Anda di halaman 1dari 30

PANDUAN

PELAKSANAAN
PERINGATAN HARI IBU
KE 92 TAHUN 2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................. iii


KATA PENGANTAR .................................................................................. v
SAMBUTAN MENTERI PPPA .................................................................. vii

1 PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Dasar Hukum ....................................................................... 4
C. Maksud dan Tujuan ............................................................. 5

2 PENYELENGGARAAN PHI KE 92 ........................................ 7


A. Tema dan Sub Tema ............................................................ 7
B. Rangkaian Kegiatan .......................................................... 8

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................. 16

PANDUAN PHI KE-92 iii


iv PANDUAN PHI KE-92
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, atas segala karuniaNya yang telah dilimpahkan kepada kita semua,
sehingga kita dipertemukan kembali dalam rangkaian kegiatan Peringatan
Hari Ibu ke 92 di tahun 2020 ini.
Peringatan Hari Ibu ke 92 kali ini akan sangat berbeda dengan peringatan
di tahun-tahun sebelumnya, karena di saat ini Indonesia terdampak baik
kehidupan ekonomi maupun sosial, karena pandemi covid 19 yang melanda
sejak Maret 2020. Indonesia, seperti bangsa-bangsa lain di dunia harus
berjuang untuk menanggulangi penyebaran covid 19 ini, serta beradaptasi
untuk bertahan hidup akibat dampak pandemi covid 19.
Kondisi keterpurukan akibat pandemi covid 19, turut berdampak pada
kaum perempuan. Namun di tengah himpitan ekonomi, beban ganda dan
ancaman kekerasan terhadap dirinya, ternyata perempuan-perempuan
Indonesia telah banyak mengambil peran penting dalam melawan musibah
Covid-19 di berbagai daerah. Kiranya semangat perjuangan perempuan dari
jaman sebelum kemerdekaan, kemudian keberhasilan menyelenggarakan
Kongres Perempuan Pertama di Indonesia pada Tahun 1928 yang menjadi
tonggak pergerakan perempuan hingga diperingati sebagai Hari Ibu,
tercermin dalam perjuangan perempuan-perempuan Indonesia di masa
pandemi ini.
Peringatan Hari Ibu ini sesungguhnya adalah penghargaan bagi semua
perempuan di Indonesia, atas peran dan kontribusinya bagi keluarga,
masyarakat dan negaranya. Selamat Hari Ibu ke-92!
Ketua Panitia Peringatan Hari Ibu ke-92

Agustina Erni S

PANDUAN PHI KE-92 v


vi PANDUAN PHI KE-92
SAMBUTAN
MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN
PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

Peringatan Hari Ibu kita rayakan setiap tahunnya sebagai bentuk


penghargaan kepada perjuangan perempuan Indonesia dari masa ke
masa. Kongres Perempuan I di tahun 1928 menandai tonggak perjuangan
perempuan Indonesia, dalam ambil peran di setiap derap pembangunan
di Indonesia. Perempuan mengisi ruang-ruang kontribusi dalam merebut
kemerdekaan, menyuarakan berbagai permasalahan, dan turut mencari
serta menjadi solusi untuk mengantar Indonesia di titik sekarang.
Maka sangat disayangkan apabila perempuan masih harus menghadapi
berbagai ketimpangan, mulai dari mengakses, berpartisipasi, ikut
menentukan arah, serta menikmati manfaat pembangunan. Terlebih
Pandemi Covid-19 menempatkan perempuan dalam situasi yang
lebih rentan. Hal ini tertuang dalam hasil survei dari UN Women yang
menunjukkan bahwa pandemi Covid-19 telah memperparah kerentanan
ekonomi perempuan dan ketidaksetaraan gender, serta dapat mengancam
upaya pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s).
Situasi yang serba sulit ini ternyata tidak menghentikan langkah
perempuan-perempuan Indonesia untuk hadir di garda terdepan.
Perempuan turun dan menjadi penggerak sosial dengan membangun
kesadaran masyarakat di berbagai daerah, dan turut serta menyediakan
makanan bagi warga yang terdampak ekonomi dan alat pelindung diri
untuk tenaga kesehatan. Perempuan juga mengambil peran penting dalam

PANDUAN PHI KE-92 vii


memerangi Covid-19 dengan menjadi tenaga kesehatan, ilmuwan/peneliti,
dan penjaga bagi keluarganya sendiri.
Melalui PHI ke-92 Tahun 2020 ini, Saya berharap perempuan-perempuan
Indonesia sadar betapa berharga dirinya. Utamanya karena tidak pernah
berhenti merawat perjuangan para perempuan Indonesia di masa yang lalu,
dalam gerak sekecil apapun, yang berarti melebihi apapun. Untuk itu, mari
warnai PHI dengan peran, kerja, dan karya nyata dari anda semua, untuk
Indonesia tercinta. Perempuan Berdaya, Indonesia Maju. Terima kasih.

Menteri Pemberdayaan Perempuan


dan Perlindungan Anak
Republik Indonesia

I Gusti Ayu Bintang Darmawati

viii PANDUAN PHI KE-92


1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peringatan Hari Ibu (PHI) yang dilaksanakan setiap tanggal 22
Desember, merupakan upaya bangsa Indonesia untuk mengenang
dan menghargai perjuangan perempuan Indonesia dalam merebut
dan mengisi kemerdekaan. PHI juga sebagai momentum kebangkitan
bangsa, penggalangan rasa persatuan dan kesatuan serta gerak
perjuangan perempuan yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah
perjuangan bangsa Indonesia.
Perjalanan sejarah yang melatarbelakangi Peringatan Hari Ibu dari
awal ditetapkan hingga saat ini, memperlihatkan jejak perjuangan
perempuan Indonesia yang telah menempuh jalan panjang untuk
mewujudkan peranan dan kedudukan perempuan Indonesia dalam
berkehidupan berbangsa dan bernegara. Bibit kebangkitan perjuangan
perempuan Indonesia telah dimulai sebelum masa kemerdekaan,
yang ditandai perjuangan pendekar perempuan diberbagai tempat di
Indonesia, seperti Tjuk Njak Dien di Aceh, Nji Ageng Serang di Jawa
Barat, R.A Kartini di Jawa Tengah, serta masih banyak lagi yang lain.
Dalam kurun waktu setelah kelahiran Budi Utomo pada tahun 1908,
banyak lahir perkumpulan perempuan di berbagai tempat, seperti
Aisiyah, Wanita Katolik, Putri Merdeka, dll. Kemudian pada Kongres
Pemuda Indonesia pertama pada 30 April s.d 2 Mei 1928 menempatkan
perempuan sebagai satu titik sentral pembahasan, mengenai
kedudukan perempuan dalam masyarakat Indonesia. Kongres
Perempuan Indonesia pertama dilaksanakan tidak lama setelah
Sumpah Pemuda, berlangsung pada 22 – 25 Desember 1928 dengan
tujuan menyatukan perkumpulan perempuan-perempuan Indonesia
dalam satu perhimpunan perempuan Indonesia.

PANDUAN PHI KE-92 1


Kongres I telah melahirkan langkah besar bagi kehidupan perempuan
Indonesia, yaitu: Pertama, tercapainya hasrat untuk membentuk
sebuah organisasi perempuan solid, yang ditandai dengan kelahiran
sebuah organisasi perempuan yang dinamakan “Perikatan Perempuan
Indonesia”. Kedua, kongres tersebut telah melahirkan tiga mosi
yang keseluruhannya berorientasi pada kemajuan perempuan,
yaitu: tuntutan penambahan sekolah rendah untuk anak perempuan
Indonesia, perbaikan aturan dalam hal taklek nikah, perbaikan aturan
tentang sokongan untuk janda dan anak yatim pegawai negeri.
Kongres Perempuan Indonesia pertama tersebut diakui sebagi tonggak
sejarah kebangkitan pergerakan perempuan Indonesia, sehingga pada
Kongres Perempuan Indonesia III di Bandung tahun 1938, tanggal 22
Desember dinyatakan sebagai Hari Ibu melalui Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 316 Tahun 1959 tentang Hari-Hari Nasional
Yang Bukan Hari libur, Hari Ibu tanggal 22 Desember dijadikan hari
nasional yang diperingati setiap tahun secara khidmat dan penuh
makna oleh segenap bangsa Indonesia.
Makna dari Kongres Perempuan Indonesia pertama layak menjadi
inspirasi bagi perjuangan perempuan masa kini. Melalui PHI ke 92
kali ini, adalah sangat penting menelusuri inspirasi dari semangat
perjuangan perempuan masa itu ke perjuangan perempuan Indonesia
masa kini dimana masih terjadi pratik-praktik yang diskriminatif
terhadap perempuan. Perjalanan perjuangan perempuan Indonesia di
12 area kritis, sebagai implementasi dari Konferensi Tingkat Dunia
ke-IV tentang Perempuan bertema Persamaan, Pembangunan, dan
Perdamaian yang diselenggarakan di Beijing (Cina) pada tanggal 4-15
September 1995, yang menghasikan Deklarasi Beijing dan Landasan
Aksi (BPFA - Beijing Declaration and Platform for Action), dan turut
ditandatangani oleh Indonesia, menjadi benang merah perjuangan
perempuan Indonesia.

2 PANDUAN PHI KE-92


Sementara itu pandemic covid-19 yang melanda Indonesia sejak
bulan Maret 2020 hingga saat ini dan negara-negara lain di dunia,
memperlihatkan sisi lain perjuangan perempuan di Indonesia dalam
menyetop penyebaran covid-19. Mulai dari membimbing keluarga saat
berada di rumah, menjadi tulang punggung bagi keluarga hingga menjadi
garda terdepan penyembuhan Covid-19 sebagai dokter dan perawat. Tak
jarang perempuan memiliki peran ganda sekaligus. Perempuan sebagai
ibu harus memastikan anak-anak dan seluruh anggota keluarganya
tetap berada di rumah dan membuat suasana nyaman. Perempuan yang
bergerak dalam bidang UMKM juga berperan menyediakan kebutuhan
selama pandemi. Perempuan juga berperan besar dalam penerapan
protokol kesehatan keluarga pada masa pandemi covid 19.
Sejatinya perjuangan perempuan Indonesia belum lah selesai,
pencapaian IPG dan IDG masih dirasa masih berjalan lambat,
kekerasan masih terus dialami, dan tingkat kesejahteraan lainnya juga
masih rendah. Ketimpangan antara perempuan dan laki-laki sangat
terlihat dalam hal ekonomi. Kementerian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak melalui tugas fungsinya, telah diamanatkan
oleh Presiden Republik Indonesia melalui 5 (lima) agenda prioritas
pembangunan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, yakni:
1. Peningkatan pemberdayaan perempuan dalam kewirausahaan
2. Peningkatan peran Ibu/keluarga dalam pendidikan dan pengasuhan
anak
3. Penurunan kekerasan terhadap perempuan dan anak
4. Penurunan pekerja anak
5. Pencegahan perkawinan anak
Melalui momentum PHI ke 92 ini, diharapkan akan menjadi semakin
nyata upaya dan hasil pencapaian ke 5 (lima) agenda prioritas tersebut.

PANDUAN PHI KE-92 3


B. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan
Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
Terhadap Wanita (Convention On The Elimination Of All Forms
Of Discrimination Against Women) (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1984 Nomor 29);
2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2020
tentang Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak ((Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor
133);
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020
tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona
Virus Disease 2019 (Covid-19);
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 316 Tahun 1959
tentang Hari-hari Nasional yang bukan Hari Libur;
5. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan
Gender dalam Pembangunan Nasional;
6. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Nomor 2 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tahun 2020 –
2024;
7. Keputusan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Nomor 97 Tahun 2020 tentang Pembentukan Panitia Hari Ibu
Ke-92 Tahun 2020;

4 PANDUAN PHI KE-92


C. Maksud dan Tujuan
Maksud :
Menjadi panduan bagi instansi pemerintah dan lembaga masyarakat
baik di pusat maupun daerah, serta perwakilan Indonesia di luar negeri,
dalam penyelenggaraan Peringatan Hari Ibu ke-92 Tahun 2020, sesuai
dengan tugas fungsi serta kesiapan tiap-tiap institusi.
Tujuan :
Penyelarasan kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah dan
lembaga masyarakat di pusat dan daerah, serta perwakilan Indonesia
di luar negeri dengan tema dan sub tema PHI ke-92

PANDUAN PHI KE-92 5


6 PANDUAN PHI KE-92
2. PENYELENGGARAAN PHI KE-92

A. TEMA DAN SUB TEMA


Tema utama PHI ke-92 adalah Perempuan Berdaya Indonesia Maju.
Selain tema utama, ditetapkan sub-sub tema untuk mendukung tema
utama dimaksud. Sub-sub tema tersebut adalah :
1) Sub Tema 1 : Perjuangan Perempuan Masa Kemerdekaan :
“Perempuan Pejuang - Perjuanganku Bagian
Sejarah Perjuangan Bangsaku”
Tujuan :  Mengenang perjuangan kaum perempuan
bersama dengan kaum laki-laki dalam merebut
Kemerdekaan Republik Indonesia
 Memberikan pemahaman pada generasi
muda (milenial) tentang keberanian dan
pengorbanan kaum perempuan dimasa
pergerakan kemedekaan Indonesia.
2) Sub Tema 2 : Perjuangan Perempuan Masa Kini :
“Perempuan - Inspirasiku untuk Kemajuan
Bangsaku”
Tujuan :  Memaknai perjuangan perempuan masa kini
untuk Indonesia maju dilihat dari 12 critical
areas Beijing Plat Form for Action (BPFA)
 Memberikan inspirasi bagi generasi muda
untuk menerapkan nilai-nilai perjuangan
perempuan untuk kemajuan Indonesia masa
kini.

PANDUAN PHI KE-92 7


 Mengangkat keberhasilan perempuan
Indonesia untuk mencapai kesetaraan.
3) Sub Tema 3 : Perjuangan Perempuan di Era Tatanan Baru (New
Normal):
“Perempuan - Penyemangat dan Garda Terdepan di
Era New Normal”
Tujuan : Mengangkat perjuangan perempuan sebagai
inspirator dalam keluarga dan masyarakat pada
era tatanan baru
4) Sub Tema 4 : Kemitraan Perempuan dan Laki-laki untuk 5
Prioritas Kemen PPPA :
“Perempuan dan Laki-laki - Bersama dan Berbagi
untuk Negeri”
Tujuan : Mempercepat pencapaian agenda prioritas Kemen
PPPA melalui kemitraan perempuan dan laki-laki

B. RANGKAIAN KEGIATAN
PHI 2020 menekankan pada makna perjuangan perempuan yang telah
diawali dari Kongres Perempuan pertama pada tahun 1928. Bahwa
peringatan Hari Ibu ini menjadi simbol perjuangan bagi perempuan di
semua rentang usia, perempuan yang berkiprah baik di ranah domestik
maupun di ranah publik, perempuan dengan berbagai profesi, perempuan
difabel, perempuan kepala keluarga, perempuan baik yang sudah
berkeluarga dan maupun yang belum berkeluarga, dan sebagainya.
Rangkaian PHI 2020 tahun ini akan berbeda dengan tahun-tahun
sebelumnya, mengingat dampak sosial dan ekonomi akibat pandemi
covid-19 yang melanda di seluruh dunia termasuk Indonesia. Protokol

8 PANDUAN PHI KE-92


kesehatan disosialisasikan kepada masyarakat untuk mencegah
penyebaran virus corona. Penerapan protokol kesehatan seperti
penggunaan masker, cuci tangan atau menggunakan hand sanitizer,
jaga jarak/hindari kerumunan, meningkatkan daya tahan tubuh,
konsumsi gizi seimbang, kelola penyakit comorbid dan memperhatikan
kelompok rentan serta perilaku hidup bersih dan sehat, menjadi hal-hal
yang diterapkan dalam era “new normal”.
Berikut beberapa kegiatan yang menjadi rangkaian kegiatan PHI 2020,
dimana pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan memperhatikan
protokol kesehatan.

1. Webinar/seminar/pelatihan
Pandemi covid-19 yang terjadi di Indonesia sejak bulan Maret 2020
telah mendorong adanya perubahan-perubahan dalam metode
pelaksanaan beberapa program dan kegiatan, terutama kegiatan-
kegiatan yang melibatkan peserta dengan jumlah yang cukup
banyak, seperti seminar, dari metode tatap muka langsung menjadi
metode tatap muka tidak langsung melalui media daring (online).
Webinar atau seminar dalam rangka PHI dengan mengangkat
tema dan sub tema PHI ini dilaksanakan secara daring serta mulai
dilaksanakan sejak bulan Oktober hingga Desember 2020.
Selain itu pelaksanaan kegiatan pelatihan-pelatihan yang bertujuan
meningkatkan kapasitas perempuan dan pemberdayaan perempuan
dalam mendukung pencapaian 5 (lima) Arahan Presiden RI kepada
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, turut
menjadi rangkaian kegiatan PHI ke-92 Tahun 2020 ini.

PANDUAN PHI KE-92 9


2. Bantuan sosial bagi pejuang perempuan
Melalui momen PHI 2020 ini, sebagai tanda terima kasih dan
perhatian kepada para pejuang perempuan, maka pemberian
bantuan sosial kepada para veteran pejuang perempuan menjadi
salah satu rangkaian kegiatan PHI 2020. Bantuan sosial berupa
kebutuhan spesifik perempuan dan kebutuhan bagi pejuang yang
telah lanjut usia, seperti kursi roda dan kacamata untuk membaca.

3. Penghargaan/apresiasi bagi perempuan di 34


provinsi yang aktif berkiprah di 12 area BPfA dan
diakui masyarakat setempat.
Memaknai arti perjuangan perempuan Indonesia melalui Kongres
Perempuan pertama, dalam rangkaian PHI 2020 ini, sebagai
perwujudan dari inspirasi perjuangan perempuan Indonesia di masa
lalu, maka dalam rangkaian kegiatan PHI 2020 ini akan diberikan
penghargaan atau apresiasi atas perjuangan perempuan Indonesia
dari 34 provinsi di 12 bidang kritis Beijing Platform for Action (BPfA).
BPfA adalah kesepakatan dari negara-negara PBB dalam rangka
melaksanakan konvensi CEDAW (Convention on Elimination of All
Forms Discrimination Against Women) pada tahun 1995 di Beijing.
12 bidang kritis BPfA tersebut adalah :
1) Perempuan dan kemiskinan;
2) Perempuan dalam pendidikan dan pelatihan;
3) Perempuan dan Kesehatan;
4) Kekerasan terhadap perempuan;
5) Perempuan dalam situasi konflik bersenjata;
6) Perempuan dalam ekonomi;

10 PANDUAN PHI KE-92


7) Perempuan dalam kekuasaan dan pengambilan keputusan;
8) Perempuan dalam mekanisme institusional untuk pemajuan
perempuan;
9) HAM perempuan;
10) Perempuan dan media;
11) Perempuan dan lingkungan hidup; dan
12) Anak perempuan
Kriteria pemilihan bagi penerima penghargaan serta mekanisme
pengajuan penerima penghargaan adalah sebagai berikut :
a. Telah berkiprah di salah satu 12 area BPFA dan kiprahnya diakui
masyarakat sekitar;
b. Belum terekspose media;
c. Menyertakan bukti video aktivitas terkait kiprahnya;
d. Dinas PPPA Kab/Kota mengusulkan calon penerima ke Dinas
PPPA Provinsi, kemudian ditetapkan 3 (tiga) orang calon untuk
diusulkan oleh Dinas PPPA Provinsi kepada Ibu Gubernur.
e. Provisi menetapkan 1 (satu) orang penerima penghargaan yang
mewakili provinsi ke Kemen PPPA.
Pemilihan calon penerima baik di Tk. Kab/Kota dan Tk. Provinsi
dilakukan bekerjasama dengan LM pemerhati perempuan.

4. KIE
Promosi dan publikasi mengangkat makna PHI serta tema dan sub
tema PHI 2020 dilakukan melalui media elektronik, media cetak
dan media sosial, serta melalui koordinasi dengan Dinas PPPA dan
Dinas Kominfo di daerah.

PANDUAN PHI KE-92 11


5. Ziarah ke TMP Kalibata
Ziarah ke TMP Kalibata ini bermaksud untuk penghormatan kepada
Arwah Pahlawan, khususnya para pejuang perempuan, dalam bentuk
kegiatan tabur bunga dan peletakan karangan bunga. Kegiatan
Ziarah ke TMP Kalibata ini dilaksanakan dengan memperhatikan
protokol kesehatan yang berlaku.

6. Bazar Virtual
Bazar virtual dilaksanakan sebagai salah satu bentuk Komitmen
Kemen PPPA dalam mendukung wirausaha perempuan khususnya
perempuan dari kelompok prasejahtera, termasuk didalamnya
perempuan penyintas kekerasan, dan bencana serta perempuan
kepala rumah tangga, melalui kerjasama dengan LM pendamping
kelompok, seperti PEKKA, Kapal Perempuan dan ASPUKK. Bazar
virtual ini rencananya akan dilaksanakan secara live pada awal
bulan Desember 2020.

7. E-KATALOG
E-KATALOG adalah satu bentuk pemberdayaan perempuan yang
hadir dari perempuan untuk kemajuan bangsa dalam bentuk daftar
produk secara digital, yang memuat kumpulan produk-produk
berkualitas dari perempuan pelaku usaha mikro dan industri
rumahan, yang dikelola oleh kelompok perempuan prasejahtera,
seperti perempuan kepala rumah tangga, perempuan penyintas
kekerasan, serta perempuan-perempuan tangguh yang berjuang
bagi diri sendiri dan keluarganya ditengah keterbatasan.

12 PANDUAN PHI KE-92


Di e-katalog selain produk yang dihasilkan berkualitas, juga
dalam proses produksinya terdapat harapan, cita-cita dan cerita
perempuan Indonesia seperti, cerita tentang perempuan penyintas
kekerasan yang mendambakan masa depan yang lebih baik.
Tentang perempuan kepala keluarga yang sedang menyekolahkan
anak-anaknya. Tentang perempuan putus sekolah yang ingin
mendapatkan penghidupan yang layak. Tentang perempuan lanjut
usia yang semangat perjuangannya tidak lekang oleh waktu. Tentang
semua perempuan-perempuan hebat, dengan cerita dan mimpinya
masing-masing, yang sedang berjerih payah demi meningkatkan
kualitas hidupnya.
Kriteria produk usaha mikro/industri rumahan oleh perempuan
pelaku usaha mikro dan industri rumahan yang akan dipasarkan
melalui e-katalog adalah:
1. Jenis produknya adalah olahan pangan, fashion dan kriya.
2. Usaha yang dikelola/dimiliki sudah berjalan minimal 2 tahun.
Usahanya potensial untuk berkembang/dikembangkan, seperti
bahan baku tersedia, ada market/pasar, punya keterampilan/
kapasitas, dan memproduksi sendiri, dan bukan reseller.
3. Usahanya sudah memperoleh izin, seperti PIRT/BPOM untuk
produk olahan pangan (makanan dan minuman).
4. Pengemasan (packaging) produk olahan pangan harus memenuhi
standar kesehatan dan keamanan produk (mencantumkan
komposisi bahan).
5. Produknya sudah mempunyai merek dagang (brand).
6. Mencantumkan informasi singkat tentang proses produksi
(product history).

PANDUAN PHI KE-92 13


7. Mencantumkan tanggal produksi dan batas kadaluarsanya
untuk produk olahan pangan.
8. Diminta untuk membuat tagline promosi untuk produknya.
Misalnya: “Dengan membeli produk ini, pembeli mempunyai andil
dalam pemberdayaan ekonomi mikro

8. Acara Puncak PHI ke 92


Acara puncak diselenggarakan pada tanggal 22 Desember 2020,
secara daring, dengan mengusung konsep acara adalah :
• Mengembalikan pemaknaan PHI sebagai peringatan semangat
perempuan yang luar biasa untuk ambil bagian (berperan)
dalam menentang penjajah, khususnya dalam memperjuangkan
nasib perempuan saat itu dengan mengangkat beberapa
isu kesetaraan perempuan dan laki-laki dalam pendidikan,
kesehatan, dan berpendapat di publik.
• Memaknai kembali semangat perempuan dalam mengambil
peran mengisi pembangunan dan dalam melakukan aksi kolektif
(aksi solidaritas) untuk merespon pandemic Covid-19.
• Memberikan ruang berbagi pada perempuan inisiator yang telah
melakukan gerakan/aksi solidaritas pada masa pandemic
Covid-19
Rangkaian acara yang akan mengisi Acara Puncak PHI ke-92 adalah:
1. Sambutan Ibu Negara RI
2. Sambutan Ibu Menteri PPPA
3. Tayangan Video Perjuangan Perempuan & Pahlawan Perempuan

14 PANDUAN PHI KE-92


4. Pembacaan Puisi
5. Penghargaan pada 34 Perempuan Inisiator
6. Persembahan tarian dan lagu nasional
7. Testimoni Perempuan Inspiratif
8. Tayangan Video Profile Inspirasi bagi Perempuan Milenial
9. Virtual Fashion Show

PANDUAN PHI KE-92 15


Lampiran 1.
LOGO PHI ke-92 Tahun 2020 :

16 PANDUAN PHI KE-92


LOGO ACARA :
Warna dasar Merah dan Putih sebagai penggambaran SEMANGAT
NASIONALISME Perempuan Berdaya untuk Indonesia Maju

FILOSOFI LOGO ACARA :

• BENTUK BUNGA REPRESENTASI DARI CARA BERPIKIR PEREMPUAN


BERDAYA

- Cerdas intelektual (ilmu), cerdas emosional (ikhlas/ tabah),


dan cerdas spiritual (iman);
- Menebarkan pemikiran positif seperti bunga yang menebarkan
aroma harum;
- Karakter perempuan, seperti bunga yang menjadi simbolik
kelembutan dan keindahan;

• BENTUK SILUET & WAJAH PEREMPUAN REPRESENTASI SIKAP &


TINDAKAN PEREMPUAN BERDAYA :

- Tegas, namun lembut penuh cinta;


- Menatap kedepan penuh percaya diri;
- Tangguh, mampu menjalankan peran dalam berbagai aspek
kehidupan secara seimbang dalam kesetaraan.

PANDUAN PHI KE-92 17


Lampiran 2

SEJARAH SINGKAT HARI IBU


Gema Sumpah Pemuda dan lantunan lagu Indonesia Raya yang pada
tanggal 28Oktober 1928 digelorakan dalam Kongres Pemuda Indonesia
menggugah semangat para pimpinan perkumpulan kaum perempuan untuk
mempersatukan diri dalam satu kesatuan wadah mandiri. Pada saat itu
sebagian besar perkumpulan masih merupakan bagian dari organisasi
pemuda pejuang pergerakan bangsa.
Selanjutnya, atas prakarsa para perempuan pejuang pergerakan
kemerdekaan pada tanggal 22-25 Desember 1928 diselenggarakan
Kongres Perempuan Indonesia yang pertama kali di Yogyakarta. Salah satu
keputusannya adalah dibentuknya satu organisasi federasi yang mandiri
dengan nama Perikatan Perkoempoelan Perempoean Indonesia (PPPI).
Melalui PPPI tersebut terjalin kesatuan semangat juang kaum perempuan
untuk secara bersama-sama kaum Laki-laki berjuang meningkatkan
harkat dan martabat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka, dan
berjuang bersama-sama kaum perempuan untuk meningkatkan harkat dan
martabat perempuan Indonesia menjadi perempuan yang maju.
Pada tahun 1929 Perikatan Perkoempoelan Perempuan Indonesia (PPPI)
berganti nama menjadi Perikatan Perkoempoelan Istri Indonesia (PPII). Pada
tahun 1935 diadakan Kongres Perempuan Indonesia II di Jakarta. Kongres
tersebut disamping berhasil membentuk Badan Kongres Perempuan
Indonesia, juga menetapkan fungsi utama Perempuan Indonesia sebagai
Ibu Bangsa, yang berkewajiban menumbuhkan dan mendidik generasi baru
yang lebih menyadari dan lebih tebal rasa kebangsaannya.

18 PANDUAN PHI KE-92


Pada tahun 1938 Kongres Perempuan Indonesia III di Bandung menyatakan
bahwa tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu. Selanjutnya, dikukuhkan
oleh Pemerintah dengan Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959
tentang Hari-hari Nasional yang Bukan Hari Libur tertanggal 16 Desember
1959, yang menetapkan bahwa Hari Ibu tanggal 22 Desember merupakan
hari nasional dan bukan hari libur. Tahun 1946 Badan ini menjadi Kongres
Wanita Indonesia disingkat KOWANI, yang sampai saat ini terus berkiprah
sesuai aspirasi dan tuntutan zaman. Peristiwa besar yang terjadi pada
tanggal 22 Desember tersebut kemudian dijadikan tonggak sejarah
bagi Kesatuan Pergerakan Perempuan Indonesia. Hari Ibu oleh bangsa
Indonesia diperingati tidak hanya untuk menghargai jasa-jasa perempuan
sebagai seorang ibu, tetapi juga jasa perempuan secara menyeluruh, baik
sebagai ibu dan istri maupun sebagai warga negara, warga masyarakat dan
sebagai abdi Tuhan Yang Maha Esa, serta sebagai pejuang dalam merebut,
menegakan dan mengisi kemerdekaan dengan pembangunan nasional.
Peringatan Hari Ibu dimaksudkan untuk senantiasa mengingatkan seluruh
rakyat Indonesia terutama generasi muda, akan makna Hari Ibu sebagai Hari
kebangkitan dan persatuan serta kesatuan perjuangan kaum perempuan
yang tidak terpisahkan dari kebangkitan perjuangan bangsa. Untuk itu
perlu diwarisi api semangat juang guna senantiasa mempertebal tekad
untuk melanjutkan perjuangan nasional menuju terwujudnya masyarakat
yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Semangat perjuangan kaum perempuan Indonesia tersebut sebagaimana
tercermin dalam lambang Hari Ibu berupa setangkai bunga melati dengan
kuntumnya, yang menggambarkan :
1. kasih sayang kodrati antara ibu dan anak;
2. kekuatan, kesucian antara ibu dan pengorbanan anak; dan
3. kesadaran wanita untuk menggalang kesatuan dan persatuan,
keikhlasan bakti dalam pembangunan bangsa dan negara.

PANDUAN PHI KE-92 19


Semboyan pada lambang Hari Ibu Merdeka Melaksanakan Dharma
mengandung arti bahwa tercapainya persamaan kedudukan, hak, kewajiban
dan kesempatan antara kaum perempuan dan kaum laki-laki merupakan
kemitraan sejajar yang perlu diwujudkan dalam kehidupan berkeluarga,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara demi keutuhan, kemajuan dan
kedamaian bangsa Indonesia.

Jakarta, 22 Desember 2020

20 PANDUAN PHI KE-92


Lampiran 3

PANDUAN PHI KE-92 21


Lampiran 4

22 PANDUAN PHI KE-92

Anda mungkin juga menyukai