjadi secara alamiah pada

perempuan, dimana saat mentruasi akan mengalami perdarahan yang

teratur dari uterus sebagai tanda bahwa organ reproduksi telah mengalami

kematangan.

2.1.2 Siklus Menstruasi

Menurut Rasjidi (2018) Siklus menstruasi normal dapat dibagi

menjadi 2 bagian, yaitu :

1) Siklus Ovarium (indung telur)

Siklus ovarium terbagi lagi menjadi 2 yaitu :

(1) Fase Folikular

a. Selama fase folikular, GnRH merangsang hipofisis untuk

mengeluarkan FSH dan LH yang kemudian akan memicu

7
8

ovarium untuk menyekresikan esterogen sehingga terjadilah

proliferasi endometrium.

b. Pada fase ini, di setiap awal menstruasi hingga dua minggu

setelahnya, hormon reproduksi (FSH) bekerja dengan

mematangkan sel telur yang berasal dari beberapa folikel.

Meskipun demikian, pada pertengahan siklus, hanya satu folikel

yang akan matang dan siap untuk proses ovulasi (pengeluaran

sel telur dari indung telur).

c. Fase folikular pada manusia berlangsung sekitar 10-14 hari,

variabilitasnya mempengaruhi panjang keseluruhan siklus

menstruasi.

(2) Fase Luteal

Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan

jangka waktu rata-rata 14 hari.

2) Siklus Uterus (Rahim)

Siklus uterus dibagi menjadi 3 yaitu :

(1) Masa Menstruasi

a. Berlangsung selama 2-8 hari

b. Pada masa ini, endometrium (selaput rahim) dilepaskan

sehingga timbul perdarahan, hormon-hormon ovarium

berada dalam kadar terendahnya.


9

(2) Masa Proliferasi

a. Masa ini berlangsung sejak darah menstruasi berhenti

sampai hari ke-14

b. Setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi yang

ditandai oleh pertumbuhan desidua fungsionalis guna

mempersiapkan rahim untuk dilekati janin.

c. Pada fase ini, endometrium tumbuh kembali

d. Antara hari ke-12 sampai ke-14, dapat terjadi pelepasan sel

telur dari indung telur (ovulasi)

(3) Masa Sekresi

a. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi

b. Pada masa ini, dikeluarkan hormon progesteron yang dapat

mempengaruhi pertubuhan endometrium serta

mengkondisikan rahim agar siap untuk diimplantasi

(pelekatan janin ke rahim).

2.1.3 Fisiologi Menstruasi

Menstruasi biasanya dimulai ketika seorang perempuan berusia

sekitar 12-13 tahun. Panjang siklus menstruasi normal berlangsung

selama 21-35 hari, dan darah haid keluar selama 2-8 hari, dengan volume

sebesar 20-60 ml per hari.

Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis

akan merangsang perkembangan folikel-folikel yang ada didalam ovarium


10

(indung telur). Pada umumnya, hanya satu folikel yang terangsang.

Kemudian, folikel tersebut berkembang menjadi folikel de Graaf yang

memproduksi esterogen. Esterogen ini menekan produksi FSH sehingga

hipofisis mengeluarkan hormon yang ke dua, yaitu LH. Produksi hormon

LH maupun FSH berada dibawah pengaruh releasing hormones (RH)

yang diproduksi oleh hipotalamus dan disalurkan ke hipofisis. Sementara

itu, sekresi RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik terhadap

hipotalamus yang dikendalikan oleh esterogen.

Produksi hormon Gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan

menyebabkan pematangan folikel de Graaf yang mengandung esterogen.

Esterogen mempengaruhi pertumbuhan endometrium dan kadarnya

mencapai puncak hari ke-14 dari siklus menstruasi. Di saat esterogen

mencapai puncaknya, hipofisis melepaskan LH. Di bawah pengaruh LH,

folikel de Graaf menjadi matang dan terjadilah ovulasi. Ovulasi ini timbul

sekitar 12 jam setelah pertengahan siklus peningkatan LH.

Setelah ovulasi terjadi, dibawah pengaruh hormon LH dan LTH

(Luteotrophic hormones, suatu hormon gonadotropin), terbentuklah

korpus rubrum yang selanjutnya menjadi korpus luteum. Korpus luteum

lalu menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan

kelenjar endometrium. Jika tidak ada pembuahan, korpus luteum

berdegenerasi dan kadar esterogen serta progesteron pun berkurang.

Penurunan kadar hormon-hormon tersebut menyebabkan degenerasi,

perdarahan, dan pelepasan endometrium, proses inilah yang disebut haid


11

atau menstruasi. Sebaliknya apabila dalam masa ovulasi terjadi

pembuahan, korpus luteum pun akan dipertahankan dan terjadilah

kehamilan (Rasjidi, 2018).

Siklus ovarium dan uterus sangat bergantung pada perubahan kadar

hormon reproduksi yang juga terjadi secara siklis (lihat Tabel 2.1) Berikut

ini merupakan penjabarannya :

1) Setiap permulaan siklus menstruasi, hormon gonadotropin (FSH

dan LH) berada pada kadar yang rendah. Kadar kedua hormon ini

sudah menurun sejak akhir fase luteal pada siklus sebelumnya.

2) Hormon FSH dari hipotalamus perlahan-lahan mengalami

peningkatan setelah korpus luteum menghilang, sedangkan

pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini merupakan

pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium.

3) Peningkatan kadar esterogen menyebabkan umpan balik negatif

pada pengeluaran FSH dari hipofisis. Kadar hormon LH kemudian

berkurang akibat peningkatan level estradiol, tetapi pada akhir fase

folikular, level hormon LH meningkat drastis.

4) Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor

(penerima) hormon LH yang terdapat pada sel granulosa. Dengan

rangsangan dari hormon LH ini, dilepaskanlah hormon progesteron.

5) Ovulasi adalah penanda transisi dari fase proliferasi ke fase sekresi,

atau dari fase folikular ke fase luteal.


12

Tabel 2.1 Siklus menstruasi tipikal

Siklus Menstruasi Tipikal

Fase-fase Jumlah hari tipikal Aksi hormone


menstruasi

Fase folikuler Hari ke-1 hingga ke-6 Esterogen dan progesterone mulai bekerja
siklus permulaan dari kadar terendah.
(proliferatif) menstruasi hingga akhir
Kadar FSH meningkat untuk menstimulasi
pengeluaran darah.
pematangan folikel. Ovarium mulai
memproduksi esterogen dan kadarnya
meningkat, sementara kadar progesterone
tetap rendah.

Hari ke-7 hingga ke-13


siklus endometrium
menebal untuk
mempersiapkan implantasi
telur.

Ovulasi Hari ke-14 siklus Peningkatan drastis LH. Folikel yang


terbesar akan pecah dan melepaskan telur ke
dalam tuba fallopi.

Fase luteal Hari ke-15 hingga ke-25 Folikel yang rupture berkembang menjadi
(sekretori), siklus korpus luteum yang memproduksi
disebut juga progesterone. Progesterone dan esterogen
sebagai fase menstimulasi bantalan pembuluh darah
pramenstruasi untuk mempersiapkan implantasi telur.

Jika terjadi fertilisasi : Telur yang terfertilisasi menempel ke


bantalan pembuluh darah yang memasok
nutrisi untuk plasenta yang sedang tumbuh.
Korpus luteum tetap memproduksi esterogen
dan progesterone

Jika fertilisasi tidak terjadi Korpus luteum rusak. Kadar esterogen dan
: progesterone berkurang. Lapisan pembuluh
darah meluruh dan menstruasi mulai terjadi
13

2.1.4 Tanda dan Gejala

Berikut ini adalah beberapa tanda dan gejala yang dapat terjadi pada saat

masa menstruasi (Haryono, 2016) :

1) Perut terasa mulas, mual dan panas

2) Terasa nyeri saat buang air kecil

3) Tubuh tidak fit

4) Demam

5) Sakit kepala dan pusing

6) Keputihan

7) Radang pada vagina

8) Gatal-gatal pada kulit

9) Emosi meningkat, lebih sensitif, mudah tersinggung

10) Nyeri dan bengkak pada payudara

11) Bau badan tidak sedap

12) Nafsu makan menurun

13) Sulit tidur

2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Menstruasi

Faktor yang mempengaruhi menstruasi (Kusmiran, 2014) :

1) Faktor Internal

(1) Faktor Hormon

Hormon yang mempengaruhi terjadinya menstruasi yaitu :


14

a. Follicle Stimulating Hormone Releasing Hormon (FSH-

RH) yang dikeluarkan oleh hipotalamus dan merangsang

hipofisis untuk mengeluarkan FSH

b. Luteinizing Hormone Releasing Hormon (LH-RH) yang

dikeluarkan oleh hipotalamus dan merangsang hipofisis

untuk mengeluarkan LH

c. Estrogen yang dihasilkan oleh Ovarium.

d. Progesteron yang dihasilkan oleh Ovarium

(2) Faktor Enzim

Enzim hidrolitik yang terdapat dalam endometrium

merusak sel yang berperan dalam sintesis protein, yang

mengganggu metabolisme sehingga mengakibatkan pelepasan

endometrium dan terjadi perdarahan.

(3) Faktor Vaskuler

Saat fase proliferasi, terjadi pembentukan sistem

vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Pada

pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri-arteri, vena-

vena, dan hubungan di antara keduanya. Dengan pelepasan

endometrium, timbul statis dalam vena-vena serta saluran-

saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya

terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan

hematoma, baik dari arteri maupun vena.


15

(4) Faktor Prostaglandin

Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2.

Dengan adanya desintegrasi endometrium, prostagalandin

terlepas dan menyebabkan kontraksi miometrium sebagai suatu

faktor untuk membatasi perdarahan pada menstruasi.

(5) Status Kesehatan

Status kesehatan dapat dikatakan baik apabila seseorang

dalam keadaan sehat, baik secara fisik, mental/psikis, spiritual

maupun sosial serta kebutuhan nutrisinya terpenuhi. Hal ini

sangat mempengaruhi organ reproduksi mengalami

kematangan. Tetapi ada pula organ reproduksi yang belum

waktunya matang, ia telah mengalami kematangan. Hal ini

dikarenakan adanya rangsangan dari luar (media).

Begitu sebaliknya, apabila nutrisinya tidak terpenuhi

dengan cukup, maka dapat memperlambat perkembangan organ

reproduksi sehingga dapat terjadi gangguan menstruasi.

(6) Genetik

Faktor genetik berperan mempengaruhi percepatan dan

perlambatan menarche yaitu antara usia menarche ibu dengan

usia menarche putrinya. Faktor genetik merupakan faktor yang

tidak bisa dimodifikasi.


16

2) Faktor Eksternal

(1) Usia

Secara khusus, perempuan yang mengalami haid berkisar

antara usia 12-13 tahun, namun ada pula perempuan yang

mengalaminya pada usia awal, kira-kira 10 tahun, dan

beberapa diantaranya yang lebih dini. Di sisi lain ada juga

beberapa perempuan yang mungkin belum mengalami haid

pada usia 15-16 tahun. Ini semua tergantung pada produksi dan

pelepasan pada hormon.

(2) Status Gizi

Status gizi yang kurang atau terbatas (Underweight) selain

akan mempengaruhi pertumbuhan, fungsi organ tubuh, juga

akan menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi. Hal ini

akan berdampak pada gangguan haid, tetapi akan membaik bila

asupan nutrisinya baik (Paath, 2004). Menstruasi dini tejadi

pada perempuan yang sering mengkonsumsi junk food yang

berlebih, terlalu sering mengkonsumsi minuman manis dan

kurangnya aktivitas fisik.

Sedangkan perempuan dengan status gizi (Overweihgt)

atau obesitas lebih cepat mengalami menstruasi dibandingkan

perempuan yang berstatus gizi normal dan underweight.

Obesitas berkaitan dengan paparan hormon esterogen dan


17

progesteron yang tinggi dikarenakan pola konsumsi makanan

berlemak tinggi.

(3) Lingkungan

Masalah utama dari faktor lingkungan adalah media sosial

atau pergaulan, mulai dari pergaulan didunia maya, didunia

nyata, serta rangsangan-rangsangan yang kuat dari luar,

misalnya berupa film-film dewasa, buku bacaan dan majalah-

majalah yang bergambar untuk remaja. Hal ini dapat

mempercepat kematangan keremajaan anak. Bisa juga

mempercepat awal dari haid seorang anak perempuan.

2.1.6 Gangguan Menstruasi

Menurut Yahya (2011) gangguan menstruasi dibagi menjadi 4

golongan yaitu :

1) Banyak dan Lamanya perdarahan

(1) Hipermenorhea

Suatu keadaan menstruasi dengan jumlah perdarahan yang

banyak dan lama melebihi batas normal, biasanya sekitar 8 hari

atau lebih. Keadaan ini biasanya terjadi karena adanya mioma

uteri (tumor jinak di rahim) atau polip pada endometrium.

(2) Hipomenorhea

Keadaan menstruasi dengan jumlah perdarahan sedikit dan

waku yang lebih pendek dari pada biasanya. Hal ini biasanya
18

terjadi pada wanita yang mengalami kekurangan gizi atau pada

wanita yang baru saja melakukan pengambilan mioma.

2) Kelainan Siklus

(1) Polimenorhea

Pada kelainan ini, siklus menstruasi memendek. Siklus

menstruasi yang biasanya terjadi selama 28 hari, pada kasus

polimenorea siklus menstruasi akan kurang dari 28 hari, yaitu 21

hari dan darah yang keluar biasa sama atau lebih banyak dari

biasanya. Kelainan ini terjadi karena adanya gangguan hormonal

atau adanya endometriosis atau adanya peradangan.

(2) Oligomenorhea

Pada kelainan ini, siklus menstruasi menjadi lebih panjang,

yaitu lebih dari 35 hari dan perdarahannya biasanya hanya sedikit.

Kelainan ini terjadi karena adanya kelainan hormonal, gangguan

gizi dan gangguan kejiwaan, seperti stress atau karna penyakit-

penyakit tertentu.

(3) Amenorhea

Keadaan tidak terjadinya menstruasi selama 3 bulan lebih berturut-

turut. Amenorea ini dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Amenorhea Primer

Sejak dari kecil sampai usia 18 tahun, belum pernah

mengalami menstruasi. Hal ini biasanya terjadi karena kelainan

bawaan sejak lahir atau kelainan genetik. Seperti pada kasus


19

kelainan himen yang tidak ada lubangnya atau atresia

himenalis. Selain itu, dapat terjadi karena adanya penyakit-

penyakit tertentu yang diderita sejak lahir, misalnya penyakit

gula (Diabetes Militus) dan penyakit tiroid. Atau dapat juga

terjadi karena kekurangan gizi.

b. Amenorhea Sekunder

Pada kasus ini, penderita pernah mengalami menstruasi,

tetapi kemudian tidak mendapatkan menstruasi selama 3 bulan

lebih berturut-turut dan bukan karena kehamilan. Amenorea

sekunder ini bisa terjadi karena banyak hal, antara lain :

a) Adanya gangguan organ, seperti adanya tumor atau infeksi

b) Gangguan kejiwaan, misalnya stress, depresi

c) Gangguan yang berasal dari organ pembuat hormon,

d) Penyakit-penyakit tertentu, seperti hipotiroid, hipertiroid

dan diabetes militus

e) Penyakit umum, seperti kekurangan gizi, obesitas, atau

penyakit infeksi yang lama.

3) Perdarahan di Luar Siklus

Perdarahan yang terjadi di antara dua masa menstruasi atau biasa

disebut metroragie. Perdarahan ini terpisah dan dapat dibedakan

dengan menstruasi. Perdarahan ini bisa disebabkan oleh kelainan

organ reproduksi atau kelainan fungsional.


20

(1) Perdarahan karena sebab organik

Kelainan ini terjadi karena adanya infeksi tumor atau kanker di

organ-organ reproduksi wanita, seperti leher rahim, badan rahim,

penggantung rahim, atau di kandung telur, termasuk abortus dan

kehamilan diluar rahim.

(2) Perdarahan karena sebab fungsional

Perdarahan ini biasanya disebut perdarahan disfungsional.

Kelainan ini bisa terjadi pada semua jenis umur. Namun, biasanya

terjadi diawal atau diakhir berfungsinya ovarium, yaitu di saat

menarche atau menopause. Selain itu bisa juga terjadi pada

penderita hipertensi karena pecahnya pembuluh darah di rahim,

penderita kelainan darah, seperti anemia atau penyakit pembekuan

darah dan penderita dengan gangguan stress.

4) Gangguan lain yang Berhubungan

Gangguan lain yang berhubungan seperti dysmenorrhea,

Premenstrual Tension, Perdarahan ovulasi dan Mastalgia.

(1) Dysmenorrhea

Dysmenorrhea adalah nyeri saat menstruasi. Kasus ini yang

paling sering membawa wanita muda berkonsultasi ke dokter.

Dysmenorrhea dibagi menjadi 2 yaitu dysmenorrhea primer dan

dysmenorrhea sekunder.
21

(2) Premenstrual Tension (Tegang Pra-Menstruasi)

Keluhan ini bisa berupa gangguan-gangguan emosional, seperti

mudah tersinggung, gelisah, susah tidur, nyeri kepala dan

kembung. Keluhan ini biasanya terjadi 1 minggu sebelum

menstruasi sampai setelah keluarnya menstruasi.

(3) Perdarahan Ovulasi

Nyeri ini timbul karena terjadinya ovulasi atau keluarnya ovum

(sel telur) dari kandung telur. Pada saat itu, beberapa wanita

mengalami sakit di tengah-tengah siklus menstruasinya, biasanya

terjadi sekitar 2 minggu sebelum menstruasi berikutnya. Rasa

nyeri ini tidak menjalar dan tidak mengejan, lamanya perdarahan

ovulasi tidak lebih dari 24 jam hingga 48 jam atau dapat pula

terjadi 2-3 harian. Biasanya disertai juga dengan keluhan darah

berwarna kecoklatan atau ada pula yang berwarna merah. Namun,

tidak terlalu banyak.

(4) Mastalgia

Rasa nyeri dan pembesaran payudara sebelum menstruasi. Hal

ini disebabkan oleh peningkatan esterogen sehingga payudara

mengalami pembengkakan dan berwarna kemerahan.


22

2.2 DYSMENORRHEA

2.2.1 Pengertian Dysmenorrhea

Dysmenorrhea adalah keluhan yang sering dialami perempuan pada

bagian perut bawah. Secara etimologi, dysmenorrhea berasal dari kata

dalam Bahasa Yunani kuno. Kata tersebut berasal dari dys yang berarti

sulit, nyeri, abnormal, meno yang berarti bulan, dan rrhea yang berarti

aliran. Dengan demikian, secara singkat dysmenorrhea dapat

didefinisikan sebagai aliran menstruasi yang mengalami nyeri (Anurogo

& Wulandari, 2011).

Dysmenorrhea adalah nyeri pada bagian perut, kram, dan sakit

punggung bawah sebelum dan selama menstruasi (Kusmiran, 2012).

Dysmenorrhea juga sering disertai dengan sakit kepala, mual terkadang

sampai muntah, sembelit atau diare, dan sering berkemih (Nugroho &

Utama, 2014).

2.2.2 Klasifikasi Dysmenorrhea

1) Dysmenorrhea Primer

Dysmenorrhea primer adalah nyeri haid yang tidak disertai

kelainan yang nyata pada organ genital. Dysmenorrhea primer

terjadi beberapa saat setelah menarche, biasanya 12 bulan atau

lebih. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelum atau bersamaan

dengan permulaan haid. Dan dapat berlangsung beberapa jam atau

beberapa hari. Sifat nyerinya kejang berjangkit-jangkit, biasanya


23

terbatas pada perut bagian bawah, serta dapat menyebar ke daerah

pinggang dan paha. (Rasjidi, 2018)

2) Dysmenorrhea Sekunder

Dysmenorrhea sekunder adalah nyeri yang timbul karena

ada berbagai keadaan patologis di organ genetalia. Penyebab yang

umum di antaranya termasuk endometriosis, adenomyosis, polip

endometrium, chronic pelvic inflammatory disease dan

penggunaan peralatan kontrasepsi atau IU(C)D (intra uterine

contraceptive device). (Anurogo & Wulandari, 2011)

2.2.3 Etiologi Dysmenorrhea

Menurut Nugroho & Utama (2014) penyebab dysmenorrhea dibagi

menjadi 2 yaitu dysmenorrhea primer dan dysmenorrhea sekunder.

Nyeri pada dysmenorrhea primer disebabkan kontraksi rahim yang

dirangsang oleh prostaglandin uteri yang tinggi, aktivitas uteri yang

abnormal, kurang berolahraga, stres psikis atau stres sosial. Perbedaan

beratnya nyeri tergantung kepada kadar prostaglandin. Wanita yang

mengalami dysmenorrhea memiliki kadar prostaglandin yang 5-13 kali

lebih tinggi dibanding dengan wanita yang tidak mengalami

dysmenorrhea. Pada fase luteal, saat menstruasi hormon progesteron

sangat mempengaruhi endometrium yang mengandung prostaglandin.

Akibatnya prostaglandin menjadi meningkat yang menyebabkan

kontraksi miometrium yang kuat sehingga terasa nyeri. Biasanya


24

dysmenorrhea primer timbul pada masa remaja, yaitu kisaran 2-3 tahun

setelah menarche.

Sedangkan Penyebab dysmenorrhea sekunder adalah endometriosis,

fibroid, adenomiosis, peradangan tuba falopi, perlengketan abnormal

antara organ didalam perut, pemakaian IUD, dysmenorrhea sekunder

sering mulai timbul pada usia 20 tahun.

2.2.4 Derajat Dysmenorrhea

Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal

menstruasi namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda.

Dysmenorrhea secara siklik dibagi menjadi 3 tingkat keparahan.

Menurut Manuaba (2009) dysmenorrhea dibagi 3, yaitu :

1) Dysmenorrhea Ringan : Nyeri haid yang berlangsung beberapa saat

dan aktivitas sedikit tergangu namun dapat melanjutkan kegiatan

sehari-hari.

2) Dysmenorrhea Sedang : Pada dysmenorrhea sedang ini penderita

memerlukan obat penghilang rasa nyeri. Jika tidak, aktivitas

menjadi terganggu.

3) Dysmenorrhea Berat : Penderita perlu istirahat beberapa hari karena

pada dysmenorrhea berat dapat disertai sakit kepala, nyeri

pinggang, diare dan rasa tertekan sehingga dapat mengganggu

sebagian besar aktivitas.


25

2.2.5 Dampak Dysmenorrhea

Beban yang ditimbulkan oleh dysmenorrhea lebih besar dari

permasalahan ginekologi lainnya. Selain menimbulkan permasalahan

ginekologikal, dysmenorrhea juga dapat menyebabkan permasalahan

kesehatan masyarakat, kesehatan kerja dan keluarga karena

dysmenorrhea tidak hanya berdampak pada individu terkait, tetapi juga

lingkungan disekitarnya (Aytac Polat et al,2009).

1) Aktivitas Belajar

Dampak yang paling sering ditimbulkan oleh dysmenorrhea

ialah gangguan aktivitas sehingga wanita dysmenorrhea tidak dapat

menjalankan aktivitas sehari-hari dengan normal. Wanita yang

mengalami dysmenorrhea dua kali lebih terganggu aktivitasnya

dibandingkan dengan yang tidak mengalami nyeri saat

dysmenorrhea.

Gangguan aktivitas belajar tersebut berupa tingginya tingkat

absen dari sekolah maupun kerja, keterbatasan kehidupan sosial,

perfoma akademik, serta aktivitas olahraganya. Tidak masuk

sekolah maupun kerja merupakan dampak yang paling sering

ditimbulkan oleh dysmenorrhea. (Novia & Ika, 2008)

2) Menurunnya Kualitas Hidup

Permasalahan dysmenorrhea berdampak pada penurunan

kualitas hidup akibat tidak masuk sekolah maupun bekerja, namun


26

di sisi lain menurunnya kualitas hidup akibat dysmenorrhea

berdampak pada profesionalitas kerja dan perfoma akademik.

3) Kerugian Ekonomi

Dysmenorrhea juga menimbulkan kerugian ekonomi pada wanita

usia subur, serta berdampak pada kerugian ekonomi nasional karena

terjadi penurunan kualitas hidup.

4) Infertilitas (Kemandulan)

Pada dysmenorrhea sekunder yang terjadi akibat endometriosis

dapat mengganggu fungsi seksual, menyebabkan infertilitas dan

dapat mengarah komplikasi ke usus, kandung kemih, atau ureter.

Tidak hanya dysmenorrhea sekunder, infertilitas serta gangguan

fungsi seksual dapat terjadi pada dysmenorrhea primer jika tidak

ditangani.

5) Depresi

Pada wanita yang dysmenorrhea lebih banyak mengalami depresi

dari pada mereka yang tidak mengalami dysmenorrhea, sedangkan

studi lain menunjukkan bahwa wanita dysmenorrhea beresiko 1,39

kali mengalami depresi dan rasa cemas.

6) Keluhan Ginekologikal lainnya

Studi mengenai beban yang ditimbulkan oleh dysmenorrhea

menunjukkan bahwa dysmenorrhea tingkat sedang hingga berat

berhubungan dengan keluhan ginekologikal yang lain (bukan nyeri

pada bagian bawah perut saat menstruasi).


27

7) Alterasi Aktivitas Autonomic Kardiak

Hasil studi Hegazi dan Nasrat (2007) menemukan bahwa wanita

yang mengalami dysmenorrhea bermanifestasi untuk memiliki

kardiak autonomik sign dari pada yang tidak. Alterasi yang cukup

signifikan pada aktivitas autonomik kardiak termanifestasi dalam

turunnya HRV (Heart Rate Variability) yang terjadi tidak hanya

pada fase luteal tetapi pada seluruh siklus termasuk pada fase yang

tidak menimbulkan nyeri.

2.2.6 Faktor yang Mempengaruhi Dysmenorrhea

Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya dysmenorrhea primer

menurut Rasjidi (2018) diantaranya adalah :

1) Faktor Kejiwaan

Remaja secara emosional tidak stabil, apalagi jika remaja tidak

mendapatkan penjelasan yang baik tentang proses menstruasi,

sehingga hal ini menyebabkan dysmenorrhea dapat muncul dengan

mudah.

2) Faktor Konstitusi

Faktor-faktor meliputi anemia dan penyakit menahun (penyakit

asma dan migrain) yang dapat menurunkan ketahanan terhadap

nyeri, dapat mempengaruhi timbulnya dysmenorrhea.


28

3) Faktor Obstruksi Kanalis Servikalis

Pada faktor ini menyebabkan aliran darah menstruasi tidak lancar

sehingga otot-otot uterus berkontraksi keras dalam usaha untuk

melainkan kelainan tersebut.

4) Faktor Endokrin

Kejang pada dysmenorrhea primer disebabkan oleh kontraksi yang

berlebihan. Hal ini disebabkan karena endometrium dalam fase

sekresi memproduksi prostaglandin F2-α yang menyebabkan

kontraksi otot-otot polos. Jika jumlah prostaglandin F2-α berlebih

akan dilepaskan dalam peredaran darah, maka selain dysmenorrhea,

dijumpai pula efek umum, seperti diare, nausea, dan muntah.

5) Faktor Alergi

Teori ini dikemukakan setelah adanya asosiasi antara dysmenorrhea

primer dengan urtikaria, migrain, atau asma bronkial. Smith

menduga bahwa sebab alergi ialah toksin haid.

Menurut Bare & Smeltzer (2001, dalam Khuluq, 2014). Faktor

resiko terjadinya dysmenorrhea primer adalah :

1) Menarche pada usia lebih awal

Menarche pada usia lebih awal menyebabkan alat-alat reproduksi

belum berfungsi secara optimal dan belum siap mengalami

perubahan-perubahan sehingga timbul nyeri ketika menstruasi.


29

2) Belum pernah hamil dan melahirkan

Perempuan yang hamil biasanya terjadi alergi yang berhubungan

dengan saraf yang menyebabkan adrenalin mengalami penurunan,

serta menyebabkan leher rahim melebar sehingga derajat nyeri haid

berkurang bahkan hilang.

3) Lama menstuasi lebih dari normal (7 hari)

Lama menstruasi lebih dari normal (7 hari), menstruasi

menimbulkan adanya kontraksi uterus, terjadi lebih lama

mengakibatkan uterus lebih sering berkontraksi, dan semakin

banyak prostaglandin yang dikeluarkan. Produksi prostaglandin

berlebihan menimbulkan rasa nyeri, sedangkan kontraksi uterus

yang terus menerus menyebabkan suplai darah ke uterus tehenti dan

terjadi dysmenorrhea.

4) Umur perempuan semakin tua, lebih sering mengalami menstruasi

maka leher rahim bertambah lebar, sehingga pada usia tua kejadian

dysmenorrhea jarang ditemukan.

Medicastore (2004, dalam khuluq, 2014). Wanita yang

mempunyai resiko menderita dysmenorrhea primer adalah :

1) Mengkonsumsi Alkohol. Alkohol merupakan racun bagi tubuh kita,

dan hati bertanggungjawab terhadap penghancur esterogen untuk

disekresi oleh tubuh. Fungsi hati terganggu karna adanya konsumsi

alkohol yang terus menerus, maka esterogen tidak bisa disekresi


30

oleh tubuh, akibatnya esterogen dalam tubuh meningkat dan dapat

menimbulkan gangguan pada pelvis.

2) Perokok. Merokok dapat meningkatkan lamanya menstruasi dan

meningkatkan lamanya dysmenorrhea.

3) Tidak pernah berolahraga. Kejadian dysmenorrhea akan meningkat

dengan kurangnya aktivitas selama menstruasi dan kurangnya

olahraga, hal ini dapat menyebabkan sirkulasi darah dan oksigen ke

uterus menurun sehingga menyebabkan nyeri.

4) Stress. Stress menimbulkan penekanan sensasi saraf-saraf pinggul

dan otot-otot punggung bawah sehingga menyebabkan

dysmenorrhea.

2.2.7 Penanganan Dysmenorrhea

1) Terapi Farmakologi

Dysmenorrhea dapat di atasi dengan terapi farmakologi dan non

farmakologi. Terapi farmakologi dengan memberikan obat-obatan

seperti prostaglandin, inhibitor, analgesik dan penggunaan

Nonsteroidal anti-inflamasntory (NSAIDS) yaitu ibuprofen,

acetaminophen, aceclofenac, valdecoxib, diclofenac, meloxicam,

dengan tujuan pengobatannya untuk menghilangkan nyeri. Obat-

obatan tersebut dapat menurunkan nyeri dan menghambat produksi

prostaglandin dari jaringan-jaringan yang mengalami trauma dan

inflamasi yang menghambat reseptor nyeri untuk menjadi sensitif

terhadap stimulasi yang menyebabkan sakit sebelumnya. Akan


31

tetapi, setiap pengobatan secara farmakologi dapat memberikan

efek samping, yaitu gangguan pada sistem gastrointestinal bagian

bawah (dyspepsia), nausea, dan abnormalitas pada ginjal dan fungsi

hati.

2) Terapi Non Farmakologi

(1) Relaksasi

Relaksasi merupakan latihan pernafasan, teknik relaksasi dapat

menurunkan konsumsi oksigen, frekuensi pernafasan, frekuensi

jantung, dan ketegangan otot, yang menghentikan siklus nyeri,

ansietas, ketegangan otot, teknik ini juga efektif digunakan pada

nyeri kronis.

(2) Olahraga

Salah satu olahraga yang dapat mengurangi intensitas nyeri

dysmenorrhea yaitu senam. Pada penelitian yang dilakukan oleh

Sornim (2014) menyebutkan bahwa senam terbukti berpengaruh

dalam menurunkan nyeri dysmenorrhea pada remaja. Senam

dysmenorrhea memiliki dampak yang lebih baik bagi penderita

dysmenorrhea dibanding dengan beristirahat. Dengan melakukan

latihan dan gerakan-gerakan, otot-otot panggul dan otot-otot

uterus mengalami relaksasi, sehingga nyeri yang dirasakan saat

menstruasi teratasi. Selain itu, senam dysmenorrhea juga dapat

menstabilkan mood dan depresi yang biasanya terjadi pada

wanita.
32

(3) Aromaterapi

Aromaterapi adalah penggunaan minyak esensial yang berasal

dari tanaman yang aman untuk terapi. Ada banyak jenis minyak

esensial yang digunakan untuk terapi seperti melissa, eucalyptus,

dan lavender. Aromaterapi ini sangat efektif digunakan untuk

relaksasi, mengurangi nyeri, stress, dan meningkatkan

mekanisme koping individu.

(4) Terapi Hangat dan Dingin

Terapi hangat dan dingin dapat mengurangi nyeri dan

memberikan kesembuhan. Pemilihan intervensi pemberian terapi

hangat dan dingin dapat bervariasi disesuaikan dengan kondisi

klien. Sebagai contoh terapi hangat dapat menggunakan alas

hangat atau kompres dengan menggunakan kantung karet yang

diberi air hangat untuk membantu mengurangi nyeri akut dan

pemberian handuk yang telah ditaruh dalam kantung es dapat

mengurangi nyeri akut pada sendi yang meradang.

2.3 AKTIVITAS BELAJAR

2.3.1 Definisi Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar adalah keterlibatan seseorang dalam bentuk

sikap, pikiran, dan perhatian saat kegiatan belajar. Sehingga dapat

diperoleh manfaat. (Rohmat, 2013).


33

Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun

mental. Dalam proses belajar kedua aktivitas itu harus saling berkaitan,

contoh seseorang sedang belajar membaca, fisik kelihatan bahwa

orang itu membaca menghadapi suatu buku, tetapi mungkin pikiran

dan sikap mentalnya tidak tertuju pada buku yang dibaca.

Menunjukkan tidak ada keserasian antara aktivitas fisik dengan

aktivitas mental. Apabila sudah demikian, maka belajar tidak optimal.

Begitu juga sebaliknya jika hanya mentalnya saja yang aktif, juga tidak

akan bermanfaat. Misalnya ada seseorang berfikir tentang sesuatu atau

renungan ide-ide yang perlu diketahui oleh masyarakat, tetapi tidak

disertai dengan perbuatan fisik atau aktivitas fisik misalnya dituangkan

pada tulisan atau disampaikan kepada orang lain maka ide tersebut

tidak akan bermakna. (Sardiman, 2016)

STIKES Artha Bodhi Iswara Surabaya merupakan Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Artha Bodhi Iswara yang memiliki 3 jurusan yaitu

jurusan Ilmu Kebidanan, Keperawatan dan Ners. Jadwal perkuliahan

mahasiswa jurusan Ilmu Keperawatan cukup padat yaitu sekitar 6-7

jam belajar efektif setiap hari senin sampai jumat, dimana kegiatan

perkuliahannya terdiri dari lecture yaitu mendengarkan materi dari

dosen pengajar, SGD (Small Group Discusion) yaitu diskusi kelompok

kecil untuk membahas topik tertentu dan presentasi tugas yang

diberikan dosen pengajar. Masing-masing kegiatan tersebut

berpengaruh pada nilai akhir mahasiswa sehingga dituntutnya


34

keaktifan mahasiswa selama kegiatan tersebut seperti mengemukakan

pendapat, bertanya, menjawab dan presentasi dengan baik supaya

mendapatkan hasil yang maksimal.

2.3.2 Jenis-Jenis Aktivitas Belajar

Menurut Paul B. Diedrich yang dikutip dalam Suhana (2014) Aktivitas

belajar dibagi menjadi 8 kelompok, sebagai berikut :

1) Kegiatan Visual (Visual Activities)

Misalnya : membaca, melihat gambar-gambar, mengamati

eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja

atau bermain.

2) Kegiatan Lisan (Oral Activities)

Seperti : mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan

suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran,

mengemukakan pendapat, berwawancara, berdiskusi.

3) Kegiatan Mendengarkan (Listening Activities)

Sebagai contoh : mendengarkan penyajian, bahan, mendengarkan

percakapan, diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan

instrument music, mendengarkan siaran radio.

4) Kegiatan Menulis (Writing Activities)

Misalnya : menulis cerita, karangan, menulis laporan, membuat

sketsa atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket


35

5) Kegiatan Menggambar (Drawing Activities)

Misalnya : menggambar, membuat grafik, diagram, peta, dan pola

6) Kegiatan Metrik (Motor Activities)

Misalnya : melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan

pameran, membuat model, menyelenggarakan pameran, membuat

model, menyelenggarakan permainan (simulasi) serta menari dan

berkebun.

7) Kegiatan Mental (Mental Activities)

Misalnya : merenungkan, mengingat, memecahkan masalah,

menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan,

membuat keputusan

8) Kegiatan Emosional (Emotional Activities)

Misalnya : minat, membedakan, berani, tegang, merasa tegang dan

gugup.

9) Kegiatan Aktivitas Belajar yang lain

Misalnya : ujian proposal dan skripsi (tingkat stress lebih besar

dari pada ujian pada umumnya)


36

2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar

1) Faktor Internal

(1) Aspek Fisik (Fisiologis)

Orang yang belajar membutuhkan fisik yang sehat. Fisik yang

sehat akan mempengaruhi seluruh jaringan tubuh sehingga

aktivitas belajar tidak menurun

(2) Aspek Psikhis (Psikologis)

Pada aspek psikologi, ada faktor psikologis yang

mempengaruhi seseorang untuk melakukan aktivitas belajar.

Faktor-faktor itu adalah perhatian, pengamatan, tanggapan,

fantasi, ingatan, berfikir, bakat dan motif.

2) Faktor Eksternal

(1) Keadaan Keluarga

Sebelum seseorang belajar di lembaga formal (sekolah)

sebelumnya telah mendapatkan pendidikan di lingkungan

keluarga. Dikeluargalah setiap orang pertama kali mendapatkan

pendidikan. Pengaruh pendidikan di lingkungan keluarga,

suasana di lingkungan keluarga, cara orang tua mendidik,

keadaan ekonomi, hubungan antar anggota keluarga semua hal

hal yang diajarkan didalam keluarga sangat mempengaruhi

aktif dan pasifnya anak dalam mengikuti kegiatan tertentu.


37

(2) Guru dan Cara Mengajar

Lingkungan sekolah, dimana dalam lingkungan ini mahasiswa

mengikuti kegiatan belajar mengajar, dengan segala unsur yang

terlibat didalamnya, seperti bagaimana dosen menyampaikan

materi, metode, pergaulan dengan temannya turut

mempengaruhi tinggi rendahnya kadar aktivitas mahasiswa

dalam proses belajar dan mengajar.

(3) Alat-alat Pembelajaran

Sekolah yang cukup memiliki perlengkapan yang diperlukan

untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik dari

dosennya, kecakapan dosen dalam menggunakan alat tersebut,

akan mempermudah dan mempercepat proses belajar mengajar.

(4) Motivasi Sosial

Dalam proses pendidikan timbul kondisi-kondisi yang diluar

tanggung jawab sekolah, tetapi berkaitan erat dengan corak

kehidupan lingkungan masyarakat atau bersumber pada

lingkungan alam. Oleh karena itu corak hidup suatu lingkungan

masyarakat tertentu dapat mendorong seseorang untuk aktif

mengikuti kegiatan belajar mengajar atau sebaliknya.

(5) Lingkungan dan Kesempatan

Lingkungan, dimana mahasiswa tinggal akan mempengaruhi

perkembangan belajar, misalnya jarak antara rumah dan

sekolah yang terlalu jauh, sehingga memerlukan kendaraan


38

yang cukup lama yang pada akhirnya dapat melelahkan

mahasiswa itu sendiri.

2.4 KONSEP MAHASISWA

2.4.1 Pengertian mahasiswa

Menurut Hartaji (2012) mahasiswa adalah seseorang yang sedang

dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang

menjalani pendidikan pada salah satu bentuk Perguruan Tinggi yang

terdiri dari Akademik, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institute dan

Universitas. Seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap

perkembangan yang usianya 18-25 tahun. Tahap ini dapat digolongkan

pada remaja akhir sampai masa dewasa awal dan dilihat dari segi

perkembangan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini ialah

pemantapan pendirian hidup (Yusuf, 2012 : 27)

2.4.2 Karakteristik perkembangan mahasiswa

Perguruan tinggi dapat menjadi masa penemuan intelektual dan

pertumbuhan kepribadian. Mahasiswa berubah saat merespon terhadap

kurikulum yang menawarkan wawasan dan cara berpikir baru seperti

terhadap mahasiswa lain yang berbeda dalam soal pandangan dan nilai,

terhadap kultur mahasiswa yan berbeda dengan kultur pada umumnya,

dan terhadap anggota fakultas yang memberikan model baru. Pilihan


39

perguruan tinggi dapat mewakili pengejaran terhadap hasrat yang

menggebu atau awal dari karir masa depan (Papalia dkk, 2008 : 672)

Ciri-ciri perkembangan mahasiswa (usia 18 sampai 21 tahun)

dapat dilihat dalam tugas-tugas perkembangan yaitu :

1) Menerima keadaan fisiknya : Perubahan fisiologis dan organis

yang sedemikian hebat pada tahun-tahun sebelumnya, pada masa

remaja akhir sudah lebih tenang. Struktur dan penampilan fisik

sudah menetap dan harus diterima sebagaimana adanya.

Kekecewaan karena kondisi fisik tertentu tidak lagi menganggu

dan sedikit demi sedikit mulai menerima keadaanya.

2) Memperoleh kebebasan emosional : Masa remaja akhir sedang

masa proses melepaskan diri dari ketergantungan secara

emosional dari orang yang dekat dalam hidupnya (orang tua).

Kehidupan emosi yang sebelumnya banyak mendominasi sikap

dan tindakannya mulai terintegrasi dengan fungsi-fungsi lain

sehingga lebih stabil dan lebih terkendali. Dia mampu

mengungkapkan pendapat dan perasaannya dengan sikap yang

sesuai dengan lingkungan dan kebebasan emosionalnya.

3) Mampu bergaul : Dia mulai mengembangkan kemampuan

mengadakan hubungan social baik dengan teman sebaya maupun

orang lain yan berbeda tingkat kematangan sosialnya. Dia mampu

menyesuaikan dan memperlihatkan kemampuan bersosialisasi

dalam tingkat kematangan sesuai dengan norma sosial yang ada.


40

4) Menemukan model untuk identifikasi : Dalam proses ke arah

kematangan pribadi, tokoh identifikasi sering kali menjadi faktor

penting, tanpa tokoh identifikasi timbul kekaburan akan model

yang ingin ditiru dan memberikan pengarahan bagaimana

bertingkah laku dan bersiap sebaik-baiknya.

5) Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri : Pengertian dan

penilaian yang objektif menenai diri sendiri mulai terpupuk.

Kekurangan dan kegagalan yang bersumber pada keadaan

kemampuan tidak lagi mengganggu berfungsinya kepribadian dan

menghambat prestasi yang ingin dicapai

6) Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma :

Nilai pribadi yang tadinya menjadi norma dalam melakukan

sesuatu tindakan bergeser ke arah penyesuaian terhadap norma

diluar dirinya. Baik yang berubungan dengan nilai social ataupun

nilai moral. Nilai pribadi adakalanya harus disesuaikan dengan

nilai-nilai umum (positif) yang berlaku di lingkungannya.

7) Meningalkan reaksi dan cara penyesuaian kekanak-kanakan :

Dunia remaja mulai ditinggalkan dan dihadapannya terbentang

dunia dewasa yang akan dimasuki. Ketergantungan secara psikis

mulai ditinggalkan dan ia mampu mengurus dan menentukan

sendiri. Dapat dikatakan masa ini ialah masa persiapan kearah

tahapan perkembangan berikutnya yakni masa dewasa muda.


41

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karakteristik

mahasiswa ialah pada penampilan fisik tidak lagi mengganggu

aktivitas di kampus, mulai memiliki intelektualitas yang tinggi dan

kecerdasan berfikir yang matang untuk masa depannya, memiliki

kebebasan emosional untuk memiliki pergaulan dan menentukan

kepribadiannya. Mahasiswa juga ingin meningkatkan prestasi di

kampus, memiliki tanggung jawab dan kemandirian dalam

menyelesaikan tugas-tugas kuliah serta mulai memikirkan nilai dan

norma-norma di lingkungan kampus maupun di lingkungan

masyarakat di mana dia berada.

2.5 HUBUNGAN DYSMENORRHEA DENGAN AKTIVITAS BELAJAR

Menurut Kusmiran (2012) menstruasi terjadi secara alamiah pada

perempuan, dimana saat mentruasi akan mengalami perdarahan yang teratur

dari uterus sebagai tanda bahwa organ reproduksi telah mengalami kematangan.

Berbagai jenis ganguan dapat terjadi pada saat mentruasi yaitu hipermenorea,

hipomenorea, polimenorea, oligomenorea, amenorea dan dysmenorrhea.

Salah satu gangguan yang terjadi pada saat menstruasi yaitu dysmenorrhea.

Tingkat keparahan dysmenorrhea terbagi atas dysmenorrhea ringan yaitu nyeri

haid yang berlangsung beberapa saat dan aktivitas sedikit tergangu namun

dapat melanjutkan kegiatan sehari-hari. Dysmenorrhea sedang dimana

penderita memerlukan obat penghilang rasa nyeri. Jika tidak, aktivitas menjadi

terganggu. Dysmenorrhea berat yaitu penderita perlu istirahat beberapa hari


42

karena pada dysmenorrhea berat dapat disertai sakit kepala, nyeri pinggang,

diare dan rasa tertekan sehingga dapat mengganggu sebagian besar aktivitas.

Beban yang ditimbulkan oleh dysmenorrhea lebih besar dari permasalahan

ginekologi lainnya. Selain menimbulkan permasalahan ginekologikal,

dysmenorrhea juga dapat menyebabkan permasalahan kesehatan masyarakat,

kesehatan kerja dan keluarga karena dysmenorrhea tidak hanya berdampak

pada individu terkait, tetapi juga lingkungan disekitarnya seperti, terganggunya

aktivitas belajar, menurunnya kualitas hidup, kerugian ekonomi, infertilitas,

depresi, keluhan ginekologikal lainnya dan alterasi aktivitas autonomik kardiak

(Aytat Polat et al, 2009)


BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Teori


Menstruasi

1. Perubahan fisiologis (pengaruh hormon, enzim, vascular, prostaglandin, status kesehatan dan genetik)
2. Alamiah (organ reproduksi telah mengalami kematangan

Normal Abnormal

Siklus menstruasi : 21-35 Adanya gangguan menstruasi :


hari 1. Banyak dan lamanya perdarahan
Lama haid : 2-8 hari 2. Kelainan siklus
Perdarahan : 20-60 ml/hari 3. Perdarahan di luar siklus
4. Gangguan lain yang berhubungan (dysmenorrhea)

1. Usia
FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL
2. Status gizi
1. Menurunkan angka Dampak dysmenorrhea : 3. Lingkungan
kehadiran
2. Tidak dapat 1. Aktivitas Belajar
berkonsentrasi 2. Kualitas hidup menurun
3. Tidak mampu 3. Kerugian Ekonomi
menjawab pertanyaan 4. Infertilitas
4. Terganggunya 5. Depresi
hubungan sosialisasi

Keterangan :
Menstruasi merupakan perubahan fisologis dimana pada saat menstruasi terjadi
: Diteliti
perubahan hormon: Tidak diteliti dan menstruasi juga diartikan sebagai kondisi alamiah
reproduksi,
: Mempengaruhi
dari tubuh sebagai tanda bahwa organ reproduksi telah mengalami kematangan.
Sumber : Rasjidi (2018), Kusmiran (2014), Yahya (2011), Aytat Polat, et al (2009)
Menstruasi dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal yang berasal dari hormone,
yang telah dimodifikasi.

enzim, vaskular, prostaglandin, status kesehatan dan genetik. Faktor eksternal


Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Hubungan Dysmenorrhea
meliputi usia, dengan Aktivitas
status gizi Belajar Mahasiswi
dan lingkungan Semester
serta adanya II, IVmenstruasi
gangguan dan VI Prodi
yaituS1
Keperawatan STIKES Artha Bodhi Iswara Surabaya Tahun Ajaran
gangguan b 2019/2020
43
44

Menstruasi merupakan perubahan fisologis dimana pada saat menstruasi

terjadi perubahan hormon reproduksi, dan menstruasi juga diartikan sebagai

kondisi alamiah dari tubuh sebagai tanda bahwa organ reproduksi telah

mengalami kematangan. Menstruasi dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor

internal yang berasal dari hormone, enzim, vaskular, prostaglandin, status

kesehatan dan genetik. Faktor eksternal meliputi usia, status gizi dan lingkungan

serta adanya gangguan menstruasi yaitu gangguan banyak dan lamanya

perdarahan, kelainan siklus, perdarahan di luar siklus dan gangguan lain yang

berhubungan yaitu dysmenorrhea. Dampak yang ditimbulkan oleh dysmenorrhea

adalah akivitas belajar karena dapat menurunkan angka kehadiran, tidak dapat

berkonsentrasi, tidak mampu menjawab pertanyaan serta terganggunya hubungan

sosialisasi. Selain aktivitas belajar ada kualitas hidup menurun, kerugian

ekonomi, infertilitas dan depresi.

3.2 Hipotesis Penelitian

H1 : Ada Hubungan Dysmenorrhea dengan Aktivitas Belajar Mahasiswi

Semester II, IV dan VI Prodi S1 Keperawatan STIKES Artha Bodhi Iswara

Surabaya Tahun Ajaran 2019/2020”

H0 : Tidak Ada Hubungan Dysmenorrhea dengan Aktivitas Belajar

Mahasiswi Semester II, IV dan VI Prodi S1 Keperawatan STIKES Artha Bodhi

Iswara Surabaya Tahun Ajaran 2019/2020”


BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik korelasional yaitu penelitian

yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antarvariabel

(Nursalam, 2016), sedangkan desain penelitian menggunakan teknik cross

sectional yaitu penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi

dilakukan satu kali pada suatu saat dalam periode yang sama (Heriyanto, 2017).

4.2 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

4.2.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswi prodi S1

Keperawatan semester II, IV dan VI STIKES Artha Bodhi Iswara

Surabaya yang berjumlah 59 mahasiswi.

4.2.2 Sampel

Sampel terdiri atas bagian populasi yang terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam,

2016). Maka besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus

Slovin sebagai berikut :

N
n=
1+ N (d)2

45
46

Keterangan :

N : Besar populasi

n : Besar sampel

d : Tingkat kesalahan (0,05)

Berdasarkan rumus di atas, jumlah minimum sampel pada penelitian ini

adalah :

N
n=
1 + N (d)2

59
n=
1 + 59 (0,05)2

59
n=
1 + 0,1475

59
n=
1,1475

n = 51,4 = 51

4.2.3 Teknik Pengambilan Sampel ( Sampling )

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah probability

sampling menggunakan stratified random sampling (sampel acak

bertingkat) yakni pengambilan subyek dari setiap strata secara seimbang

atau sebanding dengan banyaknya subyek masing-masing. Untuk


47

menentukan sampel setiap strata/kelas pada penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut :

Ni
ni = .n
N
Keterangan :

ni = Jumlah sampel menurut stratum

n = Jumlah sampel seluruhnya

Ni = Jumlah populasi menurut stratum

N = Jumlah populasi seluruhnya

Maka jumlah sampel menurut strata kelas yaitu :

Semester II . 51 = 13 Orang

Semester IV . 51 = 22 Orang

Semester VI . 51 = 16 Orang

Teknik pengambilan sampel dalam tiap kelas menggunakan teknik

random melalui metode undian yaitu dengan cara memasukkan nomor

urut absen populasi sampel (kerangka sampel), kemudian

dikocok/diguncang sampai memenuhi jumlah sampel tiap kelas yang

telah ditentukan sebelumnya, nomor yang keluar dari kocokan tersebut

adalah unit sampel (orang yang akan menjadi responden).


48

Adapun kriteria subyek penelitian adalah :

1) Kriteria Inklusi

(1) Usia 18-21 tahun

(2) Bersedia menjadi responden

(3) Prodi S1 Keperawatan

(4) Telah menstruasi dan mengalami dysmenorrhea

2) Kriteria Eksklusi

(1) Tidak hadir saat penelitian dilaksanakan

(2) Tidak bersedia menjadi responden

(3) Tidak mengalami gangguan reproduksi (dysmenorrhea)

4.3 Klasifikasi Variabel dan Definisi Operasional

4.3.1 Variabel Penelitian

1) Variabel Independen (bebas)

Variabel Indpenden adalah variabel bebas yang nilainya

menentukan variabel lain (Nursalam, 2016). Dalam penelitian ini

yang merupakan variabel independent adalah Dysmenorhhea.

2) Variabel Dependen (terikat)

Variabel Dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh

variabel lain (Nursalam, 2016). Dalam penelitian ini yang

merupakan variabel dependen adalah Aktivitas Belajar


49

4.3.2 Definisi Operasional

Tabel 4.1 Definisi Operasional Hubungan Dysmenorrhea dengan

Aktivitas Belajar Mahasiswi Prodi S1 Keperawatan Semester

II, IV dan VI STIKES Artha Bodhi Iswara Surabaya Tahun

Ajaran 2019/2020

Variabel Definisi Alat ukur Skala Kriteria


Operasional

Variabel Rasa nyeri yang Kuesioner Ordinal Dysmenorrhea


Independen timbul selama menggunakan skala dinyatakan dalam
yaitu menstruasi yang likert dengan alternatif tingkatan :
dysmenorrhea ditandai dengan pilihan jawaban sering
a. Ringan dengan skor
nyeri di daerah sekali (SS), sering (S),
(10-20) = kode 1
perut bawah kadang-kadang (KK),
maupun panggul tidak (T). b. Sedang dengan skor
kadang meluas Penilaiannya untuk SS (21-30) = kode 2
ke pinggang diberi nilai=4 ; S=3 ;
c. Berat dengan skor
serta punggung KK=2 ; T=1.
(31-40) = kode 3
bagian bawah

Variabel kegiatan yang Kuesioner Ordinal Aktivitas belajar


dependen yaitu mengarah pada menggunakan skala dinyatakan dalam
aktivitas proses belajar likert dengan alternatif tingkatan :
belajar seperti bertanya, pilihan jawaban sering
a. Tidak terganggu
mengajukan sekali (SS), sering (S),
dengan rentang nilai
pendapat, kadang-kadang (KK),
= 20-40 (kode 1)
mengerjakan tidak (T). Pada
tugas-tugas, pernyataan favorable, b. Terganggu = 41-60
dapat menjawab SS diberi nilai=4 ; (kode 2)
pertanyaan S=3 ; KK=2 ; T=1.
c. Sangat terganggu =
dosen dll. Pada pernyataan
61-80 (kode 3)
unfavorable SS diberi
nilai=1 ; S=2 ; KK=3 ;
T=4.
50

4.4 Instrumen Penelitian

Instrument penelitian ini adalah kuesioner untuk mengetahui hubungan

Dysmenorrhea dengan Aktivitas Belajar Mahasiswi Prodi S1 Keperawatan

Semester II, IV dan VI STIKES Artha Bodhi Iswara Surabaya Tahun Ajaran

2019/2020.

Kuesioner penelitian ini meliputi :

1) Bagian A berkaitan dengan karakteristik responden yang terdiri dari inisial,

usia, usia menarche, semester, lama perdarahan menstruasi, sifat nyeri haid

yang dirasakan.

2) Bagian B berkaitan dengan dysmenorrhea yang terdiri dari 10 pertanyaan.

Penilaian kuesioner ini berdasarkan skala Likert, dengan empat pilihan

alternatif jawaban yaitu sering sekali, sering, kadang-kadang dan tidak.

Bobot nilai yang diberikan yaitu 1,2,3 dan 4 dengan jawaban tidak mendapat

nilai 1, kadang-kadang mendapat nilai 2, sering mendapat nilai 3 dan

jawaban sering sekali mendapat nilai 4. Total skor adalah 10-40. Semakin

tinggi jumlah skor maka dysmenorrhea semakin berat.

3) Bagian C berkaitan dengan Aktivitas Belajar yang terdiri dari 20 pertanyaan.

Penilaian kuesioner ini berdasarkan skala Likert. Kuesioner ini disajikan

dalam bentuk pertanyaan positif 12 pertanyaan dan pertanyaan negatif 8

pertanyaan, dengan empat pilihan alternatif jawaban yaitu sering sekali,

sering, kadang-kadang dan tidak. Bobot nilai yang diberikan untuk setiap

pertanyaan positif diberi nilai 1,2, 3 dan 4 dengan jawaban tidak mendapat

nilai 1, kadang-kadang mendapat nilai 2, sering mendapat nilai 3 dan


51

jawaban sering sekali mendapat nilai 4. Pada pertanyaan negatif diberi nilai

4,3,2 dan 1 dengan jawaban tidak mendapat nilai 4, sering mendapat nilai 3,

kadang-kadang mendapat nilai 2, dan jawaban sering mendapat nilai 1. Total

skor adalah 20-80. Semakin tinggi jumlah skor maka aktivitas belajar

semakin sangat terganggu.

4.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

4.5.1 Validitas

Validitas adalah derajat ketetapan antara data yang terjadi pada obyek

penelitian dengan data yang dilaporkan oleh peneliti. Maka dari itu, data

yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan

peneliti dengan sesungguhnya pada obyek penelitian (Sugiyono, 2011).

Menurut Nursalam (2016), alpha ditentukan sebesar 0,05 dengan

interpretasi koefisien korelasi (r) adalah sebagai berikut:

0,800 – 1,000 : sangat tinggi

0,600 – 0,799 : tinggi

0,400 – 0,599 : cukup tinggi

0,200 – 0,399 : rendah

0,000 – 0,199 : sangat rendah (tidak valid)

Uji validitas dalam penelitian menggunakan uji korelasi item total dari

statistik Product Moment Pearson. Dalam penelitian ini yang diuji

validitas adalah seluruh pernyataan dari dua kuesioner. Uji validitas


52

dilakukan sebelum penelitian. Kuesioner ini diberikan pada mahasiswi

kebidanan sebanyak 21 mahasiswi.

Hasil uji validitas yang pertama yang terdapat pada instrumen

penelitian kuesioner dysmenorrhea setelah uji coba kuesioner 11

pernyataan, diperoleh 5 pernyataan valid dengan nilai 0,520 (cukup

tinggi) – 0,827 (sangat tinggi). Hasil uji yang kedua dari 15 pernyataan,

diperoleh 5 pertanyaan valid dan 10 pernyataan tidak valid. Kemudian

pernyataan yang valid oleh peneliti dijadikan satu sehingga jumlah

pernyataan kuesioner dysmenorrhea terdapat 10 pernyataan.

Hasil uji validitas yang pertama pada instrumen penelitian kuesioner

aktivitas belajar yang telah dilakukan uji coba pada kuesioner 21

pernyataan, diperoleh 13 pernyataan valid dengan nilai 0,441 (cukup

tinggi) – 0,766 (tinggi). Hasil uji yang kedua dari 15 pernyataan,

diperoleh 7 pernyataan valid dan 8 pernyataan tidak valid. Kemudian

pernyataan yang valid oleh peneliti dijadikan satu sehingga jumlah

pernyataan kuesioner aktivitas belajar terdapat 20 pernyataan.

4.5.2 Reliabilitas

Menurut Nursalam (2016) reabilitas adalah kesamaan hasil

pengukuran apabila fakta diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu

yang berlainan. Menurut Hidayat (2011) mengintrepretasikan reliabilitas

sebagai berikut :
53

0,800 -1,000 : sangat reliable

0,600 – 0,799 : reliable

0,400 – 0,599 : cukup reliable

0,200 – 0,399 : rendah

0,000 – 0,199 : sangat rendah (tidak reliable)

Uji reliabilitas yang pertama dalam penelitian ini menggunakan

cronbach’s alpha dengan SPSS 16.0. Berdasarkan uji reliabilitas yang

dilakukan pada 21 mahasiswi sebagai uji coba kuesioner dysmenorrhea

dari 11 pernyataan didapatkan 5 pernyataan valid dengan nilai cronbach’s

alpha 0,745 (reliable). Uji yang kedua dari 15 pernyataan didapatkan 5

pernyataan valid dengan nilai cronbach’s alpha 0,347 (rendah).

Pada uji coba kuesioner aktivitas belajar dari 21 pernyataan didapatkan

13 pernyataan valid dengan nilai cronbach’s alpha 0,781 (reliable). Uji

yang kedua dari 15 pernyataan didapatkan 7 pernyataan valid dengan nilai

cronbach’s alpha 0,658 (reliable).

4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

1) Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kampus STIKES Artha Bodhi Iswara

Surabaya. Adapun pemilihan lokasi tersebut adalah :

(1) Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, bahwa banyak mahasiswi yang

terganggu aktivitas belajarnya karena mengalami nyeri dysmenorrhea.

(2) Lokasi penelitian dapat terjangkau oleh peneliti


54

2) Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari pengajuan proposal sampai dengan

penyajian hasil penelitan dari bulan November 2019 s/d Juli 2020

4.7 Prosedur Pengumpulan Data

Peneliti mengurus surat izin penelitian di kampus STIKES Artha Bodhi

Iswara Surabaya kemudian peneliti menyerahkan surat izin tersebut kepada pihak

bagian kemahasiswaan STIKES Artha Bodhi Iswara Surabaya. Setelah diizinkan

dan mendapatkan surat (balasan) izin penelitian dari kampus, peneliti

mengumpulan data sekunder yang diperoleh dari catatan keterangan (absensi)

mahasiswi yang terdaftar sebagai mahasiwi STIKES Artha Bodhi Iswara

Surabaya. Dikarenakan adanya pandemic covid-19 ini peneliti tidak bisa lansung

bertemu dengan responden tetapi peneliti tetap melakukan penelitian dan

mengambil data dengan cara online. Pertama peneliti meminta izin serta

menjelaskan maksud dan tujuan peneliti kepada komting semester II, IV dan VI,

setelah di acc komting peneliti dimasukkan dalam grup semester II, IV dan VI,

kemudian peneliti menjelaskan kembali maksud dan tujuan masuk ke grup

tersebut. Dan peneliti membagikan kuesioner dalam bentuk foto scan kemudian

kueioner tersebut diisi oleh respoden. Jika sudah mengisi kuesioner langsung

dikirim ke peneliti melalui WhatsApp. Setelah kuesioner terkumpul semua,

peneliti mengecek satu persatu kuesioner tersebut jika ada yang belum diisi

peneliti memberitahu kepada responden untuk dilengkapi kembali, kemudian

peneliti melakukan teknik pengambilan sampel dengan cara membuat kocokan di


55

botol yang berisi nomor absensi mahasiwi tersebut, nomor yang keluar dari

kocokan tersebut itulah yang menjadi responden.

4.8 Pengolahan dan Analisa Data

1) Pengolahan Data

Setelah data terkumpul dari responden yang telah diberikan kuesioner,

kemudian dilakukan pengolahan data dan analisa data dengan tahap-tahap

sebagai berikut :

(1) Editing

Tahap ini merupakan tahap kegiatan untuk memeriksa data yang

telah dikumpulkan, sehingga data yang diolah adalah data yang

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan berdasarkan kebutuhan.

(2) Coding

Setelah semua kuesioner diedit, selanjutnya dilakukan pengkodean

yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka

atau bilangan. Pemberian kode dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Dysmenorrhea

Kode 1 : Dysmenorrhea ringan dengan skor 10-20

Kode 2 : Dysmenorrhea sedang dengan skor 21-30

Kode 3 : Dysmenorrhea berat dengan skor 31-40

2. Aktivitas Belajar

Kode 1 : Aktivitas belajar tidak terganggu dengan rentang nilai

20-40
56

Kode 2 : Aktivitas belajar terganggu dengan rentang nilai 41-60

Kode 3 : Aktivitas belajar sangat terganggu dengan rentang nilai

61-80

(3) Processing

Processing atau memasukkan data yaitu jawaban dari masing-

masing responden yang dalam bentuk kode (angka atau huruf)

dimasukkan ke dalam program SPSS (Statistical Program and Social

Sains).

(4) Cleaning

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian

dilakukan pembetulan atau koreksi.

(5) Tabulating

Tabulasi adalah proses penyusunan data kedalam tabel. Pada tahap

ini data dianggap telah selesai diproses sehingga harus segera disusun

kedalam suatu tempat yang telah dirancang.

2) Analisa Data

(1) Analisa Univariat

Analisa data univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik

responden dan karakteristik masin-masing variabel dalam penelitian

(Notoatmojo, 2017). Analisa univariat dalam penelitian ini meliputi


57

nama/usia, semester, usia menarche, lama perdarahan menstruasi dan

rasa sakit pada saat dysmenorrhea. Variabel yang berbentuk kategorik

disajikan dalam bentuk presentase. Penyajian masing-masing variabel

dilakukan dengan menggunakan tabel dan diinterpretasikan berdasarkan

hasil yang diperoleh.

(2) Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yaitu variabel bebas

dan variabel terikat yang diduga adanya behubungan atau berkorelasi

dengan menggunakan uji statistik (Notoatmodjo, 2012). Dalam

penelitian ini analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan

dysmenorrhea dengan aktivitas belajar. Analisis data diolah dengan

SPSS menggunakan uji statistik Rank Spearman, yang digunakan untuk

menguji kedua variabel yang berskala ordinal, dengan tingkat

kemaknaan α = 0,05. H0 ditolak bila nilai signifikannya (x2) < α (0,05)

yang berarti ada hubungan dysmenorrhea dengan aktivitas belajar.


58

4.9 Kerangka Operasional

Populasi
Seluruh mahasiswi semester II, IV dan VI Prodi S1 Keperawatan STIKES Artha
Bodhi Iswara Surabaya yang berjumlah 59 orang

Sampling
Probability sampling dengan teknik Stratified random sampling

Sampel
Sebagian mahasiswi semester II, IV dan VI Prodi S1 Keperawatan STIKES Artha
Bodhi Iswara Surabaya yang berjumlah 51 orang

Pengumpulan data menggunakan kuesioner tentang dysmenorrhea dan aktivitas


belajar

Pengolahan data dengan cara


Editing, coding, processing, cleaning dan tabulating kemudian dianalisis
menggunakan uji statistik Rank Spearman

Hasil penelitian dan pembahasan

Kesimpulan dan saran

Gambar 4.1 Kerangka Operasional Penelitian Hubungan Dysmenorrhea dengan


Aktivitas Belajar Mahasiwi Semester II, IV dan VI Prodi S1
Keperawatan STIKES Artha Bodhi Iswara Surabaya Tahun Ajaran
2019/2020
59

4.10 Etika Penelitian

(1) Informed concent (lembar persetujuan)

Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus memberikan lembar

persetujuan kepada responden sebagai bukti bahwa responden bersedia.

Peneliti harus menjelaskan maksud dan tujuan penelitian saat memberikan

lembar persetujuan tersebut. Peneliti tidak berhak memaksa responden untuk

berpartisipasi dalam penelitiannya.

(2) Anonymity (tanpa nama)

Peneliti harus menjaga kerahasiaan responden. Peneliti hanya boleh

memberikan inisial pada lembar pengumpulan data.

(3) Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang telah didapatkan oleh peneliti harus dijaga

kerahasiaannya dan hanya informasi tertentu saja yang akan disajikan pada

hasil penelitian.
BAB 5
HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dengan judul “Hubungan

dysmenorrhea dengan aktivitas belajar mahasiswi semester II, IV dan VI Prodi S1

Keperawatan STIKES Artha Bodhi Iswara Surabaya Tahun Ajaran 2019/2020”.

Pengumpulan data dilakukan pada mahasiswi yang berjumlah 51 orang. Data yang

disajikan meliputi data umum dan data khusus serta tabulasi silang berdasarkan

variabel penelitian yaitu dysmenorrhea dan aktivitas belajar.

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan “Artha Bodhi Iswara” Surabaya adalah

sekolah kesehatan yang didirikan oleh Yayasan Perguruan Tinggi Tri Darma

Surabaya pada tanggal 5 Agustus 2003, atas dasar rekomendasi dari PPSDM

Departemen Kesehatan RI No. HK.03.2.4.1.1454.01850-02567 maka pada tanggal 15

September 2004 mendapat ijin operasional dari Menteri Pendidikan Nasional RI

dengan keputusan MENDIKNAS No157/D/0/2004. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

“Artha Bodhi Iswara” Surabaya memiliki empat program studi yaitu S1 Keperawatan,

D3 Keperawatan, D3 Kebidanan, dan Profesi Ners. Terletak di Jl. Pumpungan III/29

Kelurahan Menur Pumpungan, Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya kode pos 60118.

Suasana lingkungan cukup mendukung proses belajar mengajar dimana lingkugannya

nyaman dan tenang karena letaknya di kawasan yang tidak banyak dilalui oleh

kendaraan, serta memiliki sarana dan prasarana yang cukup membantu mahasiswa

60
61

dalam proses perkuliahan. Ruang kuliah yang dilengkapi dengan AC membuat

suasana perkuliahan semakin nyaman dan juga memiliki perpustakaan yang didukung

oleh kelengkapan buku-buku yang menunjang proses pembelajaran. Terdapat juga

ruangan laboratorium untuk praktikum mahasiswa dengan kelengkapan alat-alat

prakteknya. Selain itu disediakan juga fasilitas wifi untuk melancarkan akses internet

bagi mahasiswa untuk membantu dalam penyelesaian tugas.

5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Data Umum

Data umum ini menjelaskan karakteristik mahasiswi meliputi usia,

semester, usia menarche, lama perdarahan menstruasi dan rasa sakit saat

dysmenorrhea dan data ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

1. Karakteristik mahasiswi berdasarkan usia

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan usia pada mahasiswi semester II,
IV dan VI Prodi S1 Keperawatan STIKES Artha Bodhi Iswara
Surabaya Tahun Ajaran 2019/2020

Usia Responden
No Usia (tahun) Frekuensi (n) Persentase (%)
1. 18 5 9,8
2. 19 12 23,5
3. 20 20 39,2
4. 21 14 27,5
Total 51 100
Sumber : Data Primer, Mei 2018

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa dari 51 mahasiswi sebagian besar

(39.2%) mahasiswi berusia 20 tahun sebanyak 20 mahasiswi.


62

2. Karakteristik mahasiswi berdasarkan semester

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan semester pada mahasiswi semester


II, IV dan VI Prodi S1 Keperawatan STIKES Artha Bodhi Iswara
Surabaya Tahun Ajaran 2019/2020

Semester
No Semester Frekuensi (n) Persentase(%)
1. semester II 13 25,5
2. semester IV 22 43,1
3. semester VI 16 31,4
Total 51 100
Sumber : Data Primer, Mei 2020

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa dari 51 mahasiswi sebagian

besar (43,1%) mahasiswi berada di semester IV sebanyak 22 mahasiswi.

3. Karakteristik mahasiswi berdasarkan usia menarche

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi berdasarkan usia menarche pada mahasiswi


semester II, IV dan VI Prodi S1 Keperawatan STIKES Artha Bodhi
Iswara Surabaya Tahun Ajaran 2019/2020

Usia Menarche
No Usia (tahun) Frekuensi (n) Persentase (%)
1. 10 1 2,0
2. 11 2 3,9
3. 12 5 9,8
4. 13 18 35,3
5. 14 14 27,5
6. 15 7 13,7
7. 16 4 7,8
Total 51 100
Sumber : Data Primer, Mei 2020
63

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa dari 51 mahasiswi sebagian besar

(35,3%) mahasiswi mengalami menarche pada saat usia 13 tahun sebanyak 18

mahasiswi.

4. Karakteristik mahasisiwi berdasarkan lama perdarahan menstruasi

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi berdasarkan lama perdarahan menstruasi pada


mahasiswi semester II, IV dan VI Prodi S1 Keperawatan STIKES
Artha Bodhi Iswara Surabaya Tahun Ajaran 2019/2020

Lama Perdarahan
No Lama Perdarahan Frekuensi (n) Persentase (%)
1. 3-5 34 66,7
2. 6-8 17 33,3
Total 51 100
Sumber : Data Primer, Mei 2020

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa dari 51 mahasiswi sebagian besar

(66,7%) mahasiswi mengalami lama perdarahan saat mentruasi selama 3-5

hari sebanyak 34 mahasiswi.

5. Karakteristik mahasiswi berdasarkan rasa sakit saat dysmenorrhea

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi berdasarkan rasa sakit saat dysmenorrhea pada
mahasiswi semester II, IV dan VI Prodi S1 Keperawatan STIKES
Artha Bodhi Iswara Surabaya Tahun Ajaran 2019/2020

Rasa sakit saat dysmenorrhea


No Rasa Sakit Frekuensi (n) Persentase (%)
1. Menetap 14 27,5
2. Hilang Timbul 37 72,5
Total 51 100
Sumber : Data Primer, Mei 2020
64

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa dari 51 mahasiswi sebagian besar

(72,5%) mahasiswi mengalami rasa sakit pada saat dysmenorrhea dengan

hilang timbul sebanyak 37 mahasiswi.

5.2.2 Data Khusus

Pada data khusus ini didasarkan pada variabel yang diukur yaitu
dysmenorrhea dan aktivitas belajar.

1. Karakteristik mahasiswi berdasarkan dysmenorrhea

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi dysmenorrhea pada mahasiswi semester II, IV


dan VI Prodi S1 Keperawatan STIKES Artha Bodhi Iswara
Surabaya Tahun Ajaran 2019/2020

Dysmenorrhea
No Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)
1. Ringan 17 33,3
2. Sedang 29 56,9
3. Berat 5 9,8
Total 51 100
Sumber : Data Primer, Mei 2020
Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa dari 51 mahasiswi sebagian besar

(56,9%) mahasiswi mengalami dysmenorrhea sedang sebanyak 29 mahasiswi.


65

2. Karakterikstik mahasiswi berdasarkan aktivitas belajar

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi aktivitas belajar pada mahasiswi semester II, IV
dan VI Prodi S1 Keperawatan STIKES Artha Bodhi Iswara
Surabaya Tahun Ajaran 2019/2020

Aktivitas Belajar
No Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)
1 Tidak Terganggu 12 23,5
2 Terganggu 26 51,0
3 Sangat Terganggu 13 25,5
Total 51 100
Sumber : Data Primer, Mei 2020

Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa dari 51 mahasiswi sebagian besar

(51,0%) mahasiswi mengalami aktivitas belajar terganggu akibat dampak

yang disebabkan oleh dysmenorrhea sebanyak 26 mahasiswi.


66

5.2.3 Tabulasi Silang Hubungan Dysmenorrhea dengan Aktivitas Belajar

Mahasiswi Semester II, IV dan VI Prodi S1 Keperawatan STIKES Artha

Bodhi Iswara Surabaya Tahun Ajaran 2019/2020

Tabel 5.8 Tabulasi silang hubungan dysmenorrhea dengan aktivitas belajar


mahasiswi semester II, IV dan VI Prodi S1 Keperawatan STIKES
Artha Bodhi Iswara Surabaya Tahun Ajaran 2019/2020

Aktivitas Belajar
Tidak Sangat
Terganggu
Dysmenorrhea Terganggu Terganggu Total
N (%) N (%) N (%) N (%)
Ringan 10 5 2 17
58.8 % 29.4 % 11.8 % 100.0 %
Sedang 2 18 9 29
6.9 % 62.1 % 31.0 % 100.0 %
Berat 0 3 2 5
0% 60.0 % 40.0 % 100.0 %
Total 12 26 13 51
23.5 % 51.0 % 25.5 % 100.0 %
ρ = 0,000
α = 0,01
Sumber : Data Primer, Mei 2020

Berdasarkan tabel 5.8 tentang tabulasi silang di atas menunjukkan bahwa

29 mahasiswi yang memiliki dysmenorrhea sedang sebagian besar (62,1%)

mengalami aktivitas belajar terganggu.

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Spearman’s rho didapatkan

hasil ρ = (0,000), dengan tingkat signifikan α = (0,01) sehingga ρ < α. Maka

dapat disimpulkan Ho ditolak dan H1 diterima, yaitu ada hubungan


67

dysmenorrhea dengan aktivitas belajar mahasiswi semester II, IV dan VI

Prodi S1 Keperawatan STIKES Artha Bodhi Iswara Surabaya Tahun Ajaran

2019/2020.
BAB 6

PEMBAHASAN

6.1 Dysmenorrhea pada mahasiswi

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi dari tabel 5.6 tentang karakteristik

dysmenorrhea menunjukkan bahwa dari 51 mahasiswi sebagian besar (56,9%)

mahasiswi mengalami dysmenorrhea sedang sebanyak 29 mahasiswi.

Dysmenorrhea adalah nyeri pada bagian perut, kram, dan sakit punggung

bawah sebelum dan selama menstruasi (Kusmiran, 2012). Dysmenorrhea juga

sering disertai dengan sakit kepala, mual terkadang sampai muntah, sembelit atau

diare, dan sering berkemih (Nugroho & Utama, 2014).

Hasil penelitian ini secara umum menunjukkan bahwa paling banyak

mahasiswi mengalami dysmenorrhea sedang. Pada saat menstruasi menyebabkan

rasa nyeri, terutama pada awal menstruasi namun dengan kadar nyeri yang

berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan pendapat Manuaba (2009) yang membagi

dysmenorrhea menjadi tiga tingkat keparahan yaitu dysmenorrhea ringan yang

merupakan nyeri haid yang berlangsung beberapa saat dan aktivitas sedikit

tergangu namun dapat melanjutkan kegiatan sehari-hari, dysmenorrhea sedang

yaitu penderita memerlukan obat penghilang rasa nyeri. Jika tidak, aktivitas

menjadi terganggu, dysmenorrhea berat yaitu penderita perlu istirahat beberapa

hari karena pada dysmenorrhea berat dapat disertai sakit kepala, nyeri pinggang,

diare dan rasa tertekan sehingga dapat mengganggu sebagian besar aktivitas.

68
69

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa mahasiswi yang

mengalami dysmenorrhea sedang dikarenakan beberapa hal seperti tidak dapat

melakukan aktivitas dan sulit berkonsentrasi ketika belajar. Sedangkan faktor

yang dapat menyebabkan mahasiswi mengalami dysmenorrhea sedang seperti

nyeri perut bagian bawah, nyeri pada punggung, pusing, tidak dapat melakukan

sebagian aktivitas, usia menarche yang terlalu dini dan usia menarche responden

tersebut yang paling rendah dengan usia 10 tahun, jika usia menarche yang

terlalu dini < 12 tahun akan mengalami nyeri saat menstruasi dan rata-rata usia

menarche pada usia 12-13 tahun.

6.2 Aktivitas Belajar pada mahasiswi

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi dari tabel 5.7 tentang karakteristik

aktivitas belajar menunjukkan bahwa dari 51 mahasiswi sebagian besar (51,0%)

mahasiswi mengalami aktivitas belajar terganggu akibat dampak yang

disebabkan oleh dysmenorrhea sebanyak 26 mahasiswi. Dapat disimpulkan

bahwa aktivitas belajar mahasiswi mayoritas terganggu, aktivitas belajar yang

terganggu dapat menjadikan tujuan belajar tidak tercapai.

Aktivitas belajar adalah keterlibatan seseorang dalam bentuk sikap, pikiran,

dan perhatian saat kegiatan belajar. Sehingga dapat diperoleh manfaat. (Rohmat,

2013). Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada

proses belajar seperti mendengarkan penjelasan dosen, mencatat hal-hal yang

dianggap penting, berdiskusi, bertanya, keberanian mengajukan pendapat, kritik

dan saran, keaktifan dalam kegiatan belajar, mengerjakan tugas-tugas, dapat


70

menjawab pertanyaan dosen dan bisa bekerjasama dengan mahasiswi lain, serta

tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan dosen.

Penelitian ini didukung oleh Alimuddin (2017) yang menyebutkan bahwa

sebanyak 47 (73,4%) mahasiswi terganggu aktivitas belajarnya akibat dampak

yang disebabkan oleh dysmenorrhea dan hanya 17 (26,6%) mahasiswi yang tidak

terganggu aktivitasnya. Dapat disimpulkan bahwa gangguan menstruasi yang

sering terjadi pada mahasisiwi dapat mencegah mahasiswi untuk dapat

beraktivitas secara normal.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas dapat terganggu

dikarenakan adanya faktor fisik dan faktor psikis yang mempengaruhinya. Orang

yang belajar membutuhkan fisik yang sehat. Fisik yang sehat akan

mempengaruhi seluruh jaringan tubuh sehingga aktivitas belajar tidak menurun.

Keadaan sakit pada fisik atau tubuh mengakibatkan cepat lelah, kurang

bersemangat, mudah pusing dan sebagainya. Faktor psikis juga sangat

mempengaruhi seseorang untuk melakukan aktivitas belajar sehingga

menyebabkan tidak konsentrasinya pada saat pembelajaran. Oleh karena itu agar

seseorang dapat belajar dengan baik maka harus mengusahakan kesehatan

dirinya.
71

6.3 Hubungan dysmenorrhea dengan aktivitas belajar

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi dari tabel 5.8 tentang tabulasi silang

menunjukkan bahwa 29 mahasiswi yang memiliki dysmenorrhea sedang

sebagian besar (62,1%) mengalami aktivitas belajar terganggu.

Hasil uji statistik menggunakan Spearman’s rho didapatkan hasil ρ =

(0,000), dengan tingkat signifikan α = (0,01) sehingga ρ < α. Maka dapat

disimpulkan Ho ditolak dan H1 diterima, yaitu ada hubungan dysmenorrhea

dengan aktivitas belajar mahasiswi semester II, IV dan VI Prodi S1 Keperawatan

STIKES Artha Bodhi Iswara Surabaya Tahun Ajaran 2019/2020.

Menstruasi merupakan perubahan fisologis dimana pada saat menstruasi

terjadi perubahan hormon reproduksi, dan menstruasi juga diartikan sebagai

kondisi alamiah dari tubuh sebagai tanda bahwa organ reproduksi telah

mengalami kematangan. Menstruasi dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor

internal yang berasal dari hormon, enzim, vaskular, prostaglandin, status

kesehatan dan genetik. Faktor eksternal meliputi usia, status gizi dan lingkungan

serta adanya gangguan menstruasi yaitu gangguan banyak dan lamanya

perdarahan, kelainan siklus, perdarahan di luar siklus dan gangguan lain yang

berhubungan yaitu dysmenorrhea. Dampak yang ditimbulkan oleh dysmenorrhea

adalah akivitas belajar karena dapat menurunkan angka kehadiran, tidak dapat

berkonsentrasi, tidak mampu menjawab pertanyaan serta terganggunya hubungan

sosialisasi. Selain aktivitas belajar ada kualitas hidup menurun, kerugian

ekonomi, infertilitas dan depresi.


72

Dysmenorrhea juga dapat menimbulkan dampak bagi kegiatan atau aktivitas

para wanita khususnya remaja. Dysmenorrhea membuat remaja tidak bisa

beraktivitas secara normal dan memerlukan resep obat. Keadaan tersebut

menyebabkan menurunnya kualitas hidup remaja, sebagai contoh siswi yang

mengalami dysmenorrhea primer tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar dan

motivasi belajar menurun karena nyeri yang dirasakan (Prawirohardjo, 2009)

Penelitian ini didukung oleh Alimuddin (2017) yang menyebutkan terdapat

hubungan yang bermakna antara dysmenorrhea dengan aktivitas belajar ρ < 0,05

(ρ=0,00) penelitian tersebut menyebutkan bahwa mahasiswi yang mengalami

dysmenorrhea sedang dan berat merasa bahwa aktivitas belajarnya terganggu dan

berpengaruh terhadap prestasi di kampus.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti menyimpulkan

bahwa ada hubungan dysmenorrhea dengan aktivitas belajar namun

dysmenorrhea yang dialami mahasiswi Keperawatan semester II, IV dan VI

masih bisa ditoleransi, sehingga tidak menjadi hal utama yang dapat mengganggu

aktivitas belajar mahasiswi, dikarenakan dengan adanya nyeri yang dialami

mahasiswi karena dysmenorrhea aktivitas belajar bisa terganggu, dan konsentrasi

menjadi menurun sehingga materi yang disampaikan dosen tidak dapat dicerna

oleh mahasiswi yang mengalami dysmenorrhea. Sehingga muncul keinginan

mahasiswi untuk tidak mengikuti perkuliahan dan menyebabkan mahasiswi dapat

tertinggal materi yang disampaikan. Demikian juga dapat merugikan mahasiswi

itu sendiri serta menyebabkan ketidaknyamanan dalam aktivitas belajar, sehingga


73

diperlukan solusi untuk menangani hal tersebut. Solusi untuk menangani

dysmenorrhea agar tidak mengganggu aktivitas belajar yaitu bisa menggunakan

terapi farmakologi atau terapi non farmakologi seperti relaksasi, aromaterapi,

kompres air hangat dan berolahraga (senam).

6.4 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini ada beberapa kendala yang dialami peneliti yaitu

responden yang semuanya adalah pandemi covid-19 sehingga peneliti tidak bisa

bertemu langsung dengan mahasiswi dan terpaksa pengambilata data melalui

online dan proses pengumpulan data memerlukan waktu berhari-hari dikarenakan

mahasiswi yang juga mempunyai kesibukan masing-masing.


BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Dysmenorrhea pada mahasiswi sebagian besar termasuk dalam kategori

dysmenorrhea sedang.

2. Aktivitas belajar pada mahasiswi sebagian besar termasuk dalam kategori

terganggu

3. Terdapat hubungan antara dysmenorrhea dengan aktivitas belajar Mahasiswi

Semester II, IV dan VI Prodi S1 Keperawatan STIKES Artha Bodhi Iswara

Surabaya Tahun Ajaran 2019/2020.

7.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka disarankan :

1. Bagi Institusi

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dan dapat dikembangkan

untuk penelitian selanjutnya.

74
75

2. Bagi Mahasiswi

Pengaruh dysmenorrhea terhadap aktivitas belajar adalah dapat mengganggu

aktivitas belajar mahasiswi yang menyebabkan terganggunya konsentrasi pada

saat proses belajar mengajar maka diharapkan ketika mahasiswi sedang

menstruasi dan mengalami dysmenorrhea melakukan :

1. Pemenuhan kebutuhan cairan, memperbanyak minum air putih terutama

yang hangat karena air hangat dapat meningkatkan aliran darah dan dapat

mengendurkan otot yang tegang. Selain banyak minum dianjurkan juga

mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi.

2. Istirahat yang cukup dan mengurangi aktivitas yang berat di luar aktivitas

perkuliahan.

3. Terapi farmakologi (terapi analgesik)

4. Terapi non farmakologi (relaksasi, aromaterapi, dan kompres air hangat)


DAFTAR PUSTAKA

A, Aziz, Hidayat. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika.

Alimuddin, A. (2017). Hubungan Dismenorea Dengan Aktivitas Belajar Mahasiswa


Prodi DIV Jurusan Kebidanan POLTEKKES KEMENKES KENDARI.
JURNAL KEBIDANAN.

Anurogo, D. &. (2011). Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta : CV. Andi.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta : Rineka


Cipta.

Arista, M. P. (2017). HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN


DYSMENORRHEA PADA REMAJA PUTRI DI MAN 1 KOTA MADIUN.
JURNAL KEDOKTERAN, 90.

Aytat polat, H. C. (2009). Prevalence Of Primary Dysmenorea in young adult female


university student. Archives of ginecology & obstetric.

Ernawati. (2010). Jurnal Terapi relaksasi terhadap nyeri Dysmenorrhea pada


mahasiswi Universitas Muhammadiyah semarang. (http://jurnal unimus
ac.id.vol 1 no 1). Di akses tanggal 4 november 2019.

Haryono, R. (2016). Siap Menghadapi Menstruasi dan Menopause, Cetakan


Pertama. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Hegazi, M. &. (2007). Heart Rate Variability (HRV) In Young Health Females with
Primary Dysmenorrhea. Vol. 43.

Heriyanto, B. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Edisi 4. Surabaya: CV. Perwira


Media Nusantara (PMN).

Khuluq, M. (2014). Tingkat Kecemasan dan Derajat Dismenorea pada Atlet Putri
POMNAS XIII DIV Tahun 2013. 36-37.

76
Kusmiran, E. (2012). Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita, Cetakan Kedua.
Jakarta: Salemba Medika.

Manuaba, I. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, edisi 2. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan . Jakarta : Rineka Cipta .

Novia, I. &. (2008). Faktor Resiko yang Mempengaruhi Kejadian Dysmenorrhea. The
IndonesianJournal Of Public Health.

Nugroho, T. &. (2014). Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta: Nuba


Medika.

Nursalam. (2016). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi 4 . Jakarta: Salemba


Medika.

Paath, E. (2004). Gizi dalam Kesehatan Reproduksi Wanita . Jakarta: EGC.

Prawirohardjo. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono

Prawirahardjo.

Rakhshaee. (2014). A Cross-Sectional Study of Primary Dysmenorrhea among


Student at a University: Prevalence, Impact and of Associated Symptoms.
Annual Research and Review in Biology.4.

Rasjidi, D. (2018). Ginekologi Sistem Blok Reproduksi. Jakarta : EGC.

Rohmat. (2013). Aktivitas Belajar, Hasil Belajar, Metode Diskusi Dan Pendidikan
Kewarganegaraan.
(http://eprints.walisongo.ac.id/984/3/083911045_Bab2.pdf). Diakses tanggal 1
november 2019.

Sardiman, A. (2016). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

77
Setiawan, S. A. (2017). Hubungan Nyeri Haid (Dysmenorrhea) Dengan Aktivitas
Belajar Sehari-Hari Pada Remaja Putri Kelas VII Di SMPN 3 Pulung, Jurnal
Penelitian : Pulung .

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Suhana, C. (2014). Konsep Strategi Pembelajaran . Bandung: Refika Aditama.

Trisianah, I. (2011). Efektifitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam Dengan Kompres


Hangat Terhadap Penurunan Dysmenorrhea Pada Remaja Putri Di SMA
Negeri 1 Semarang. Tesis Universitas Muhammadiyah Semarang.
(http://digilb.unimus.ac.id). Diakses 4 november 2019.

Yahya, d. N. (2011). Kesehatan Reproduksi Pranikah, Cetakan Pertama. Solo:


Metagraf.

Hartaji, D. A. (2012). Persepsi Mahasiswa Tentang Harapan Orang Tua Terhadap


Pendidikan Dan Ketakutan Akan Kegagalan. Educational Psychology
Journal, Vol.1, No.1.

Yusuf, Syamsu. (2012) Psikoloi Perkembanan Anak dan Remaja. Bandung : Remaja
Rosdakarya

Papalia, Diane & Feldman, RD. (2008). Human Development. Jakarta : Kencana

78
Lampiran 1

SURAT PERMOHONAN IJIN PENELITIAN

79
Lampiran 2

SURAT BALASAN IJIN PENELITIAN

80
Lampiran 3

SURAT PERSETUJUAN PESERTA PENELITIAN

SAYA YANG BERTANDA TANGAN DI BAWAH INI

NAMA :

NIM :

Setelah mendapat keterangan yang jelas mengenai penelitian Hubungan

Dysmenorrhea dengan Aktivitas Belajar Mahasiswi Prodi S1 Keperawatan dan

mendapatkan kesempatan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan

penelitian tersebut, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan

menyatakan bahwa saya ikut dalam penelitian tersebut.

Surabaya, Mei 2020

Peserta Penelitian,

(……………………...)

81
Lampiran 4

KUISIONER

HUBUNGAN DYSMENORRHEA DENGAN AKTIVITAS BELAJAR

MAHASISWI PRODI S1 KEPERAWATAN

STIKES ABI SURABAYA

Tanggal :

Petunjuk pengisian :

a. Isilah tanda checklist (√) pada kolom jawaban yang sesuai dengan
keadaan anda
b. Isilah semua petanyaan yang ada titik-titiknya berdasarkan kondisi anda
yang sebenarnya
c. Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan sehingga tidak ada yang
terlupakan

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Nama (Inisial) / Usia :
2. Semester :
3. Status Obstetri
a. Usia menarche (pertama kali menstruasi) : ………… tahun
b. Lama perdarahan menstruasi : ( ) 3-5 hari

( ) 6-8 hari

c. Rasa sakit pada saat dysmenorrhea/nyeri haid : ( ) Menetap


( ) Hilang Timbul

82
B. DYSMENORRHEA
- Pada bagian ini menjelaskan tentang karakteristik gejala dysmenorrhea Anda.
- Berikan tanda centang (√) pada kotak jawaban yang tersedia yang sesuai
dengan apa yang Anda alami saat mengalami dysmenorrhea.
- Semua pernyataan harus dijawab
- Keterangan :
T = Tidak
KK = Kadang-kadang
S = Sering
SS = Sering Sekali

No Pernyataan Jawaban
T KK S SS
1. Apakah saat menstruasi anda mengalami kram perut bagian
bawah dan menyebar ke punggung bagian bawah?
2. Apakah anda dapat berkonsentrasi belajar pada saat
mengalami nyeri haid ?
3. Pernahkah anda merasakan mual muntah pada saat mengalami
nyeri haid ?
4. Pernahkah pada saat mengalami nyeri haid anda merasakan
badan menjadi lemas ?
5. Pada saat anda mengalami nyeri haid apakah sampai
mengganggu aktivitas sehari hari ?
6. Apakah saat nyeri haid anda juga mengalami gangguan
emosional dan mudah tersinggung ?
7. Apakah anda menggosok-gosok perut /pinggang yang sakit ?
8. Apakah anda melakukan kompres hangat pada daerah perut
jika nyeri haid sangat terasa ?
9. Apakah tidur anda terganggu selama nyeri menstruasi ?
10. Pernahkah anda sampai tidak dapat melakukan aktivitas sama
sekali pada saat mengalami nyeri haid ?

83
Keterangan :
1. Penilaian :

Tidak (T) =1

Kadang-kadang (KK) =2

Sering (S) =3

Sering Sekali (SS) =4

2. Pemberian kode :

Kode 1 : Dysmenorrhea ringan dengan skor 10-20

Kode 2 : Dysmenorrhea sedang dengan skor 21-30

Kode 3 : Dysmenorrhea berat dengan skor 31-40

C. AKTIVITAS BELAJAR
- Pada bagian ini menjelaskan tentang aktivitas belajar mahasiswi. Berikan
tanda centang (√) pada kotak jawaban yang tersedia yang sesuai dengan apa
yang anda alami saat mengalami nyeri haid.
- Semua pertanyaan harus dijawab
- Keterangan :
T = Tidak
KK = Kadang-kadang
S = Sering
SS = Sering Sekali

84
No Pernyataan Jawaban

T KK S SS

1. Apakah selama perkuliahan nyeri haid mengganggu aktivitas


belajar anda di kampus ?

2. Apakah ketika nyeri haid membuat anda absen dari


perkuliahan di kampus ?

3. Mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan dosen


dengan baik waktu saya menggalami nyeri haid

4. Tidak mampu memperhatikan gambar/skema dan tulisan yang


ditampilkan oleh dosen saat mengajar waktu saya mengalami
nyeri haid

5. Tidak mampu menghafal skema dan tulisan yang ditampilkan


oleh dosen saat mengajar waktu saya mengalami nyeri haid

6. Mampu menggambar bagian-bagian organ reproduksi


manusia waktu saya mengalami nyeri haid

7. Apakah anda dapat membaca slide atau tulisan yang


ditampilkan dosen dengan baik ketika saya mengalami
dysmenorrhea

8. Mampu membuat dan menganalisa skema dari materi kuliah


yang disampaikan dosen waktu saya mengalami nyeri haid

9. Mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen


di kelas waktu saya mengalami nyeri haid

10. Menunda mengerjakan tugas yang diberikan dosen waktu saya


mengalami nyeri haid

11. Saya tidak mampu membuat patofisiologis dari suatu penyakit


ketika saya mengalami dysmenorrhea

12. Mampu bertanya tentang materi-materi yang tidak di pahami


waktu saya mengalami nyeri haid

13. Saya tidak mampu melakukan praktikum ketika saya


mengalami dysmenorrhea

85
14. Tidak mampu menemukan ide-ide baru ketika saya
mengalami dysmenorrhea

15. Tidak berani mempresentasikan hasil diskusi kelompok di


depan kelas waktu saya mengalami nyeri haid

16. Mendengarkan hasil diskusi kelompok dengan baik waktu


saya mengalami nyeri haid

17. Mampu mengemukakan pendapat, saran dalam berdiskusi


kelompok waktu saya mengalami nyeri haid

18. Mampu menulis kesimpulan yang di bahas dalam diskusi


waktu saya mengalami nyeri haid

19. Mampu mengingat tentang materi pembelajaran yang telah


diajarkan waktu saya mengalami nyeri haid

20. Tidak mampu berdiskusi dengan baik waktu saya mengalami


dysmenorrhea

Keterangan :
Nomor pernyataan favorable : 1,2,3,6,7,8,9,12,16,17,18,19 (12 Soal)
Nomor pernyataan unfavorable : 4,5,10,11,13,14,15,20 (8 Soal)
1. Penilaian untuk pernyataan favorable :

Tidak (T) =1

Kadang-kadang (KK) =2

Sering (S) =3

Sering Sekali (SS) =4

2. Penilaian untuk pernyataan unfavorable :

Tidak (T) =4

Kadang-kadang (KK) =3

Sering (S) =2

86
Sering Sekali (SS) =1

3. Pemberian kode :

Kode 1 : Aktivitas belajar tidak terganggu dengan rentang nilai 20-40

Kode 2 : Aktivitas belajar terganggu dengan rentang nilai 41-60

Kode 3 : Aktivitas belajar sangat terganggu dengan rentang nilai 61-80

87
Lampiran 5

HASIL UJI VALIDITAS KUESIONER DYSMENORRHEA

1. UJI PERTAMA

JX Pearson Correlation .027 .650** .667** .736** .770** .520* .582** .409 .600** .827** .a 1

Sig. (2-tailed) .907 .001 .001 .000 .000 .016 .006 .065 .004 .000 .

N 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

a. Cannot be computed because at least one of the variables is constant.

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

2. UJI KEDUA

TX Pearson Correlation .533* .219 .208 .472* .026 .309 .333 .184 .408 .446* .499* .498* .208 .018 .341 1

Sig. (2-tailed) .016 .355 .379 .035 .914 .185 .152 .437 .074 .049 .025 .025 .380 .940 .141

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

88
Lampiran 6
HASIL UJI VALIDITAS KUESIONER AKTIVITAS BELAJAR
1. UJI PERTAMA

JY Pearson
.070 .123 .616** .680** .441* .766** .131 .446* .623** .540* .047 .756** .121 .424 .592** .559** .679** .695** .616** .358 .009 1
Correlation

Sig. (2-tailed) .763 .594 .003 .001 .046 .000 .572 .043 .003 .011 .838 .000 .601 .055 .005 .008 .001 .000 .003 .111 .969

N 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

2. UJI KEDUA

TY Pearson Correlation .609** .277 .670** .434 .556* .135 .267 .566** .431 .496* .509* .168 .107 .630** .416 1

Sig. (2-tailed) .004 .238 .001 .056 .011 .572 .256 .009 .058 .026 .022 .478 .653 .003 .068

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

89
Lampiran 7

HASIL UJI RELIABILITAS KUESIONER DYSMENORRHEA

1. UJI PERTAMA

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 21 100.0

Excludeda 0 .0

Total 21 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.745 11

2. UJI KEDUA

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0

Excludeda 0 .0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.347 15

90
Lampiran 8
HASIL UJI RELIABILITAS KUESIONER AKTIVITAS BELAJAR

1. UJI PERTAMA

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 21 100.0

Excludeda 0 .0

Total 21 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.781 21

2. UJI KEDUA

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0

Excludeda 0 .0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.658 15

91
Lampiran 9
TABEL DATA PENELITIAN

VARIABEL INDEPENDENT (Dysmenorrhea)

STATUS OBSTETRI PERTANYAAN


No. Nama Usia Kode SMT Kode Total Skor Kategori Kode
Usia Menarche Kode Lama Perdarahan Kode Rasa Sakit Kode P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10
1 Nn. C 20 3 II 1 13 4 3-5 1 Hilang Timbul 2 2 2 2 4 3 3 4 1 2 3 26 Sedang 2
2 Nn. I 19 2 II 1 13 4 3-5 1 Hilang Timbul 2 4 4 1 4 4 3 3 1 4 3 31 Berat 3
3 Nn. I 19 2 II 1 13 4 6-8 2 Hilang Timbul 2 4 2 1 4 3 3 2 1 2 1 23 Sedang 2
4 Nn. J 20 3 II 1 14 5 3-5 1 Hilang Timbul 2 2 1 1 1 2 3 4 1 3 2 20 Ringan 1
5 Nn. J 19 2 II 1 15 6 6-8 2 Hilang Timbul 2 3 2 2 4 4 4 4 2 3 2 30 Sedang 2
6 Nn. N 18 1 II 1 13 4 3-5 1 Menetap 1 4 1 1 2 3 2 4 1 2 2 22 Sedang 2
7 Nn. N 19 2 II 1 13 4 3-5 1 Hilang Timbul 2 2 2 2 4 3 4 3 3 3 3 29 Sedang 2
8 Nn. P 19 2 II 1 13 4 6-8 2 Menetap 1 4 2 2 3 3 4 4 2 3 3 30 Berat 3
9 Nn. R 18 1 II 1 16 7 6-8 2 Menetap 1 4 4 2 4 4 3 4 3 2 2 32 Berat 3
10 Nn. S 19 2 II 1 13 4 6-8 2 Menetap 1 2 2 1 2 2 2 1 2 4 2 20 Ringan 1
11 Nn. S 18 1 II 1 15 6 3-5 1 Hilang Timbul 2 4 4 1 3 3 3 2 3 2 3 28 Sedang 2
12 Nn. W 19 2 II 1 15 6 6-8 2 Menetap 1 4 3 2 3 2 4 3 2 2 3 28 Sedang 2
13 Nn. Y 19 2 II 1 14 5 3-5 1 Hilang Timbul 2 4 2 1 4 2 3 3 1 2 1 23 Sedang 2
14 Nn. A 20 3 IV 2 14 5 3-5 1 Hilang Timbul 2 3 2 2 3 1 3 1 1 3 2 21 Sedang 2
15 Nn. A 19 2 IV 2 13 4 3-5 1 Hilang Timbul 2 2 2 1 3 1 3 1 1 3 1 18 Ringan 1
16 Nn. A 19 2 IV 2 12 3 3-5 1 Hilang Timbul 2 4 2 2 4 4 4 4 4 4 2 34 Berat 3
17 Nn. D 20 3 IV 2 12 3 6-8 2 Hilang Timbul 2 4 1 2 4 3 4 3 2 2 2 27 Sedang 2
18 Nn. E 21 4 IV 2 15 6 3-5 1 Menetap 1 4 1 1 4 4 3 3 4 3 4 31 Berat 3
19 Nn. E 21 4 IV 2 13 4 3-5 1 Hilang Timbul 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 13 Ringan 1
20 Nn. I 20 3 IV 2 12 3 6-8 2 Menetap 1 4 1 1 4 4 4 4 1 4 3 30 Sedang 2
21 Nn. J 19 2 IV 2 12 3 3-5 1 Hilang Timbul 2 4 2 4 2 1 4 1 2 2 1 23 Sedang 2
22 Nn. L 21 4 IV 2 15 6 3-5 1 Hilang Timbul 2 2 3 1 2 1 2 3 1 3 3 21 Sedang 2
23 Nn. N 18 1 IV 2 11 2 6-8 2 Menetap 1 4 3 3 4 3 3 3 1 2 3 29 Sedang 2
24 Nn. N 21 4 IV 2 13 4 3-5 1 Hilang Timbul 2 2 2 2 3 1 3 1 1 3 1 19 Ringan 1
25 Nn. P 21 4 IV 2 13 4 3-5 1 Hilang Timbul 2 3 2 1 2 1 2 3 1 2 1 18 Ringan 1

92
26 Nn. S 20 3 IV 2 14 5 3-5 1 Hilang Timbul 2 1 1 2 3 2 2 1 2 1 1 16 Ringan 1
27 Nn. S 20 3 IV 2 14 5 3-5 1 Hilang Timbul 2 2 2 3 2 1 1 1 2 2 1 17 Ringan 1
28 Nn. S 18 1 IV 2 10 1 3-5 1 Menetap 1 2 2 1 2 2 2 1 2 3 2 19 Ringan 1
29 Nn. S 20 3 IV 2 13 4 6-8 2 Hilang Timbul 2 3 2 1 3 3 4 3 3 2 1 25 Sedang 2
30 Nn. T 20 3 IV 2 14 5 6-8 2 Hilang Timbul 2 3 2 1 3 3 2 3 2 4 2 25 Sedang 2
31 Nn. W 19 2 IV 2 14 5 6-8 2 Menetap 1 4 3 1 4 3 3 4 3 3 2 30 Sedang 2
32 Nn. Y 20 3 IV 2 14 5 3-5 1 Menetap 1 1 2 1 1 2 3 2 2 2 1 17 Ringan 1
33 Nn. Y 21 4 IV 2 13 4 6-8 2 Menetap 1 2 2 1 3 4 3 3 3 3 1 25 Sedang 2
34 Nn. Y 21 4 IV 2 13 4 6-8 2 Hilang Timbul 2 2 1 1 1 3 4 3 1 4 1 21 Sedang 2
35 Nn. I 21 4 IV 2 14 5 3-5 1 Hilang Timbul 2 2 1 1 1 3 4 3 1 4 1 21 Sedang 2
36 Nn. A 20 3 VI 3 16 7 3-5 1 Hilang Timbul 2 2 1 1 4 3 3 1 3 2 1 21 Sedang 2
37 Nn. B 20 3 VI 3 13 4 3-5 1 Hilang Timbul 2 2 2 1 1 2 3 2 2 2 1 18 Ringan 1
38 Nn. B 20 3 VI 3 15 6 3-5 1 Hilang Timbul 2 1 1 1 4 2 2 2 1 3 1 18 Ringan 1
39 Nn. D 20 4 VI 3 14 5 3-5 1 Hilang Timbul 2 3 2 2 3 2 4 3 3 3 2 27 Sedang 2
40 Nn. D 21 4 VI 3 13 4 3-5 1 Hilang Timbul 2 1 2 1 2 2 4 2 1 2 2 19 Ringan 1
41 Nn. I 20 3 VI 3 16 7 6-8 2 Hilang Timbul 2 4 1 1 2 2 3 4 3 1 3 24 Sedang 2
42 Nn. K 21 4 VI 3 13 4 3-5 1 Hilang Timbul 2 2 2 1 4 3 2 3 1 4 3 25 Sedang 2
43 Nn. K 20 3 VI 3 12 3 3-5 1 Hilang Timbul 2 3 2 1 3 2 2 2 2 2 2 21 Sedang 2
44 Nn. L 21 4 VI 3 15 6 6-8 2 Hilang Timbul 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 14 Ringan 1
45 Nn. L 20 3 VI 3 14 5 3-5 1 Menetap 1 2 2 1 1 2 3 2 2 2 2 19 Ringan 1
46 Nn. M 21 4 VI 3 14 5 3-5 1 Hilang Timbul 2 3 2 1 2 1 4 1 2 2 1 19 Ringan 1
47 Nn. M 20 3 VI 3 11 2 3-5 1 Hilang Timbul 2 3 2 2 2 2 1 4 1 2 2 21 Sedang 2
48 Nn. N 20 3 VI 3 13 4 3-5 1 Hilang Timbul 2 2 2 2 3 4 4 2 1 1 1 22 Sedang 2
49 Nn. R 20 3 VI 3 14 5 6-8 2 Menetap 1 3 2 4 3 3 3 3 4 2 3 30 Sedang 2
50 Nn. R 20 3 VI 3 16 7 3-5 1 Hilang Timbul 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 24 Sedang 2
51 Nn. Y 21 4 VI 3 14 5 3-5 1 Hilang Timbul 2 2 3 1 2 1 3 2 2 3 1 20 Ringan 1

93
Keterangan :
1. Usia
a. 18 tahun = Kode 1
b. 19 tahun = Kode 2
c. 20 tahun = Kode 3
d. 21 tahun = Kode 4
2. Semester
a. Semester II = Kode 1
b. Semester IV = Kode 2
c. Semester VI = Kode 3
3. Usia Menarche
a. 10 tahun = Kode 1
b. 11 tahun = Kode 2
c. 12 tahun = Kode 3
d. 13 tahun = Kode 4
e. 14 tahun = Kode 5
f. 15 tahun = Kode 6
g. 16 tahun = Kode 7
4. Lama Perdarahan
a. 3-5 hari = Kode 1
b. 6-8 hari = Kode 2
5. Rasa Sakit
a. Menetap = Kode 1
b. Hilang Timbul = Kode 2
6. Kategori
a. Ringan (total skor 10-20) = Kode 1
b. Sedang (total skor 21-30) = Kode 2
c. Berat (total skor 31-40) = Kode 3

94
VARIABEL DEPENDEN (AKTIVITAS BELAJAR)

PERTANYAAN
No Nama Total Skor Kategori Kode
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20
1 Nn. C 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 75 SANGAT TERGANGGU 3
2 Nn. I 2 1 3 4 4 2 3 3 2 3 3 2 3 3 4 3 3 2 2 4 56 TERGANGGU 2
3 Nn. I 2 1 3 4 3 2 3 2 3 3 3 3 4 3 4 2 3 2 2 4 56 TERGANGGU 2
4 Nn. J 3 1 4 4 4 4 3 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 70 SANGAT TERGANGGU 3
5 Nn. J 2 1 3 4 3 2 2 2 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 57 TERGANGGU 2
6 Nn. N 2 1 2 4 4 2 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 68 SANGAT TERGANGGU 3
7 Nn. N 4 2 4 4 4 4 3 2 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 67 SANGAT TERGANGGU 3
8 Nn. P 4 1 2 3 4 2 2 2 3 4 4 2 3 3 4 3 2 2 3 3 56 TERGANGGU 2
9 Nn. R 4 2 2 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 69 SANGAT TERGANGGU 3
10 Nn. S 2 1 3 4 4 2 3 2 2 4 4 3 4 4 3 2 4 2 3 4 60 TERGANGGU 2
11 Nn. S 3 1 2 4 4 2 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 3 4 60 TERGANGGU 2
12 Nn. W 3 2 2 4 4 3 2 3 2 4 3 3 2 4 3 3 4 2 4 4 61 SANGAT TERGANGGU 3
13 Nn. Y 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 78 SANGAT TERGANGGU 3
14 Nn. A 1 2 3 3 1 2 2 3 2 2 1 1 2 2 2 3 2 1 1 1 37 TIDAK TERGANGGU 1
15 Nn. A 2 1 3 3 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 3 1 1 2 2 2 40 TIDAK TERGANGGU 1
16 Nn. A 4 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 72 SANGAT TERGANGGU 3
17 Nn. D 2 2 3 4 4 3 4 2 3 2 4 3 2 3 4 2 3 3 3 3 59 TERGANGGU 2
18 Nn. E 3 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 2 3 3 2 2 2 2 3 3 60 TERGANGGU 2
19 Nn. E 1 1 1 1 2 2 3 2 1 4 3 2 1 2 2 2 2 2 2 3 39 TIDAK TERGANGGU 1
20 Nn. I 2 1 1 1 1 1 1 1 4 4 4 1 4 1 4 2 2 1 1 4 41 TERGANGGU 2
21 Nn. J 1 1 2 3 4 3 3 3 3 3 4 2 3 3 4 2 3 3 2 3 55 TERGANGGU 2
22 Nn. L 2 3 1 2 3 1 2 3 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 32 TIDAK TERGANGGU 1
23 Nn. N 3 2 3 3 3 2 3 3 4 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 60 TERGANGGU 2
24 Nn. N 1 1 1 2 1 1 3 1 3 2 1 1 2 2 2 3 1 1 2 2 33 TIDAK TERGANGGU 1
25 Nn. P 1 2 3 3 1 2 2 3 2 2 1 1 2 2 2 3 2 1 1 1 37 TIDAK TERGANGGU 1

95
26 Nn. S 2 1 2 3 1 1 2 1 1 3 2 1 2 3 1 1 1 2 3 3 36 TIDAK TERGANGGU 1
27 Nn. S 3 2 2 1 2 1 1 1 1 2 3 1 1 3 2 2 1 2 3 2 36 TIDAK TERGANGGU 1
28 Nn. S 2 1 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 4 4 4 3 3 2 2 3 54 TERGANGGU 2
29 Nn. S 1 1 2 3 3 2 2 2 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 2 4 59 TERGANGGU 2
30 Nn. T 4 2 3 2 2 1 3 3 3 2 3 3 4 2 4 2 2 3 2 3 53 TERGANGGU 2
31 Nn. W 3 1 2 4 4 2 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 66 SANGAT TERGANGGU 3
32 Nn. Y 1 1 3 3 2 1 2 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 33 TIDAK TERGANGGU 1
33 Nn. Y 3 2 3 4 4 3 4 3 2 3 3 1 3 3 3 2 2 3 3 3 57 TERGANGGU 2
34 Nn. Y 2 1 2 4 4 2 2 2 4 4 4 3 4 4 4 2 3 2 2 4 59 TERGANGGU 2
35 Nn. I 2 1 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 69 SANGAT TERGANGGU 3
36 Nn. A 1 3 2 3 3 1 3 2 3 2 4 3 4 4 4 2 2 2 2 3 53 TERGANGGU 2
37 Nn. B 1 1 4 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 30 TIDAK TERGANGGU 1
38 Nn. B 1 1 3 4 4 1 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 3 66 SANGAT TERGANGGU 3
39 Nn. D 4 3 3 4 4 3 3 3 2 3 2 2 4 3 4 2 2 2 2 3 58 TERGANGGU 2
40 Nn. D 2 1 2 4 2 1 2 1 2 2 2 1 4 3 3 2 2 2 2 2 42 TERGANGGU 2
41 Nn. I 4 4 4 2 4 4 3 1 2 4 4 2 3 3 3 2 3 3 2 3 60 TERGANGGU 2
42 Nn. K 2 1 2 4 4 2 4 2 2 2 3 3 2 3 1 2 3 3 2 2 49 TERGANGGU 2
43 Nn. K 3 2 2 3 4 1 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 1 2 2 4 55 TERGANGGU 2
44 Nn. L 1 1 2 1 1 1 1 1 1 3 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 26 TIDAK TERGANGGU 1
45 Nn. L 2 1 3 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 3 2 35 TIDAK TERGANGGU 1
46 Nn. M 1 1 1 3 4 2 2 4 4 1 3 2 3 4 3 4 4 3 2 3 54 TERGANGGU 2
47 Nn. M 2 3 1 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 4 57 TERGANGGU 2
48 Nn. N 2 1 4 3 4 4 2 2 2 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 62 SANGAT TERGANGGU 3
49 Nn. R 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 2 4 70 SANGAT TERGANGGU 3
50 Nn. R 2 2 2 3 4 1 1 1 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 1 4 45 TERGANGGU 2
51 Nn. Y 2 1 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 2 3 3 59 TERGANGGU 2
Keterangan :
1. Total Skor 2. Kategori
a. 20 – 40 = Tidak Terganggu a. Tidak Terganggu = Kode 1
b. 41 – 60 = Terganggu b. Terganggu = Kode 2
c. 61 – 80 = Sangat Terganggu c. Sangat Terganggu = Kode 3

96
Statistics
usia semester usia menarche lama perdarahan rasa sakit dysmenorrhea aktivitas belajar

N Valid 51 51 51 51 51 51 51

Missing 0 0 0 0 0 0 0

Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 18 5 9.8 9.8 9.8

19 12 23.5 23.5 33.3

20 20 39.2 39.2 72.5

21 14 27.5 27.5 100.0

Total 51 100.0 100.0

Semester
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Semester II 13 25.5 25.5 25.5

Semester IV 22 43.1 43.1 68.6

Semester VI 16 31.4 31.4 100.0


Total 51 100.0 100.0

97
Usia Menarche
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 10 1 2.0 2.0 2.0

11 2 3.9 3.9 5.9

12 5 9.8 9.8 15.7

13 18 35.3 35.3 51.0

14 14 27.5 27.5 78.4

15 7 13.7 13.7 92.2

16 4 7.8 7.8 100.0


Total 51 100.0 100.0

Lama Perdarahan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 3-5 34 66.7 66.7 66.7

6-8 17 33.3 33.3 100.0


Total 51 100.0 100.0

Rasa Sakit
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Menetap 14 27.5 27.5 27.5

Hilang Timbul 37 72.5 72.5 100.0

Total 51 100.0 100.0

98
Dysmenorrhea
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ringan 17 33.3 33.3 33.3

Sedang 29 56.9 56.9 90.2

Berat 5 9.8 9.8 100.0

Total 51 100.0 100.0

Aktivitas Belajar
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Terganggu 12 23.5 23.5 23.5

Terganggu 26 51.0 51.0 74.5

Sangat Terganggu 13 25.5 25.5 100.0

Total 51 100.0 100.0

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

dysmenorrhea * aktivitas
51 100.0% 0 .0% 51 100.0%
belajar

99
Dysmenorrhea * Aktivitas Belajar Crosstabulation

aktivitas belajar

TIDAK SANGAT
TERGANGGU TERGANGGU TERGANGGU Total

dysmenorrhea RINGAN Count 10 5 2 17

% within dysmenorrhea 58.8% 29.4% 11.8% 100.0%

% within aktivitas belajar 83.3% 19.2% 15.4% 33.3%

% of Total 19.6% 9.8% 3.9% 33.3%

SEDANG Count 2 18 9 29

% within dysmenorrhea 6.9% 62.1% 31.0% 100.0%

% within aktivitas belajar 16.7% 69.2% 69.2% 56.9%

% of Total 3.9% 35.3% 17.6% 56.9%

BERAT Count 0 3 2 5

% within dysmenorrhea .0% 60.0% 40.0% 100.0%

% within aktivitas belajar .0% 11.5% 15.4% 9.8%

% of Total .0% 5.9% 3.9% 9.8%

Total Count 12 26 13 51

% within dysmenorrhea 23.5% 51.0% 25.5% 100.0%

% within aktivitas belajar 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 23.5% 51.0% 25.5% 100.0%

100
Correlations

dysmenorrhea aktivitas belajar

Spearman's rho Dysmenorrhea Correlation Coefficient 1.000 .480**

Sig. (2-tailed) . .000

N 51 51

aktivitas belajar Correlation Coefficient .480** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 51 51

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

101
Lampiran 10
LEMBAR KONSULTASI

Nama : Rina Ridwana Qurrota A’yun


NIM : 1610035
Prodi : S1 Keperawatan
Judul : Hubungan Dysmenorrhea dengan Aktivitas Belajar
Mahasiswi Prodi S1 Keperawatan Semester II, IV dan VI
STIKES Artha Bodhi Iswara Surabaya Tahun Ajaran
2019/2020
Dosen Pembimbing : Sri Wilujeng, S.Kep.,Ns,.M.Kes

No. Tanggal Masukan Pembimbing Tanda Tangan


Pembimbing
1. 4 November 2019 Konsul judul & BAB 1
2. 6 November 2019 Revisi BAB 1
3. 19 November 2019 Revisi BAB 1 (solusi)
4. 27 November 2019 ACC judul & BAB 1
5. 10 Desember 2019 ACC BAB 1 & Konsul BAB 2
6. 16 Desember 2019 Revisi BAB 2
7. 19 Desember 2019 ACC BAB 2 & Konsul BAB 3
8. 13 Januari 2020 Revisi BAB 3 & konsul BAB 4
9. 20 Januari 2020 ACC BAB 3 & Revisi BAB 4
10. 3 Februari 2020 Revisi BAB 4 & Konsul kuesioner
11. 12 Februari 2020 Revisi BAB 4 & Revisi Kuesioner
12. 21 Februari 2020 ACC BAB 4 & Kuesioner
13. 5 Maret 2020 Konsul Sampul sampai Lampiran

102
14. 10 Juni 2020 Konsul BAB 5
15. 11 Juni 2020 ACC BAB 5 & Lanjut BAB 6 dan 7
16. 21 Juni 2020 Konsul BAB 6 & BAB 7
17. 22 Juni 2020 Revisi BAB 6
18. 2 Juli 2020 ACC BAB 6 dan Revisi BAB 7
19. 7 Juli 2020 Konsul BAB 7 dan Abstrak
Revisi BAB 7 dan Abstrak
20. 12 Juli 2020 ACC BAB 7 dan Abstrak

103
Lampiran 11
LEMBAR REVISI UJIAN SKRIPSI
PRODI S1 KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Rina Ridwana Qurrota A’yun


Judul Skripsi : Hubungan Dysmenorrhea dengan Aktivitas Belajar
Mahasiswi Prodi S1 Keperawatan Semester II, IV dan VI
STIKES Artha Bodhi Iswara Surabaya Tahun Ajaran
2019/2020
Tanggal Ujian : 22 Juli 2020
Penguji : Sosilo Yobel, S.Kep.,Ns.,M.Kep

NO DAFTAR REVISI BAB HALAMAN


1. Kata Pengantar - viii
2. Abstrak - x
3. Lembar non royalty - -
4. Prosedur Pengumpulan Data 4 54
5. Hasil Penelitian 5 59
6. Pembahasan 6 70

Surabaya, 11 Agustus 2020


Ketua Penguji,

Sosilo Yobel, S. Kep., Ns., M. Kep.


NIDN : 0725017503

104
LEMBAR REVISI UJIAN SKRIPSI
PRODI S1 KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Rina Ridwana Qurrota A’yun


Judul Skripsi : Hubungan Dysmenorrhea dengan Aktivitas Belajar
Mahasiswi Prodi S1 Keperawatan Semester II, IV dan VI
STIKES Artha Bodhi Iswara Surabaya Tahun Ajaran
2019/2020
Tanggal Ujian : 22 Juli 2020
Penguji : dr. Harjono, AFK., AKK

NO DAFTAR REVISI BAB HALAMAN


1. Penulisan pada judul skipsi - i
2. Pendahuluan 1 4
3. Tinjauan teori faktor yang mempengaruhi 2 15
menstruasi
4. Tinjauan teori gangguan lain yang berhubungan 2 20
dengan dysmenorrhea

Surabaya, 11 Agustus 2020


Penguji I,

dr. Harjono, AFK., AKK


NIDN :

105
LEMBAR REVISI UJIAN SKRIPSI
PRODI S1 KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Rina Ridwana Qurrota A’yun


Judul Skripsi : Hubungan Dysmenorrhea dengan Aktivitas Belajar
Mahasiswi Prodi S1 Keperawatan Semester II, IV dan VI
STIKES Artha Bodhi Iswara Surabaya Tahun Ajaran
2019/2020
Tanggal Ujian : 22 Juli 2020
Penguji : Sri Wilujeng, S.Kep.,Ns.,M.Kes

NO DAFTAR REVISI BAB HALAMAN


1. Kata Pengantar - viii
2. Abstrak - x
3. Hasil Penelitian 5 60
4. Pembahasan 6 71

Surabaya, 11 Agustus 2020


Penguji II,

Sri Wilujeng, S.Kep.,Ns.,M.Kes.


NIDN : 0711047601

106

Anda mungkin juga menyukai