Statika Sipil PDF
Statika Sipil PDF
Statika merupakan ilmu yang mempelajari semua benda yang tetap, yang statis. Ilmu
Statika merupakan bagian dari bidang ilmu mekanika teknik. Dalam ilmu statika
dipelajari segala sesuatu yang tidak bergerak (atau yang tidak akan bergerak). Hal ini
berbeda dengan ilmu dinamik, dalam ilmu dinamik diterangkan semua yang bergerak.
Akan tetapi, kedua bagian bidang ilmu tersebut mempunyai persamaan, yaitu gaya dan
gerak (pergerakan).
Kondisi tersebut terjadi apabila semua gaya yang bekerja atau semua gaya yang
membebani suatu benda dan gaya-gaya dalam keadaan seimbang. Sebagai contoh
gaya-gaya yang bekerja pada tangkai pengungkit (dengan jarak antara gaya dan benda
= momen) saling menutupi, sehingga semua gaya seimbang.
Oleh karena itu, ilmu statika disebut juga ilmu keseimbangan gaya. Keseimbangan pada
mulanya tidak ada dan apabila keseimbangan itu tercapai, segera akan terganggu lagi.
Atau dapat pula terjadi perubahan dalam keseimbangan, yang diakibatkan oleh daya
tarik bumi (dalam ilmu statika disebut berat sendiri), oleh beban yang dikenakan pada
benda/konstruksi bangunan itu serta oleh kekuatan alam, sebagai contoh air hujan,
salju, angin dan perubahan suhu.
Ilmu statika pada dasarnya merupakan pengembangan ilmu fisika yang menjelaskan
kejadian alam sehari-hari yang berkaitan dengan gaya-gaya yang bekerja. Pada pokok
bahasan ini, dalam dunia konstruksi, pekerjaan seorang insinyur sipil secara garis besar
dapat dikategorikan sebagai berikut :
Salah satu fungsi utama bangunan sipil adalah mendukung gaya-gaya yang berasal dari
beban-beban yang dipikulnya, sebagai contoh yaitu:
1. Jembatan/jalan, mendukung gaya-gaya yang berasal dari beban arus lalu lintas
yang melintasi jembatan atau jalan tersebut.
2. Dinding penahan tanah (retaining wall), berfungsi menahan gaya timbunan tanah
pada dinding retaining wall.
Oleh karena itu, penguasaan ilmu statika sangat membantu insinyur sipil dalam
pengambilan keputusan.
Dari Gambar 3.3 dapat kita lihat bahwa struktur jembatan berfungsi untuk menyalurkan
beban yang bergerak di sepanjang jembatan, yaitu kereta api.
Dari Gambar 3.4 dapat kita lihat bahwa bangunan gedung bertingkat berfungsi untuk
menyalurkan beban-beban yang ada pada tiap lantai.
1. Geometri
Berdasarkan geometri dasar, bentuk struktur dapat diklasifikasikan sebagai salahsatu
bentuk elemen garis (atau disusun dari elemen-elemen garis) atau sebagai bentuk
elemen permukaan. Bentuk elemen garis dapat dibedakan sebagai garis lurus atau garis
lengkung. Sedangkan bentuk elemen permukaan bisa berbentuk datar atau lengkung.
Elemen permukaan lengkung bisa berupa lengkung tunggal atau lengkung ganda.
Pada kenyataannya tidak ada yang dapat disebut sebagai elemen garis atau elemen
permukaan, karena elemen-elemen struktur memiliki tebal. Istilah garis dan permukaan
ini hanya untuk memudahkan saja.
Elemen tersebut tergantung pada bahan atau metode konstruksinya. Sebagai contoh
bahan dari kayu, beton atau baja.
2. Kekakuan
Berdasarkan kekakuan, dapat diklasifikasikan apakah suatu struktur kaku atau fleksibel.
Elemen kaku biasanya sebagai batang, tidak mengalami perubahan bentuk yang cukup
besar di bawah pengaruh gaya atau pada perubahan gaya yang diakibatkan oleh beban.
Namun meskipun demikian, struktur ini selalu bengkok meskipun sangat kecil, apabila
dibebani.
Elemen fleksibel atau tidak kaku, misalnya kabel, cenderung mempunyai bentuk tertentu
pada suatu kondisi pembebanan. Bentuk tersebut dapat berubah apabila pembebanan
berubah.
Kolom dibebani beban secara aksial oleh balok, kemudian mentransfer beban tersebut
ke tanah. Kolom yang memikul balok tidak melentur ataupun melendut karena kolom
pada umumnya mengalami gaya aksial tekan saja.
2. Rangka
Rangka mempunyai aksi struktural yang berbeda dengan jenis balok-tiang, karena
adanya titik hubung kaku antara elemen vertikal dan elemen horisontal. Kekakuan titik
hubung ini memberikan banyak kestabilan terhadap gaya lateral. Kekakuan titik hubung
adalah salah satu dari berbagi jenis hubungan yang ada di antara berbagai elemen
struktur.
Pada sistem rangka, baik balok maupun kolom akan melentur sebagai akibat adanya
aksi beban pada struktur.
3. Rangka Batang
Struktur rangka batang adalah struktur yang terdiri dari kumpulan elemen batang yang
disambung untuk membentuk suatu geometri tertentu sedemikian sehingga apabila
diberi beban pada titik buhul (titik pertemuan antar batang) maka struktur tersebut akan
menyalurkan beban ke tumpuan melalui gaya aksial (tarik atau tekan) pada batang-
batangnya.
Titik buhul dimodelkan berperilaku sebagai sambungan pin (engsel) sehingga tidak bisa
menahan atau menyalurkan momen ke batang yang lain.
4. Pelengkung
Pelengkung adalah struktur yang dibentuk oleh elemen garis yang melengkung dan
membentang di antara dua titik. Pada umumnya terdiri atas potonganpotongan kecil
yang mempertahankan posisinya akibat adanya tekanan dari beban.
Sebagai contoh dapat dilihat pada ilustrasi Gambar 3.5 (b) dan Gambar 3.12, serta
contoh jembatan pelengkung seperti terlihat pada Gambar 3.13. Contoh lain adalah
pada bangunan-bangunan modern, atau dinamakan pelengkung kaku (rigid arch).
Pelat datar biasanya digunakan secara horisontal dan memikul beban sebagai lentur,
dan meneruskannya ke tumpuan. Struktur pelat biasanya terbuat dari beton bertulang
atau baja.
11
8. Kabel
Kabel adalah elemen struktur fleksibel. Bentuknya sangat tergantung pada besar dan
perilaku beban yang bekerja padanya. Kabel dapat digunakan pada bentang yang
panjang. Biasanya digunakan pada jembatan yang memikul dek jalan raya deserta lalu
lintas di atasnya. Sebagai contoh, dii negara Indonesia sudah dibangun beberapa
jembatan kabel. Sebagai contoh, beberapa jembatan kabel yang ada di Indonesia
adalah di Pulau Batam (Gambar 3.7), Riau (Gambar 3.16) dan Bandung, Jawa Barat
(Gambar 3.17).
12
13
Salah satu keuntungan penggunaannya yaitu penempatan kabel dapat mencegah atap
dari getaran akibat tekanan dan isapan angin. Selain itu, gaya tarik umumnya dapat
diberikan pada kabel dengan alat jacking sehingga seluruh permukaan dapat
mempunyai tahanan terhadap getaran pada atap.
Struktur yang relatif tinggi, sebagai contoh menara listrik tegangan tinggi yang
mempunyai dasar kecil mempunyai potensi untuk terguling. Ketidakseimbangan akibat
berat sendiri juga dapat menyebabkan terjadinya guling.
Penggunaan pondasi kaku yang lebar dapat mencegah terjadinya guling, atau dengan
penggunaan pondasi tiang yang mampu memikul gaya tarik.
Masalah kedua adalah berkaitan dengan kestabilan hubungan atau internal. Apabila
bagian-bagian struktur tidak tersusun atau terhubung dengan baik, maka struktur dapat
runtuh. Suatu susunan struktur dapat stabil untuk kondisi pembebanan tertentu, tetapi
tidak untuk kondisi lainnya.
15
Masalah ketiga adalah berkaitan dengan kekuatan dan kekakuan elemen. Ada banyak
masalah struktural pada kekuatan komponen struktur. Keruntuhan komponen dapat
berupa keruntuhan akibat tarik, tekan, lentur, geser, torsi, gaya tumpu, atau deformasi
berlebihan yang timbul secara internal di dalam struktur sebagai akibat dari adanya
beban. Bersamaan dengan beban, juga timbal tegangan pada material.
Pada struktur yang stabil, deformasi akibat beban pada umumnya kecil, dan gaya
internal yang timbul di dalam struktur mempunyai kecenderungan mengembalikan
bentuk struktur ke bentuk semula apabila beban dihilangkan.
Pada struktur yang tidak stabil, deformasi akibat beban pada umumnya mengakibatkan
kecenderungan untuk terus bertambah selama struktur tersebut dibebani. Struktur yang
tidak stabil tidak memberikan gaya-gaya internal yang mempunyai kecenderungan untuk
terus bertambah selama struktur tersebut dibebani. Struktur yang tidak stabil mudah
mengalami runtuh (collapse).
Tanggung jawab Insinyur Sipil sebagai perencana struktur adalah dapat menjamin
struktur yang membentuk konfigurasi yang stabil. Para insinyur berupaya agar hasil
rancangannya adalah yang terbaik atau optimal jika ditinjau dari kekuatan, kekakuan
maupun pembiayaan (ekonomis).
17