Anda di halaman 1dari 4

STRATEGI DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW.

DI MADINAH
Dibuat Oleh:
Mahasiswi PPL-2 UIN Mataram
Sifa’u Suqmin Zamzami

A.Kondisi Masyarakat Madinah Pra-Islam


Kota Yatsrib atau sekarang dikenal dengan Madinah
terletak di jalur perdagangan yang strategis, yaitu berada dalam
jalur perdagangan yang menghubungkan Yaman di selatan dan
Syiria di utara. Daerah Yastrib (Madinah) merupakan tempat
yang subur sehingga banyak masyarakat yang bercocok tanam.
Namun, banyak juga yang mencari penghasilan dengan cara
berdagang dan beternak.
Agama yang dianut oleh masyarakat Madinah sebelum
Islam masuk adalah Yahudi dan Nasrani. Agama Yahudi dibawa
oleh bangsa Yahudi sendiri sekitar abad pertama dan kedua
Masehi. Penganut agama Yahudi di Madinah berasal dari Bani
Qainuqa, Bani Nadhir, menjadi minoritas yang berasal dari Bani
Narjan. Selain Yahudi dan Nasrani, Sebagian masyarakat
Madinah menganut paham paganisme. Paham tersebut meyakini
bahwa berhala-berhala, maupun benda-benda alam, seperti
matahari, bulan, dan bintang patut mereka sembah karena
dianggap memiliki kekuatan.
Kelompok masyarakat Madinah terbagi menjadi dua, yaitu
kelompok masyarakat Yahudi dan kelompok masyarakat Arab.
Masyarakat Yahudi terdiri atas beragam suku, baik suku kecil maupun
suku besar. Suku yang termasuk kelompok kecil Yahudi, antara lain
Bani Mahmar, Bani Za’ura, Bani Syazliyah, Bani ‘Auf, Bani Tsa’labah,
Bani Ikrimah, Bani Bahdal, dan Bani Jusyam. Adapun yang berasal dari
kelompok besar Yahudi adalah Bani Qainuqa, Bani Gathfan, Bani
Nadhir, dan Bani Quraidhah. Masyarakat Arab juga terdiri atas beragam
kelompok. Suku yang terbesar adalah Bani Aus dan Bani Khazraj.
B. Penyebab Nabi Muhammad Saw. Hijrah ke Madinah
Selama berdakwah di Mekkah banyak sekali ancaman yang
dialami Nabi Muhammad Saw. dan para sahabat. Ancaman kafir
Quraisy makin terang-terangan terhadap Rasulullah Saw. terlebih
setelah istri dan paman beliau meninggal. Melihat kondisi tersebut,
Rasulullah Saw. merasa bahwa dakwah yang dilakukan di Mekkah sulit
untuk berkembang. Pada tahun 621 M atau tahun ke-12 kenabian.
Rasulullah Saw. bertemu dengan 12 orang rombongan haji yang berasal
dari Madinah. Saat bertemu dengan mereka, Rasulullah Saw.
menyampaikan dakwah tentang Islam. Ternyata, mereka menyambut
dengan sangat baik dakwah tersebut. Akhirnya, mereka menyatakan diri
masuk Islam langsung di hadapan Rasulullah Saw. mereka juga
melakukan baiat di Bukit ‘Aqabah. Baiat tersebut sering disebut dengan
Perjanjian ‘Aqabah. Adapun isi dari Perjanjian ‘Aqabah adalah sebagai
berikut:
1. Mereka akan setia kepada Nabi Muhammad Saw.
2. Mereka akan rela berkorban harta dan nyawa.
3. Mereka tidak akan menyekutukan Allah Swt.
4. Mereka tidak akan membunuh dan berdusta
5. Mereka akan bersedia membantu ajaran Islam

Berselang satu tahun, yaitu tahun 622 M, sebanyak 73 orang


Madinah melaksanakan haji di Mekkah. Mereka juga menemui
Rasulullah Saw. untuk memberikan berita bahwa masyarakat
Madinah meminta beliau berdakwah tentang Islam di sana.
Mendengar hal tersebut, Rasulullah Saw. mengabulkan
permohonan tersebut dengan membuat kesepakatan besama.
Mereka menuju Bukit ‘Aqabah untuk membuat perjanjian
Kembali. Peristiwa inilah yang disebut dengan Perjanjian ‘Aqabah
II. Isi dari perjanjian tersebut sebagai berikut:
1. Masyarakat Madinah bersedia melindungi Nabi Muhammad
Saw.
2. Masyarakat Madinah bersedia ikut berjuang membela agama
Islam, baik dengan harta maupun nyawa.
3. Masyarakat Madinah berperan aktif memajukan agama Islam
dan menyebarkannya kepada sanak saudara.
4. Masyarakat Madinah siap menerima resiko dan tantangan
apapun.
SEMANGAT TERUS BELAJAR ONLINENYA YA 😊

Anda mungkin juga menyukai