PRESIDEN
REPUBLIK INOONESIA
TENTANG
Mengingat : 1. Pasal 4
Vyat
(1) UlqTg-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun l941t
2. Undang-Undang Nomor g Tahun 2Ol4
tentang
Perinduslrian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2Ot4 Nomor 4, Tam6ahan Lembaran
Negara
Republik Indonesia Nomor Sa9\;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun
2015 tentang
Rencana Induk pembangunan Industri
Nasionar Tahun
2015-2035 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 20 15 Nomor 46, tambahan Lembar"r, w"g"r,
Republik Indonesia Nomor 56Tl);
MEMUTUSKAN
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2-
MEMUTUSIGN:
Pasal I
Pasal 2
PRESIDEN
REPUBLIK INOONESIA
-3-
Pasal 2
pasal 3
-4-
(3) KIN 2015-2019 menjadi dasar pemerintah pusat dalam
pemberian fasilitas penanaman modal sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
pasal 4
pasal 5
pasal 6
pasal 7
Agar .
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-5-
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Presiden ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 Februari 2018
ttd
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 6 Februari 2Ol8
ttd
YASONNA H. LAOLY
D na Djaman
PRESIDEN
REPU BLIK IN DON ESIA
LAMPIRAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2018
TENTANG KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL
TAHUN 2OL5-2019
Beberapa .
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2-
Beberapa capaian pembangunan industri nasional pada Tahun 2015 dan
Tahun 2016 berturut-turut sebagai berikut:
(1) Pertumbuhan industri pengolahan nonmigas sebesar S,os o/o dan
4,42o/o;
(21 Kontribusi terhadap PDB Nasional sebesar l8,l9o/o dan l8,2Oo/o;
(3) Ekspor produk industri pengolahan nonmigas sebesar USD 108,60
miliar dan USD 109,76 miliar;
(4) Kontribusi terhadap total ekspor nasional sebesar 7o,9o/o dan 76,00/o;
dan
(5) Realisasi nilai investasi Tahun 2015 di industri pengolahan nonmigas
mencapai Rp236 triliun yang terdiri dari Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) sebesar Rp89 triliun dan Penanaman Modal Asing (PMA)
sebesar Rp147 triliun. Sedangkan Tahun 2016 total nilai investasi
mencapai Rp332,06 triliun dengan perincian nilai investasi PMDN
sebesar Rp106,78 triliun dan nilai investasi PMA sebesar Rp225,28
triliun.
Sasaran kuantitatif pembangunan industri nasional periode 2O|7-2OI9
disusun berdasarkan perkembangan kondisi perekonomian terkini dengan
menggunakan tahun dasar PDB 2010 yang penggunaannya ditetapkan
pada awal Tahun 2015 oleh Badan Pusat Statistik setelah diterbitkannya
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk
Pembangunan Industri Nasional Tahun 2015-2035. Penggunaan tahun
dasar PDB 2010 menyebabkan perubahan pada input data untuk mod"etling
dan forecasting, sehingga beberapa sasaran kuantitatif pembangunan
industri nasional dalam KIN Tahun2Ol7-2019 berbeda dengan RIPIN 2015-
2035 yang menggunakan tahun dasar PDB 2000. Sasaran kuantitatif
pembangunan industri nasional period e 2OLT -2019 ditetapkan seperti pada
Tabel 1.1 berikut.
No.
Indikator
Pembangunan Industri Satuan 2017 2018 2019
1. Pertumbuhan industri
pengolahan nonmigas % 5,2-5.4 5,4-5,8 5,7-6,2
2. Kontribusi industri
pengolahan nonmigas o/o
18,4-L9,7 18,6- 19,1 18,9-19,4
terhadap PDB
3. Kontribusi
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-3-
No.
Indikator
Pembangunan Industri Satuan 20t7 20t8 2019
3. Kontribusi ekspor
produk industri o/o
76,9-77,O 77,3-77,5 77,6-79,O
terhadap total ekspor
4. Jumlah tenaga kerja di juta
sektor industri L6,2-16,3 L6,5-16,7 16,g-L7,1
orang
5. Persentase tenaga kerja
di sektor industri % 13,4- 13,5 13,7- 13,9 L4,L-L4,2
terhadap total pekerja
6. Rasio impor bahan
baku sektor industri o/o
terhadap PDB sektor 36,1-39,6 32,9-35,3 29,g-32,3
industri nonmigas
7. Nilai Investasi sektor Rp
industri triliun 325-350 395-420 480-500
8. Persentase nilai tambah
sektor industri yang o/o
diciptakan di luar 29,4-29,5 28,9-29,o 29,4-3O,O
Pulau Jawa
II. FOKUS
PRESIDEN
REPUBLIK INOONESIA
-4-
II. FOKUS PENGEMBANGAN INDUSTRI
Kebijakan pengembangan industri nasional merupakan bagian kebijakan
perindustrian yang diamanatkan dalam RIPIN 2015-2035 dan RPJMN
2Ol5-2O19. Prinsip kebijakan pengembangan industri hanrs mendorong
pertumbuhan industri serta peningkatan daya saing industri nasional.
Kebijakan pengembangan industri nasional difokuskan pada:
1. Peningkatan nilai tambah sumber daya alam pada industri hulu
berbasis agro, mineral, serta migas dan batubara dalam rangka
pendalaman struktur industri melalui penguatan rantai nilai industri
dan pembangunan industri hulu yang diintegrasikan dengan industri
antara dan industri hilirnya;
2. Peningkatan kapabilitas industri melalui peningkatan kompetensi
sumber daya manusia dan penguasaan teknologi; serta
3. Pembangunan industri di seluruh wilayah Indonesia melalui
pembangunan wilayah pusat pertumbuhan industri (WPPI), kawasan
peruntukan industri (KPI), kawasan industri, dan sentra industri kecil
dan industri menengah (Sentra IKM).
b. Pemanfaatan
PRESIDEN
REPUBLIK IN DON ESIA
-5-
b. Pemanfaatan, Penyediaan, dan penyaluran Sumber Daya Alam
Pemanfaatan, penyediaan, dan penyaluran SDA dilakukan merarui
pemetaan potensi dan kebutuhan SDA, penJrusunan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang menjamin kepastian pasokan
bahan baku untuk. industri dalam .r"g"ri berkelanjutan,
pengembangan kemitraan antara industii dengan".".."produsen 6ahan
baku dan pembangunan industri berbasis SDA.
c. Pengembangan dan pemanfaatan Teknologi Industri
Pengembangan dan pemanfaatan teknologi industri dilakukan
melalui penguatan infrastruktur penelitia; dan pengembangan,
peningkatan adopsi dan alih teknologi, serta pemanfaatin t.hiogi
industri dalam negeri.
d. Pengembangan dan Pemanfaatan Kreativitas dan Inovasi
Pengembangan dan pemanfaatan kreativitas dan inovasi dilakukan
melalui penyediaan . ruang, wilayah dan infrastruktur bagi
pengembangan kreativitas dan inovasi, pengembangan sentia
industri kreatif, pelatihan teknorogi dan - desainl fasilitasi
perlindungan hak kekayaan intelelitual, dan promosi atau
pemasaran produk industri kreatif.
e. Penyediaan Sumber pembiayaan Industri
Penyediaan sumber pembiayaan yang kompetitif bagi industri
dilakukan antara lain. melalui pembentukan lembaga plmbiayaan
pembangunan industri.
2. Pengembangan Sarana dan prasarana Industri
Pengembangan Sarana dan prasarana Industri meliputi standardisasi
industri, infrastruktur industri, dan sistem informasi industri nasional
(srrNAS).
a. Standardisasi Industri
Pengembangan standardisasi industri dilakukan meralui
penlrusunan dan penetapan standar industri, penge-bangan
infrastruktur standardisasi, serta pengakuan ir"i."rfi"
f^"i_l
recognitionl atas hasil pengujian raboritorium dan sertifikasi
p;;;k.
b. Infrastruktur Industri
Infrastruktur industri mencakup energi dan lahan industri.
Penyediaan energi d akukan -melalui" penJrusunan rencana
penyediaan energi,. pembangunan pembangkit liltrik serta j";;;;;
transmisi dan distribusinya, pengembangln. sumber .";;;i
G;;
terbarukan, diversifikasi dan konsJrvasi enirgr, serta pengembangan
industri pendukung pembangkit energi.
Penyediaan
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-6-
Penyediaan lahan industri dilakukan merarui penetapan kawasan
peruntukan industri dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW)
kabupaten/ kota,
.dan pembangunan kawasan industri dengan
memanfaatkan kelembagaan bank tanah (land Aan4. eenftJiian
lahan industri juga disertai dengan penyediaan air untuk r."u"t"rr.r,
industri yang dilakukan melalui pen5aminan sumber aaya air bagi
WPPI, pengembangan, pemanfaatan-dan pengelol"u"
ui.
untuk kebutuhan kawasan industri, dan pingo-lahan aii.;irirrgu"
limb"ah.
c. Sistem Informasi Industri Nasional
Pengembangan SIINAS Tahun 2OlZ_2Olg dilakukan melalui
pen1rusunan rencana induk, pengembangan sistem informasi,
pengolahan data dan penyebaran informasi, serta kerjasama
interkoneksi.
3. Pemberdayaan Industri
Pemberdayaan industri mencakup pengembangan industri
pembangunan industri strategis, -p..rirrg'i.at , penggunaan hijau,
produk
dalam. negeri (p3DN), kerjasama intlrnasi'onal
penyelamatan industri. ""it" iE"g"-u"I" J""
a. Industri Hijau
Pengembangan industri hijau d,akukan melalui penetapan
standar
industri hijau, pembangunan dan pengembangan iembaga sertifikasi
industri hijau, peningkatan komplterisi audiior i"d"";i tt;;;;;;
pemberian insentif untuk industri hijau.
b. Industri Strategis
Pembangunan industri strategis dilakukan melalui penetapan
industri strategis, pengaturan kepemilikan, penyertaan modal
.
pemerintah, produksi, distribusi, Larga dan p"rrg"*.".r, .".L
pemberian fasilitas kepada industri stralegis.
c. Peningkatan penggunaan produk Dalam Negeri
P3DN dilakukan melalui peningkatan Tingkat Komponen
Dalam
Negeri (TKDN) produk dalam negeli, penyusunan daftai
inventarisasi
barang/iasa produksi dalam negeri, pemberian i""""tif, plf.t;;;;;;
audit kepatuhan kewajiban p..ri.rgl*t"., penggunaan produk
dalam
negeri, dan pemberian penghargaan Cinta Xarya Bangsa.
d. Kerjasama .
PRESIDEN
REPIJBLIK IN DON ESIA
-7 -
d. Kerjasama Internasional
Kerjasama internasional bidang industri dilakukan melalui
perlindungan industri nasional dari dampak persaingan global,
peningkatan akses industri nasional terhadap pasar dan simUei
daya industri di luar negeri, pengembangan jiringan rantai suplai
global, dan peningkatan kerjasama investasi di sektor industrl
dengan mengutamakan pemanfaatan bahan baku produk lokal.
e. Pengamanan dan Penyelamatan Industri
Pengamanan industri dari dampak buruk perubahan kebijakan,
regulasi, iklim usaha, dan persaingan global dilakukan melaiui
program restrukturisasi industri dan perlindungan dengan
mekanisme tarif dan nontarif.
Penyelamatan industri dari kerugian yang diakibatkan oleh
konjungtur perekonomian dunia dilakukan dengan pemberian
stimulus fiskal dan kredit program.
4. Pengembangan Industri Prioritas dan Industri Kecil dan Industri
Menengah
a. Pengembangan Industri Prioritas
Berdasarkan RIPIN 2015-2035 telah ditetapkan l0 (sepuluh) industri
prioritas yang dikelompokkan dalam industri andalan, industri
pendukung, dan industri hulu, sebagai berikut:
1) Industri andalan, meliputi:
a) industri pangan;
b) industri farmasi, kosmetik, dan alat kesehatan;
c) industri tekstil, kulit, alas kaki, dan aneka;
d) industri alat transportasi;
e) industri elektronika dan telematika/ ICI
f) industri pembangkit energi;
2) Industri pendukung, meliputi:
a) industri barang modal, komponen, bahan penolong, dan jasa
industri;
3) Industri hulu, meliputi:
a) industri hulu agro;
b) industri logam dasar dan bahan galian bukan logam;
c) industri kimia dasar berbasis migas dan batubara.
b. Pengembangan
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-8-
b. Pengembangan Industri Kecil dan Industri Menengah
Pengembangan industri kecil dan industri menengah ditqjukan
untuk pengembangan pemasaran, peningkatan pertumbuhan dan
produktivitas IKM dengan memanfaatkan intemet of things (Industry
4.0/ melalui platform digital (e-smart IKM) dan sebagai pendukung
pencapaian sasaran pembangunan 10 (sepuluh) industri prioritas.
5. Pengembangan Perwilayahan Industri
Perwilayahan industri mencakup pengembangan Wilayah pusat
Rrtrmbuhan Industi (WPP[), pengembangan Kawasan Ferunhrkan Industi (I,p[),
pembangunan Kawasan Industri, dan pengembangan Sentra IKM.
a. Pengembangan WPPI dilakukan melalui penetapan WppI sebagai
kawasan strategis nasional, pen5rusunan master plan,
pengintegrasian pengembangan WPPI ke dalam Rencana
Pembangunan Industri Provinsi/IGbupaten/Kota, pembangunan
berbagai infrastruktur pendukung, pembangunan sumber daya
industri, peningkatan kerjasama antar daerah, promosi investasi
dan pemberian insentif.
b. Pengembangan KPI dilakukan melalui penetapan KpI dalam RTRW
Kabupaten/Kota, dan pembangunan infrastruktur, penyediaan
energi, sarana dan prasarana dalam mendukung pengembangan
KPI.
c. Pembangunan kawasan industri baru yang diprioritaskan di luar
Pulau Jawa dan peningkatan daya saing kawasan industri yang
sudah ada.
d. Pengembangan Sentra IKM dilakukan melalui pemetaan lokasi,
pembentukan kelembagaan, pengadaan tanah, dan pembangunarr
infrastruktur.
6. Fasilitas Fiskal dan Nonliskal
Fasilitas fiskal adalah pemberian fasilitas melalui pendapatan atau
pengeluaran negara berupa insentif bea masuk, pajak, serta pemberian
subsidi. Fasilitas nonfiskal adalah seluruh fasilitas yang diberikan
pemerintah yang tidak terkait secara langsung dengan pengJluaran dan
pendapatan negara. Termasuk ke dalam fasilitas nonfilkal adalah
kemudahan perizinan, prioritas pelayanan, dan perlindungan dengan
mekanisme non tarif.
IV. PENGEMBANGAN
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-9-
IV. PENGEMBANGAN SUMBER DAYA INDUSTRI
Pengembangan sumbe.r daya industri meliputi pembangunan
sDM industri,
pemanfaatan, penyediaan dan_ penyaluran SDA,
f,engembangan dan
pemanfaatan teknologi, pengembangan dan pemaniaatan-
kreati,)ltas dan
inovasi, serta penyediaan sumber p"--biuyaur.
1. Pembangunan Sumber Daya Manusia Industri
sDM Industri meliFuti: (a) wirausaha industri (pelaku usaha
industri);
(b) tenaga kerja industri (tenaga kerja profesio"ui
ai uia""gi"ar"tri); (")
pembina industri.(aparatur yang memiiiki kompeten"i
Ji ui?"rrg1"a""tri
di pusat dan di daerah); aan 1a1 konsultan industri
perusahaan yu1g, memberikan layanan konsultasi, 1o-.i.rg
,
"t",
advokasi,
pemecahan masalah bagi industri).
Kegiatan pembangunan sDM industri difokuskan pada rencana
pembangunan tenaga kerja industri. pembangu.r..r^
industri bertujuan unruk menyiapkan tenaga kerja industri
i.rr"g; t.4.
yang siap kerja sesuai dengan kibutuhan"p"r"""t""" kompeten
perusahaan kawasan industri, meningkatka" pr.a"ttiritu" .tu, i"ir"tri
tenaga
kerja industri, meningkatkan penyerapa., tenaga klrja
di sektor industri
serta memberikan perlindungan dan- kesejaht-eraan tagi
tenaga kerja
industri.
a. Sasaran
Sasaran pembangunan SDM industri selama periode
2OlZ_2olg
adalah paling sedikit sebagai berikut:
1) Pemenuhan kebutuhan tenaga kerja sektor industri;
2) Penumbuhan wirausaha baru industri kecil dan industri
menengah;
3) Pembangunan infrastruktur ketenagakerjaan
berbasis
kompetensi meliputi Standar fo*p.tCrr"i "*.iJ" iasionat
Indonesia,(pK-fNI), Lembaga Sertifikasi profesi
Tempat uji Kompetensi lrur1, serta tenagalii! al"l.t""
asesor lisensi
dan/atau asesor kompetensi;
4) Sertilikasi tenaga kerja dan calon tenaga kerja industri;
5) pembangunan lembaga pendidikan vokasi
komunitas bidang induitri berbasis t<ompeten"i pJu
atau akademi
weer
dan/ atau kawasan industri; ".tiii
6) Penyediaan SDM pembina industri yang kompeten;
7) Peningkatan kompetensi wirausaha industri; dan
8) penyediaan tenaga konsultan diagnosis atau penyuluh
IKM.
b. Kebijakan
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-10-
b. Kebijakan dan program Operasional
Dalam_ rangka memenuhi. kebutuhan tenaga
kerja industri yang
memiliki kompetensi di bidang teknis dan"manajerial aiperfrlkai
berbagai.program pengembanlan baik dalam jangk.
maupun jangka panjang yang meliputi:
*".r.rgJ
1) Pembangunan infrastruktur tenaga kerja industri berbasis
kompetensi
Pembangunan infrastruktur tenaga kerja industri
berbasis
kompetensi untuk tenaga kerja iridustri'dimaksudka.,,rrrirt
meningkatkan kualitas tenaga-kerja industri d""
;"G;;k;;
kesesuaian antara sistem pengupahln dengan produktivitas
guna memberikan perlindungan dan kese]ahteraan kerja
U.git.".g^
kerja industri. program pembangunan infristruktur t"rig.
industri berbasis kompeiensi me-liputi : t..]"
(a) Pemetaan kebutuhan SKKNI, LSp,
TUK dan asesor kompetensi
bidang industri;
(b) Penyusunan dan penetapan SKKNI
melalui:
(1) Pelatihan penyusunan SKKNI;
(2) Penyusunan SKKNI sektor industri;
(3) Pendampingan penyusunan SKKNI sektor industri;
(4) Fasilitasi pra konvensi dan konvensi SKKNI
sektor
industri;
(c) Pembentukan asesor kompetensi
dan asesor lisensi;
(d) Peningkatan kapasitas LSp dan
TUK yang sudah ada dan
pembentukan LSp dan TUK baru di bidang
i-ndustri;
(e) Pembangunan sistem sertifikasi
kompetensi; dan
(f) Pembangunan lembaga pendidikan berbasis
kompetensi.
2) Pembangunan SDM Industri berbasis kompetensi
dengan.
dilakukan
_bekerjasama antara pemerintah pusat, pemerintah
provinsi/kabupaten/kota, KADIN, ."o"i*i industr.i, ;.;$*;
profesi dan perusahaan industri. erogram pembangunan
Industri berbasis kompetensi dilakukai melalui: SDM
(d) Sertilikasi .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 11-
(d) Sertilikasi kompetensi bagi peserta dan lulusan lembaga
pendidikan vokasi;
(e) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
wirausaha industri
berbasis kompetensi;
(f) Pendidikan gelar bagi aparatur pembina industri;
(g) Pendidikan dan pelatihan pembina industri berbasis
kompetensi;
(h) Penyelenggaraan pelatihan konsultan
diagnosis IKM; serta
(i) Pemagangan industri.
3) Pembangunan dan pengembangan lembaga pendidikan
vokasi
dan lembaga pendidikan da., p.Ltih.., U".f,u"i. kompetensi
Program Pembangunan dan pengembangan lembaga pendidikan
vokasi dan..-lembaga p.r,hidilan ain pelatif,an berbasis
Kompetensr ctllaksanakan melalui:
(a) Pemetaan kebutuhan (jumlah, jenis,
dan lokasi) lembaga
pendidikan vokasi serta lembagi pendidikan
dan' pelatihin
berbasis kompetensi sesuai denlan."r"..u kebutuhan
SDM
industri;
(b) Pembentukan proqram pendidikan dan pelatihan
penJrusunan kurikulum berbasis kompetensi; dan
(c) Penyusunan dan
.penyempurnaan modui pendidikan dan
pelatihan berbasis kompetensi;
(d) Pembangunan sarana.dan prasarana
(laboratorium , worksLop,
teach.ing factory) lembaga pendidikan vokasi
serta f._U"1"
pendidikan dan pelatihan;
(e) " Link and matcv antara
lembaga pendidikan dan pelatihan
dengan dunia usaha industri;
(f) Peningkatan jenjang pendidikan pada pendidikan
industri; vokasi
(g) Pengembangan program studi baru sesuai kebutuhan
usaha industri; dunia
(h) Pembentukan LSp dan TUK pada
lembaga pendidikan serta
lembaga pendidikan dan pelatihan il;Ji;
(i) Pembangunan pendidikan vokasi pada wppl dan
industri; serta kawasan
4) Sertilikasi .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
_t2-
4) Sertifikasi Kompetensi Tenaga Kerja Industri
Fasilitasi penyelenggaraan sertifikasi kompetensi bagi calon
}""ry1 kerja dan tenaga kerja sektor industri serta penlmpatan
kerja bagi lulusan pendidikan vokasi industri dan pendidikan dan
pelatihan industri berbasis kompetensi dilakukarrmelalui:
(a) Penyusunan pangkalan data kompetensi tenaga kerja sektor
industri;
(b) Kerjasama dengan asosiasi industri dan pelaku
industri dalam
rangka mendorong sertifikasi kompetensi bagi tenaga kerja
industri.
2. Pemanfaatan, Penyediaan, dan penyaluran Sumber Daya Alam
Pemanfaatan, penyediaan, dan penyaluran SDA mencakup pemetaan
potensi dan kebutuhan SDA, serta pen5rusunan peraturan perundang_
undangan dengan tujuan menjamin penyediaarr d"., p"rry.lr.r.n SDi
untuk memenuhi kebrrtuhan bahan baku, bahan p".roiorri, energi, dan
air baku bagi industri nasional.
a. Sasaran
Berkaitan dengan pemanfaatan, penyediaan, dan penyaluran SDA,
sasaran yang akan dicapai selama periode 2OlZ -2olg adal"h,
l) tersusunnya peta potensi dan kebutuhan SDA untuk industri;
2) pemenuhan kebutuhan bahan baku industri dan energi dalam
rangka hilirisasi industri berbasis sDA seperti disajik-an pada
Tabel 4.1. dan Tabel 4.2. berikut.
Tabel 4.1. Kebutuhan SDA sebagai bahan baku industri yang akan
dibangun dalam rangka kebijakan hilirisasi industri
berbasis SDA tahun 2OLZ_2olg.t
Limestone.
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-13-
Besi Baja Lumajang- 500 ribu Pasir Besi l juta ton Lumajang-
Jawa Timur ton per per tahun Jawa
tahun Timur,
Pantai
Selatan
Pulau Jawa
Alumina Mempawa- 1,2 juta ton Bauksit 1,4 juta ton Kalimantan
Kalimantan per tahun per tahun Barat
Barat Smelter
Grade
Alumina
(sGA)
Tembaga
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-14-
Ferronikel Pomala, 27O rlbu urlrh Nikel 1,5 juta ton Pomala-
Kabupaten ton per per tahun Sulawesi
Kolaka- tahun Tenggara
Sulawesi Feronikel
Tenggara
Ferronikel Konawe- 250 ribu Iluih Nikel 2,5 juta ton Konawe-
Sulawesi ton per per tahun Sulawesi
Tenggara tahun Tenggara
l,'erronike Morowali- 900 ribu Bijih Nikel 9 juta ton Morowali- Untuk
Sulawesi ton per tahun
Tengah Sulawesi diolah
Feronikel Tengah
per tahun menjadi
juta ton
Sfafnless
Steel
Ferronikel . .
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-15
100 ribu
ton nickel Bijih Nikel 500 ribu ton
pig ironper per tahun
tahun
Pupuk Teluk ammonia Gas Bumi 180 Kawasan Sebagian
Bintuni- 1,3 juta ton MMSCFD Teluk digunakan
Papua per tahun per tahun Bintuni- untuk
Barat Papua bahan baku
Barat produksi
urea 2,3
juta ton per
tahun
Petrokimia
D
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-16-
CPO .
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-t7-
Industri Kapasitas Bahan Kebutuhan Sumber
Lokasi
Produksi Baku Bahan Baku Bahan Keterangan
Baku
CPO Refinery Sei 1.O00 ton UPU dan lluta ton Sumatera CPO diolah
Mangkei- CPO per CPKO CPO per Utara menjadi
Sumatera hari tahun;
Utara Fatty
Alcohol
dengan
kapasitas
120 ribu ton
Biomaterial per tahun,
3.00O ton tandan
per tahun 100 ribu ton tandan
kosong CPKO per kosong dan
sawit dan tahun kayu diolah
kayu
menjadi
kelapa
paper board
sawit
dengan
kapasitas 3
ribu ton per
tahun
Green Diesel Pelintung- 100 ribu CPO CPO: Total Riau
Dumai- ton per 1,5 juta ton
Riau tahun per tahun;
Oleochemical 150 ribu Refined
ton per CPO
tahun CPKO: 100
ribu Ton
Surfaktan 10 ribu ton Methgl
per tahun Ester
Mmyal( 10 ribu ton CPO
Goreng per tahun
Merah
Hengolahan 10 ribu ton Limbah
Limbah per tahun SBE
Padat
Minyak
Goreng
IJTO 25 ribu ton Fattg Acid
Lubrican per tahun Asam Oleat
Biodiesel
#D
PRES IOEN
REPUBLIK INDONESIA
-18-
Butadiena
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
19-
Tabel 4.2. Kebutuhan Energi untuk Industri yang akan dibangun dalam
rangka kebijakan hilirisasi industri berbasis SDA tahun 2OlZ-2olg
*)
Aluminium . .
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-20-
Industri Lokasi Kapasitas Kebutuhan
Produksi Energi *|
Aluminium Kuala Tanjung- 250 ribu ton per 250 MW
Sumatera Utara tahun
Tembaga Greslk-Jawa Timur 500 ribu ton Cu 750 Mw
catlwde, fiibe, cable
per tahun
Propylene . . .
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2t -
*) sumber kebutuhan
energi dipenuhi dari Batubara
2) Penerapan. .
q#
t,loot5
*. JrTnt * . r, o
",
-22-
2) Penerapan kebijakan pembatasan ekspor SDA dan/atau prioritas
penggunaan SDA untuk kebutuhan dalam negeri melalui
p,enetapan kebijakan bea keluar, kuota ekspor, dan/atau
domestic market obligation (DMO);
3) Jaminan penyediaan dan penyaluran SDA melalui pemetaan
ketersediaan dan penyusunan neraca ketersediaan SDA;
4) Penyusunan rekomendasi bagi:
(a) penetapan jaminan penyediaan dan penyaluran SDA; serta
(b) penetapan kebijakan impor SDA tertentu untuk kebutuhan
industri nasional;
5) Pengembangan jaringan infrastruktur penyaluran SDA;
6) Fasilitasi pembangunan kawasan industri untuk industri
pengolahan berbasis SDA;
7) Intermediasi antara pemitik tambang dan industri melalui
pembangunan pilot plant industri pemurnian logam;
8) Pemberian fasilitas tax halidag untuk pembangunan industri
pemurnian logam terintegrasi hulu dan hilirnya;
9) Diversifikasi sumber energi dan penggunaan SDA serta
peningkatan penggunaan SDA terbarukan;
10) Penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan pemanfaatan
SDA dan pembangunan industri berbasis SDA dalam rangka
pemanfaatan potensi SDA pada suatu wilayah;
l1) Investasi dan/atau kerjasama dengan negara lain dalam
pengadaan SDA;
12) Fasilitasi dan dukungan, termasuk penyertaan modal
pemerintah, bagi pembangunan dan pengembangan industri
berbasis SDA di antaranya:
(a) industri petrokimia hulu di Teluk Bintuni papua Barat, Muara
Enim Sumatera Selatan, Mesuji Lampung, dan Berau
Kalimantan Timur;
(b) industri pupuk di Papua Barat;
(c) industri besi baja di Kaiimantan Selatan;
(d) industri alumina di Kalimantan Barat dan aluminium di
Sumatera Utara;
(e) industri feronikel di Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan, dan Maluku Utara;
(f) industri .
PRESIDEN
REPIJ BLIK INDONESIA
-23-
(f) industri pengolahan tembaga di Jawa Timur;
(g) industri pengolahan CPO dan CPKO di Sumatera Utara, Riau,
dan Kalimantan Timur;
(h) Industri pengolahan karet di Sumatera Utara, Sumatera
Selatan, Banten, dan Kalimantan Barat; dan
(i) Industri pengolahan rumput laut di Jawa Timur, Kalimantan
Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan;
13) Koordinasi antar kementerian dan lembaga pemerintahan
berkaitan dengan upaya penyediaan dan penyaluran SDA sebagai
bahan baku dan sumber energi bagi industri nasional.
3. Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Industri
Pengembangan, penguasaan, dan pemanfaatan teknologi industri
bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, nilai tambah,
daya saing, dan kemandirian industri nasional. Penguasaan teknologi
dilakukan secara bertahap sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan kebutuhan industri dalam negeri agar daPat bersaing
di pasar dalam negeri dan pasar global.
Perusahaan industri didorong dan diarahkan untuk melakukan
pemetaan, evaluasi, uji coba, adopsi, dan adaptasi teknologi industri
yang diperlukannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
a. Sasaran
Untuk mendorong kemajuan industri nasional dan mendukung
peningkatan teknologi industri pada periode selanjutnya, sasaran
pengembangan teknologi periode 2Ol7-2O19 difokuskan pada
pemenuhan kebutuhan teknologi bagi pengembangan 10 (sepuluh)
industri prioritas sebagai berikut:
1) Industri panean: teknologi ekstraksi, isolasi, purifikasi, dan
kristalisasi; teknologi konversi (kimia/fisik) dan biokonversi
(fermentasi); teknologi preservasi (pembekuan, pengeringan,
pengawetan); teknologi formulasi, miinglblending, ekstrusi;
teknologi kemasan; dan fabrikasi peralatan industri berbasis
teknologi dan sumber daya lokal.
2) Industri Farmasi. Obat Tradisional. Kosmetik, dan Alat
Kesehatan: teknologi produksi bahan baku farmasi dan kosmetik
(sintesa kimia, bahan alam, dan bioteknologi), teknologi produksi
produk biologik (sediaan tertentu), teknologi ekstraksi minyak
atsiri dan bahan alam lainnya pada industri farmasi dan
kosmetik; perancangan produk, pengukuran skala mikro,
electromagnetics, mikro elektronika, teknologi biomedis, otomasi
dan robotika pada industri alat kesehatan.
3) Industri
PRESIDEN
REPUBLIK IN DO N ESIA
-24-
3) Industri Tekstil. Kulit. Alas Kaki, dan Aneka:
(1) teknologi pengolahan material bahan baku dan bahan
pewarna; high speed eJficient cutting, trimming dan seuing;
pengolahan kulit secara sehat dan ramah lingkungan, bahan
pewarna ramah lingkungan, perlakuan kain hemat energi,
perancangan produk anstomize dan computer-aided design and
manufactuing, teknologi finishing produk kayu, desain produk
kayu CAD/CAM;
(2) teknologi fabrikasi barang plastik dan karet untuk keperluan
umum dan teknologi daur ulang;
(3) teknologi pemanfaatan hasil ikutan ternak (kulit, tanduk,
gading, tulang dan bulu ayam) menjadi produk kerajinan.
4) Industri Alat Transportasi: teknologi mesin kendaran bermotor
ffibakar minyak, gas dan listrik, pouer
train (transmisi) presisi dan efisien, mesin kapal propulsi yang
efisien, pengendalian keselamatan pada alat transpoitasi,
dnue/ Ilg bg uire, pemurnian air laut untuk kapal, komunikasi
g_lobal positioning system (GPS) via satelit, perancangan produk
dan CAD/CAM, otomasi dan robotika paila proseS produksi,
pengukuran presisi, mateial coating tahan air laut, material
komposit keramik ringan dan kuat.
s) Indust{i Ele\tronika dan Telematika: aplikasi cerdas pada
perangkat telepon gengganl-lErangk-at -rumah tangga - dan
perkantoran;
' kompohen - mikro ele[tronika fast processino;
i<omunikasi nirkabel dan optikal; creatiue' desi.gn; ,opid
prototgping; pengukuran presisi; cloud storage; dan- real time
control.
6) In4u+ri p=eqtangkit teknologi pengukuran presisi, bahan
baku konduktor dengan ketahanan tinggi, pengolalian (treatmentl
bahan baku konduktor, bahan kimia un[uk -baterai kimia dan
solar cell, sistem pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), paduan
tembaga, dan rekayasa nuklir (Ttssion).
7l Industri Baranq Modal. Komponen. dan Bahan Penolone:
(1) untuk industri mesin terdiri dari teknologi retrofitting mesin
perkalas konvensional , numerical controt-led proess,- flexible
manufacturing system, machining center yang terintegrasi
dengan automated guided uehicle (AGV) dan automated
strorage and retrieual sgstem [4SRS), pengukuran dan
permesinan presisi; Leating, aoling dan pressuring yang
elrsren; sensor dan actuator sensitif, bahan baku
berkemampuan tinggi (durablel, hidrolika dan pneumatic yang
elisien, sistem penyimpanan dan pengambilan terotomasi,
automated guided uehicle, perlakulian -logam khusus, dan
modular designi dan
(2) untyk industri komponen terdiri dari teknologi komponding
engineering plastic and rubber, desain mold un{uk endineerind
plastic and rubber, teknologi pembuatan additiue, dAe stufi
dan pigmen; dan teknologi peirbuatan katalis unti:k indusiii
petrokimia.
8) Industri
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
_ )q _
10) Industri .
PRESIDEN
REFUBLIK INDONESIA
-26-
10) Industri Kimia Dasar:
(1) untuk industri kimia hulu terdiri dari teknologi konversi gas
ke olefin, methanol ke gasoline, batubara ke olefin dan
amoniak, batubara/biomassa ke energi hijau, CpO dan
biomass ke produk petrokimia;
(2) untuk industri kimia organik terdiri dari teknologi produksi
kimia organik, biobased PET, biobased ethglene glgcol,
biobased PTA, purifted terphtalate acid, dan isobuthanol,
biabased super absorbent polymer, asam akrilat dari CPO, dan
bahan kimia dasar turunan BTX (Benzen Toluen Xglen) untuk
bahan baku sediaan farmasi;
(3) untuk industri pupuk terdiri dari teknologi produksi pupuk
majemuk, teknologi peningkatan efisiensi pabrik pupuk, dan
teknologi sloto release feftilizen
(4) untuk industri resin sintetik dan bahan plastik terdiri dari
teknologi produksi resin sintetik dan bahan plastik melalui
lisensi dan reuerse engineering;
(5) untuk industri karet aiam dan sintetik terdiri dari teknologi
compounding darr rubber engineering, teknologi pengembangan
produk karet alam dan produk turunannya, teknologi produksi
tepung karet alam dari lateks;
(6) untuk industri barang kimia lainnya terdiri atas
pengembangan teknologi produksi propelan.
b. Kebijakan dan Program Operasional
Pengembangan dan pemanfaatan teknologi industri dilakukan
melalui tiga kebijakan utama yaitu:
(a) penguatan infrastruktur penelitian dan pengembangan;
(b) peningkatan adopsi dan alih teknologi; dan
(c) pemanfaatan teknologi industri dalam negeri.
Pengembangan dan pemanfaatan teknologi selama periode 2017-
2019 dilakukan pelaksanaan program sebagai berikut:
1) Penguatan infrastruktur penelitian dan pengembangan
(a) Peningkatan sinergi program kerjasama penelitian dan
pengembangan antara balai-balai industri dengan lembaga
riset pemerintah, lembaga riset swasta, perguruan tinggi, dan
dunia usaha:
(1) Penyusunan rencana strategis, peta jalan penelitian dan
prioritas teknologi balai-balai penelitian di Kementerian
Perindustrian;
(2) Pemetaan potensi teknologi di lembaga riset pemerintah,
lembaga riset swasta, perguruan tinggi, dan dunia usaha;
(3) Pemetaan
PRESIDEN
REPUBLIK IN DO N ESIA
-27 -
(c) Meningkatkan .
PRESIOEN
REPUBLIK iNDONESIA
-28-
(c) Meningkatkan kontribusi hasil kekayaan intelektual (desain,
paten, dan merek) dalam produk industri untuk meningkatkan
nilai tambah:
(1) Pemetaan potensi hasil kekayaan intelektual dalam produk
industri untuk meningkatkan nilai tambah;
(2) Penyusunan dan sosialisasi regulasi dan sistem untuk
peningkatan kontribusi kekayaan intelektual dalam
peningkatan nilai tambah;
(d) Audit terhadap teknologi yang dinilai tidak layak (boros energi,
beresiko pada keselamatan dan keamanan, serta berdampik
negatif pada lingkungan):
(1) Penyusunan kriteria dan batasan kelayakan industri
berdasarkan aspek energi, resiko pada keselamatan dan
keamanan, serta dampak pada lingkungan;
(2) Pemetaan kondisi industri dan teknologi tidak layak;
(3) Penyusunan regulasi, sistem dan kelembagaan audit
teknologi terhadap teknologi yang dinilai tidaklayak;
(4) Pelaksanaan audit teknologi terhadap teknologi yang
dinilai tidak layak untuk industri.
(e) Mendorong tumbuhnya pusat-pusat inovasi (enter of
excellence) pada Wilayah pusat peitumbuhan indusiri (WppI):
(l)
Penyusunan rencana pengembangan WppI;
(2) Identifrkasi potensi penumbuhan pusat inovasi di WppI;
(3) Penge_mbangan pusat-pusat inovasi (center of excellence)
pada WPPI.
(f) Mendorong terjadinya transfer teknologi dari perusahaan
atau
tenaga kerja asing yang beroperasi di dalam negeri:
(l) Penyusunan regulasi dan prosedur transfer teknologi dari
perusahaan atau tenaga kerja asing yang beropeisi di
dalam negeri;
(2) Monitoring dan evaluasi transfer teknologi dari
perusahaan atau tenaga kerja asing yang beropierasi di
dalam negeri.
(g) Peningkatan transfer teknologi melalui proyek putar
kunci
(htm.keg projeci apabila belum tersedia teknologi yang
diperlukan di dalam negeri:
(l) Pemetaan perlunya proyek putar kunci;
(2) Penyusunan rencana alih teknologi (ienis, metoda,
dan
tenggat waktu) pada proyek putar kunci;
(3) Pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi transfer
teknologi
melalui proyek putar kunci.
3) Pemanfaatan .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-29-
3) Pemanfaatan teknologi industri dalam negeri
(a) Pemberian insentif bagi industri yang melaksanakan kegiatan
R&D dalam pengembangan industri dalam negeri:
(l) Penyusunan re-gulasi mengenai penyediaan insentif bagi
pelaksanaan R&D oleh industri;
(2) Perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi atas
penyediaan insentif b"gi kegiatan R&Doleh industri.
(b) Pemberian insentif dalam bentuk royalti kepada unit R&D dan
peneliti yang hasil temuannya dimanfaatkan secara komersial
di industri:
(1) Penyusunan regulasi pemberian royalti kepada lembaga
R&D dan- peneliti dalam negeri yang hasil temuannya
dimanfaatkan secara komersial pada industri;
(2) Perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi
pemberian royalti kepada lembaga R&D dan peneliti.
(c) Pemberian penghargaan bagi rintisan, pengembangan, dan
penerapan teknologi industri:
(l) Penyusunan kriteria pemberian penghargaan bagi rintisan,
pengembangan, dan penerapan teknologi industii di dalam
negeri.
(2) Pemberian penghargaan bagi rintisan, pengembangan, dan
penerapan teknologi industri di dalam negeri.
4. Pengembangan dan pemanfaatan Kreativitas dan Inovasi
Pengembangan dan pemanfaatan kreativitas dan inovasi dimaksudkan
untuk memberdayakan budaya industri atau kearifan lokal yang
tumbuh- di masyarakat.
a. Sasaran
Pengembangan dan pemanfaatan kreativitas dan inovasi dilakukan
melalui penyediaan
.fasititas berupa ruang/wilayat , p."i"gkai.r,
daya kreasi, perlindungan -Jan
atas i:ak ket<iyaan" in[elett,al,
bantuan pemasaran produk industri kreatif.
Sasaran penyediaan fasilitas dalam rangka pengembangan dan
pemanfaatan kreativitas dan inovasi pating seaikit'selama" periode
2O|7-2OL9 adalah sebagai berikut:
1) Pembangunan pusat animasi atau pusat inovasi;
2) Pengembangan sentra industri kreatif;
3) Pelatihan teknologi dan desain bagi IKM;
4) Fasilitasi
PRESIDEN
REPUBLIK IN DON ESiA
-30-
4) Fasilitasiperrindrrngan_ hak kekayaan intelektual (HKI)
paten, desain industri, hak cipta, dan merek; meriputi
serta.
5) Penyelenggaragl. kegiatan promosi dan pemasaran
produk
industri kreatif di dalim atau luar negeri.
b. Keb{jakan dan program Operasional
Kebijakan dan . program operasional pengembangan dan
pemanfaatan kreativitas dan inovasi adalah ."u"gii u".,.iii
1) Pembangu nan techno. park, pusat animasi,
dan/atau pusat
inovasi bekerjallma dengan industri, perguruan
tinggi, lembaga
.
penelitian dan pengembangan, serta pemeiintafr
aaeia-tr;
2) Pemberian bantuan mesin peralatan, bahan baku/penolono
desain, tenasa ahli, dan fasilitasi "";;,2
pembangunan Unit pelayanan Teknis (UpT); - [*i;iil;,
3) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknologi dan desain;
4) Pendampingan dan advokasi berkaitan dengan pendayagunaan
dan perlindungan HKI; serta
5) Penyediaan sarana promosi, temu bisnis, kompetisi
produk
kreatif dan inovatif; dan/atau keikutsertaan dalam pameran
lokal, nasional, dan internasional.
5. Penyediaan Sumber pembiayaan
Penyediaan sumber pembiayaan dimaksudkan
ketersediaan pembiavain inveitasi p"d";;l;, untuk menjamin
inaustrl J.ngan ;il;;;,
bunga kompeiitif.
a. Kebutuhan pembiayaan Investasi Industri pengolahan
Nonmigas
flncapaian target pertumbuhan industri nasional periode
2019 memerlukan dukungan penyediaan iana 2OlZ_
pertumbuhan rata-rata sekitir i\o/o pe, investasi ;;;;";l;j"
tahun. Kebutufrai a#.
investasi di sektor indu,stri diproyeksik-an meningkat
dari sekitar Ro
32s -3s0 triliun pada tahun. 26 r z m."j
;i
pada tahun 2019. pemenut a" t eUuii:t ";ii;;ii; ;;o_sd.fiili
an investasitersebut danat
bersumber dari penanamanl\rtodal Asi"g
Modal Dalam Negeri (PMDN). e."ifit""l ;;;;;ilil;i;
pM;j
penyediaan pemerintah dalam
sumber- pembiayaan ahrarrtan ' -
kebutuhan terseb rt deng"r, *"-"iJirr
"","ri kepentingan
di bidang pembiayaan. -.tit"tt "., fir. p"_.rrgLu
b. Kebijakan dan program penyediaan sumber pembiayaan
Kebijakan pemerintah
l"rg dibutuhkan agar tersedianva
inves tasi di selto r-indu i n,"""r"rtT .o"i"'n" ll,#J"l
B:Hi?I.." "t
1) Penanaman
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-31 -
a. Sasaran.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-32-
Sasaran
Pengembangan standardisasi industri meliputi perencanaan,
pembinaan dan pengawasan atas Standar Nasional Indonesia (SNI),
Spesifikasi Teknis (ST) dan pedoman Tata Cata (pTC), 'yan[
dilaksanakan dalam bentuk pen5rusunan dan pemberlatuan'SNi, Si
dan/atau PIC, dan penyediaan infrastruktur itandardisasi, dengan
sasaran untuk tahun 2OlZ-20L9 pating sedikit sebagai berikut: -
1) Penyusunan rancangan SNI, ST dan/atau pTC;
2) Pemberlakuan SNI, ST dan/atau pTC secara wajib;
3) Pembentukan lembaga sertifikasi produk dan penilaian
kesesuaian;
4) Penyediaan laboratorium penguji, lembaga inspeksi, dan/atau
laboratorium kalibrasi penilai kesesuaian;
5) Penambahan auditor/asesor, petugas penguji, petugas inspeksi,
dan petugas kalibrasi penilai kesesuaian; serta
6) Penambahan Petugas pengambil Sampel (ppS), petugas pengawas
P_El{.f Industri (ppSI) dan penyidik Regawai wege.i"Sipil lrriu"t.i
(PPNS-I) pengawas penerapan SNI, ST dan/atau-ftC. '
(f) Pemberian . .
PRESIDEN
REPUBLIK INOONESIA
33-
(f) Pemberian fasilitas bagi perusahaan industri kecil dan
industri menengah baik fiskal maupun nonfiskal dalam
penerapan standardisasi;
(g) Pengukuran kemampuan industri (sektor dan perusahaan
industri) dalam negeri dalam pemenuhan standaiwajib;
(h) Pengembangan insentif nonfiskal untuk peningkatan
kemampuan industri (sektor dan perusahaan industri)tahm
negeri dalam pemenuhan standar wajib.
2l Pengembangan infrastruktur untuk menjamin kesesuaian mutu
produk. industri dengan kebutuhan dan permintaan pasar,
meliputi:
(a) Identifikasi kapasitas lembaga penilaian kesesuaian dan
laboratorium uji penguji, lembaga inspeksi, laboratorium
kalibrasi untuk pelaksanaan penilaian kesesuaian;
(b) Pengembangan lembaga penilaian kesesuaian untuk
menjamin mutu produk industri dan pemenuhan permintaan
pasar;
(c) Pengembangan regulasi, kelembagaan, dan sistem untuk
pengawasan standar industri;
(d) Penyediaal dan pengembangan laboratorium pengujian
:Flqa. industri di perguruan tinggi, lembaga penelitian, dan
di WPPI;
(e) Pemetaan kompetensi komite teknis, auditor/asesor, petugas
penguji, petugas inspeksi, petugas kalibrasi, pps, pFSI d-an
PPNSJ;
(0 Pembentukan SDM auditor/asesor, petugas penguji, petugas
-a""
inspeksi, petugas kalibrasi, pps, ppSI FpNS_f
-ai
Kementerian Perindustrian dan kementerian atau lembaga
lain;
(g) Peningkatan kompetensi komite teknis, auditor/asesor,
petugas penguji, petugas inspeksi, petugas kalibrasi, ppSi
dan PPNS-I.
3) Pengakuan bersama (mutual reagnition) atas hasil pengujian
laboratorium dan sertilikasi produ( meliputi:
(a) Peningkatan kerjasama antarnegara dalam rangka saling
pengakuan terhadap hasil pengujian laboratorium dan
sertifikasi produk;
(b) Peningkatan kemampuan pengujian laboratorium dan
sertifikasi produk agar setara atau lebih baik dari negara lain
di tingkat Asia.
2. Infrastruktur .
t,',?otf;
*. u J.T,i .., o
" ^
-34-
2. Infrastruktur Industri
Dua komponen utama infrastruktur industri yang perlu disediakan
falam r.al8ka pembangunan industri nasional ahatiir energi dan lahan
industri. Penyediaan energi dan lahan industri dilakukan bragi industri
yang berada di dalam dan/ atau di luar kawasan industri.
a. Sasaran
Penyediaan energi dilakukan untuk mendukung pencapaian target
pertumbuhan sektor industri yang diperkirakan akan memerluk-an
tambahan pasokan energi listrik, gas dan batubara masing_masing
menjadi 115.000 cwh, 600.000 miliar MBTu dan 45.000-ribu toi
pada2Ol9.
Penyediaan iahan industri serama 2orz-2org dilakukan untuk
memenuhi pembangunan kawasan industri prioritas di luar Jawa,
dan lahan non kawasan industri yang birada pada kawasan
peruntukan industri. penyediaan lahan industri tersebut
memerlukan tambahan pasokan air baku sebesar 1.113,39 juta me
per tahun.
Kebutuhan tenaga listrik dan air baku untuk mendukung
pembangunan kawasan industri secara rinci disajikan pada TabeT
5.1.
b. Kebijakan dan Program Operasional
Penyediaan kebutuhan energi bagi industri dilakukan melalui
kebijakan dan program berikut:
1) Jaminan kepastian pasokan energi bagi industri, meliputi:
(a) koordinasi antar kementerian/Iembaga terkait penyediaan
energi bagi industri, dan;
(b) prioritas penggunaan sumber energi bagi pemenuhan
kebutuhan daiam negeri.
2) Pembangunan pembangkit dan infrastruktur energi;
Kawasan Industri
2. Buli. .
PRESIOEN
REFUBLIK INDONESIA
-35-
Kebutuhan Kebutuhan
Luas Air Baku
No. Kawasan Industri Listrik
(Ha) (Mwatt) 0uta
maltahun)
2.
Buli, Halmahera Timur,
Maluku Utara 300 60 7,20
3. Bitung, Sulawesi Utara 534 106,80 t2,82
4. Konawe, Sulawesi Tenggara 5.500 1.100 132
5. Morowali, Sulawesi Tengah 1.200 240 28,9O
6. Palu, Sulawesi Tengah 1.500 300 36
7. Bantaeng, Sulawesi Selatan 3.000 600 72
8. Ketapang, Kalimantan Barat 1.000 200 24
Mandor, Landak, Kalimantan
9. 336 67,2O 8,06
Barat
10.
Batulicin, Tanah Bumbu
Kalimantan Selatan 560 tL2 13,44
11.
Jorong, Tanah Laut
Kalimantan Selatan 6.370 1,274 l52,go
t2. Tanggamus, Lampung i.000 200 24
Kuala Tanjung, Batu Bara
13. 1.000 200
Sumatera Utara 24
Sei Mangkei, Simalungun
t4. 1.933,8 386,76 46,41
Sumatera Utara
15. Kendal, Jawa Tengah 2.700 540 64,8t
16. JIIPE, Gresik, Jawa Timur t,767 352,2 42,27
t7. Kawasan Industri Terpadu t.74a 349,6 41,95
Wilmar, Serang, Banten
Kawasan Industri Dumai, 1.785 357
18. 42,84
Riau
Kawasan Industri Tanjung 5.503,62 L.1OO,72
19. 132,1O
Buton, Siak, Riau
Kawasan Industri dan 3.t45,2a 856,53 75,49
Pelabuhan Internasional
20.
(KIPI), Mangkupadi, Tanah
Kuning, Kalimantan Utara
21. Kawasan .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
Kebutuhan
Kawasan Industri Air Baku
(iuta
ma/tahun)
Kawasan Industri Berau,
Kalimantan Timur
l. I 13,39
3. Sistem
q,D
PRESIOEN
REPU BLIK INDONESIA
-37-
3. Sistem Informasi Industri Nasional
Pengembangan SIINAS ditujukan untuk menjamin ketersediaan,
kualitas dan akses terhadap data dan informasi industri; *"*p"r""p"t
pengumpulan dan diseminasi data; serta meningkatkan efektivit." d".,
efesiensi pelayanan publik dalam mendukung
f,embangunan industri
nasional.
a. Sasaran
sasaran penyelenggaraan STINAS pada periode 2or7-2org adalah
sebagai berikut:
(1) terlaksananya penyampaian data industri dan data
kawasan
industri secara online;
(2) tersedianya data perkembangan dan peluang pasar, serta data
perkembangan teknologi industri;
(3) tersedianya sistem informasi yang sesuai dengan kebutuhan
pemangku kepentingan;
(4) tersedianya infrastruktur teknorogi informasi dan tata kelola yang
handal;
(5) terkoneksinya S-IINA_S dengan sistem informasi yang
dikembangkan oleh kementerian atau lembaga p"*".i.rt"h
nonkementerian, pemerintah daerah provinsi, perierintah daerah
kabupaten/ kota, dan dunia usaha;
(6) tersedianya model sistem industri sebagai dasar dalam
pen1rusunan kebijakan nasional;
(7) tersosialisasikannya SIINAS kepada seluruh pemangku
kepentingan;
(8) terpublikasikannya laporan hasil analisis data industri secara
berkala.
b. Kebijakan dan program Operasional
Kebijakan dan pfogram operasional pembangunan dan
pengembangan SIINAS periode 2OlT_2Olg adalah sebalai
berikut:
Tahap Pengembangan Sistem (2OLT _2O lB) meliputi:
(1) Penyiapan infrastruktur yang meliputi pengemba rrgan data
center, pusat pemulihan bencana (disaster reauery centerl, dan
penyediaan jaringan internet.
(2) Penyiapan
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-38-
(2) Penyiapan aplikasi SIINAS yang di dalamnya terdiri dari: modul e_
reporttng bagi Perusahaan Industri dan perusahaan Kawasan
Industri; modul untuk pemerintah provinsi, dan kabupaten/ kota;
modul interkoneksi dengan lembaga pemerintah; modul informasi
peluang pasar dan perkembangan teknologi industri; modul
informasi industri bagi kementerian/lembaga dan perwakilan RI
di luar negeri; modul business intellegene, d.ecision support
sAstem, expert sgstem, knowledge management; aptikasi berbasis
perangkat mobile.
(3) Pengembangan dan pengelolaan basis data:
1) Basis data perusahaan industri;
2l Basis data perusahaan kawasan industri;
3) Basis data perkembangan dan peluang pasar yang meliputi:
data ekspor dan impor produk industri, kebijakan industri
dan perdagangan, informasi dagang, dan pameran dagang di
negara mitra;
4) Basis data perkembangan teknologi industri yang meliputi:
riset terapan di bidang industri; Hak Kekayaan Intelektual;
audit teknologi industri; kerjasama pengembangan teknologi,
lisensi teknologi, akuisisi teknologi, kerjasama putar kunci;
serta jenis teknologi, negara asal, dan tahun pembuatan;
5) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan peningkatan
kompetensi SDM pengelola SIINAS;
6) Penyetenggaraan sosialisasi SIINAS.
Tahap.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-39-
Tahap pengembangan Interkoneksi (2OLZ_2O2OI dilakukan
melalui kerjasama interkoneksi dengan kementerian/lembaga,
pemerintah daerah, lemb"ga internasional, dan dunia usaha.
VI. PEMBERDAYAAN INDUSTRI
Pemberdayaan industri meriputi industri hijau, industri strategis, p3DN,
kerjasama internasional di bidang industri, pingamanan dan penleiamatan
industri serta kebijakan afirmatif IIitr,I. -Berikut adaiah" progr"*
pengembangan industri hijau, industri strategis, p3DN, ke4asama
internasional di bidang industri serta pengamanan dan penyelimatan
industri, sedangkan untuk progra- p.rg.-*b"ngan IKM aiu.ai[a" p"aa
bagian tersendiri.
1. Industri Hijau
Pengembangan industri hijau ditujukan untuk mewujudkan industri
yang berkelanjutan dalam rangka efisiensi dan efektiviias penggunaan
sumber daya alam. secara berkeranjutan. pengembangan induJii hilau
dilakukan melalui penerapan standar industri hiJau yang secara
bertahap diterapkan secara wajib.
a. Sasaran
Pengembangan
. industri hijau diarahkan pada penyediaan
infrastruktur kelembagaan sertifi kasi industri hijau dan *..rdo.o.rg
penerapan prinsip-prinsip industri hijau dalam produksi industri
dengan sasaran pengembangan selama periode iOtZ_ZO|S adalah
sebagai berikut:
l) Penyusunan aturan, pedoman umum dan pedoman teknis
berupa: peraturan terkait konvensi Minamata; peraturan
mengenai pengurangan penggunaan persistent organic'pollutants
(POPs); peraturan perundangan mengenai p"rrgli^pr""r,
b.h.r,
perusak ozon (BpO); peraturan pengendalian pincimaran,
satu
peraturan mengenai penyediaan kebutuhan air industri; dan
pedoman teknis konservasi energi;
2) Penyediaan infrastruktur industri berupa penJrusunan standar
industri hijau; pengembangan dan penetapan lembaga sertifikasi
industri hijau; dan pembentukan komite p..,g.6L-i.;u"gu
sertifikasi industri hijau;
3) Penyediaan SDM terkait industri hijau terdiri dari SDM kompeten
di bidang sistem informasi dan monitoring ger"k"r, .,rr.r"t -i""^,
auditor industri hijau, dan manajer energi; -
4) Mendorong penerapan prinsip industri hijau oreh industri merarui
penyediaan informasi mengenai minfaat industri hijau;
pemberian penghargaan dan plnyelen ggaraar- pameran industri
hijau.
b. Kebijakan
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-40-
b. Kebijakan dan Program Operasional
Kebijakan dan program operasional pengembangan industri hijau
selama periode 2Ol7-2O19 adalah sebagai berikut.
ll Benchmarking standar industri hijau di negara lain;
2) Penetapan panduan umum pen5rusunan standar industri hijau;
3) Penyusunan, penetapan dan pemberlakuan standar industri
hijau untuk kelompok-kelompok industri (mengacu kepada
klasilikasi baku lapangan usaha);
4) Penetapan peraturan mengenai pengawasan atas pelaksanaan
standar industri hijau yang bersifat wajib;
5) Kesepatan pengakuan bersama mengenai standar industri hijau
dengan negara lain;
6) Penyusunan pedoman umum pembentukan lembaga sertifikasi,
standard operating procedure (SOP) sertifikasi, modul pelatihan
dan standar kompetensi auditor industri hijau;
7) Penunjukkan lembaga sertifikasi serta penetapan pedoman
akreditasi dan pengawasan lembaga sertifikasi industri hijau;
8) Pelatihan auditor industri hijau;
9) Penyediaan insentif bagi industri hijau.
2. Industri Strategis
Industri strategis adalah industri prioritas yang memenuhi kebutuhan
penting bagi kesejahteraan rakyat atau menguasai hajat hidup orang
banyak, meningkatkan atau menghasilkan nilai tambah sumber daya
alam strategis, atau mempunyai kaitan dengan kepentingan pertahanan
dan keamanan.
a. Sasaran
Sasaran pembangunan industri strategis 20 17 -2019 adalah:
1) Berkembangnya industri hulu dan antara dalam rangka
meningkatkan nilai tambah sumber daya alam strategis,
mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku, dan
sekaligus memperkuat struktur industri nasional;
2) Berkembangnya teknologi tinggi untuk meningkatkan efisiensi,
mutu dan daya saing produk hasil industri yang memiliki
keunggulan kompetitif;
3) Berkembangnya industri yang dapat meningkatkan ketahanan
pangan; dan
4) Berkembangnya .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
_41 _
a. Sasaran
PRESIDEN
REPUBLIK IN DON ES IA
-42-
Sasaran
Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN)
selama periode 2Ol7 -2019 dilaksanakan untuk mencapai sasaran
sebagai berikut:
1)' Peningkatan penggunaan barang/jasa produksi dalam negeri
dalam- p".,g"da"t barang/jasa pemerintah (belanja lembaga
negara, kementerian, lembaga pemerintah non kementerian,
kerja perangkat daerah, serta badan usaha milik negara'
"^tr".,
badan usaha milili daerah, dan badan usaha swasta dalam
pengadaan barang/jasa yang pembiayaannya berasal dari APBN
dan APBD) paling sedikit meliPuti:
(a) Pengadaan pembangkit listrik 35 ribu MW;
(b) Pembangunan infrastruktur mencakup telekomunikasi, jalan,
jembatan, pelabuhan, airport, dan bendungan;
(c) Pengadaan barang dan jasa pada kegiatan usaha hulu migas;
(d) Pembangunan dan perluasan pabrik atau peralatan oleh
badan usaha.
2)' Peningkatan kemampuan produksi dan peningkatan TKDN
produ"k industri dalam negeri yang memasok kebutuhan
pengadaan barangl jasa pemerintah;
3) Peningkatan kecintaan dan kebanggaan dalam penggunaan
produk dalam negeri oleh masyarakat.
1) Pemutakhiran .
o, JrTnt =,',?55*.., o
",
-43_
1) Pemutakhiran database kemampuan industri daram negeri untuk
mensuplai kebutuhan pengadaan pemerintah;
2) Pemutakhiran standardisasi produk terkait dengan pengadaan
pemerintah;
3) Koordinasi dengan kementerian/lembaga terkait pengadaan
pemerintah;
4) Fasilitasi pertemuan
-dunia usaha dengan kementerian/lembaga
dalam rangka pengadaan pemerintah;
5) Meningkatkan efektivitas peran Tim Nasional p3DN dan Tim
P3DN Kementerian / Lembaga/ Daerah Inst ansi (K L D Il;
/ / I I
6) Mendorong penyusunan rencana aksi Tim Nasional p3DN dan
Tim P3DN K/LIDlI
7) Menyempurnakan e.-catalog pengadaan pemerintah dengan
memasukkan kriteria capaian nilai TKdN sehingga daltar
inventarisasi barang/jasa produksi dalam negeri
catalog pengadaan barang/jasa pemerintah; -."r]I d".1.- ,_
8) Penyusunan roadmap p3DN sektor industri;
9) Evaluasi pelaksanaan program p3DN dalam pengadaan
barang/jasa pemerintah;
l0) Audit kepatuhan pelaksanaan p3DN pada kementerian dan
lembaga negara, pemerintah daerah, d'an badan y^.rg
memanfaatkan DIpA "".t "
.APBN/APBD, serta proyek_proyek yani
ditetapkan oleh pemerintah;
i 1) Evaluasi manfaat kebijakan p3DN dalam pengadaan barang/ jasa
pemerintah bagi produsen dalam negeri;
12) Promosi dan sosialisasi p3DN daiam rangka mendorong
dan masyarakat untuk mencintai tan bangga swasta dalam
menggunakan produk dalam negeri; serta
13) Pemberian penghargaan p3DN kepada kementerian/lembaga,
pemerintah daerah, badan usaha milik negara, badan
usaha miiik
daerah, dan swasta.
4. Kerjasama Internasional di Bidang Industri
Kerjasama internasionar di bidang industri dilakukan untuk
melindungi
rlan meningkatkan akses pasar pioduk inau.t"i aar"m;.-*l.;;;ilit"
akses terhadap sumbei daya industri yang dapat "meningkatkan
produktivitas dan daya saing,.
mengintegrasika--n industri a"f"rfi _.g"ri
ke dalam jari.rg"., .".rtai p."Iot gtou? ali
-""i"gtatkan investasi.
a. Sasaran
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-44-
a. Sasaran
Kebijakan dan program kerjasama internasional di
bidang industri
pada periode 2OLZ-2Olg sebagai berikut:
1) Peningkatan jumlah negara pasar utama produk
industri;
2) Adanya memorandum. kesepahaman (MoU) dengan para pihak
di
luar negeri berkaitan dengan peningkatan akses-industri
terhadap sumber daya industri g1o6al;
,""iorr"i
3) Meningkatnya jumlah produk industri nasional ke dalam
rantai
pasok global; serta
4) Penyelenggaran fora investasi di luar negeri.
b. Kebijakan dan program Operasional
Kebijakan berkaitan.dglg* kerjasama internasional di
bidang
industri selama periode ZO1Z _ZOtg adalah sebagai berikut:
1) Perlindungan dan peningkatan akses produk industri
nasional di
pasardalam negeri dan internasional;
2) Peningkatan promosi produk industri nasional di luar negeri
dan
menarik investasi asing di sektor industri; dan
3) Penanganan perjanjian internasional bidang industri dan
penJrusunan posisi runding.
l:lF:Tbi"*"nmelalui
ollaksanakan .kerjasama internasional di bidang industri
program operasional berikut:
1) Program. peningkatan akses industri nasional
terhadap pasar
internasional:
(a) penyusunan posisi runding yang mendorong peningkatan
akses industri nasional ke p=asa.
manfaat kerjasama inteinasion=al [lobal dan *i-"tsiri"f[a.,
-
perkembangan industri nasional;
bagi t.rn.;"u" aa.,
(a) identifikasi .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-45-
(a) identilikasi kebutuhan sumber daya industri di dalam negeri
dan ketersediaan sumber daya industri di negara mitra; dln
(b) penyelenggaraan forum koordinasi yang memungkinkan
te{adinya hubungan dan kerjasama anta.i industri nasional
dengan pemilik sumber daya industri di negara mitra.
3) Pengembangan jaringan rantai pasok global antara lain
membangun jejaring kerja dengan negara dan mitra industri, dan
mendorong industri nasional untuk meningkatkan pemanfaatan
rantai pasok global.
4\ Peningkatan kerjasama investasi di luar ne geri dilakukan
melalui:
(a) Penyusunan perencanaan kebutuhan investasi industri
melibatkan instansi pemerintah, asosiasi, dan dunia usaha
terkait;
(b) Koordinasi implementasi rencana investasi di sektor industri
dengan instansi terkait; serta
(c) Promosi investasi Industri di luar negeri melalui pelaksanaan
forum investasi industri.
b. Kebijakan
PRESIDEN
REPUBLIK IN DO N ESIA
-46-
b. Kebijakan dan Program Operasional
Tindakan pengamanan industri selama periode 2OL7-2019
dilakukan melalui kebijakan dan program operasional sebagai
berikut:
1) Fasilitasi dan advokasi dukungan stimulus liskal dan nonhskal
bagi industri yang mengalami kemgian akibat kebijakan, regulasi,
dan iklim usaha;
2) Advokasi dan pendampingan terhadap industri dalam negeri
dalam menghadapi hambatan akses industri di negara tujuan
ekspor;
3) Advokasi dan pendampingan industri dalam negeri dalam rangka
pengamanan industri yang terkena dampak persaingan global
melalui perlindungan tarif dan non tarif serta dukungan program
restrukturisasi industri; dan
4) Pengembangan sistem informasi ketahanan industri.
Tindakan penyelamatan industri pada tahun 2Ol7-2019 dilakukan
melalui:
1) Penyediaan stimulus fiskal kepada industri; dan
2) Penyediaan kredit program.
b. Industri .
REPUJintt,',?Sf;*r'o
_47_
Keb{jakan dan
No.
Program
2017 20,1,9 2019
a. Kebijakan Pembangunan SDM Industri
Penyediaan sDM ahli dan berkompeten p.rrorp",
SKKNI dan pendidikan dan pelatihanlndustri-"l.lri
1. Pelatihan SDM Kementerian
industri pangan Perindustrian,
Kementerian
J_ J- J- Pertanian,
Kementerian
Kelautan dan
Perikanan
2. Pen5rusunan, Kementerian
penerapan dan Perindustrian,
revisi SKKNI Kementerian
pembentut ari Pertanian,
Tempat Uji Kementerian
Kompetensi Kelautan dan
(TUK) dan Perikanan,
Lembaga
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
Kebijakan dan
Program
Kementerian.
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
49-
No.
Kebiiakan dan
Program Instansi TCrkait
20t7
Kementerian
Ketenagakerjaan
7. Akreditasi dan Kementerian
sertifikasi LSp Perindustrian, Badan
industri pangan Nasional Sertifikasi
prioritas Profesi, Kementerian
Ketenagakerjaan
8. Program Kementerian
pendidikan dan Perindustrian,
pelatihan SDM Kementerian
industri rumput Ketenagakerjaan,
laut Kementerian Kelautan
dan Perikanan,
Kementerian Riset
Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
Kebijakan Pemanfaatan, penyediaan, dm
Pemetaan dan peng.*b..rg"
industri pangan untuk menjamin keteisediaan bahan
baku
1. Pemetaan Kementerian
potensi dan Perindustrian,
peningkatan Kementerian
produksi bahan Pertanian,
baku industri Kementerian
pangan Kelautan dan
Perikanan
2. Pembangunan Kementerian
sarana gudang Perindustrian,
bahan baku Kementerian
industri pangan Pertanian,
di dalam Kementerian
kawasan Kelautan dan
industri/sentra Perikanan,
produksi Kementerian
Lingkungan Hidup
dan Kehutanan,
Kementerian. . .
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
No.
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
Kementerian Badan
Usaha Milik Negara
3. Bantuan mesin, Kementerian
peralatan Perindustrian,
pengemasan Kementerian
untuk Pertanian, Badan
meningkatkan Tenaga Nuklir
kualitas bahan Nasional,
baku buah dan Kementerian Riset
saJruran Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
4. Bantuan mesin Kementerian
dan peralatan Perindustrian,
produksi bahan Kementerian
baku industri Pertanian,
pengolahan Kementerian
rumput laut, Kelautan dan
susu, dan buah Perikanan,
Kementerian
Koperasi dan UKM
Pembangunan Kementerian
pabrik Perindustrian,
pengolahan Kementerian
tepung non Pertanian,
gandum Kementerian
Kelautan dan
Perikanan, Badan
Pengkajian dan
Penerapan Teknologi,
Lembaga Ilmu
Pengetahuan
Indonesia,
Kementerian Riset
Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
6. Promosi . .
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-51 -
,Tahun '
Kebijakan dan Pelaksanaan
No. Instansi Terkait
Program
20t:7 ,2019 20t9'
6. Promosi Kementerian
peningkatan Perindustrian,
penggunaan Kementerian
tepung non J- J' Pertanian,
gandum Kementerian
Kelautan dan
Perikanan
7. Bantuan mesin Kementerian
dan peralatan Perindustrian,
produksi Kementerian
tepung Pertanian,
komposit Kementerian
Kelautan dan
Perikanan, Badan
t- J_ Pengkajian dan
Penerapan Teknologi,
Lembaga Ilmu
Pengetahuan
Indonesia,
Kementerian Riset
Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
8. Penerapan SNI Kementerian
industri pangan Perindustrian,
Kementerian
Perdagangan,
Kementerian
Pertanian,
Kementerian
J- J_ J_ Kelautan dan
Perikanan,
Badan Standardisasi
Nasional, Badan
Pengawas Obat dan
Makanan
9. Revitalisasi
PRES I DEN
REPUELIK INDONESIA
No.
Kebljakan dan
9. Revitalisasi Kementerian
pabrik gula Perindustrian,
berbasis tebu Kementerian
Pertanian,
Kementerian Badan
Usaha Milik Negara
10. Persiapan dan Kementerian
pembangunan Perindustrian,
pabrik gula Kementerian
baru di luar Pertanian,
Pulau Jawa Kementerian Agraria
dan Tata Ruang,
Badan Koordinasi
Penanaman Modal,
Kementerian
Lingkungan Hidup
dan Kehutanan
1 1. Pengendalian Kementerian
ekspor bahan Perindustrian,
baku industri Kementerian
pangan Perdagangan,
Kementerian
Pertanian,
Kementerian
Kelautan dan
Perikanan,
Kementerian
Keuangan
12. Pengaturan bea Kementerian
keluar untuk Perindustrian,
biji kakao Kementerian
Perdagangan,
Kementerian
Pertanian,
Kementerian
Keuangan
c. Kebijakan
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
Kebljakan dan
Program Instansi Terkait
Kementerian
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-54-
Tahun
No.
Kebijakan dan Pelaksanaan
Program Instansi Terkait
2017 2018 2019
Kementerian Riset
Teknologi dan
Pendidikan Tinggi,
Pemerintah Daerah
4. Pembangunan Kementerian
industri Perindustrian,
pengolahan buah Kementerian Riset
dan pangan Teknologi dan
fungsional ^r Pendidikan Tinggi
^r
Penyusunan
DED dan
Pembangunan
Pilot Plant
5. Pembangunan Kementerian
industri Perindustrian,
pengolahan buah Kementerian
dan pangan Pertanian,
fungsional Kementerian
berbasis J- J_ J_ Keuangan,
pembangunan Kementerian
fisik Perencanaan
Pembangunan
Nasional/Bappenas
keamanan
i
lKementerian
I I Pertanian,
pangan melalui
Cara Produksi
| .f J- | Kementerian
I I Kesehatan,
Pangan Olahan I Kementerian Riset
yang Baik
I
lTeknologi dan
(cPPoB) I
|
I Pendidikan Tinggi,
Badan
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
Badan Pengawas
Obat dan Makanan,
Badan Standardisasi
Nasional
2. Bimbingan dan Kementerian
pendampingan Perindustrian,
bagi IKM Pangan Kementerian
dalam Pertanian,
penerapan Kementerian
CPPOB dan Kesehatan,
sertifikasi halal Kementerian Riset
Teknologi dan
Pendidikan Tinggi,
Badan Pengawas
Obat dan Makanan,
Badan Standardisasi
Nasional,
Kementerian Agama
3. Bantuan Kementerian
peralatan uji Perindustrian,
laboratorium Kementerian
dan penguatan Pertanian,
kapasitas dan Kementerian
kualitas assesor Kelautan dan
dan auditor Perikanan,
mutu Kementerian Riset
Teknologi dan
Pendidikan Tinggi,
Komite Akreditasi
Nasional
4. Bantuan mesin Kementerian
peralatan Perindustrian,
peningkatan Kementerian
mutu produk Pertanian,
olahan pangan Kementerian
skala IKM Kelautan dan
Perikanan,
Kementerian
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
56-
No.
Kebdakan dan
Program Instansi Terkait
Kementerian Riset
Teknologi dan
Pendidikan Tinggi,
Lembaga Ilmu
Pengetahuan
Indonesia
6. Perumusan, Kementerian
pemberlakuan Perindustrian,
dan pengawasan Kementerian
SNI wajib Pertanian,
produk pangan Kementerian
Kesehatan,
Kementerian
Kelautan dan
Perikanan, Badan
Standardisasi
Nasional
Kementerian
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
No.
Kebiiakan dan
Program
2018
Kementerian
Keuangan,
Kementerian
Pekerjaan Umum
dan Perumahan
Rakyat, Kementerian
Perhubungan,
Pemerintah Daerah
Kebijakan Insentif Nonliskal
Meningkatkan kerjasama industri pffi
111,
p.:-o:i dan perluasan pasarproduk industri pangan di
dalam dan luar negeri
l. Partisipasi pada Kementerian
sidang ICO, Perindustrian,
ICCO, Codex, Kementerian
ACCSQ, ACC, Pertanian,
ISO, APCC dan Kementerian
sidang terkait Kesehatan,
standar pangan Kementerian
lainnya Perdagangan,
Kementerian Luar
Negeri, Badan
Pengawas Obat dan
Makanan, Badan
Standardisasi
Nasional
2. Koordinasi dan Kementerian
negosiasi untuk Perindustrian,
mengurangi bea Kementerian
masuk produk Pertanian,
pangan olahan Kementerian
di negara-negara Kelautan dan
tujuan ekspor Perikanan,
Kementerian Luar
Negeri, Kementerian
Perdagangan
3. Promosi
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
58-
Tahun
No.
Kebijakan dan Pelaksanaan
Program Instansi Terkait
2017 20i18_ 2019
3. Promosi produk Kementerian
industri pangan Perindustrian,
pada forum Kementerian
pameran dalam Pertanian,
dan luar negeri J_ Kementerian
Kelautan dan
Perikanan,
Kementerian Luar
Negeri
4. Pelaksanaan Kementerian
Hari Kakao Perindustrian,
(Cocoa Dag) dan Kementerian
Hari Kopi Pertanian,
,l- Kementerian
J- J_
Perdagangan,
Kementerian
Koordinator Bidang
Perekonomian,
Pemerintah Daerah
5. Pelaksanaan Kementerian
Hari lkan Perindustrian,
Kementerian
Kelautan dan
Perikanan,
J_ J- Kementerian
Perdagangan,
Kementerian
Koordinator Bidang
Perekonomian,
Pemerintah Daerah
6. Fasilitasi Kementerian
keikutsertaan Perindustrian,
industri pangan Kementerian
dalam pameran ./- .t- .r Pertanian,
di luar dan
dalam negeri
Kementerian
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
No.
Kebiliakan dan
Program
Kementerian
Kelautan dan
Perikanan,
Kementerian Luar
Negeri, Kementerian
Perdagangan
7. Promosi Kementerian
investasi Perindustrian,
Kementerian
Pertanian,
Kementerian
Kelautan dan
Perikanan, Badan
Koordinasi
Penanaman Modal
B. Pembangunan
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
_60_
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
2. Pelatihan .
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-61
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
2. Pelatihan/ Kementerian
worlcshop uji Perindustrian,
klinik tenaga Kementerian
kerja industri Kesehatan,
farmasi Kementerian Riset
Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
3. Sertifikasi Kementerian
kompetensi Perindustrian,
tenaga kerja Kementerian
industri farmasi Kesehatan, Badan
Nasional Sertifikasi
Profesi
4. Pembangunan Kementerian
Tempat Uji Perindustrian,
Kompetensi Kementerian
(TUK) untuk Kesehatan, Badan
tenaga kerja Pengawas Obat dan
industri farmasi Makanan, Badan
Nasional Sertifikasi
Profesi
Penyediaan Kementerian
sarana Perindustrian,
prasarana uji Kementerian
klinis farmasi Kesehatan, Badan
Pengawas Obat dan
Makanan
6. Pelatihan.
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
Kebijakan dan i
No.
Program
20Lp 2AL9
6. Pelatihan tenaga Kementerian
kerja industri Perindustrian,
tentang Cara
Pembuatan Obat Kesehatan, Badan
yang Baik Pengawas Obat dan
(CPOB) pada Makanan
industri vaksin,
industri produk
biologis, dan
industri sediaan
farmasi
7. Pen5rusunan Kementerian
SKKNI tenaga Perindustrian,
kerja industri Kementerian
farmasi Kesehatan,
Kementerian
Ketenagakerjaan,
Badan Pengawas
Obat dan Makanan,
Badan Nasional
Sertifikasi Profesi
. Pembangunan Kementerian
Center of Perindustrian,
Excellence Kementerian
industri farmasi Kesehatan, Badan
Pengkajian dan
Penerapan Teknologi,
Kementerian
Pertanian,
Kementerian Riset
Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
Pembangunan Kementerian
akademi Perindustrian,
komunitas Kementerian
industri farmasi Kesehatan,
Kementerian
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
Kementerian Riset
Teknologi dan
Pendidikan Tinggi,
Pemerintah Daerah
14. Pembangunan
PRESIDEN
REPU BLIK INOONESIA
14. Pembangunan
Kementerian
sarana dan Kesehatan,
prasarana untuk Kementerian
melakukan uji Perindustrian, Badan
klinis kosmetik Pengawas Obat dan
Makanan
15. Pembentukan
Kementerian
lembaga Perindustrian,
sertifikasi profesi Kementerian
untuk tenaga Kesehatan, Badan
kerja industri Nasional Sertifikasi
yang terlibat Profesi
dalam uji klinik
produk kosmetik
16.Pendidikan dan Kementerian
pelatihan SDM Perindustrian,
riset untuk Kementerian
industri Kesehatan, Badan
kosmetik Pengkajian dan
Penerapan Teknologi,
Kementerian Riset
Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
lT.Pelatihan tenaga Kementerian
kerja Industri Perindustrian,
kimia dasar Kementerian
bahan baku Kesehatan, Badan
Kosmetik Pengawas Obat dan
Makanan,
Kementerian Riset
Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
18. Pembangunan
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
No.
Kebijakan dan
Ftogram
Badan
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
Kebijakan dan
Program
Badan Nasional
Sertilikasi Profesi
22.Pendidikan dan Kementerian
pelatihan SDM Perindustrian, Badan
riset tentang Pengkajian dan
produk herbal Penerapan Teknologi,
Kementerian
Kesehatan
.Pembangunan Kementerian
akademi Perindustrian,
komunitas Kementerian
industri obat Kesehatan,
herbal dan Kementerian Riset
bahan alam Teknoiogi dan
lainnya Pendidikan Tinggi,
Pemerintah Daerah
4.Penyusunan Kementerian
SKKNI tenaga Perindustrian,
kerja industri Kementerian
obat tradisional Pertanian, Badan
Nasional Sertilikasi
Profesi
.Pembangunan Kementerian
Center of Perindustrian,
Excellence Kementerian
industri jamu Pertanian,
dan obat Kementerian
tradisional Kesehatan, Badan
Pengkajian dan
Penerapan Teknologi,
Kementerian Riset
Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
26. Pendidikan.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-67-
No.
Kebijakan dan
Program
1. Penyediaan Kementerian
bahan baku Perindustrian,
industri farmasi Kementerian
Kesehatan,
Kementerian
Pertanian
Penyelenggaraan Kementerian
kemitraan Perindustrian,
(antara plasma Kementerian
dengan industri Kesehatan,
agrokultur) Kementerian
dalam rangka Pertanian
pemenuhan
kebutuhan
bahan baku
industri farmasi
Pembangunan
Kementerian
industri kimia Perindustrian,
dasar bahan Kementerian Energi
baku industri dan Sumber Daya
farmasi Mineral
4. Fasilitasi
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
Fasilitasi Kementerian
penelitan dan Perindustrian,
pengembangan Kementerian Riset
penggunaan Teknologi dan
tanaman herbal Pendidikan Tinggi
untuk keperluan
bahan baku
farmasi
. Pembuatan Kementerian
databasebahan Perindustrian,
baku farmasi Kementerian
Kesehatan, Badan
Pusat Statistik
Studi kelayakan Kementerian
pembangunan Perindustrian,
pabrik bahan Kementerian
baku farmasi Kesehatan,
Kementerian Riset
Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
Fasilitasi Kementerian
Engineerhg, Perindustrian,
hocarement and Kementerian
Constructian Kesehatan
(EPC) dan Detail
Engineering
Design (DED)
industri bahan
baku farmasi
(sintesa kimia)
Pengoperasian Kementerian
pabrik bahan Perindustrian,
baku farmasi Kementerian
(sintesa kimia)
Kesehatan
9. Studi.
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-69
Tahun
Kebijakan dan Pelaksanaan
No.
Program
Instansi Terkait
20.LV 20L8 20t9
9. Studi kelayakan Kementerian
industri farmasi Perindustrian,
berbasis produk Kementerian
biologik (enzim, J- Kesehatan,
antibody, Kementerian Riset
hormone, dan Teknologi dan
vaksin) Pendidikan Tinggi
10. Pembangunan Kementerian
industri produk Perindustrian,
biologik: EPC "t- t- Kementerian
dan DED Kesehatan
15. Commissioning .
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
70
Tahun
Kebijakan dan Pelaksanaan
No. Instansi Terkait
Program . i..
18. Validasi . .
PRESIDEN
REPUBLIK IN DO NESIA
Kebljakan dan
Program
20. Penyusunan
Kementerian
Kodeks Kesehatan,
Kosmetika Kementerian
Indonesia Perindustrian
sebagai standar
mutu bahan
baku kosmetik
21. Pemetaan.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
2018
21. Pemetaan Kementerian
potensi untuk Perindustrian,
bahan baku Kementerian
kosmetik Kesehatan,
Kementerian
Pertanian, Badan
Pusat Statistik
22. Pemenuhan Kementerian
bahan baku Perindustrian,
industri Kementerian
kosmetik Kesehatan,
Kementerian
Pertanian
23. Pembangunan Kementerian
kemitraan Perindustrian
antara plasma
dengan industri
agrokultur
untuk
kebutuhan
bahan baku
industri
kosmetik
24. Penelitian dan Kementerian
pengembangan Perindustrian,
penggunaan Kementerian
tanaman herbal Kesehatan,
untuk Kementerian Riset
keperluan Teknologi dan
bahan baku Pendidikan Tinggi
kosmetik
25. Pembangunan Kementerian
industri kimia Perindustrian
dasar bahan
baku industri
kosmetik
26. Pembuatan
#D
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-73-
32. Pemenuhan
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-74-
No.
'2017 20tr8]
' : "i
32. Pemenuhan "20Le Kementerian
bahan baku Perindustrian,
industri obat Kementerian
tradisional "t- ,l- J_
Kesehatan,
Kementerian
Pertanian
33. Penelitan dan Kementerian
pengembangan Perindustrian,
penggunaan Kementerian
tanaman herbal Kesehatan,
untuk ^r J- J- Kementerian Riset
keperluan Teknologi dan
bahan baku Pendidikan Tinggi
industri obat
tradisional
34. Fasilitasi Kementerian
kerjasama Perindustrian,
antara plasma Kementerian
dengan industri Kesehatan
agrokultur
untuk J' J- J_
kebutuhan
bahan baku
industri obat
tradisional
35. Studi kelayakan Kementerian
pembangunan Perindustrian,
pabrik bahan .r Kementerian
baku industri Kesehatan,
obat tradisional Kementerian Riset
Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
36.Promosi...
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-75-
No.
Kebijakan dan
Program
2. Penguatan.
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-76
Tahun
Kebijakan dan Pelaksanaan
No. Instansi Terkait
Program
,20t7 2018 2019
2. Penguatan Kementerian
program Kesehatan,
Academg - Kementerian
Busfness - Perindustrian,
Gouernment - J_ J- J- Kementerian Riset
Community - Teknologi dan
Media (ABGCM) Pendidikan Tinggi,
Kementerian
Perdagangan
3. Menjadikan Kementerian Badan
BUMN farmasi J- J' J_ Usaha Milik Negara,
sebagai pionir Kementerian
dalam Kesehatan,
mengembangkan Kementerian
obat esensial, Perindustrian
vaksin, produk
biofarmasi,
natural, dan API-
chemical based
4. Melakukan Kementerian
kolaborasi untuk Kesehatan, Badan
mengkoordinir Pengawas Obat dan
penyelenggaraan Makanan,
penelitian dari J_ ^l- J_ Kementerian Riset
hulu ke hilir dan Teknologi dan
penggunaan Pendidikan Tinggi,
hasil penelitian Kementerian
farmasi Perindustrian
5. Mengupayakan Kementerian Riset
pengembangan Teknologi dan
tenaga ahli dan Pendidikan Tinggi,
mendirikan Kementerian
fasilitas R&D, ^r J' J- Kesehatan,
baik untuk studi Kementerian
klinik dan non- Perindustrian
klinik
6. Pemetaan
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
No.
Kebljakan dan
Program
2. Pembuatan
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-78-
Kebijakan dan
Program
2018
2. Pembuatan Kementerian
basis data paten Perindustrian,
obat-obatan Kementerian
yang akan habis Kesehatan, Badan
masa Pusat Statistik
berlakunya
3. Kedasama Kementerian
penelitian Perindustrian,
dengan lembaga Kementerian
penelitian dan Kesehatan,
perguruan Kementerian Riset
tinggi untuk Teknologi dan
menindaklanjuti Pendidikan Tinggi
paten yang
akan habis
dalam 2 (dua)
tahun ke depan
4. Pemberian Kementerian
peralatan Perindustrian,
laboratorium Kementerian Riset
dalam Teknologi dan
melakukan riset Pendidikan Tinggi
farmasi untuk
produk
bioteknologi dan
herbal dengan
peralatan riset
yang terbaru
5. Mendorong dan Kementerian
menggerakan Kesehatan,
industri farmasi Kementerian
dalam negeri Perindustrian,
untuk Kementerian Hukum
memproduksi dan HAM
obat yang
sudah habis
masa patennya
6. Mendorong. .
PRESIDEN
REPUBLIK INOONESIA
Kebiiakan dan
Program
8. Dukungan Kementerian
pembiayaan Perindustrian,
bagi penelitian Kementerian
kosmetik Kesehatan, Badan
Pengkajian dan
Penerapan Teknologi,
Kementerian Riset
Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
Bioteknologi . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
No.
Kebijakan dan
Program
12.Kajian rencana
pengembangan
produk jamu Kementerian
menjadi Obat Kesehatan,
Herbal
Terstandar serta eknologi dan
penetapan Pendidikan Tinggi
tindak lanjut
kqjian tersebut
e. Kebijakan
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
Kebijakan dan
Program
1. Pembangunan Kementerian
infrastruktur Perindustrian,
industri farmasi Kementerian
Pekerjaan Umum
dan Perumahan
Ralqyat, Kementerian
Energi dan Sumber
Daya Mineral
2. Fasilitasi Kementerian
pemenuhan Perindustrian,
persyaratan Kementerian
sarana sesuai Kesehatan, Badan
standar Cood Pengawas Obat dan
Manufacturing Makanan
Practices (GMp)
atau CPOB
3. Pembangunan
Kementerian
infrastruktur Perindustrian,
tambahan Kementerian
untuk industri Pekerjaan Umum
kosmetik dan Perumahan
Rakyat, Kementerian
Energi dan Sumber
Daya Mineral
4. Fasilitasi .
#",D
PRESIDEN
REPUBLIK IN DO N ESIA
Kebijakan dan
Program
4. Fasilitasi Kementerian
pembangunan Perindustrian,
instalasi Kementerian
tambahan Pertanian
untuk industri
bahan baku
alam dan bahan
baku kimia
kosmetik
Obat Tradisional
5. Studi Kementerian
penerapan Perindustrian,
standar Kementerian
farmakope Kesehatan,
herbal Kementerian Riset
Indonesia untuk Teknologi dan
diaplikasikan Pendidikan Tinggi
pada
pembangunan
infrastrrrktur
industri obat
tradisional
6. Pembangunan Kementerian
infrastruktur Perindustrian,
industri obat Kementerian
tradisional Pekerjaan Umum
dan Perumahan
Ralryat, Kementerian
Energi dan Sumber
Daya Mineral
7. Pengawasan Kementerian
kesesuaian Perindustrian, Badan
infrastruktur Pengawas Obat dan
industri dengan Makanan,
mengikuti aspek Kementerian
CPOTB pada Kesehatan
industri obat
tradisional
f. Kebljakan .
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
l. Mengadakan Kementerian
pameran Perindustrian,
produk dalam Kementerian
negeri Kesehatan,
Kementerian
Perdagangan
2. Fasilitasi
keterkaitan dan Kementerian
sinergi antara Perindustrian,
industri besar, Kementerian
menengah, dan Kesehatan
kecil
3. Mendorong Kementerian
penggunaan Perindustrian,
bahan baku Kementerian
farmasi hasil Kesehatan, Lembaga
produksi dalam Kebijakan
negeri melalui Pengadaan
fasilitasi bahan Barang/Jasa
baku farmasi Pemerintah
produksi dalam
negeri masuk
ke dalam e-
catalog
4. Fasilitasi
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-84
,i '' '.' "raltun '
I
Kebjjakan,dan
No. ,Pelaks,irniai{
Progr4m
2017 2018 ?oLe
4. Fasilitasi Kementerian
kemudahan Perindustrian,
perizinan Kementerian
industri farmasi Kesehatan, Badan
J- J_ J_
Pengawas Obat dan
Makanan, Badan
Koordinasi
Penanaman Modal
5. Pengendalian Kementerian
impor bahan Perindustrian,
baku farmasi Kementerian
yang telah Kesehatan,
dapat
,l' ,l- .r Kementerian
diproduksi oleh Perdagangan,
industri dalam Kementerian
negeri Keuangan
6. Fasilitasi Kementerian
modernisasi Perindustrian
mesin dan "r J- J_
peralatan
industri farmasi
Kosmetik
7. Memberikan Kementerian
penyuluhan Perindustrian,
secara periodik Kementerian
kepada Kesehatan, Badan
masyarakat Pengawas Obat dan
mengenai Makanan
keamanan,
mutu, dan J_ J_ J_
manfaat
kosmetika serta
daya saing
industri
kosmetika
dalam negeri
8. Meningkatkan . .
PRESIDEN
REPUBLIK INOONESIA
-85-
Kebljakan dan
Program
8. Meningkatkan Kementerian
dan membantu Perindustrian, Badan
pengawasan
Pengawas Obat dan
terhadap Makanan,
produk
Kementerian
kosmetik ilegal Perdagangan
baik di dalam
negeri maupun
di luar negeri
9. Fasilitasi Kementerian
terutama bagi Perindustrian
IKM agar dapat
mengikuti
pameran
kosmetik di luar
negeri
10. Fasilirasi
Kementerian
modernisasi Perindustrian
mesin dan
peralatan
industri jamu
dan obat
tradisional
II. Industri Alat Kesehatan
Ke bij akan pembangunan
SD M I;d,, hi--
Peningkatant.*u@ "
industri .
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
Kebijakan dan
Program
6. Pelatihan
#DPRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-87
Kebiiakan dan
'Program ' '
2;A,71
6. Pelatihan Kementerian
pemenuhan SNI Kesehatan, Badan
bagi industri Standardisasi
alat kesehatan Nasional,
Kementerian
Perindustrian
bijakan Pemanfaatan, penyediaan, 4." p""y"I.r." SDA
Pengembangan potensi bahan baku dalam negeri untuk
pengembangan produk industri alat kesehatan
1. Pemetaan Kementerian
kebutuhan dan Perindustrian,
ketersediaan Kementerian
bahan baku Kesehatan
dan teknologi
pada industri
alat kesehatan
2. Penelitian dan Kementerian
pengembangan Perindustrian,
bahan baku Kementerian
untuk industri Kesehatan
alat kesehatan
3. Pen5rusunan Kementerian
regulasi dan Perindustrian,
studi kelayakan Kementerian Riset
untuk industri Teknologi dan
pengolah bahan Pendidikan Tinggi
baku bagi
industri alat
kesehatan
4. Pengembangan Kementerian
industri bahan Kesehatan,
baku alat Kementerian
kesehatan Perindustrian
5. Pembuatan .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
Kebijakan dan
Program
5. Pembuatan Kementerian
databasebahan Perindustrian,
baku alat Kementerian
kesehatan Kesehatan
4. Peningkatan
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
No.
Kebijakan dan
Program
4. Peningkatan Kementerian
peralatan uji Perindustrian,
yang diperlukan Kementerian
untuk Pusat Kesehatan,
Pengembangan Kementerian Riset
Teknologi dan Teknologi dan
Industri Alat Pendidikan Tinggi
Kesehatan
5. Pembuatan Kementerian
prototipe dan Perindustrian,
produk alat Kementerian
kesehatan yang Kesehatan,
dibutuhkan Kementerian Riset
oleh pasar Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
6. Penerapan Kementerian
teknologi baru Perindustrian,
Kementerian
Kesehatan
7. Pengadaaan Kementerian
mesin dan Perindustrian
peralatan uji
pada
laboratorium uji
Kebijakan Pengembangan dan pem"rrf.ffi
rnovasl
Peningkatan kemampuan kreativita. aun inovasi
industri alat
kesehatan melalui inbustri pendukung
1. Pelatihan dan Kementerian
bimbingan Perindustrian,
teknis untuk Kementerian
komponen Kesehatan,
hospital Kementerian Riset
furnihre, Teknologi dan
implan ortopedi, Pendidikan Tinggi
consumable . . .
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
Kebiiakan dan
Prograrn Instansi Terkait
conatmable,
dental fumiturq
surgical
instrument, dan
electromedical
deuice melalui
proses
pengelasan dan
metalworking
2. Pelatihan Kementerian
inovasi untuk Perindustrian
diversifikasi
komponen dan
suku cadang
alat kesehatan
3. Pembuatan Kementerian
prototipe implan Perindustrian,
ortopedi Kementerian Riset
bekerjasama Teknologi dan
dengan Pendidikan Tinggi
perguruan
tinggi
4. Pembuatan Kementerian
prototipe Perindustrian,
electromedical Kementerian
deuice Kesehatan,
Kementerian Riset
Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
5. Peningkatan
Kementerian
kemampuan Perindustrian
IKM pendukung
industri alat
kesehatan
6. Penelitian
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-91
Kebdakan dan
No. Instansi Terkait
Program
20L7 20I8 20L9
6. Penelitian dan Kementerian
pengembangan Kesehatan,
produk alat Kementerian Riset
kesehatan Teknologi dan
berbasis riset J- J_ J- Pendidikan Tinggi,
Badan Penelitian dan
Pengembangan
Teknologi
7. Pemberian Kementerian
peralatan Kesehatan,
laboratorium Kementerian Riset
dalam Teknologi dan
melakukan riset ^r J' .r Pendidikan Tinggi
alat kesehatan
dengan
peralatan riset
yang baru
8. Pen5rusunan Kementerian
regulasi Kesehatan,
kerjasama Kementerian Riset
Academician, Teknologi dan
Business, ^r J_ J_
Pendidikan Tinggi,
Gouernment, Kementerian
Community Perindustrian
(ABGC)
dental .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
dentalfumiture,
electromedical
deube dan in
uitro diagnostic
deuice
. Fasilitasi Kementerian
pendaftaran Perindustrian,
paten produk Kementerian Hukum
industri alat dan HAM
kesehatan
Penerapan SNI Kementerian
wajib produk Perindustrian,
industri hospitat Kementerian
fumiture, implan Kesehatan,
ortopedi, Kementerian
disposable and Perdagangan
consumable,
dentalfumihre,
dan
eLectromedical
deuice
Pembentukan Kementerian
lembaga uji bagi Perindustrian,
IKM produsen Kementerian
alat kesehatan di Kesehatan,
sentra IKM Kementerian Riset
Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
5. Fasilitasi Kementerian
pemenuhan Perindustrian,
persyaratan
Kementerian
CPAKB bagi
Kesehatan
sarana produksi
alat kesehatan
Sertifikasi ISO Kementerian
13485 bagi Perindustrian,
industri alat Kementerian
kesehatan
Kesehatan,
Badan . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
Kebijakan dan
Program
uitro.
PRESIDEN
REPU BLIK IN OO N ESIA
No.
Kebljakan dan
Program
Penyediaan Kementerian
boothpameran Perindustrian
untuk industri
hospital
fumiture,
implan ortopedi,
disposable and
consumable,
surgical
instrument,
dentalfumihre,
electromedical
deuice dan in
uitro diagnostic
deuice
electromedical .
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-95-
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
electromedical
deuice dan in
uitro diagnostic
deuice
d. Industri
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-96-
d. Industri Piastik, pengolahal Karet, dan Barang dari
Karet: plastik
untuk keperluan umum, plastik untuk keperlian khusus
lain untuk kesehatan, otomotif, dan elektronik), karet d;;;
keperluan umum, karet.untuk t epertuarr-Lfrr".,. untuk
untuk kesehatan, otomotif, dan elektronik). 1"rrt"* f"i.,
Tabel 7.3 Kebijakan dan.program pengembangan
Industri Tekstil,
Kulit, Alas Kaki, dan Aneka
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
[:i::-i"::,:
training asesor -kaki
merarut
pelaksana sertifikasi, li;ij;il't;;l
.J." sesuai SKKNT,
p"i"iit ."
pengelolaan
1. Penyusunan Kementerian
SKKNI industri Perindustrian,
tekstil dan produk Kementerian
tekstil, kulit, dan Ketenagakerjaan,
alas kaki Badan Nasional
Sertifikasi Profesi
5. Sertilikasi .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
Kebijakan dan
Program
5. Sertifrkasi Kementerian
kompetensi SDM Perindustrian, Badan
Nasional Sertifikasi
Profesi
6. Penyusunan Kementerian
Standar Biaya Perindustrian,
Keluaran (SBK) Kementerian
peiatihan Keuangan
sertifikasi
kompetensi SDM
7. Pelatihan Assesor Kementerian
Pelaksana Perindustrian,
Sertilikasi Kementerian
Kompetensi Ketenagakerjaan,
Badan Nasional
Sertifikasi Profesi
8. Pelatihan Kementerian
manajemen Perindustrian
pengelolaan
usaha dalam
rangka
pemanfaatan
teknologi tinggi
9. Penerapan SkKNI Kementerian
wajib bagi Perindustrian,
industri TPI dan Kementerian
alas kaki Ketenagakerjaan,
Badan Nasional
Sertifrkasi Profesi
10. Pengawasan
Kementerian
Penerapan SKKNI
Perindustrian,
wajib bagi Kementerian
industri TpI dan Ketenagakedaan,
alas kaki Badan Nasional
Sertifikasi Profesi
b. Kebijakan
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
Kebijakan Pemanfaa
Pelaksanaan pra stu
Glgal (MEG), pabrik zatwarna'tekstil dan penJrusunan
!tha.!e.na
profil investasinya, perluas an material ce"te, f.ufii, siita
kebijakan dan koordinasi dengan pihak terkait
l. Investasi Industri Kementerian
MEG dan Perindustrian,
Dissotuing pulp Kementerian Energi
dan Sumber Daya
Mineral,
Kementerian
Pertanian, Badan
Koordinasi
Penanaman Modal
Investasi industri Kementerian
perwarna tekstil Perindustrian, Badan
Koordinasi
Penanaman Modal
3. Penyediaan kulit Kementerian
sintetik nasional Perindustrian,
sebagai bahan Kementerian
baku industri Pertanian
alas kaki dan
industri barang
jadi kulit
Pembatasan Kementerian
ekspor kulit Perindustrian,
mentah dan Kementerian
kemudahan Perdagangan,
dalam impor Kementerian
bahan baku kulit Pertanian
Mengatasi Kementerian
hambatan Perindustrian,
kualitas bahan Kementerian
baku terkait Perdagangan,
persyaratan Kementerian
kesehatan hewan Pertanian
c. Kebijakan .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-99-
No.
Keb[jakan dan
Program
2nfi2018 20L9
c. Kebijakan Pengembangan dan pemanfaai an Teknologi Industri
Pengembangan dan pemanfaatan teknotogi industri pada
industri tekstil, kulit, dan alas kaki
1. Pengembangan Kementerian
potensi industri Perindustrian,
alas kaki dan kulit Pemerintah Daerah
di daerah
2. Peningkatan Kementerian
kemampuan Perindustrian
desain produk
melalui pelatihan
dan kerjasama
dengan pihak
mitra
3. Melaksanakan Kementerian
bimbingan teknis Perindustrian,
dan asistensi Kementerian Hukum
untuk perolehan dan HAM
sertifrkat HKI
desain produk
4. Revitalisasi dan Kementerian
monitoring Perindustrian,
mesin/ peralatan Kementerian
untuk balai Keuangan
penelitian dan
pengembangan
5. Pembentukan Kementerian
Pusat Inovasi Perindustrian,
Bisnis melalui Kementerian
kerjasama dengan Pertanian
pihak terkait
6. Kolaborasi klaster Kementerian
industri alas kaki Perindustrian
nasional melalui
penguatan peran
IKM dalam klaster
industri alas kaki
7. Bimbingan . . ,
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-100-
Kebijakan dan
Program
e. Kebijakan
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
101 -
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
Kebijakanstanaffi
Pengembangan standar dan standardisasi
pengembangan industri tekstil, kulit,
untuk mend
dan alas kaki
1. Pembangunan Kementerian
Infrastruktur Perindustrian, Badan
lembaga uji Standardisasi
kesesuaian Nasional, Komite
Akreditasi Nasional
Fasilitasi Kementerian
Konsensus RSNI Perindustrian, Badan
dan pendaftaran Standardisasi
HKI Nasional
f.Kebijakan...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
Kebijakan dan
Program
Design .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
_ 103_
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
. Pengembangan
Kementerian
lembaga penilaian Perindustrian,
kesesuaian Komite Akreditasi
Nasional
Bantuan Kementerian
mesin/peralatan Perindustrian
pengembangan
ergonomical design
industri atas kaki
bijakan Lokasilndustri
kebijakan p
t:,c.,l"i
rkl clengan potensi daerah dan pengembangan sentra
u.
tri tekstil, kulit, dan alas kaki
1. Pengembangan Kementerian
industri tekstil, Perindustrian,
kulit, dan alas Kementerian
kaki di berbagai Koperasi dan UKM,
daerah yang Pemerintah Daerah
potensial
utamanya yang
terkait dengan
WPPI
h. Kebijakan.
PRESIDEN
REPUBLIK IN DO N ESIA
Kebijakan dan
Program
1. Kewajiban Kementerian
Penggunaan Perindustrian,
MEG dan Kementerian
Dbsoluing pulp Perdagangan,
dalam negeri Kementerian
pada industri Pertanian
poliester dan
rayon
Kewajiban Kementerian
penggunaan zat Perindustrian,
warna tekstil Kementerian
yang berorientasi Perdagangan
industri hijau
dan pabrik
aksesoris tekstil
dalam negeri
pada industri
tekstil
3. Business Kementerian
matching industri Perindustrian
kain dengan
industri garmen
dalam negeri
dalam rangka
pemetaan supplg
demand
Kewajiban Kementerian
penggunaan Perindustrian,
produk garmen Kementerian Badan
dalam negeri Usaha Milik Negara,
pada instansi
pemerintah
Lembaga . . .
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
No.
Kebliakan dan
Program
Lembaga Kebijakan
Pengadaan
Barang/Jasa
Pemerintah
Fasilitasi promosi Kementerian
dan kemudahan Perindustrian, Badan
perizinan bagi Koordinasi
industri garmen Penanaman Modal,
pengguna kain
Kementerian
produksi dalam Perdagangan,
negeri Pemerintah Daerah
Penyusunan Kementerian
regulasi terkait Perindustrian,
Pendaftaran Kementerian
Nomor induk Keuangan, Bank
Tanda Indonesia
Pendaftaran
Mesin (TPM)
sebagai identitas
mesin TPI
7. Pemberian Kementerian
preferensi Perindustrian,
khusus untuk Kementerian
penggunaan kulit Pertanian,
sintetik dalam Kementerian
negeri bagi Perdagangan
industri alas kaki
dan industri
barang jadi kulit
daiam negeri
Pemberian
Kementerian
insentif terhadap Perindustrian,
pengembangan Kementerian
desain Industri Keuangan
alas kaki dalam
negeri
9. Pemberian
PRES IDEN
REPU BLIK INDONESIA
- 106-
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
Pemberian Kementerian
preferensi Perindustrian,
khusus untuk Kementerian
industri alas kaki Pertanian,
yang melakukan
Kementerian
orientasi pada Perdagangan,
pemenuhan Kementerian
kebutuhan Keuangan
bahan baku kulit
domestik
10. Promosi industri Kementerian
alas kaki di Perindustrian,
dalam dan diluar Kementerian
negeri serta Perdagangan,
partisipasi dalam Kementerian Luar
perundingan Negeri
internasional
bijakan Industri ttffi
unan, penerapan, dan evaluasi s@
i tekstil, kulit, dan alas kaki
l. Penyusunan dan Kementerian
penerapan standar
Perindustrian,
industri hijau bagi Kementerian
industri tekstil, Lingkungan Hidup
kulit, dan alas dan Kehutanan
kaki
Pemberian
Kementerian
insentif kepada Perindustrian,
industri tekstil, Kementerian
kulit, dan alas Lingkungan Hidup
kaki di daiam dan Kehutanan,
negeri yang telah
Kementerian
menerapkan Keuangan
standar industri
hijau
3. Pelatihan . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-ro7-
Tahun
Kebijakan dan Pelaksanaan
lNo.
Program
2017 2018 20t9
3. Pelatihan teknik Kementerian
produksi berbasis Perindustrian,
industri hijau Kementerian
Lingkungan Hidup
dan Kehutanan
4. Pemberian Kementerian
bantuan Perindustrian,
mesin/peralatan Pemerintah Daerah
pengolahan
limbah
penyamakan kulit
J. Kebijakan Insentif Fiskat
(Diberikan sesuai dengan ketentua@
undangan)
k. Kebijakan promosi dan perluasan@
dalam dan luar negeri
1. Pembentukan Kementerian
National Branding Perindustrian
untuk produk
gatmen, fashion,
dan alas kaki
2. Promosi National Kementerian
Branding melalui Perindustrian,
pendirian booth Kementerian Badan
pameran di Usaha Milik Negara,
Bandara Soekarno Kementerian
Hatta, Juanda, Perhubungan
Ngurah Rai dan
bandara
internasional
lainnya
II. Industri .
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
Kebijakan dan
Program
7. Implementasi .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-109-
Tahun
Pelaksanaan
7. Implementas- Kementerian
SKKNI furnitur Perindustrian, Badan
Standardisasi
Nasional
8. Pembangunan Kementerian
kmbaga Perindustrian,
Sertifikasi profesi Badan Standardisasi
dan TUK industri Nasional
furnitur
9. Pembangunan Kementerian
laboratorium uji Perindustrian,
mutu kayu Badan Standardisasi
Nasional,
Kementerian Riset
Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
10. Pendirian Balai
Kementerian
Penelitian dan Perindustrian,
Pengembangan Kementerian
Industri furnitur Koperasi dan UKM,
Kementerian Riset
Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
11. Pembangunan
Kementerian
sekolah kejuruan Perindustrian,
bidang Kementerian
pengolahan kayu,
Pendidikan dan
rotan dan Kebudayaan,
furnitur Kementerian Riset
Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
bijakan per,
Penjaminan U
kemitraan serta integrasi antara sisi hulu a.r,
frifi.
1. Pembangunan "i"i
pusat Kementerian
Perindustrian,
legal
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 110 -
No.
Kebijakan dan
Program
20t8
legal dan buffer Kementerian
sfock bahan baku Perdagangan,
Kementerian
Lingkungan Hidup
dan Kehutanan
2. Penyusunan dan Kementerian
penerapan SNI Perindustrian, Badan
kayu dan produk Standardisasi
kayu untuk Nasional,
mendukung Kementerian
industri furnitur Perdagangan,
Kementerian
Lingkungan Hidup
dan Kehutanan
Kebijakan p"
Penerapan tek@ bahantaffi
lain dari bambu, kiyu sawit, kayu
1. Pembangunan
Kementerian
pilot project
Perindustrian,
penerapan kayu
Kementerian Riset
alternatif Teknologi dan
Pendidikan Tinggi,
Kementerian
Lingkungan Hidup
dan Kehutanan
2. Revitalisasi rnesin
Kementerian
industri furnitur Perindustrian,
Lembaga Ilmu
Pengetahuan
Indonesia, Badan
Pengkajian dan
Penerapan Teknologi,
Kementerian Riset
Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
d. Kebijakan. . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- lii -
Kebijakan dan
Program
Kebrjakan t rr*.-
Inovasl
1. Pembangunan
Kementerian
pusat inovasi
Perindustrian,
kayu nasional Kementerian
Lingkungan Hidup
dan Kehutanan,
Pemerintah Daerah
bijakan StanairAGail rnaGG
Pendampinga" O
mendapatkan sertifikasi dan veiifikasi fegifitas
tayu lSvf,Xy
1. Pendampingan
Kementerian
dan bantuan Perindustrian,
biaya sertifikasi Kementerian
SVLK IKM Lingkungan Hidup
Furnitur dan Kehutanan,
Kementerian
Koperasi dan UKM
bij akan Ins.nEf No.,fr skii
Promosi aan fl"rluasan pisai
industri furnitur dalam negeri
l. Promosi dan Kementerian
pameran industri
Perindustrian,
furnitur di dalam Kementerian Luar
dan luar negeri Negeri, Kementerian
Lingkungan Hidup
dan Kehutanan,
Kementerian
Perdagangan
KebijakanRe-ffi
Peningkatan kom
dari karet melalui pelatihan, pemagangan,
dan sertifikasi
o"oa kompeten si pi..r,"l"., g?,,;' ;;"."i"., masan,
l"liilllX, ke
Plastik .
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-112-
Kebijakan dan
Program
1. pelatihan dan
Kementerian
worlcshop untuk Perindustrian,
kegiatan
Kementerian Riset
pengembangan
Teknologi dan
SDM industri Pendidikan Tinggi
plastik hilir
2. Sertifikasi SDM Kementerian
industri plastik Perindustrian,
hilir Kementerian
Ketenagakedaan,
Badan Nasional
Sertifikasi profesi
3. eimbing.n teknG Kementerian
dan pelatihan Perindustrian,
Manajemen Mutu
Kementerian Riset
ISO 9001: 2008
Teknologi dan
industri barang Pendidikan Tinggi
plastik
4. Pen5rusunan
Kementerian
SKKNI industri
Perindustrian, Badan
plastik hilir
Nasional Sertifikasi
Profesi, Kementerian
Ketenagakerjaan
5. Pen5rusu:ran-
Kementerian
kurikulum Perindustrian,
pelatihan untuk
Kementerian Riset
IKM dan industri
Teknologi dan
kreatif plastik Pendidikan Tinggi
7. Bimbingan
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 113 -
20t7
7. Bimbingan teknis Kementerian
dan pelatihan Perindustrian,
formulasi Kementerian Riset
pembuatan desain
Teknologi dan
kemasan plastik Pendidikan Tinggi
kosmetika
8. Pen5rusunan Kementerian
SKKNI industri Perindustrian,
plastik Kementerian
Ketenagakerjaan,
Badan Nasional
Sertifikasi Profesi
9. Pelatihan/ Kementerian
worlcshop untuk
Perindustrian,
pengembangan
Kementerian Riset
SDM industri Teknologi dan
karet Pendidikan Tinggi
13. Penyusunan. .
fl,D
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-tL4-
Kebijalan dan
Progfam
13. Penyusunan
Kementerian
SKKNI industri Perindustrian,
barang karet Kementerian
Ketenagakerjaan,
Badan Nasional
Sertifikasi Profesi
bijakan Pemanfa
!a3l dan.pelgemua@
ir.rr Karet dan barang dari karet dari dalam negeri
l. EPC teknologi
Kementerian
produksi industri Perindustrian
plastik hilir
brjakan t..rt.
Pengembangan d
111.1i.."* dari karet dengan p.i;;i;Jpil; pengemb
l. Pembangunan
industri daur Kementerian
ulang sampah Perindustrian,
plastik kota Pemerintah Daerah
Penelitian dan
Kementerian
pengembangan
Perindustrian,
produksi fiber dari
Kementerian Riset
polimer
Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
3. Studi kelayakan Kementerian
pembangunan
Perindustrian,
industri fiber Kementerian Riset
Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
4. Promosi .
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESII\
115 -
Kebijakan, dan
Program
Promosi investasi
Kementerian
pembangunan
Perindustrian, Badan
industri fiber Koordinasi
Penanaman Modal
5. Pembangunan Kementerian
industri Perindustrian,
vulkanisir Kementerian
(retread) ban Pertanian,
pesawat terbang Pemerintah Daerah
6. Pengembangan
teknologi industri Kementerian
barang karet Perindustrian,
untuk Kementerian
mendukung Pertanian,
Kebijakan Tol Kementerian
Laut Perhubungan
7. Studi kelayakan Kementerian
pembangunan Perindustrian,
industri Kementerian
dockfender karet Pertanian,
Kementerian Riset
Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
8. Pembangunan Kementerian
pilot plant Perindustrian,
industri Kementerian
dockfenderkaret Pertanian,
Pemerintah Daerah
9. Promosi investasi Kementerian
industri Perindustrian,
dockfenderkaret Kementerian
Pertanian, Badan
Koordinasi
Penanaman Modal
10. Pembangunan
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
116 -
Tatrun
No. Pefaks,alraln
,2olt 2078; 2Ap
10. Pembangunan Kementerian
pilot plant Perindustrian,
industri tepung J_ Kementerian
karet Pertanian,
Pemerintah Daerah
d. Kebijakan Pengembangan dan pem
Inovasi
Pengembangan dan pemanfaatan k
plastik dan karet melalui pengembangan center of Exceilence (co\
dan penguatan industri pendukung
Plastik
1. Kerjasama Kementerian
dengan Perindustrian,
perguruan tinggi Kementerian Riset
dan lembaga riset J- ^l- J_ Teknologi dan
untuk Pendidikan Tinggi
pengembangan
produk plastik
2. Tindak lanjut Kementerian
hasil penelitian Perindustrian
dan
pengembangan J-
produk industri
plastik hilir
3. Studi kelayakan Kementerian
pendirian CoE Perindustrian,
industri plastik J_ Kementerian Riset
hilir Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
4. Pembangunan Kementerian
CoE industri Perindustrian,
plastik hilir J- Pemerintah Daerah,
Kementerian Riset
Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
5. Penghargaan. .
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-tt7-
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
9. Kerjasama Kementerian
dengan Perindustrian,
perguruan tinggi Kementerian Riset
dan lembaga riset Teknologi dan
untuk Pendidikan Tinggi
pengembangan
produk karet hilir
10. Membuat studi Kementerian
kelayakan Perindustrian,
pendirian pusat Kementerian Riset
riset Teknologi dan
pengembangan Pendidikan Tinggi
teknologi proses
dan
rekayasa. . .
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 118 -
No.
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
rekayasa produk
pengolahan karet
dan barang dari
karet
1 1. Fasilitasi
Kementerian
pendirian pusat Perindustrian,
riset dan inovasi Kementerian Riset
karet Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
12. Workslrcp
Kementerian
produksi mesin
Perindustrian
dan peralatan
karet
Kebijakanstaffi
Pengembangan sta
karet dan plastik serta barang dari karet
ff:*:,T:3:s,?i1l_tstri
dan plastik di dalam negeri
1. Implementasi SNI
Kementerian
Wajib Industri
Perindustrian,
Plastik
Badan Standardisasi
Nasional
Pengawasan
Kementerian
implementasi SNI
Perindustrian,
Wajib Industri
Kementerian
Plastik
Perdagangan
Men5rusun SNI
produk plastic Kementerian
Perindustrian, Badan
bioplastic/
Standardisasi
biodegradable
Nasional
plastik
Fasilitasi
pengembangan Kementerian
sertifikasi produk Perindustrian
plastik
5. Mendukung
PRES IOEN
REPUBLIK IN DON ESIA
- l19 -
Kebijakan dan
Program
Mendukung
persiapan Kementerian
Perindustrian
infrastruktur
sertilikasi eco-
product (ea-labet)
Menyusun SNI
Kementerian
barang karet
Perindustrian, Badan
Standardisasi
Nasional
Menerapkan SNI
pada industri
Kementerian
Perindustrian,
barang karet
Kementerian
Perdagangan
Mendukung
persiapan Kementerian
Perindustrian
infrastruktur
pengujian barang
karet
Kebljakan tnfrastruktili tnaustri
infrastruk
g. Kebijakan.
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 720
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
1. Pameran Industri
Kementerian
Perindustrian
Penyelenggaraan
Kementerian
Pameran Industri
Perindustrian
Plastik
3. Promosi untut
Kementerian
kemasan
Perindustrian
bioplastic/
biodegradable
plastik
4, Sosialisasi
Kementerian
penggunaan
Perindustrian,
plastik ramah
Pemerintah Daerah
lingkungan
5. Pengembangan
Kementerian
sentra industri
Perindustrian,
plastik dan
Pemerintah Daerah
industri karet
Peningkatan
Kementerian
kapasitas
Perindustrian
produksi pabrik
plastik
Promosi i"restasi
terkait Kementerian
pembangunan Perindustrian, Badan
industri plastik Koordinasi
Penanaman Modal
hilir
8. Fasilitasi .
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
72r -
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
Fasilitasi
pembangunan Kementerian
Perindustrian,
industri plastik di Pemerintah Daerah
luar Fulau Jawa
Penyaluran
Kementerian
insentif
Perindustrian
operasional pa
plastik
10. Promosi inuestaE
Kementerian
berkenaan dengan
Perindustrian, Badan
industri plastik Koordinasi
hulu (resin Penanaman Modal
plastik)
1 1. EPC sektoillasUt-
Kementerian
hulu (resin Perindustrian
plastik)
L2. Start up pabrik
Kementerian
Industri plastik Perindustrian
Hulu (resin
plastik)
13. Kerjasama dengan
Kementerian
IKM untuk
Perindustrian
pengembangan
produk plastik
komponen dalam
industri otomotif
dan elektronik
14. Fasilitasi
pameran industri Kementerian
Perindustrian
karet
15. Partisipasi
pameran industri Kementerian
Perindustrian
karet
16. Penyelenggaraan
{D
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-122-
24. Memberikan .
{D PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-123-
No.
Kebijakan dan
Kementerian
pengembangan/
Perindustrian
pembangunan
industri karet hilir
26. Penyaluran
Kementerian
insentif Perindustrian
operasional untuk
industri karet hilir
Promosi inuGiEsi
Kementerian
industri aneka Perindustrian, Badan
barang karet
Koordinasi
Penanaman Modal
Kebijakan InsenEf Fmal
(Diberikan ie"uai-Gngan ketentua
undangan)
Tabel
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-124-
Tabel 7 '4 Kebijakan gu, program pengembangan
Transportasi
Industri Alat
.,,
Kebijakan dan
Prograrn
5:::1lll
L,:,:ffi^:u pemasansan, a"r,-
rKy, prorr"io""i, Ln
ieneliti) melalui
pelatihan,
allr"ilrl;i"$*:j
""iiiril;' pemesinan/fabrikasi,
kompetensi perancangan, pengecoran,
pengelasan, dan mekatronika.
1. Pen5rusunan
Kementerian
SKKNI dan Perindustrian, Badan
sertifikasi SDM Nasional Sertifikasi
industri alat Profesi, Kementerian
transportasi Ketenagakerjaan
Penyaluran Kementerian
pemagangan
Perindustrian,
konsultan IKM Pemerintah Daerah
pada sentra
khusus IKM
industri alat
transportasi
3. Penyediaan Kementerian
tenaga potensial Perindustrian,
(profesional dan
Pemerintah Daerah,
perekayasa) yang
Kementerian Riset
memiliki Teknologi dan
kompetensi tinggi Pendidikan Tinggi
di pusat - pusat
pertumbuhan
industri yang
berpotensi untuk
tumbuhnya
industri alat
transportasi
4. Peningkatan . .
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-t25-
Tahun
Kebdakan dan Pelaksauaan
No.
Progr1m
2017 20L8 '.20t9
4. Peningkatan Kementerian
kemampuan Perindustrian, Badan
perancangan/des Pengkajian dan
ain/rekayasa J- J- J_ Penerapan Teknologi
industri alat
transportasi
dalam negeri
b. Kebijakan Pemanfaatan, penyediaan, dan penyaluran sDA
Pemetaan dan pengembangan potensi penyediaan bahan baku
!uju, paduan baia, logam lain, dan bukan 1og.* (plastik, karet,
dan resin) dari dalam negeri untuk mem.rrulii kebutuhan
industri alat transportasi.
1. Peningkatan Kementerian
pasokan dalam Perindustrian
negeri bahan
baku baja,
paduan baja,
logam lain, dan
bukan logam J_
(plastik, karet,
dan resin) bagi
industri alat
transportasi
2. Peningkatan Kementerian
TKDN produk Perindustrian,
industri alat Kementerian Badan
transportasi Usaha Milik Negara,
secara Kementerian Energi
berkelanjutan dan Sumber Daya
melalui ^r ,l- J_
Mineral
penyediaan
bahan baku baja,
paduan baja,
logam dan non
logam
3. Pembangunan
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-126-
No.
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
3. Pembangunan Kementerian
industri penyedia Perindustrian, Badan
bahan baku Pengkajian dan
industri alat Penerapan Teknologi,
transportasi di Kementerian Badan
dalam negeri Usaha Milik Negara,
termasuk Kementerian Riset
penguatan Teknologi dan
kerjasama Pendidikan tinggi
dengan balai
besar
4. Penyediaan Kementerian
bahan baku dan Perindustrian,
bahan bakar Kementerian Riset
untuk kebutuhan Teknologi dan
khusus industri Pendidikan tinggi
alat transportasi
di masa depan
(baterai, magnet,
propelan, dan fuel
cell.l
5. Penyusunan Kementerian
kebijakan Perindustrian
pemanfaatan SDA
dalam negeri
untuk memenuhi
kebutuhan
industri alat
transportasi
secara
berkelanjutan
6. Implementasi, Kementerian
monitoring dan Perindustrian
evaluasi terhadap
pelaksanaan
kebijakan
pemanfaatan SDA
dalam neseri
untuk
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-t27-
Kebrjakan dan
Program Instansi Terkait
untuk memenuhi
kebutuhan
industri alat
transportasi
secara
berkelanjutan
ijakan Pengembangan dan pemanfaatan Teknologi Industri
bangan dan pemanfaatan teknologi pada industri
transportasi, lembaga penelitian, dan laboratorium uji dengan
prioritas pada teknologi engine, pouer train, safetg, control,
komunikasi GPS, manufaktur, otomasi, pengukuran dan
pengujian, dan material
1. Pengembangan Kementerian
teknologi alat Perindustrian,
transportasi Kementerian Riset
berbahan bakar Teknologi dan
berbasis biofuel, Pendidikan Tinggi
gas alam, LPG,
dan hidrogen
2. Implementasi Kementerian
monitoring dan Perindustrian,
evaluasi Kementerian
terhadap Perhubungan,
pelaksanaan Kementerian Energi
kebijakan dan Sumber Daya
pengembangan Mineral
kendaraan
bermotor
berbahan bakar
berbasis biofuel,
gas alam, dan
hidrogen (/uel
cell)
industri
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-r28-
Kebijakan dan
No.
Program
1. Peningkatan Kementerian
kemampuan Perindustrian
kreativitas dan
inovasi IKM
untuk
menduku
industri
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
- t29
Kebijakan dan
No. Instansi Terkait,
Program .
2iAfi
industri alat
transportasi
2. Penyusunan Kementerian
regulasi pusat Perindustrian,
desain dan Kementerian Hukum
pengembanganf dan HAM
CoE dalam
rangka
peningkatan
kreativitas dan
inovasi serta
peningkatan
TKDN industri
alat transportasi
3. Pengembangan Kementerian
dan Perindustrian,
pemberdayaan Kementerian Riset
pusat desain dan Teknologi dan
pengembanganl Pendidikan Tinggi
CoE industri alat
transportasi
4. Penyusunan Kementerian
regulasi untuk Perindustrian,
penggunaan Kementerian Badan
desain alat Usaha Milik Negara,
transportasi Lembaga Kebijakan
nasional untuk Pengadaan
pengadaan Barang/Jasa
pemerintah Pemerintah
dalam rangka
peningkatan
TKDN
5. Penyusunan
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
130 -
Kebijakan dan ,:
No. Instansi Terkait
Progqam
2018
Pen5rusunan Kementerian
regulasi Perindustrian,
standardisasi Kementerian Hukum
ukuran dan dan HAM,
desain kapal Kementerian Riset
tertentu (yang Teknologi dan
populasinya Pendidikan Tinggi
besar), kereta
api, karoseri dan
pesawat nasional
termasuk
fasilitasi untuk
adopsi desain
dan teknologi
manufaktur dari
pihak principal
6. Pembuatan dan Kementerian
penetapan desain Perindustrian,
kapal dalam Kementerian
rangka Perhubungan,
standardisasi Kementerian Riset
ukuran kapal, Teknologi dan
kereta api, Pendidikan Tinggi,
karoseri dan Kementerian Badan
pesawat untuk Usaha Milik Negara
kebutuhan
dalam negeri
Kebdakan Standardisasi Industri
Pengembangan standar dan standardisasi untuk menduku
pengembangan industri alat transportasi di dalam negeri
1. Penyusunan dan Kementerian
penerapan SNI di Perindustrian,
bidang Kementerian
transportasi dan Perhubungan, Badan
alat transportasi Standardisasi
termasuk Nasional
penetapan
standar wajib
2. Bimbingan
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-131 -
No.
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
3. Fasilitasi Kementerian
laboratorium uji, Perindustrian,
lembaga Badan Pengkajian
penelitian dan dan Penerapan
pengembangan, Teknologi
lembaga
sertifikasi profesi
dan UPT untuk
pemenuhan SNI
untuk produk,
komponen,
proses dan
sistem alat
kebijakan
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 132
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
kebijakan industri
alat transportasi
dan
pengembangan
alat transportasi
ang diperlukan
Kebijakan Penerapan Sustain oab tnar"t g
PenSrusunan, penerapan dan evaluasi .t.rrd.r-l^tofno
industry bagi industri alat transportasi
1. Penyusunan, Kementerian
penerapan, Perindustrian
monitoring dan
evaluasi
kebijakan
penerapan
sustainable
industry pada
industri alat
2. Penyusunan Kementerian
desain produk Perindustrian,
dan proses Kementerian Riset
industri alat Teknologi dan
transportasi yang Pendidikan Tinggi
berorientasi pada
pemenuhan
standar
sustainable
produk
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-133-
No.
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
produk dalam
negeri oleh
industri
komponen dan
perakitan alat
transportasi
dalam negeri
melalui
koordinasi
dengan Badan
Koordinasi
Penanaman
Modal
2. Reuiew dan Kementerian
analisa dampak Perindustrian
penerapan
kebijakan terkait
penggunaan
komponen lokal
bagi pelaku
industri
komponen dan
perakitan alat
transportasi
3. Studi kelayakan Kementerian
mesin produksi Perindustrian,
sebagai agunan Kementerian
bagi industri alat Keuangan, Otoritas
transportasi Jasa Keuangan
dalam rangka
pembiayaan
industri
4. Implementasi dan Kementerian
evaluasi regulasi Perindustrian,
terkait Kementerian
penggunaaan Keuangan, Otoritas
mesin produksi Jasa Keuangan
sebagai agunan
dalam
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-134-
Tahun
No.
Kebijakan dan Pelaksanaan
Program Instansi Terkait
2017 2018 20L9
dalam rangka
pembiayaan
industri
5. Pemberian Kementerian
insentif nonfiskal Perindustrian
bagi industri alat
.t- J_
transportasi yang
menerapkan
industri hijau
6. Evaluasi dan Kementerian
pen)rusunan Perindustrian,
regulasi Kementerian
kebutuhan Ketenagakerjaan
kualifikasi tenaga J_ J_ J_
kerja alih daya
I
pada industri alat
transportasi
7. Pemberian Kementerian
insentif nonfiskal Perindustrian
untuk J_
pengembangan
design center
8. Bimbingan teknis Kementerian
pada industri Perindustrian
pendukung alat
transportasi
dalam rangka "t-
meningkatkan
efisiensi dan
produktivitas
9. Men5rusun Kementerian
kebijakan Perindustrian,
pengembangan Kementerian
industri alat Perhubungan,
transportasi Kementerian Badan
antar moda Usaha Milik Negara,
sesuai dengan
poslsl . . .
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 135-
Tahun
No.
Kebijakan dan Pelaksanaan
Program Instansi Terkait
2017 2018 2019
posisi Kementerian
geostrategis Pekerjaan Umum
Indonesia untuk dan Perumahan
memperkuat Rakyat
daerah-daerah
atau desa
i lndustri Hrjau
Pen5rusunan, penerapan, dan evaluasi standar industri t ii*, u"gi
industri alat transportasi
1. Pembuatan Kementerian
desain produk Perindustrian,
dan proses Kementerian Riset
industri alat Teknologi dan
transportasi yang J' Pendidikan Tinggi
berorientasi pada
pemenuhan
standar industri
hijau
j. Kebijakan Insentif Fiskal
(Diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan perunaang-
undangan)
Tabel. . .
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
_136_
untuk . . .
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-137-
Tahun
No.
Kebijakan dan Pelaksanaan
Program Instansi Terkait
2017 20t8 2019
untuk
keperluan
pertahanan dan
keamanan
6. Pengembangan Kementerian
SDM konsultan Perindustrian,
teknologi untuk Kementerian Riset
bimbingan Teknologi dan
teknis IKM J- J_ ,r Pendidikan Tinggi
komponen
elektronika dan
telematika
b. Kebijakan Pemanfaatan, penyediaan, dan penyaluran SDA
Pengembangan potensi bahan baku dalam negeri untuk
pengembangan produk industri elektronika dan telematika
1. Pen5rusunan peta Kementerian
potensi industri Perindustrian
komponen
elektronika dan
telematika
nasional
termasuk peta ,l- ,r J_
kebutuhan
teknologi dan
bahan baku
terkait yang
diperlukan
2. Pemetaan potensi Kementerian
tanah jarang (rare Perindustrian,
earth) yang dapat Kementerian Energi
digunakan dan Sumber Daya
sebagai bahan .r J_ J_
Mineral
baku komponen
elektronika dan
telematika
3. Penyusunan .
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-138-
Tahun
No.
Kebijakan dan Pelaksanaan
Program Instansi Terkait
2AL7 2018 2019
3. Pen5rusunan Kementerian
regulasi, studi Perindustrian,
kelayakan dan Kementerian Badan
desain rinci Usaha Milik Negara
industri pengolah J- ^r
bahan baku
industri
elektronika dan
telematika
4. Pemetaan potensi Kementerian
sumber bahan Perindustrian,
baku untuk Kementerian Energi
produksi baterai J_ J_ J- dan Sumber Daya
dan magnet Mineral, Kementerian
Riset Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
c. Kebijakan Pengembangan dan pemanfaatan t"t notogi trrar.tri
Peningkatan penguasaan teknologi industri elektronid dan
telematika dengan fokus pada aplikasi cerdas, processor cepat,
wireless, fiber optic, cloud. storage, prototgping, dan ii"ro
machining
1. Pembangunan Kementerian
sistem Perindustrian,
pendukung Kementerian Riset
kegiatan Teknologi dan
competitiue Pendidikan Tinggi,
intelligene, Kementerian
termasuk Perdagangan
updating dan
maintenance
2. Competitiue Kementerian
intelligence Perindustrian,
melalui Kementerian Riset
observasi Teknologi dan
pameran Pendidikan Tinggi,
industri Kementerian
internasional Perdagangan
dan
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 139
Tahun
Kebijakan dan Pelaksanaan
No.
Program
Instansi Terkait
20t7 2018 2019
dan literatur
bidang
elektronika dan
telematika
3. Workslap Kementerian
potensi teknologi Perindustrian
bidang J- J-
elektronika dan
telematika
4. Peningkatan Kementerian
kemampuan Perindustrian,
lembaga riset Kementerian Riset
dalam bidang Teknologi dan
elektronika dan Pendidikan Tinggi,
telematika J- J- J_ Kementerian Badan
dalam Usaha Milik Negara
menghasilkan
produk
berteknologi
maju
5. Perancangan Kementerian
prototipe dan Perindustrian,
produk Kementerian Riset
elektronika dan Teknologi dan
telematika J_ .l- Pendidikan Tinggi
J_
berdasarkan
hasil kajian
penguasaan
teknologi dan
potensi pasar
6. Pengadaan Kementerian
peralatan dan Perindustrian,
alat uji yang Kementerian Riset
berpotensi Teknologi dan
untuk Pendidikan Tinggi,
dikembangkan Kementerian Badan
menjadi CoE Usaha Milik Negara
industri
elektronika . . .
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
- t40
Tahun
Kebijakan dan Pelaksanaan
No. Instansi Terkait
Progra,m
20t7 2018 2019
elektronika dan
telematika milik
pemerintah
7. Pengembangan Kementerian
prototipe produk Perindustrian,
elektronika dan Kementerian Riset
telematika Teknologi dan
berteknologi Pendidikan Tinggi
tinggi dengan J_
tingkat
kandungan
dalam negeri
yang tinggi
8. Pengembangan Kementerian
CoE bidang Perindustrian,
elektronika dan J- ,r J_ Kementerian Riset
telematika milik Teknologi dan
pemerintah Pendidikan Tinggi
9. Peningkatan Kementerian
kemampuan Perindustrian,
lembaga riset Kementerian Riset
dalam Teknologi dan
pengembangan Pendidikan Tinggi,
produk baterai Kementerian Badan
secara Usaha Milik Negara
komprehensif J- J-
untuk berbagai
keperluan
termasuk
telepon seluler,
laptop, dan
mobil listrik
1O. Pengembangan Kementerian
sistem (konten) Perindustrian
elektronika dan
telematika
untuk .
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
t4t -
Tahun
Kebijakan dan Pelaksanaan
No. Instansi Terkait
Program
20t7 2018 20L9
untuk keperluan
komersial
11. Perancangan Kementerian
dan fasilitasi Perindustrian,
produksi produk Kementerian Riset
radar, satelit Teknologi dan
dan stasiun relai J_ J- J_
Pendidikan Tinggi,
pada BUMN Kementerian Badan
bidang Usaha Milik Negara
telekomunikasi
t2. Perencanaan Kementerian
dan Perindustrian,
pembangunan Kementerian Riset
miniplant skala Teknologi dan
riset pembuatan Pendidikan Tinggi
silicon wafer
(foundry) di
pusat penelitian
atau universitas
yang telah J- J_ J_
menguasai
teknologi maju
(mikro, nano,
bio, info dan
cogno) dalam
perancangan
integrated ciratit
0c, VLSI)
13. Perancangan Kementerian
peralatan Perindustrian,
produksi produk Kementerian Riset
elektonika dan Teknologi dan
telematika yang J_ J_ Pendidikan Tinggi,
diproduksi Kementerian Badan
secara efisien Usaha Milik Negara
14.Promosi...
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- t42
Tahun
Kebdakan dan Pelaksanaan
No. Instansi Terkait
Program
2017 2018 20,1,9
reuerse. . .
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
143 -
Kebijakan dan
No. Instansi:Terkait
Program
2017 2018 20L9
reuerse
engineeing bagi
industri
elektronika dan
telematika
nasional
3. Peningkatan Kementerian
kemampuan Perindustrian
pemesinan
mikro (micro-
machining) pada
industri J- t- "r
pendukung
komponen
elektronika dan
telematika
e. Kebijakan Standardisasi Industri
Pengembangan standar produk dan komponen dalam ran
peningkatan daya saing industri elektronika dan telematika
1. Standardisasi Kementerian
Produk IET, Perindustrian, Badan
termasuk J_ J_ Standardisasi
^r
penerapan Nasional
standar wajib
2. Pen5rusunan Kementerian
standar produk Perindustrian
dan komponen
elektronika dan
telematika
dengan TKDN J_ J_
produk dan
komponen yang
telah dapat
dihasilkan di
dalam negeri
3. Penyediaan.
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-144-
' Tahun
Kebijakan dan Pelaksanaan
No. Instansi Terkait
Program
20L7 2018 2019
3. Penyediaan alat Kementerian
pengujian Perindustrian
standar produk
dan komponen J- J_
elektronika dan
telematika
f. Kebij akan I nfrastruktur Industri
Pengembangan infrastruktur terkait dengan industri
elektronika dan telematika
1. Pengembangan Kementerian
technopark Perindustrian,
elektronika dan Kementerian Riset
telematika Teknologi dan
termasuk J- t- J_ Pendidikan Tinggi,
fasilitasi Kementerian Badan
peralatan Usaha Milik Negara
berteknologi
maju
2. Pembangunan Kementerian
infrastruktur Perindustrian,
telekomunikasi Kementerian
dengan cakupan ,l- J_ .t- Komunikasi dan
nasional (radar, Informatika,
stasiun relay, Kementerian Badan
dan satelit) Usaha Milik Negara
3. Pengembangan Kementerian
fasilitas Perindustrian
pengolahan
limbah produk
elektronika dan J-
telematika secara
berkelanjutan
g. Kebijakan
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-145-
Tahun
No.
Kebijakan dan Pelaksanaan
Program Instansi Terkait
2017 2018 '2019
g. Kebijakan Lokasi
Pengembangan sentra khusus
1. Pengembangan Kementerian
sentra IKM Perindustrian,
khusus industri Pemerintah Daerah
pendukung J_ J_
elektronika dan
telematika
Kebijakan Insentif Nonliskal
I' Pengembangan kebijakan insentif nonfiskal dalam rangka
peningkatan daya saing industri elektronika dan telematika
1. Pemberian Kementerian
insentif Perindustrian,
peningkatan daya Kementerian
saing industri Komunikasi dan
elektronika dan ,r J_ J_ Informatika
telematika
termasuk dalam
peningkatan
TKDN
2. Pemberian Kementerian
insentif untuk Perindustrian
pengembangan
bahan baku
produk dan J- J_
komponen
elektronika dan
telematika
3. Evaluasi regulasi Kementerian
yang berpotensi Perindustrian
menghambat
perkembangan
daya saing
industri
elektronika dan
telematika
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
_t46_
Kebijakan dan :
No.
Program
Pemberian Kementerian
insentif nonfiskal Perindustrian
bagi industri
elektronika dan
telematika yang
mengembangkan
industri hijau
5. Bantuan teknis Kementerian
dan peralatan Perindustrian
untuk
peningkatan
inovasi dan
kreativitas dalam
melakukan
reuerse
engineeingbagi
industri
elektronika dan
telematika
nasional
. Promosi Kementerian
kemampuan Perindustrian
industri animasi
dalam negeri
pada forum
internasionai
7. Bimbingan teknis Kementerian
bagi industri Perindustrian
elektronika dan
telematika dalam
rangka
peningkatan
efisiensi
termasuk jasa
industri
Kebijakan
PRESIDEN
REPUBLIK TNDONESIA
-147-
Tahun
Kebijakan dan Pelaksanaan
No. Instansi Terkait
Program
20L7 2018 20L9
1. Kebijakan Insentif Fiskal
(Diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan p.*"a.urrg_
undangan)
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
3. Penyusunan
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-148-
No.
Kebljakan dan
Program Instansi Terkait
3. Penyusunan Kementerian
SKKNI di bidang Perindustrian, Badan
industri Nasional Sertifikasi
pendukung Profesi, Kementerian
untuk Ketenagakerjaan
pembangunan
pembangkit
energi
4. Pengembangan Kementerian
SDM dalam Perindustrian,
perancangan Kementerian Riset
produk industri Teknologi dan
pembangkit Pendidikan Tinggi
energi
berteknologi
tinggi
5. Peningkatan Kementerian
kemampuan SDM Perindustrian,
pemasangan dan Kementerian Riset
persiapan Teknologi dan
(installation and Pendidikan Tinggi
commissioning),
design
engineeing,
mekanik dan
refrigerasi, proses
panas, dan front
line management
produk industri
mesin dalam
mendukung
pembangkit
energi
berteknologi
tinggi
6. Penyusunan .
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-t49-
Tahun
Kebijakan dan Pelaksanaan
No. Instansi Terkait
Program
20L7 2018 2AL9
6. Penyusunan Kementerian
SKKNI bidang Perindustrian, Badan
pekerjaan Nasional Sertifikasi
pemasangan dan Profesi, Kementerian
persiapan Ketenagakerjaan,
(installation and Kementerian Energi
commissf oningl, J- dan Sumber Daya
design Mineral
engineering,
mekanik dan
refrigerasi, proses
panas, danfront
line management
b. Kebijakan Pemanfaatan, Penyediaan, dan penyaluran SDA
Pengembangan potensi bahan baku dalam negeri untuk
pengembangan produk industri pembangkit listrik.
1. Penyediaan Kementerian
bahan baku dan Perindustrian,
teknologi pada Kementerian Energi
industri mesin J- ^r J- dan Sumber Daya
pendukung Mineral
pembangkit
energi
2. Peningkatan Kementerian
Kemampuan Perindustrian
Industri dalam
negeri yaitu
untuk komoditi
T\rrbin, Balance
of Plant (BOP),
Boiler, EPC,
elektrikal/
instntment,
panel,
transformator
3. PenSrusunan .
{D PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-150-
No.
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
Pen5rusunan Kementerian
regulasi Perindustrian,
penggunaan Kementerian Energi
sumber energi dan Sumber Daya
untuk PLTU, Mineral
PLTA, PLTP,
PLTG, dan
PLTGU
4. Pen5rusunan Kementerian
regulasi Perindustrian,
Pembangunan Kementerian Energi
Tower SUTET dan Sumber Daya
Mineral
. Penyusunan Kementerian
roadmap Perindustrian,
kebutuhan Kementerian Energi
tenaga penggerak dan Sumber Daya
(gas, batu bara, Mineral, Dewan
biomass, angin, Energi Nasional
air)
ketenagalistrikan
Evaluasi Kementerian
roadmap mesin Perindustrian,
peralatan listrik Kementerian Energi
dan revisi dan Sumber Daya
Mineral
Pen5rusunan Kementerian
Peraturan Perindustrian,
Presiden tentang Kementerian Energi
optimalisasi dan Sumber Daya
penggunaan Mineral, Kementerian
produk dalam Koordinator Bidang
negeri dalam Kemaritiman
pembangunan
pembangkit
listrik
8. Peningkatan
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
151 -
No.
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait'
8. Peningkatan Kementerian
konversi BBM ke Perindustrian,
BBG melalui Lembaga Ilmu
fasilitasi Pengetahuan
pengadaan Indonesia,
bantuan alat uji Kementerian Energi
untuk komponen dan Sumber Daya
conuerter kif dan Mineral
penyempurnaEmnya
Pendataan Kementerian
kandungan Perindustrian,
unsur tanah Kementerian Energi
jarang sebagai dan Sumber Daya
bahan bakar Mineral, Dewan
nuklir (radioaktif) Energi Nasional,
Kementerian Riset
Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
10. Penelitian lanjut Kementerian
tentang Perindustrian,
kandungan dan Kementerian Energi
pengolahan bijih dan Sumber Daya
menjadi Mineral, Kementerian
konsentrat Riset Teknologi dan
neodymium Pendidikan Tinggi,
dan/atau Dewan Energi
dysprosium Nasional
sebagai bahan
baku magnet
unggul.
1 1. Penyusunan peta Kementerian
potensi bahan Perindustrian,
baku dan Kementerian Energi
industri dan Sumber Daya
komponen Mineral, Kementerian
elektronika Riset Teknologi dan
khusus untuk Pendidikan Tinggi,
produksi. . .
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-t52-
Kebdakan dan
Program Instansi Terkait
1. Optimalisasi Kementerian
penggunaan Perindustrian,
produk dalam Kementerian
negeri untuk Koordinator Bidang
pembangunan Kemaritiman,
pembangkit listrik Kementerian Energi
35 ribu MW dan dan Sumber Daya
sistem transmisi Mineral
dan distribusi
infrastruktur
ketenagalistrikan
2. Pengembangan Kementerian
komponen Perindustrian
pembangkit listrik
tenaga surya
3. Pengembangan Kementerian
miniplant industri Perindustrian,
sel surya pada
lembaga
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-153-
No.
Kebljakan dan
Program Instansi Terkait
peningkatan
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
154 -
Kebijakan dan
No. Instansi Terkait
Program
1 1. Pengembangan
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-155-
No.
Kebiiakan dan
Program
2.OL7' 2018 2019
1 1. Pengembangan Kementerian
kabel khusus Perindustrian,
dan magnet Kementerian Riset
berdaya tinggi J- J- J_ Teknologi dan
untuk Pendidikan Tinggi
pengembang€rn
motor listrik
12. Bantuan mesin Kementerian
dan peralatan Perindustrian, Badan
PLTP J_ ^r ,l-
Pengkajian dan
Penerapan Teknologi
13. Fasilitasi Kementerian
pembangunan Perindustrian,
Infrastruktur Kementerian Energi
Ketenagalistrikan dan Sumber Daya
35 ribu MW di Mineral, Kementerian
wilayah Badan Usaha Milik
Kalimantan Negara, Kementerian
Barat,
,r .r J_
Pekerjaan Umum dan
Kalimantan Perumahan Ralryat,
Selatan, Sulawesi Kementerian Agraria
Utara, dan dan Tata Ruang/BPN,
Indonesia Timur Kementerian
lainnya Lingkungan Hidup
dan Kehutanan
14. Menyusun dan Kementerian
menetapkan Perindustrian,
kebijakan untuk Kementerian Energi
revisi Peraturan dan Sumber Daya
Menteri Mineral
Perindustrian
Nomor 54lM- ^r J_
rND/PER/3/
2OL2 serta
evaluasi
persyaratan
teknis dan denda
15. Studi . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-156-
Tahun
No.
Kebijakan dan Pelaksanaan
Program Instansi Terkait
2017 2018 2019
15. Studi Kelayakan Kementerian
pembiayaan Perindustrian
konsorsium
industri "merah
putih" dan ,r
pembentukan
perjanjian
kerjasama yang
diperlukan
16. Alih teknologi Kementerian
industri Perindustrian ,
pembangkit Kementerian Energi
listrik (termasuk dan Sumber Daya
komponen dan Mineral
conuerter kitl
dari negara- ^r J_ J_
negara di Eropa
(Jerman, Italia),
Jepang, Korea,
dan Cina
2. Peningkatan
PRESIDEN
REPUBLIK INOONESIA
- 157
Tahun
Kebijakan dan Pelaksanaan
No. Instansi Terkait
Program
2017 2018 2019
2. Peningkatan Kementerian
kreativitas dan Perindustrian
inovasi IKM
pendukung
industri J_
pembangkit
listrik termasuk
jasa industri
Kebijakan Standardisasi Industri
le.
Pengembangan standar produk dan komponen dalam ..ngf."
peningkatan daya saing industri pembangkit energi termasuk
perangkat distribusinya
1. Penyusunan RSNI Kementerian
produk industri Perindustrian,
ketenagalistrikan Kementerian Energi
J_ "r J_ dan Sumber Daya
Mineral, Badan
Standardisasi
Nasional
2. Integrasi Kementerian
pen)rusunan Perindustrian
standar produk
dan komponen
pembangkit
listrik dan
distribusi dengan J_ J_ J_
TKDN produk dan
komponen yang
telah dapat
dihasilkan di
dalam negeri
3. Pemenuhan Kementerian
kebutuhan Perindustrian
infrastrukur dan
alat pengujian
standar produk
dan komponen
industri . . .
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
158 -
Kebijakan dan
No. Instansi Terkait
Frogram
industri
pembangkit
energi
4. Pen5rusunan RSNI Kementerian
Unjuk Kerja PLTU Perindustrian,
< 100MW dan Badan Standardisasi
komponen (KWH Nasional,
meter, panel Kementerian Energi
listrik, boiler, dan Sumber Daya
generator, turbin) Mineral
Kebijakan Insentif Nonfi skal
Pengembangan kebijakan insentif ,orrn@
peningkatan daya saing industri pembangkit energi "
1. Peningkatan daya Kementerian
saing industri Perindustrian,
pembangkit Kementerian Energi
listrik termasuk dan Sumber Daya
peningkatan Mineral, Kementerian
TKDN Badan Usaha Milik
Negara, Kementerian
Riset Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
2. Pameran di Eropa Kementerian
dan Asia Perindustrian
3. Penyediaan Kementerian
peralatan riset Perindustrian,
terkait Kementerian Energi
pembangkitan dan Sumber Daya
energi terutama Mineral, Lembaga
dari sumber Ilmu Pengetahuan
terbarukan Indonesia, Badan
Tenaga Nuklir
Nasional
4. Insentif . .
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
159 -
Tahun
Kebijakan dan Pelaksanaan
No. Instansi Terkait
Program
7. Bantuan . .
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-160-
No.
Kebijakan dan
Program lnstansi Terkait
b. Industri
t,'S55*
REP u JtT,: . r, o
-161 -
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
I.
3. Pengembangan
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-162-
Kebijakan dan
No. Instansi Terkait
Program
20L7 2018 20L9
3. Pengembangan Kementerian
SDM perancangan Perindustrian,
produk, design Kementerian Riset
and engineeing, Teknologi dan
fabrlkasi, metal Pendidikan Tinggi
utorking,
pengecoran,
pengelasan, dan
mekatronika di
sektor barang
modal, alat/ mesin
pertanian dan alat
berat
4. Pelatihan dan Kementerian
Bimbingan teknis Perindustrian
ISO 9001 untuk
sektor industri
barang modal,
komponen, alat
mesin pertanian,
dan alat berat
5. Identifikasi Kementerian
kebutuhan Perindustrian,
konsultan IKM Kementerian
dan peneliti sektor Ketenagakerjaan
industri barang
modal, komponen,
alat mesin
pertanian dan alat
berat
6. Pelatihan dan Kementerian
pemagangan Perindustrian
konsultan IKM
dan peneliti sektor
industri barang
modal, komponen,
alat mesin
pertanian
PRES IDEN
REPUBLIK INOONESIA
-163-
Tahun
Kebijakan dan Pelaksanaan Instansi Terkait
No.
Program
2AL7 2018 2AW
pertanian dan alat
berat
7. Pelatihan dan Kementerian
pemagangan Perindustrian,
tingkat lanjut Kementerian Riset
rancang bangun Teknologi dan
dan fabrikasi Pendidikan Tinggi,
mesin CNC, J- J_ ^r
industrial tools,
otomasi proses
produksi, dan
perancangan
pabrik
8. Pelatihan dan Kementerian
pemagangan Perindustrian,
tingkat lanjut Kementerian Riset
pemeliharaan Teknologi dan
dalam rangka J_ t- .l- Pendidikan Tinggi
penumbuhan dan
pengembangan
sektor jasa
industri
b. Kebijakan Pemanfaatan, Penyediaan, dan Penyaluran SDA
Pemetaan dan pengembangan potensi penyediaan bahan baku
baja, paduan baja, logam lain, dan bukan logam (plastik, karet,
dan resin) dari dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan industri
barang modal dan komponen
1. Pen5rusunan Kementerian
database industri Perindustrian
barang modal dan
komponen
berbahan baku
baja, paduan baja
dan logam lain
2. Identifikasi
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-164-
Tahun
Kebijakan dan Pelaksanaan
No. Instansi Terkait
Program
20t'7 2018 20,L9
2. Identifikasi Kementerian
kebutuhan Perindustrian
penggunaan
bahan baku baja,
paduan baja, dan J_ J- J-
logam lain untuk
produksi barang
modal dan
komponen
3. Monitoring, Kementerian
evaluasi dan Perindustrian
updating database
industri komponen
dalam negeri,
dalam rangka
peningkatan J- t- .r
penggunaan
bahan baku dalam
negeri di industri
barang modal dan
komponen
4. Penyesuaian bea Kementerian
masuk (MFN) Perindustrian,
untuk industri Kementerian
barang modal, J_ Keuangan
komponen, alat
mesin pertanian,
dan jasa industri
c. Kebijakan
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 165-
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
revitalisasi . . .
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- L66
Kebijakan dan
No. InstansilTerkait
Program
20t8
revitalisasi
industri barang
modal
6. Penyusunan Kementerian
regulasi penetapan Perindustrian,
revitalisasi Kementerian Badan
industri barang Usaha Milik Negara
modal dan
penJrusunan
rencana
pembiayaan
7. Revitalisasi Kementerian
industri barang Perindustrian
modal dalam
negeri
8. Pelatihan dan Kementerian
bimbingan teknis Perindustrian
penerapan
teknologi baru
kepada produsen
barang modal dan
komponen
Pengembangan Kementerian
produk industri Perindustrian,
barang modal Kementerian
untuk industri Kesehatan,
pengolahan Kementerian Riset
pangan dan Teknologi dan
farmasi Pendidikan Tinggi,
Kementerian Badan
Usaha Milik Negara
d. Kebijakan
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
L67
, Tahun, t'
Kebijakan dan Pelaksanaan
No
Program
Instansi Terkait
2017 2018 20L9
d. Kebijakan Pengembangan dan Pemanfaatan Kreativitas dan
Inovasi
Pengembangan dan pemanfaatan kreativitas dan inovasi industri
melalui pengembangan center of excellence dan penguatan
industri pendukung
1. Pelatihan dan Kementerian
bimbingan teknis Perindustrian
kepada IKM
produsen barang
modal dan
komponen dalam t- .t- ,l-
rangka
meningkatkan
kreativitas dan
inovasi
2. Monitoring dan Kementerian
evaluasi pelatihan Perindustrian
J_ J_ "l-
dan bimbingan
teknis
3. Pengembangan Kementerian
pusat desain, Perindustrian,
rekayasa dan Kementerian Riset
produksi produk Teknologi dan
barang modal dan J- J_ ,r Pendidikan Tinggi,
komponen yang Kementerian Badan
didukung produk Usaha Milik Negara
berteknologi tinggi
e. Kebijakan Standardisasi Industri
Pengembangan standar dan standardisasi untuk mendukung
pengembangan industri barang modal dan komponen di dalam
negeri
1. Penyusunan RSNI Kementerian
produk industri Perindustrian, Badan
barang modal dan J_ J_ t- Standardisasi
komponen Nasional
2. Penerapan .
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-168-
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
1. Pengembangan Kementerian
alat mesin Perindustrian,
pertanian dalam Kementerian
negeri untuk Pertanian,
pengembangan Kementerian Riset
dan Teknologi dan
pembentukan Pendidikan Tinggi,
Alsintan Center Pemerintah Daerah
2. Pen5rusunan Kementerian
kesepakatan Perindustrian,
kerjasama Kementerian
pengembangan Pertanian, Pemerintah
dan Daerah
pembangunan
Alsintan Center di
daerah yang
dinilai potensial
3. Pengadaan mesin Kementerian
peralatan bengkel Perindustrian,
untuk Alsintan Pemerintah Daerah
Center di
beberapa
PRES IOEN
REPUBLIK INDONESIA
169 -
Tahun
Kebrjakan dan Pelaksanaan
No. Instansi Terkait
Program
20L7 2018 2079
beberapa daerah
yang dinilai
potensial
4. Penyusunan Kementerian
regulasi untuk Perindustrian,
peningkatan Kementerian
peran dan kinerja Pertanian,
penerima J- J- ^r Kementerian Riset
bantuan mesin Teknologi dan
peralatan Pendidikan Tinggi,
Pemerintah Daerah
o
b. Kebijakan Lokasi
Pengembangan kawasan industri khusus untuk industri barang
modal dan komponen
1. Identifikasi Kementerian
potensi WPPI Perindustrian,
untuk industri Pemerintah Daerah
barang modal J_
dan komponen
berbahan baku
stafnless steel
2. Pendirian Kementerian
industri barang Perindustrian,
modal dan Kementerian
komponen Kesehatan
berbahan baku
stainless steel J_ J- J_
untuk industri
pengolahan
pangan dan
farmasi di WPPI
yang potensial
h.Kebijakan...
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-170-
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
4. Identifikasi .
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-t7t-
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
j. Kebijakan .
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-t72-
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
c. Kebijakan
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-r73-
Tahun
Kebijakan dan Pelaksanaan
No. Instansi Terkait
Program ,
20t7 2018 20L9
c. Kebijakan Pengembangan dan Pemanfaatan Kreativitas dan
Inovasi
Pengembangan dan pemanfaatan kreativitas dan inovasi industri
komponen dan bahan penolong melalui pengembangan center of
excellence dan penguatan industri pendukung
Industri Komponen
1. Implementasi Kementerian
roadmap R&D Perindustrian
produk plastik,
roadmap R&D
karet engineenng, .,1- .,1-
roadmap R&D
katalis, dan
roadmap R&D zat
aditif
2. Penyusunan Kementerian
roadmap R&D Perindustrian,
dges dan pigment J- Kementerian Riset
Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
3. Implementasi Kementerian
roadmap R&D t' J- Perindustrian
dyes dan pigment
4. Mengadakan Kementerian
kerjasama Perindustrian,
penelitian bahan Kementerian Riset
kimia anorganik Teknologi dan
dengan perguruan J- J_ J_
Pendidikan Tinggi
tinggi dan lembaga
penelitian dan
pengembangan
5. Membuat kajian Kementerian
pendirian pusat Perindustrian,
riset mandiri Kementerian Riset
untuk industri Teknologi dan
komponen Pendidikan Tinggi
Industri . . .
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
174 -
No.
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
7. Pembangunan Kementerian
pilot plant bahan Perindustrian,
penolong berbasis Kementerian Riset
silika untuk Teknologi dan
industri ban, Pendidikan Tinggi
keramik dan kaca
Kebij akan Infrastruktur Industri
Integrasi kebijakan industri komponen dan b"h"" p.""I""g
dengan kebijakan nasional tentang pembangunan infrastruktur
1. Pendirian Kementerian
infrastruktur Perindustrian,
industri kimia Pemerintah Daerah
anorganik
Kebijakan Insentif Nonliskal
Identifikasi, koordinasi, implementasi, dan evaluasi terkait
ngan insentif nonfiskal bagi industri komponen dan bahan
Industri Komponen
1. Pemberdayaan Kementerian
CoE Petrokimia Perindustrian,
untuk menjadi Kementerian Riset
pusat koordinasi Teknologi dan
program penelitian Pendidikan Tinggi
skala lab untuk
produk plastik
2. Pemberdayaan
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 175
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
Pemberdayaan Kementerian
CoE Petrokimia Perindustrian,
untuk menjadi Kementerian Riset
pusat koordinasi Teknologi dan
program penelitian Pendidikan Tinggi
skala lab untuk
produk karet
engineering
3. Pemberdayaan Kementerian
CoE Petrokimia Perindustrian,
untuk menjadi Kementerian Riset
pusat koordinasi Teknologi dan
program penelitian Pendidikan Tinggi
skala lab untuk
zat aditif
Promosi investasi Kementerian
pendirian industri Perindustrian, Badan
bahan kimia Koordinasi
anorganik Penanaman Modal
H. Pembangunan .
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-t76-
H. Pembangunan Industri Hulu Agro Tahun 2O|7-2OL9
Program pengembangan industri hulu agro difokuskan pada
industri-industri berikut:
a. Industri Oleofood: olein, steain, glycerol, palmfatty aciddbtillate,
co co butter sub stifute, mar garin, shortening, sp e cialtg /ats lain nya;
b. Industri Oleokimia: asam lemak nabati, fatty alcolwls, fattg amine,
methgl ester sulfunat (bio-surfactant), bio-lubricant (rolling oils),
gliserin yang berbasis kimia (glycerine based chemicals), minyak
atsiri, isopropil palmitat (lPP) dan isopropil Miristat (lPM), asam
stearat lstearic acidl;
c. Industri Kemurgi: biodiesel (fattg acid methyl ester/FAMS, bio-
avtur lbio jet fuelf , biomass dan biogas, bioethanol.
d. Industri Pakan: ransum dan suplemen pakan ternak dan
aquaanlfure;
e. Industri Barang dari Kayu: komponen berbasis kayu (wood
working, laminated, and finger joint);
f. Industri Pulp dan Kertas: long fiber dan dissoluing pulp.
Tahun
Kebijakan dan Pelaksanaan
No. Instansi Terkait
Program
2017 2018 2019
a. Kebijakan Pembangunan SDM Industri
Pengembangan Sumber Daya Manusia yang ahli dan
berkompeten melalui pendidikan dan pelatihan standar industri
1. Penerapan SKKNI Kementerian
dan sertifikasi Perindustrian, Badan
SDM industri J- .r J-
Nasional Sertifikasi
pulp dan kertas Profesi
2. Evaluasi Kementerian
penerapan SKKNI Perindustrian, Badan
dan sertifikasi Nasional Sertifikasi
SDM industri Profesi
pulp dan kertas
3. Penerapan
PRES I DEN
REPIJBLIK INDONESIA
-t77-
Tahun
Kebijakan dan Pelaksanaan
No.
Program
Instansi Terkait
20t7 2018 2019
3. Penerapan SKKNI Kementerian
dan sertifikasi Perindustrian, Badan
SDM bidang t- J_ Nasional Sertifikasi
industri oleokimia Profesi
dan kemurgi
4. Pembentukan Kementerian
Lembaga Perindustrian, Badan
Sertifikasi Profesi Nasional Sertifikasi
dan TUK untuk
.r Profesi
SKKNI industri
pakan
5. Pelatihan dan Kementerian
sertifikasi SDM Perindustrian, Badan
sesuai SKKNI J_ .r Nasional Sertifikasi
industri pakan Profesi
ternak
b. Kebijakan Pemanfaatan, Penyediaan, dan Penyaluran SDA
Penjaminan ketersediaan bahan baku (kualitas, kuantitas, dan
kontinuitas)
1. Pen5rusunan Kementerian
kebijakan Perindustrian,
penyediaan dan Kementerian
penyaluran Pertanian,
bahan baku Kementerian
untuk industri Keuangan,
oleofood, Kementerian
oleokimia, dan Perdagangan,
kemurgi Kementerian Badan
Usaha Milik Negara
2. Pembangunan Kementerian
pabrik pakan Perindustrian,
berbasis limbah Kementerian
perikanan, Pertanian
peternakan, dan
pertanian
3. Pembangunan
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
_178_
Kebijakan dan
Program
2019
3. Pembangunan Kementerian
sarana logistik Perindustrian,
di dalam Kementerian
kawasan Pekerjaan Umum
industri dan Perumahan
Ralqyat, Kementerian
Perhubungan,
Pemerintah Daerah
bijakan Pengembanga' d.r, p.rnurr@
feninsJg-tan. kemampuan penguasaan a.r, 1..rffi
rnovasl tel(nologl
I . Penyelenggaraan Kementerian
bimbingan teknis Perindustrian
standardisasi
industri oleofood,
oleokimia,
kemurgi, dan
pakan ternak
2. Pembangunan Kementerian
balai Perindustrian
pengembangan
industri oleofood,
oleokimia,
kemurgi, dan
3. Penerapan
Kementerian
produksi bersih Perindustrian,
di industri kelapa Kementerian
sawit Lingkungan Hidup
dan Kehutanan,
Kementerian Riset
Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
4.Pemanfaatan..,
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-L79-
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
4. Pemanfaatan Kementerian
k"yu alternatif Perindustrian,
Kementerian
Lingkungan Hidup
dan Kehutanan,
Kementerian
Pertanian
1. Peningkatan Kementerian
kompetensi SDM Perindustrian, Badan
bidang konservasi Standardisasi
energi dan bidang Nasional,
SML ISO Kementerian Riset
L4OOO:24004 di Teknologi dan
industri karet Pendidikan Tinggi
remah.
2. Penyusunan/ Kementerian
revisi SNI produk Perindustrian,
industri hasil Kementerian
hutan dan Perdagangan,
perkebunan Kementerian
Pertanian, Badan
Standardisasi
Nasional
3. Pembinaan
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-180-
Tahun
No.
Kebijakan dan Pelaksanaan
Program Instansi Terkait
2017 20r8 20L9
3. Pembinaan Kementerian
standardisasi Perindustrian,
produk biofuel Kementerian
(biodiesel, Pertanian,
bioethanol, Kementerian Energi
bioautur) dan Sumber Daya
Mineral, Kementerian
Perdagangan, Badan
Standardisasi
Nasional
f. Kebijakan Insentif Nonfi skal
Pengembangan sistem logistik, penerapan harga keekonomian
produk, serta memfasilitasi pro-o"i d"r, p-erluasan pasar
produk industri hulu agro berwawasan lingkungan di dalam
dan luar negeri
1. Pen5rusunan Kementerian
busfness plan Perindustrian,
Pengembangan Kementerian Riset
kawasan industri Teknologi dan
khusus kelapa Pendidikan Tinggi,
sawit untuk ,l- J- ,r Pemerintah Daerah
Kalimantan
Barat,
Kalimantan
Timur, dan
Sumatera Utara
2. Koordinasi Kementerian
pengembangan Perindustrian,
kawasan industri Pemerintah Daerah
hilir kelapa sawit
di provinsi
Kalimantan .r J_ ^l-
Barat,
Kalimantan
Timur, dan
Sumatera Utara
3. Penentuan
PRES I DEN
REPUELIK INDONESIA
-181 -
Tahun
Kebijakan dan Pelaksanaan
No.
Program
Instansi Terkait
2017 2018 20L9
3. Penentuan Harga Kementerian
Indeks Pasar Perindustrian,
industri hulu Kementerian
agro untuk ^r J_ J_ Perdagangan,
peningkatan iklim Kementerian Energi
usaha/lnvestasi dan Sumber Daya
Mineral
4. Penyusunan Kementerian
kebijakan Perindustrian,
penetapan dan Kementerian
penerapan Harga Pertanian,
Patokan Ekspor Kementerian
(HPE) dan Harga J- { Perdagangan,
Indeks Pasar Kementerian Energi
(HIP) untuk dan Sumber Daya
produk industri Mineral
hulu agro
5. Penyusunan Kementerian
Dokumen Teknis Perindustrian,
Lestari Kementerian
Berkelanjutan Lingkungan Hidup
Industri Oleofood,
J- ^r ^r dan Kehutanan,
Oleokimia dan Kementerian Riset
Kemurgi Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
6. Promosi produk Kementerian
industri hulu Perindustrian,
agro (pulp dan Kementerian
kertas, kelapa Perdagangan,
sawit, minyak J_ "l- J- Kementerian Luar
atsiri dan Negeri
turunannya) di
pasar global
7. Penyelesaian isu Kementerian
anti dumping dan Perindustrian,
anti negatiue Kementerian
campaign produk Pertanian,
hilir minyak sawit
di Fora. . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-182-
No.
Kebijakan dan
Program
di Fora Kementerian
Internasional Perdagangan,
Kementerian Luar
Negeri
8. Partisipasi pada Kementerian
sidang ITRC, Perindustrian,
ANRPC, ACCSQ Kementerian
Woodbase Perdagangan,
FLEGTVPA, dan
sidang terkait Kementerian Luar
standar industri Negeri, Badan
hulu agro lainnya Pengawas Obat dan
Makanan, Badan
Standardisasi
Nasional
Kebijakan Industri Hijau
1. Penerapan Kementerian
industri hijau di Perindustrian,
industri pulp dan Kementerian
kertas Lingkungan Hidup
dan Kehutanan
Kebijakan Insentif Fiskal
(Diberikan sesuai denga" k@
undangan)
b. Industri
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
_183_
b. Kebijakan. .
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
184 -
No.
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
'2017 2:,018 20L9
b. Kebijakan Pemanfaatan, penyediaan, dan penyaluran SDA
Pemetaan dan pengembangan potensi penyediaan bijih besi atau
pasir besi maupun bahan pendukung sebagai bahan baku
industri iron ore pellet
1. Fasilitasi Kementerian
pelarangan Perindustrian,
ekspor iron ore Kementerian Energi
dan iron sand J_ dan Sumber Daya
besi lateritic Mineral, Kementerian
Badan Usaha Milik
Negara
2. Fasilitasi kerja Kementerian
sama pemilik IUp Perindustrian,
dan pemilik Kementerian Energi
industri .r J_ ^r dan Sumber Daya
pengolahan dan Mineral, Pemerintah
pemurnian Daerah
3. Kebijakan yang Kementerian
mendorong Perindustrian,
industri baja Kementerian Energi
dalam negeri dan Sumber Daya
menyerap fron J_
Mineral
ore, pellet, sponge
produksi dalam
negeri
. Fasilitasi Kementerian
pengelompokan Perindustrian,
slag sebagai Kementerian
limbah khusus Lingkungan Hidup
untuk dapat J- J_ J- dan Kehutanan
dimanfaatkan di
industri semen
dan industri
lainnya
5. Fasilitasi . .
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 185
Tahun
Kebijakan dan Pelaksanaan
No. Instansi Terkait
Program
20L7 2018 20L9
5. Fasilitasi Kementerian
pembiayaan Perindustrian,
kegiatan Kementerian Energi
eksplorasi dan Sumber Daya
Mineral, Kementerian
J_ J_ J_ Keuangan,
Kementerian Badan
Usaha Milik Negara,
Kementerian Riset
Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
6. Fasilitasi Kementerian
pembiayaan Perindustrian,
pembangunan Kementerian Riset
pengolahan dan Teknologi dan
pemurnian pasir t- J- J_ Pendidikan Tinggi,
besi dan biji besi Lembaga Riset,
skala pilot dan Kementerian Energi
demo plant dan Sumber Daya
Mineral
7. Fasilitasi Kementerian
pembangunan Perindustrian
lembaga riset
nasional feno ,r
mateial dan non
ferro material
base.
2. Fasilitasi
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-186-
No.
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
2,Olg
2. Fasilitasi Kementerian
pembangunan Perindustrian,
pelabuhan dekat Kementerian
tambang Perhubungan,
Kementerian Badan
Usaha Milik Negara,
Pemerintah Daerah
3. Fasilitasi Kementerian
pembangunan Perindustrian,
penghubung Kementerian
pelabuhan fialan, Pekerjaan Umum
moda dan Perumahan
transportasi dan Rakyat, Kementerian
infrastruktur Badan Usaha Milik
terkait lainnya) Negara, Pemerintah
dengan lokasi Daerah
industri
pengolahan atau
lokasi tambang
dengan tonase
yang besar
Kebijakan Lokasi
1. Integrasi Kementerian
kebijakan Perindustrian,
pengembangan Kementerian Energi
industri dan Sumber Daya
pengolahan bijih Mineral, Pemerintah
besi, pasir besi Daerah
dan besi lateritic
di daerah yang
mempunyai
potensi untuk
dikembangkan
antara lain di
Batu Licin dan
Jorong
(Kalimantan
Selatan),
Kulon Progo
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
L87 -
No.
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
2018
Kulon Progo (DIY),
Solok (Sumatera
Barat), Pulau
Sebuku -
(Kalimantan
Selatan),
Lumajang (Jawa
Timur), Sampit
(Kalimantan
Tengah) dan
Sukabumi (Jawa
Barat)
2. Dukungan daerah Kementerian
dalam rangka Perindustrian,
pemanfatan lahan Kementerian Energi
yang dan Sumber Daya
mengandung Mineral, Pemerintah
bahan baku Daerah
untuk industri
Kementerian
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-188-
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
Kementerian Energi
dan Sumber Daya
Mineral,
Kementerian
Ketenagakerjaan
Kebijakan Pemanfaatan, penyediaan, a., ffi
Peme-taan dan pengembangan potensi p."@
untuk industri baja khusus dan jaminan- penyerapan produk
baja khusus oleh industri dalam negeri
1. Fasilitasi Kementerian
penyediaan Perindustrian,
bahan baku Kementerian Badan
industri baja Usaha Milik Negara
khusus: FeCr,
FeSi, FeMn, FeNi,
FeMo, SiMn, FeV,
FeTi, alloging
element
2. Fasilitasi Kementerian
tumbuhnya Perindustrian,
industri dalam Kementerian Badan
negeri yang dapat Usaha Milik Negara
menyerap: FeCr,
FeSi, FeMn, FeNi,
FeMo, SiMn, FeV,
FeTi, Stainless
Steel, alloging
element yang
diproduksi di
dalam negeri
Kebijakan tarif Kementerian
atau standar Perindustrian,
dalam rangka Kementerian
mengendalikan Perdagangan
impor baja
khusus agar
terjadi
penyerapan
PRESIDEN
REPU BLIK IN DO N ESIA
-189_
No.
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
penyerapan
industri baja
khusus produk
dalam negeri
untuk otomotif,
konstruksi, Rel
Kereta, corten
steel, stainless
steel (series 200,
300 dan 400),
limonite base
Kebijakan Infrastruktur Industri
Integrasi kebijakan industri Uui. knr"r" a*g"" k"bij
nasional tentang transportasi dan perwiiayahan industri
I . Fasilitasi Kementerian
pembangunan Perindustrian,
pembangkit Kementerian Energi
tenaga listrik di dan Sumber Daya
Batam Mineral, Pemerintah
(Kepulauan Riau), Daerah
Kalimantan
Selatan, Bantul-
Yogjakarta,
Sampit-
Kalimantan
Tengah,
Morowali-
Sulawesi Tengah
dan peningkatan
daya pembangkit
Cilegon (Banten)
berbasis batubara
Fasilitasi Kementerian
pembangunan Perindustrian,
penghubung Kementerian
pelabuhan Perhubungan,
dengan lokasi
industri Kementerian
pengolahan . .
REPUBLIK IN DO N ESIA
No.
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
3. Fasilitasi Kementerian
kebijakan energi Perindustrian,
dan air yang Kementerian Energi
kompetitif bagi dan Sumber Daya
industri Mineral, Kementerian
pengolahan dan Pekerjaan Umum
pemurnian baja dan Perumahan
khusus Rallyat
e. Kebil'akan
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-191 -
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
b. Kebijakan
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
Kebijalan dan
Program Instansi Terkait
1. Pembatasan Kementerian
ekspor bauksit Perindustrian,
dengan Kementerian Energi
memprioritaskan dan Sumber Daya
kewajiban Mineral, Kementerian
pemenuhan Perdagangan
kebutuhan dalam
Pembatasan Kementerian
kapasitas Perindustrian,
eksploitasi Kementerian Energi
bauksit sesuai dan Sumber Daya
dengan kapasitas Mineral
pengolahan
dalam negeri
3. Jaminan produk Kementerian
alumina dalam Perindustrian,
negeri diserap Kementerian Energi
oleh industri dan Sumber Daya
aluminium Mineral, Kementerian
(untuk Smelter Badan Usaha Milik
Grade Alumina-
SGA) maupun
industri
kimia/kosmetik
dalam negeri
(Chemical Grade
Alumina-CGA)
Kebijakan Kementerian
sinergis antara Perindustrian,
industri produsen Kementerian Badan
alumina dalam Usaha Milik Negara
negeri dan
industri
aluminium
PRESIOEN
REPUBLIK IN DON ESIA
- 193-
No.
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
sebesar .
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-194-
No.
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
sebesar 600 MW
berbasis batubara
2. Peningkatan Kementerian
kemampuan Perindustrian,
pelabuhan di Kementerian
Kalimantan Barat Perhubungan,
Kementerian Badan
Usaha Milik Negara,
Pemerintah Daerah
3. Fasilitasi Kementerian
pembangunan Perindustrian,
penghubung Kementerian
pelabuhan Pekerjaan Umum
dengan lokasi dan Perumahan
industri Ra1ryat, Kementerian
pengolahan atau Badan Usaha Milik
lokasi tambang Negara, Pemerintah
dengan tonase Daerah
yang besar
Kebijakan Lokasi
Dukungan daerah dalam rangka pemanfaatan
mengandung bahan baku untuk industri
1. Kuala Tanjung
Kementerian
(Sumatera Utara), Perindustrian,
alumunium Kementerian Agraria
dan Tata Ruang,
Kementerian Energi
dan Sumber Daya
Mineral, Kementerian
Pekerjaan Umum
dan Perumahan
Ralryat, Kementerian
Perhubungan,
Pemerintah Daerah
2. Menpawah
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 195-
No.
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
2. Menpawah Kementerian
(Kalimantan Perindustrian,
Barat), alumina Kementerian Agraria
SGA dan Tata Ruang,
Kementerian Energi
dan Sumber Daya
Mineral, Kementerian
Pekerjaan Umum
dan Perumahan
Ralryat, Kementerian
Perhubungan,
Pemerintah Daerah
3. Tayan Kementerian
(Kalimantan Perindustrian,
Barat), alumina Kementerian Agraria
CGA dan Tata Ruang,
Kementerian Energi
dan Sumber Daya
Mineral, Kementerian
Pekerjaan Umum
dan Perumahan
Ra1ryat, Kementerian
Perhubungan,
Pemerintah Daerah
Kebijakan Insentif Fiskal
(Diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan
undangan)
p.*rr&o.rg-
t. Pelatihan Kementerian
operator Perindustrian,
peralatan
Kementerian Riset
Teknologi dan
Pendidikan Tinggi,
pengolahan
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-196-
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
pig iron .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-197-
No.
Kebiiakan dan
Program Instansi Terkait
Fasilitasi Kementerian
pembiayaan Perindustrian,
kegiatan Kementerian Energi
eksplorasi dan Sumber Daya
Mineral, Kementerian
Keuangan
Kebijakan Infrastruktur Industri
tegrasi kebijakan industri p"rrgoluhan biiih .rikJ
1. Pembangunan
Kementerian
pabrik Perindustrian,
pengolahan bijih Kementerian Energi
nikel di Sulawesi dan Sumber Daya
Tengah, Sulawesi Mineral, Pemerintah
Tenggara, dan Daerah, Kementerian
Halmahera Timur Badan Usaha Milik
Negara
2. Pembangunan Kementerian
pembangkit listrik Perindustrian,
berbasis batubara Kementerian Energi
dengan kapasitas dan Sumber Daya
sekitar 1.000 MW Mineral,
di Sulawesi
PRESIDEN
REPU BLIK INDO N ESIA
-r98-
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
1. Sulawesi Tengah,
Kementerian
Sulawesi Perindustrian,
Tenggara, dan Kementerian Energi
Halmahera dan Sumber Daya
Timur. Mineral,
Kementerian Agraria
dan Tata Ruang,
Pemerintah Daerah
e. Kebijakan
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
V. Industri
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-200-
Tahun
Kebijakan dan Pelaksanaan
Program Instansi Terkait
3. Jaminan .
PRESIDEN
REPUBLIK IN DON ES IA
Kebijakan dan
Program
PGM
PRESIDEN
REPU BLIK INDONESIA
Kebijakan dan
Program
3. Pembangunan/ Kementerian
peningkatan Perindustrian,
kapasitas pabrik Kementerian Energi
pupuk dengan dan Sumber Daya
bahan baku Mineral, Kementerian
sulfat dari smelter Badan Usaha Milik
baru Negara, Pemerintah
Daerah
4. Pembangunan/ Kementerian
peningkatan Perindustrian,
kapasitas pabrik Kementerian Energi
semen dengan dan Sumber Daya
bahan baku terak Mineral,
tembaga
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
No.
Kebijakan dan
Program
1. Kalimantan Kementerian
Timur, Sulawesi Perindustrian,
Selatan, Jawa Kementerian Energi
Timur, Nusa dan Sumber Daya
Tenggara Timur, Mineral,
Papua Kementerian Agraria
dan Tata Ruang,
Pemerintah Daerah
Kebijakan Insentif Nonfi skal
Identifikasi, koordinasi, i*pt"ffi
nonfi skai bagi. perluasan pasar produk tembaga
.*:i.",11ytif
yang dihasilkan smelter baru jika'kapasitas melebihi
kebutuhan dalam negeri
l. Membuka pasar Kementerian
ekspor baru bagi Perindustrian,
produk tembaga Kementerian
yang dihasilkan Perdagangan
smelter baru
2. Fasilitasi .
PRESIDEN
REPUBLIK IN DON ES IA
Kebijakan dan
Program
Fasilitasi Kementerian
pembangunan Perindustrian,
industri produk Kementerian
tembaga yang Keuangan
terintegrasi ke
hiiir
Kebijakan Insentif F iskal
(Diberikan sesuai dengan ketentuan p.r.t.o""
unctangan)
2.Pelarangan...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
Kebijakan dan
Program lnstansi Terkai
2. Pelarangan Kementerian
ekspor tailing Perindustrian,
industri timah Kementerian
Perdagangan,
Kementerian
Keuangan
3. Fasilitasi Kementerian
pembangunan Perindustrian,
pabrik Kementerian Badan
pengolahan Usaha Milik Negara,
lumpur anoda Pemerintah Daerah
menjadi emas
4. Fasilitasi Kementerian
pembangunan Perindustrian,
pabrik konsentrat Kementerian Badan
tanah jarang Usaha Milik Negara,
dengan bahan Pemerintah Daerah
baku tailing
industri timah.
5. Fasilitasi tata Kementerian
niaga penjualan Perindustrian,
lumpur anoda Kementerian Badan
dari smelter Usaha Milik Negara
Gresik dan
smelter tembaga
baru sebagai
bahan baku
industri logam
mulia
6. Jaminan tailing Kementerian
industri timah di Perindustrian,
Bangka-Belitung Kementerian Badan
sebagai bahan Usaha Milik Negara
ba-ku Industri
konsentrat tanah
jarang
7. Fasilitasi
-$-,D
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
No.
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
Infrastruktur Industri
bijakan infrastruktur untuk pengembangan industri
dan logam tanah jarang
l. Pembangunan Kementerian
pembangkit listrik Perindustrian,
berbasis batubara Kementerian Energi
di Bangka- dan Sumber Daya
Belitung dan Mineral, Pemerintah
Jawa Timur Daerah
Fasilitasi Kementerian
pembangunan Perindustrian,
infrastruktur Kementerian
yang Perhubungan,
menghubungkan
lokasi industri
pengolahan
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
Pemberlakuan Kementerian
SKKNI wajib Perindustrian, Badan
industri semen Nasional Sertifikasi
Profesi, Kementerian
Ketenagakerjaan
. Penyusunan dan Kementerian
penetapan Perindustrian, Badan
SKKNI industri Nasional Sertifikasi
keramik Profesi
5. Fasilitasi .
PRESIDEN
REPIJ BLIK INDONESIA
-204-
Tahun
Kebijakan dan Pelaksanaan
No. Instansi Terkait
Program
20t7 20t8 2019
5. Fasilitasi Kementerian
pembentukan Perindustrian, Badan
Lembaga Nasional Sertifikasi
Sertifikasi Profesi
Profesi dan TUK
industri keramik
6. Fasilitasi Kementerian
pelaksanaan Perindustrian, Badan
sertilikasi Nasional Sertifikasi
kompetensi Profesi
untuk tenaga
kerja industri
keramik
7. Penerapan Kementerian
SKKNI industri Perindustrian, Badan
keramik Nasional Sertifikasi
Profesi
8. Penyusunan dan Kementerian
penetapan Perindustrian, Badan
SKKNI industri Nasional Sertilikasi
kaca Profesi
9. Fasilitasi Kementerian
pembentukan Perindustrian, Badan
kmbaga Nasional Sertilikasi
Sertifikasi Profesi
Profesi dan TUK
industri kaca
10. Fasilitasi Kementerian
pelaksanaan Perindustrian, Badan
sertifikasi Nasional Sertifikasi
kompetensi Profesi
untuk tenaga
kerja industri
kaca
11. Penerapan .
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-209-
Tahun
Kebijakan dan Pelaksanaan
No. Instansi Terkait
Program
2017 2018 2019
11. Penerapan Kementerian
SKKNI industri Perindustrian, Badan
kaca J_ J_
Nasional Sertifikasi
Profesi
12. Fasilitasi Kementerian
Pelatihan Perindustrian
Petugas
Pengawas
Standar Produk
(PPSP) di pabrik
J_ J_ J_
untuk komoditi
semen, keramik,
kaca, refraktori,
dan bahan
galian non logam
lainnya
13. Fasilitasi Kementerian
pelatihan Perindustrian,
petugas Kementerian
penghitung Lingkungan Hidup
emisi gas rumah J- J_
dan Kehutanan
kaca pada
industri keramik
dan kaca
14. Fasilitasi Kementerian
pelatihan SDM Perindustrian,
industri Kementerian Riset
refraktori Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
15. Memfasilitasi Kementerian
pembentukan Perindustrian,
Lembaga Kementerian Riset
Sertifikasi Teknologi dan
Profesi dan TUK Pendidikan Tinggi
industri
refraktori
16. Pemberlakuan. .
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-2to-
Tahun
Kebijakan dan Pelaksanaan
No. Instansi Terkait
Program
20L7 2018 20L9
16. Pemberlakuan Kementerian
SKKNI wajib J- J- Perindustrian
refraktori
b. Kebijakan Pemanfaatan, Penyediaan, dan Penyaluran SDA
Pemetaan dan pengembangan potensi penyediaan bahan baku
yang utama adalah penyediaan keberadaan karst untuk industri
semen serta sumber energi (gas dan batubara) dengan harga
1. Jaminan Kementerian
penyediaan Perindustrian,
DMO batubara Kementerian Energi
dengan harga J' dan Sumber Daya
rupiah untuk Mineral, Kementerian
industri semen Perdagangan
2. Jaminan Kementerian
pasokan karst Perindustrian,
untuk industri Kementerian Energi
semen dan Sumber Daya
J- J-
Mineral, Kementerian
Lingkungan Hidup
dan Kehutanan,
Pemerintah Daerah
3. Jaminan Kementerian
penyediaan gas Perindustrian,
dengan harga J- J_ Kementerian Energi
kompetitif untuk dan Sumber Daya
industri keramik Mineral
4. Koordinasi dan Kementerian
fasilitasi Perindustrian,
penyediaan gas Kementerian Energi
untuk industri J- J_ J_ dan Sumber Daya
kaca Mineral
5.Jaminan...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2tt-
Tahun
Kebijakan dan Pelaksanaan
No. Instansi Terkait
Program
2017 2018 2019
5. Jaminan Kementerian
penyediaan gas Perindustrian,
dengan harga Kementerian Energi
kompetitif untuk dan Sumber Daya
industri kaca Mineral
6. Pemetaan Kementerian
industri dan Perindustrian
potensi bahan
baku industri
bahan galian
non logam
lainnya
7. Fasilitasi Kementerian
jaminan bahan Lingkungan Hidup
baku tanah liat dan Kehutanan,
dan batu kapur Pemerintah Daerah
8. Fasilitasi Kementerian
kebutuhan Perindustrian,
bahan bakar Kementerian Energi
batubara dan dan Sumber Daya
bahan bakar Mineral
alternatif
9. Koordinasi dan Kementerian
fasilitasi dengan Perindustrian,
instansi terkait Kementerian Energi
mengenai dan Sumber Daya
jaminan Mineral
ketersediaan
energi untuk
industri
10. Penggunaan Kementerian
energi alternatif Perindustrian,
altematiue fuel Kementerian Energi
and raw mateiral dan Sumber Daya
(AFR) dan re.frse Mineral
deriuedfuel
(RDF) serta
konservasi
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2t2-
Tahun
No.
Kebijakan dan Pelaksanaan
Program Instansi Terkait
20t7 2018 20L9
konservasi
energi di Pabrik
Semen
c. Kebijakan Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Industri
Pengembangan dan pemanfaatan teknologi pada industri
keramik, semen, dan kaca dif;ku;kan pada
pengembangan/penambahan teknologi yang telah ada maupun
penguasaan teknologi baru
1 . Fasilitasi Kementerian
perizinan Perindustrian,
importasi digital Kementerian
printing untuk Perdagangan
industri keramik
2. Fasilitasi alih Kementerian
penguasaan Perindustrian
teknologi
3. Riset dan Kementerian
pengembangan Perindustrian,
kaca untuk Kementerian Riset
teknologi Teknologi dan
otomotif dan Pendidikan Tinggi
bangunan
4. Fasilitasi Kementerian
pengembangan Perindustrian,
teknologi proses Kementerian Riset
pada industri Teknologi dan
bahan galian Pendidikan Tinggi
non logam
lainnya
5. Fasilitasi Kementerian
pengembangan Perindustrian,
teknologi tunnel Kementerian Riset
kiln keramik Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
6. Fasilitasi .
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-213-
Tahun
Kebijakan dan Pelaksanaan
No. Instansi Terkait
Frogram
2017 2018 2019
6. Fasilitasi Kementerian
pengembangan Perindustrian,
teknologi Kementerian Riset
pembuatan kaca Teknologi dan
PCB Pendidikan Tinggi
7. Fasilitasi Kementerian
pengembangan Perindustrian,
teknologi proses Kementerian Riset
produksi semen Teknologi dan
dan diversilikasi Pendidikan Tinggi,
Produk Badan Standardisasi
Nasional
8. Fasilitasi Kementerian
pengembangan Perindustrian,
teknologi proses Kementerian Riset
produksi Teknologi dan
refraktori Pendidikan Tinggi
4. Penyusunan
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-214-
Kebijakan dan
No. Instansi Terkait
Program
ketersediaan
PRESIDEN
REPUBLIK IN DO NESIA
-2ts-
Kebliakan dan
Program Instansi Terkait
7. Fasilitasi
PRESIDEN
REPUBLIK IN DO N ESIA
-216-
Tahun
Kebijakan dan Pelaksanaan
No.
Program
20t7 2018 2019
7. Fasilitasi Kementerian
pengembangan Perindustrian,
infrastruktur Kementerian
khususnya Pekerjaan Umum
sosialisasi dan Perumahan
penggunaan jalan Rakyat
beton
f. Kebijakan Insentif Nonfiskal
Identifikasi, koordinasi, implementasi, dan evaluasi terkait
dengan insentif nonfiskal bagi industri keramik, semen, kaca, dan
industri bahan galian non logam lainnya
1. Insentif untuk Kementerian
pabrik semen di Perindustrian,
luar pulau Jawa Kementerian
dan pembelian Perdagangan,
mesin produksi Kementerian
ramah Keuangan
lingkungan
2. Pemberlakuan Kementerian
Importir Perindustrian,
Terdaftar (IT) Kementerian
dan Importir Perdagangan
Produsen (IP)
dalam rangka
pengendalian
impor bagi
industri keramik
3. Pemberlakuan IT Kementerian
dan IP dalam Perindustrian,
rangka Kementerian
pengendalian Perdagangan
ekspor bagi
industri bahan
galian non logam
lainnya (marmer
dan batuan
lainnya)
4. Pemberlakuan
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
2t7 -
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
4. Pemberlakuan IT Kementerian
dan IP dalam Perindustrian,
rangka Kementerian
pengendalian Perdagangan
5. Melakukan Kementerian
busfness Perindustrian,
matching dengan Kementerian/
Kementerian Lembaga
terkait dalam
rangka P3DN
6. Melakukan Kementerian
survei TKDN Perindustrian
7. Fasilitasi Kementerian
pengembangan Perindustrian,
pabrik pengolah Pemerintah Daerah
pasir silika
untuk produksi
kaca
8. Fasilitasi Kementerian
pengembangan Perindustrian
pabrik
pengolahan
rypsum
9. Fasilitasi Kementerian
pembuatan Perindustrian,
pabrik produksi Kementerian Riset
barang antara Teknologi dan
berupa unglazed. Pendidikan Tinggi
ceramic (granito)
10. Fasilitasi
Kementerian
pembuatan Perindustrian,
pabrik produksi Kementerian Riset
barang antara Teknologi dan
berupa unglazed Pendidikan Tinggi
ceramic (ienis
tile)
g. Kebijakan.
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 218
Kebiiakan dan
Program Instansi Terkait
6. Monitoring.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-219-
Tahun
Kebijakan dan Pelaksanaan
No. Instansi Terkait
Program
2017 20t8 20t9
6. Monitoring Kementerian
penerapan Perindustrian,
penurunan emisi Kementerian
gas rumah kaca Lingkungan Hidup
pada industri dan Kehutanan
keramik dan
kaca
7. Penerapan Kementerian
industri hijau Perindustrian,
pada industri Kementerian
refraktori Lingkungan Hidup
dan Kehutanan
8. Penyusunan Kementerian
petunjuk teknis Perindustrian,
perhitungan Kementerian
emisi gas rumah Lingkungan Hidup
kaca pada dan Kehutanan
industri
refraktori
9. Monitoring Kementerian
penerapan Perindustrian,
penurunan emisi Kementerian
gas rumah kaca Lingkungan Hidup
pada industri dan Kehutanan
refraktori
h. Kebijakan Insentif Fiskal
(Diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan p".""a"rrg-
undangan)
1 Kebijakan Lokasi
1. Dukungan I lKementerian
daerah dalam I Perindustrian,
rangka I r J-
I
Kementerian Agraria
pemanfaatan | " I
dan Tata Ruang,
lahanyang I
I
mengandung.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-220-
Tahun
Kebiiakan dan Pelaksanaan
No. Instansi Terkait
Program
2017 20t8 20L9
mengandung Kementerian
bahan baku Pekerjaan Umum
untuk industri: dan Perumahan
Jawa Barat, Ralryat,
Banten, Jawa Kementerian Energi
Tengah, Jawa dan Sumber Daya
Timur, Sulawesi Mineral, Pemerintah
Daerah
Tabel .
q,D
*.",J.Tntt,'*oSf;"r'o
-221 -
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
5. FGD.
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
No.
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
Kementerian
PRESIDEN
REPUBLIK IN DON ESIA
Kebijakan dan
No. Instansi Terkait
Program
I 1. Penyusunan Kementerian
SKKNI industri Perindustrian,
kimia dasar Kementerian Riset
Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
V. Industri Pupuk
12. Pelatihan SDM Kementerian
industri pupuk Perindustrian
organik
Kebijakan Pemanfaatan, penyediaan, dan penyaluran SDA
Pemetaan dan pengembangan potensi penyediaan bahan
petrokimia, kimia organik, dan propilan untuk mem
kebutuhan industri peirokimia berbasis migas batubara
I. Industri Petrokimia Hulu
1. Fasilitasi Kementerian
investor dalam Perindustrian,
melakukan Kementerian Badan
EPC Petrokimia Usaha Milik Negara
Teluk Bintuni
2. Monitoring dan Kementerian
evaluasi Perindustrian,
pengelolaan Satuan Kerja Khusus
kawasan Pelaksana Kegiatan
industri di Usaha Hulu Minyak
Teluk Bintuni dan Gas,
Kementerian Energi
dan Sumber Daya
Mineral, Kementerian
Koordinator Bidang
Perekonomian,
Kementerian
Keuangan
3. Monitoring .
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-224-
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
2018
3. Monitoring dan Kementerian
evaluasi Perindustrian,
kecukupan Kementerian Energi
bahan baku dan Sumber Daya
gas untuk Mineral, Satuan
industri Kerja Khusus
petrokimia Pelaksana Kegiatan
Usaha Hulu Minyak
dan Gas Bumi
4. Penlrusunan Kementerian
Masterplan Perindustrian,
pembangunan Pemerintah Daerah
industri
petrokimia
terpadu di
Masela
(Maluku)
5. Penyusunan Kementerian
Masterplan Perindustrian,
pembangunan Pemerintah Daerah
industri
petrokimia
terpadu dengan
kilang minyak
di Bontang dan
T\rban
6. Pembangunan Kementerian
pabrik Perindustrian,
petrokimia Kementerian Energi
berbasis dan Sumber Daya
gasifikasi Mineral, Kementerian
batubara Keuangan
7. Pen5rusunan Kementerian
studi Perindustrian,
kelayakan Kementerian Energi
industri dan Sumber Daya
petrokimia Mineral,
berbasis
coal.
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-225-
Tahun
Kebijakan dan Pelaksanaan
No. Instansi Terkait
Program
2017 2018 20L9
coal based Satuan Kerja Khusus
methane (CBM Pelaksana Kegiatan
Usaha Hulu Minyak
dan Gas Bumi
8. Pen5rusunan Kementerian
DED industri Perindustrian,
petrokimia Kementerian Energi
berbasis CBM dan Sumber Daya
J- Mineral, Satuan
Kerja Khusus
Pelaksana Kegiatan
Usaha Hulu Minyak
dan Gas Bumi
9. Tindak lanjut Kementerian
hasil studi Perindustrian,
kelayakan dan Kementerian Energi
DDD industri dan Sumber Daya
petrokimia J_ Mineral, Satuan
berbasis CBM Kerja Khusus
Pelaksana Kegiatan
Usaha Hulu Minyak
dan Gas Bumi
10. PenSrusunan Kementerian
studi Perindustrian,
kelayakan Kementerian Energi
industri dan Sumber Daya
petrokimia ,l- Mineral, Satuan
berbasis shale Kerja Khusus
gas Pelaksana Kegiatan
Usaha Hulu Minyak
dan Gas Bumi
11. Pen5rusunan Kementerian
DED industri Perindustrian,
petrokimia Kementerian Energi
berbasis shale dan Sumber Daya
gas Mineral,
Satuan
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-226-
Tahun
No.
Kebijakan dan Pelaksanaan
Program Instansi Terkait
2017 2018 20L9
4. Menjamin Kementerian
keberlangsungan Perindustrian
pasokan bahan J_ J_ J_
baku untuk
industri propelan
5. Monitoring rantai Kementerian
pasok industri Perindustrian,
propelan dan Kementerian Badan
mengadakan Usaha Milik Negara,
uorkshop Lembaga
teknologi Penerbangan dan
Antariksa Nasional,
Badan
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
227 -
No.
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
20L7 2018
Badan Pengkajian
dan Penerapan
Teknologi,
Kementerian
Pertahanan,
Kementerian Riset
Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
16. Koordinasi Kementerian
dengan instansi Perindustrian,
terkait Kementerian Energi
pemanfaatan dan Sumber Daya
kondensat bagi Mineral, Pemerintah
pengembangan Daerah
industri nasional
17. Fasilitasi Kementerian
pembangunan Perindustrian
pabrik bahan
baku obat
berbasis migas
18. Operasionalisasi Kementerian
pabrik bahan Perindustrian
baku obat
berbasis migas
19. Monitoring dan Kementerian
implementasi Perindustrian
kebijakan
tentang
penggunaan
batubara
sebagai sumber
bahan baku dan
energi/utilitas
c. Kebijakan
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-228-
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
5. Studi
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 229
Tahun
Kebijakan dan Pelaksanaan
Program Instansi Terkait
5. Studi Kementerian
peningkatan Perindustrian,
kapasitas pilot Kementerian Riset
plant metanol to Teknologi dan
olefin menjadi Pendidikan Tinggi
skala industri
6. Tindak lanjut Kementerian
hasil studi Perindustrian
peningkatan
kapasitas pilot
plant metanol to
olefin menjadi
skala industri
IO. FGD
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
230 -
No.
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
dan .
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-23r-
No.
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
IV. Industri
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-232-
No.
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
d. Kebijakan
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-233-
Tahun
Kebijakan dan Pelaksanaan
No.
Program
Instansi Terkait
2017 2018 2019
d. Kebijakan Pengembangan dan Pemanfaatan Kreativitas dan
Inovasi
Pengembangan dan pemanfaatan kreativitas dan inovasi industri
petrokimia berbasis migas batubara melalui pengembangan
center of exdlence (Co$ dan penguatan industri pendukung
I. Industri Petrokimia
1. Pembuatan pilot Kementerian
plant indirect Perindustrian
gasification dari J-
biomassa di CoE
petrokimia
Banten
2. Pengoperasian Kementerian
dan Perindustrian
pengembangan
pitot plant
indirect .t- J_
gasification dari
biomassa di CoE
petrokimia
Banten
3. Fasilitasi Kementerian
operasional CoE Perindustrian
industri
petrokimia
Banten sebagai "r .l- J_
Pusat
Pengembangan
dan lnovasi
Teknologi
4. Fasilitasi hasil Kementerian
pengembangan Perindustrian
dan inovasi
teknologi di CoE
untuk
diterapkan di
industri
petrokimia
5. Pengembangan
{D PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 234
No.
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
5. Pengembangan Kementerian
hasil kajian Perindustrian,
teknologi proses Kementerian Riset
dan rekayasa Teknologi dan
produk industri Pendidikan Tinggi
petrokimia
6. Implementasi Kementerian
dan monitoring Perindustrian
kebijakan
kerjasama hulu
hilir petrokimia
7. Workshop Kementerian
teknologi di CoE Perindustrian,
petrokimia Kementerian Energi
(gasifikasi dan Sumber Daya
batubara) Mineral
8. Pengembangan Kementerian
kemitraan Perindustrian,
antara industri Kementerian Riset
dengan Teknologi
perguruan tinggi
dan lembaga
penelitian dan
pengembangan
dalam rangka
pengembangan
teknologi dan
diversifikasi
produk karet
alam dan
turunannya
Kebijakan Infrastruktur Industri
Integrasi kebij akan industri petrokimi; b".b"".i" migas
dengan kebijakan nasional tentang kebutuhan energi,batuba
insen
industri, dan penguatan infrastruktur
Industri
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-235-
Tahun
No.
Kebijakan dan Pelaksanaan
Program Instansi Terkait
2017 2018 2079
Industri Petrokimia Hulu
Fasilitasi Kementerian
pemenuhan Perindustrian
kebutuhan
energi untuk
industri
f. Kebijakan Lokasi
lntegrasi kebij akan pengembangan industri petrokimia berbasis
migas batubara dengan potensi daerah
1. Banten Kementerian
Perindustrian,
Pemerintah Daerah
2. Jawa Barat Kementerian
Perindustrian,
Pemerintah Daerah
3. Sumatra Kementerian
Selatan J_ J- Perindustrian,
Pemerintah Daerah
4. Kalimantan Kementerian
Timur J- J- J_ Perindustrian,
Pemerintah Daerah
5. Kalimantan Kementerian
Selatan ./- Perindustrian,
Pemerintah Daerah
6. Sulawesi Kementerian
Tengah J_ Perindustrian,
^l-
Pemerintah Daerah
7. Maluku Kementerian
Perindustrian,
Pemerintah Daerah
8. Papua Barat Kementerian
Perindustrian,
Pemerintah Daerah
g. Kebijakan
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-236-
Tahun
Kebijakan dan Pelaksanaan
No. Instansi Terkait
Program
20L7 2018 2019
o
b' Kebijakan Insentif Nonfi skal
Identifikasi, koordinasi, implementasi, dan evaluasi terkait
dengan insentif nonfiskal bagi industri petrokimia berbasis
migas dan batubara.
I. Industri Pe.trokimia Hulu
1. Insentif Kementerian
penggunaan Perindustrian
bahan baku
J_
alternatif pada
industri
petrokimia
2. Monitoring dan Kementerian
evaluasi Perindustrian,
kemitraan Kementerian Riset
antara industri Teknologi dan
dengan Pendidikan Tinggi
perguruan
tinggi, lembaga
penelitian dan J_ J-
pengembangan
dalam riset
bahan baku
alternatif
industri
petrokimia
3. Implementasi Kementerian
dan monitoring Perindustrian,
kebijakan J_ J_ Kementerian
kerjasama hulu- Perdagangan
hilir petrokimia
4. Fasilitasi Kementerian
pengoperasian Perindustrian,
TPPI Tuban J_ Kementerian Energi
dan Sumber Daya
Mineral,
Kementerian
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-237 -
No.
Kebijakan dan
Program lnstansi Terkait
Kementerian
Keuangan,
Kementerian Badan
Usaha Milik Negara,
Satuan Keda Khusus
Pelaksana Kegiatan
Usaha Hulu Minyak
dan Gas
5. Tindak lanjut Kementerian
hasil re-evaluasi Perindustrian
pengoperasian
TPPI T\rban
6. Monitoring Kementerian
operasional TPPI Perindustrian
Tuban
7. Tindak lanjut Kementerian
hasil kajian awal Perindustrian,
untuk Kementerian Badan
pengembangan Usaha Milik Negara
industri
aromatik di
Cilacap
8. Monitoring data Kementerian
industri Perindustrian
petrokimia
9. Fasilitasi Kementerian
pengembangan Perindustrian
produk aromatik
di Cilegon
10. Fasilitasi Kementerian
pengembangan Perindustrian
produk olefin
1 1. Fasilitasi Kementerian
pengembangan/ Perindustrian, Badan
perluasan Koordinasi
kapasitas Penanaman Modal,
produksi pabrik Kementerian Energi
butadiene . .
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-238-
Tahun
Kebijakan dan Pelaksanaan
No. Instansi Terkait
Program
2017 20L8 20L9
butadiene dan dan Sumber Daya
pabrik ethgl Mineral, Kementerian
berlzene dan Keuangan
styrene monomer
II. Industri Kimia Orsanik
12. Fasilitasi Kementerian
pemasaran Perindustrian
produk kimia
organik
produksi dalam
negeri
13. Kajian produk Kementerian
dan teknologi Perindustrian,
industri asam Kementerian Riset
fosfat Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
14. Penyusunan Kementerian
studi kelayakan Perindustrian
,l-
indusri asam
fosfat
15. Promosi Kementerian
investasi Perindustrian, Badan
industri asam J_
Koordinasi
fosfat Penanaman Modal
16. Promosi Kementerian
investasi untuk Perindustrian, Badan
membangun Koordinasi
industri kimia J_ Penanaman Modal
organik (akrilik
dan
polikarbonat)
17. Promosi Kementerian
investasi untuk Perindustrian, Badan
membangun Koordinasi
industri kimia J_ J_ Penanaman Modal
organik (epoksi
resin dan
polivinil alkohol)
III. Industri . .
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-239-
No.
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
24. Fasilitasi
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
- 240
No.
Kebijakan dan
Program Instansi Terkait
29. Promosi
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-241-
Tahun
Kebijakan dan Pelaksanaan
No.
Program
Instansi Terkait
20t7 20t8 2019
29. Promosi Kementerian
investasi Perindustrian, Badan
pembangunan t- t- ,r Koordinasi
industri IR dan Penanaman Modal
ABS
30. Penyusunan Kementerian
studi kelayakan Perindustrian
pembangunan
industri .t-
ethglene
propglene rubber
(EPDM)
dan konsumen
karet sintetik
33. Pelaksanaan Kementerian
roadmap, Perindustrian
.t-
monitoring serta
evaluasi
VI. Industri Baranq Kimia Lainnva
34. Pembangunan Kementerian
industri J_ J_ Perindustrian
propelan
h. Kebijakan Insentif Fiskal
(Diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan)
2. Pengembangan
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-242-
2. Pengembangan Industri Kecil dan Industri Menengah
Pengembangan industri kecil dan industri menengah (lKM) ditujukan
untuk pengembangan pemasaran, peningkatan pertumbuhan dan
produktivitas IKM dengan memanfaatkan intemetof things (Industry 4.0)
melalui platform digital (e-smart IKM) dan sebagai pendukung
pencapaian sasaran pembangunan 10 (sepuluh) industri prioritas.
a. Sasaran
Pengembangan dan peningkatan produktivitas dan daya saing IKM
dilakukan melalui penguatan kelembagaan dan penyediaan fasilitas
dengan sasaran paling sedikit sebagai berikut:
l) Sasaran penguatan kelembagaan selama periode 2OL7 -2OLg
meliputi:
(a) penguatan kelembagaan sentra IKM existing;
(b) revitalisasi dan pembangunan UPI;
(c) penyediaan tenaga penyuluh lapangan; dan
(d) penyediaan konsultan IKM.
2) Penumbuhan wirausaha industri kecil dan industri menengah
banr.
3) Sasaran pemberian fasilitas kepada IKM selama periode 2017-
2019 mencakup:
(a) peningkatan kompetensi pelaku usaha atau pekerja IKM;
(b) bimbingan teknis bagi unit usaha IKM;
(c) bantuan dan/atau fasilitasi pengadaan bahan baku untuk
IKM;
(d) bantuan mesin dan peralatan kepada unit usaha IKM;
(e) pengembangan produk IKM;
(0 bantuan pencegahan pencemaran lingkungan hidup IKM;
(g) bantuan informasi pasar, promosi dan pameran IKM;
(h) fasilitasi akses pembiayaan IKM;
(i) pembangunan sentra khusus IKM yang berpotensi mencemari
lingkungan;
0) fasilitasi kernitraan IKM dengan industri besar;
(k) fasilitasi pendaftaran HKI bagi IKM; dan
0) fasilitasi penerapan standar mutu IKM.
b. Kebijakan
t,',3o=)".
*. r, J.Tnt r, o
-243-
b. Kebijakan dan Program Operasional
Kebijakan dan program operasional pengembangan industri kecil
dan menengah industri (IKM) meliputi perumusan kebijakan dan
penguatan kelembagaan, penumbuhan wirausaha baru, dan
pemberian fasilitas:
1) Perumusan Kebijakan dan Penguatan Kelembagaan
(a) Evaluasi dan revisi kebijakan yang menghambat dan
mengurangi daya saing industri kecil;
(b) Pembentukan kepengurusan, tata kerja organisasi dan forum
sentra/UPT, bimbingan teknis dan manajerial, upgrading, dan
sertifikasi kompetensi bagi konsultan IKM;
(c) Fasilitasi kerjasama dengan lembaga pendidikan dan lembaga
penelitian; dan
(d) Fasilitasi kerjasama IKM dengan kamar dagang dan industri,
serta asosiasi profesi.
2) Penumbuhan Wirausaha Baru
(a) Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, dan pemagangan
untuk menciptakan wirausaha baru; dan
(b) Fasilitasi penyelenggaraan inkubator bisnis bagi wirausaha
baru.
3) Pemberian Fasilitas
(a) Penyediaan insentif kepada industri besar yang bermitra
dengan IKM dalam rantai nilai industrinya;
(b) Fasilitasi peningkatan akses IKM terhadap sumber
pembiayaan melalui pembangunan dan penguatan jaringan
IKM dengan sumber pembiayaan, subsidi bunga pinjaman,
dan pendampingan dalam pemenuhan syarat untuk
memperoleh kredit bank;
(c) Bimbingan teknis dan pendampingan Hak Kekayaan
Intelektual bagi IKM serta fasilitasi advokasi/ bantuan hukum
bagi IKM terkait dengan perlindungan Hak Kekayaan
Intelektual;
(d) Penyediaan informasi pasar, desain/ penciptaan produd
branding limage) dengan bantuan tenaga ahli, dan promosi
serta pemasaran di pasar domestik dan ekspor yang potensial;
(e) Fasilitasi pelaku usaha dan/atau tenaga kerja IKM untuk
mengikuti uji kompetensi berbasis SKKNI sesuai dengan
bidang kerja dan tugasnya;
(f) Pemagangan
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-244-
(f) Pemagangan dan pendampingan manajemen usaha,
penguasaan teknologi, proses produksi dan tata letak
mesin/ peralatan, sistem
mutu dan standar mutu, desain
produk, desain kemasan, dan/atau Hak Kekayaan
Intelektual;
(g) Bantuan kemudahan mendapatkan bahan baku dan bahan
penolong, pengenatan bahan baku/penolong alternatif,
bantuan mesin dan peralatan, dukungan pembiayaan bagi
pengadaan mesin dan peralatan;
(h) Fasilitasi penelitian dan pengembangan produk, pembuatan
purwarupa @rototgpel produk, desain produk dan kemasan;
(i) Pemberian konsultansi, bimbingan, advokasi dalam rangka
sertifikasi produk penggunaan tanda (SppT) SNI, spesifikasi
teknis dan/atau pedoman tata cara, sertifikat standar
produk;
(,) Bantuan penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL), bimbingan dan penyediaan informasi penerapan
produksi ramah lingkungan, fasilitasi pembangunan fasilitas
pengolahan limbah bersama dan/ atau sertifikasi industri
hijau;
(k) Bantuan pemasaran melalui pembukaan akses kepada
Industri (subkontrak), temu usaha dengan pasar modern,
eksportir, dan pembeli dari luar negeri serta keikutsertaan
dalam pameran lokal, nasionai maupun internasional;
(l) Pembangunan kawasan industri khusus bagi IKM yang
berpotensi mencemari lingkungan, dan relokisi IKM yang
berpotensi mencemari lingkungan ke dalam kawasan industri
yang sudah ada; serta
(m) Fasilitasi penyusunan proposal, kontrak, profil usaha,
bantuan hukum/advokasi, dan pen5rusunan perjanjian
kerjasama subkontrak.
a. Sasaran
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-245-
Sasaran
Pengembangan perwilayahan industri periode 2ol7-2Tlg dilakukan
untuk meningkatan persebaran, pemerataan dan penataan usaha
industri ke seluruh nusantara yang tercermin pada peningkatan
pertumbuhan sektor industri di luar Jawa sehingga pada tahun 2019
penciptaan nilai tambah sektor industri di luar Jawa mencapai sekitar
29,4o/o - 30,0% dari nilai tambah industri nasional.
b. Kebijakan dan program operasional
Penyebaran dan pemerataan pembangunan industri ke seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia dilakukan meialui kebijakan ian
program berikut:
l) Penetapan 10 (sepuluh) Wilayah pengembangan Industri (WpI) yang
dilakukan melalui:
(a) pengelompokkan satu atau beberapa provinsi ke dalam satu Wpl;
(b) pengelompokkan WPI menjadi Wpl maju, WpI berkembang, WpI
Potensial I dan WPI potensial II untuk pemberian insentif
perpajakan.
2) Pengembangat 22 (dua puluh dua) Wilayah pusat pengembangan
Industri (WPPI) (Tabel 8. l) yang dilakukan melalui:
(a) penetapan WPPI sebagai Kawasan Strategis Nasional;
(b) pengintegrasian pengembangan WppI ke
dalam Rencana
Pembangunan Industri provinsi/Kabupaten/Kota;
(c) penyusunan master plan dan rencana aksi pengembangan WppI;
(d) penjaminan ketersediaan dan penyaluran sumber daya
alam
untuk kelancaran distribusi dan kontinuitas pasokan;
(e) pembangunan infrastruktur untuk mendukung Wppl
dengan
menjamin ketersediaan infrastruktur industri seperti laf,an
industri, jaringan energi dan kelistrikan, jaringan telekomunikasi,
jaringan sumberdaya air, fasilitas sanitasi, dan jaringan
transportasi;
(f) pembangunan sarana dan prasarana pengembangan SDM seperti
pusat pendidikan dan pelatihan industri;
(g) fasilitasi pembangunan SDM yang meliputi tenaga
kerja industri,
wirausaha industri dan konsultan industri;
(h) penyiapan kebutuhan. SDM dan teknologi untuk
mendukung
pusat-pusat pertumbuhan industri;
(i) pembangunan sarana dan prasarana pengembangan riset dan
teknologi;
fi) pembangunan
PRESIDEN
REPUBLIK IN DON ES IA
-246-
fi) pembangunan standardisasi industri melalui penyediaan,
peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana
laboratorium pengujian standar industri;
(k) penguatan kerjasama antar WPPI melalui forum koordinasi
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/ Kota terkait
WPPI;
(1) peningkatan promosi investasi industri untuk masuk dalam
WPPI;
(m) pemberian fasilitas bagi investasi bidang industri yang masuk
dalam WPPI melalui perbedaaan perlakuan insentif pajak,
perbedaan biaya listrik, perbedaan biaya logistik, pemberian
fasilitas kepabeanan, pemberian fasilitas keimigrasian, dan
kemudahan perizinan; serta
(n) penguatan konektivitas antar WPPI.
3) Pengembangan KPI dengan mendorong industri setiap
kabupaten/kota dibangun dalam KPI melalui:
(a) penentuan kriteria teknis dalam penetapan Kpl dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota;
(b) reuiew pengembangan KPI: identifikasi lokasi Kpl pada tingkat
kecamatan dan memfasilitasi penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang;
(c) penjaminan pemanfaatan KPI; dan
(d) penjaminan infrastruktur dalam mendukung pengembangan KpI
seperti jaringan energi, jaringan kelistrikan, jaringan sumber
daya air, dan jaringan transportasi.
4) Pembangunan kawasan industri dengan fokus pembangunan 14
kawasan industri di luar Jawa (Tabel 8.2.) dengan rincian program
sebagai berikut:
(a) penyusunan rencana pembangunan kawasan industri:
identifikasi kelayakan lokasi kawasan industri, penyusunan
master plan, rencana strategis dan Detailed Engineeing Design
(DED) pembangunan kawasan industri;
(b) penyediaan lahan melalui pemanfaatan bank tanah (tand bankl
untuk pembangunan kawasan industri;
(c) pembangunan infrastruktur industri untuk mendukung kawasan
industri seperti jaringan energi dan kelistrikan, jaringan
telekomunikasi, jaringan surnber daya air dan jaminan p.rokan
air baku, sanitasi, dan jaringan transportasi;
(d) pembangunan
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-247 -
3. Halmahera
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-248-
Lokasi
No Kabupaten/ Provinsi Industri Prioritas Nasional
Kota
3. Halmahera Maluku Utara a. Industri Logam Dasar dan Bahan
Timur- Galian Bukan Logam
Halmahera
Tengah - b. Industri Pangan
Pulau
Morotai
4. Bitung- Sulawesi Utara a.lndustri Hulu Agro
Manado-
Tomohon- b.Industri Pangan
Minahasa-
Minahasa
Utara
D. Kendari- Sulawesi a.lndustri Logam Dasar dan Bahan
Konawe- Tenggara- Galian Bukan Logam
Konawe Sulawesi
Utara- Tengah
b.Industri Hulu Agro
Konawe c. Industri Pangan
Selatan-
Kolaka-
Morowali
6. Palu- Sulawesi a.lndustri Logam Oasir dan gahan
Donggala- Tengah Galian Bukan Logam
Parigi
Mountong- b.lndustri Hulu Agro
Sigi c. Industri Pangan
7. Makassar- Sulawesi a.Industri Logam Dasar dan Bahe.n
Maros-Gowa Selatan Galian Bukan Logam
- Takalar-
Jeneponto- b.lndustri Hulu Agro
Bantaeng c. Industri Pangan
d.Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki
dan Aneka
8. Pontianak- Kalimantan a. Industri Logam Dasar dan Bahan
Landak- Barat Galian Bukan Logam
Sanggau-
Ketapang - b.lndustri Hulu Agro
Sambas- c. Industri Pangan
Bengkayang
d. Industri
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
249 -
14. Dumai .
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-250-
Iokasi
No Kabupaten/ Provinsi Industri Prioritas Nasional
Kota
t4. Dumai- Riau a.Industri Kimia Dasar Berbasis
Bengkalis- Migas dan Batubara
Siak
b.lndustri Hulu Agro
c.lndustri Pangan
15. Batam- Kepulauan Riau a. Industri Kimia Dasar Berbasis
Bintan Migas dan Batubara
b. Industri Barang Modal, Komponen,
Bahan Penolong dan Jasa Industri
c. Industri Elektronika dan
Telematika
d. Industri Alat Transportasi
16. Banyuasin - Sumatera a. Industri Kimia Dasar Berbasis
Muara Enim Selatan Migas dan Batubara
b.lndustri Hulu Agro
c. Industri Pangan
t7. Lampung Lampung a. Industri Alat Transportasi
Barat-
Lampung
b.lndustri Hulu Agro
Timur- c. Industri Pangan
Lampung
Tengah-
Tanggamus-
Lampung
Selatan
18. Cirebon- Jawa Barat a.lndustri Kimia Dasar Berbasis
Indrama5ru- Migas dan Batubara
Majalengka
b.lndustri Hulu Agro
c. Industri Pangan
d.Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki
dan Aneka
19. Kendal- Jawa Tengah 4,Industri Hulu Agro
Semarang- b Industri Pangan
Demak
c. Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki
dan Aneka
d. Industri
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-251-
Lokasi
No Kabupaten/ Provinsi Industri Prioritas Nasional
Kota
d. Industri Barang Modal, Komponen,
Bahan Penolong dan Jasa Industri
e. Industri Elektronika dan
Telematika
f. Industri Alat Transportasi
20. T\rban- Jawa Timur a.Industri Kimia Dasar Berbasis
Lamongan- Migas dan Batubara
Gresik- b.lndustri Hulu Agro
Surabaya-
c. Industri Pangan
Sidoado-
Mojokerto- d.lndustri Tekstil, Kulit, Alas Kaki
Bangkalan dan Aneka
e. Industri Barang Modal, Komponen,
Bahan Penolong dan Jasa Industri
f. Industri Elektronika dan
Telematika
g. Industri Alat Transportasi
21. Cilegon- Banten a. Industri Kimia Dasar Berbasis
Serang- Migas dan Batubara
Tangerang b.Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki
dan Aneka
c. Industri Barang Modal, Komponen,
Bahan Penolong dan Jasa Industri
d.Industri Elektronika dan
Telematika
e.Industri Alat Transportasi
22. Bogor- Jawa Barat a.lndustri Pangan
Bekasi- b.lndustri Tekstil, Kulit, Alas Kaki
Purwakarta- dan Aneka
Subang-
Karawang c. Industri Barang Modal, Komponen,
Bahan Penolong dan Jasa Industri
d.lndustri Elektronika dan
Telematika
e. Industri Alat Transportasi
f. Industri Pembangkit Energi
Tabel. .
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
_252_
No.
Selain . .
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
253 -
No,.
Memperhatikan . . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-254-
yang
dihadapi dan sasaran yang akan dicapai
[.11._.3,tt:_ta_ntangan
pembangunan industri
5e __gepan, nasional memerluka-n penyediaan
fasilitas fiskal dan nonfiskal rebih efektif, aengan cakupan
semakin-- luas
dan semakin meningkat dan pro-sedu. pi*..ri"ut..,
,besaran
seoerhana.
t"urt
a. Sasaran
secara umum, penyediaan fasilitas liskar dan nonfiskal dilakukan
dengan tujuan mempercepat pembangunan industri. penyediaan
fasilitas fiskal dan nonfiskal dilakukan de.-ngan sasaran antara lain:
(1) Meningkatnya penanaman modal untuk memperoleh dan
meningkatkan nilai tambah sebesar_besarnya atas pemanfaatan
sumber daya nasionar daram rangka pendaraman struLtur i"ausiri
dan peningkatan daya saing ilnduitrii
(2) Meningkatnya penelitian dan pengembangan teknologi
industri dan
produk;
(3) Tumbuh dan berkem-bangnya industri yang berada di wilayah
perbatasan atau daerah tertinggal;
(4) Meningkatnya penggunaan barang dan/atau jasa
dalam negeri;
(5) Meningkatnya kualitas sumber daya manusia
di bidang industri;
(6) Meningkatnya ekspor produk-produk industri;
(7) Semakin banyaknya industri kecil dan industri menengah yang
menerapkan SNI, spesifikasi teknis, dan/atau pedoman iut" tu.u
yang diberlakukan secara wajib;
(8) semalin ootimarnya pemanfaatan sumber
daya alam secara efisien,
ramah lingkungan, dan berkelanjutan;
(9) Terwujudnya industri Hijau;
(lO)Meningkatnya penggunaan produk Industri kecil sebagai
komponen
dalam proses produksi; dan
( 1 1) Meningkatnya daya
saing industri tertentu.
(4) Kompensasi .
*.", J.Tntt,',?5|* u'o
-255-
(4) Kompensasi. kerugian bagi pembangunan industri hulu yang
.
berstatus industri stratigis yang dalam pembangurannyi
mengalami risiko goncangan eksternal;
(5) Bantuan pembiayaan pembelian mesin dan peralatan
dalam rangka
rangka revitalisasi industri tertentu, bantuan mesin dan pe.^UL.
dan subsidi bunga pinjaman khususnya bagi IKM;
(6) Subsidi harga energi, harga bahan baku atau bahan penolong;
(7) Pengenaan tarif tertentu atas pemanfaatan fasilitas yang disediakan
dan/atau diselenggarakan pimerintah (sewa lahan/lJkasi usaha
pada kawasan industri, pemasaran, pendidikan dan pelatihan
SDM,
teknologi, dan lain-lain)
Fasilitas nonfiskal diberikan daram bentuk kebijakan dan program
berikut:
(1) pelatihan peningkatan pengetahuan dan keterampilan
sumber daya
manusia industri;
(2) sertifikasi kompetensi profesi bagi sumber daya manusia
industri;
(3) pelimpahan hak produksi atas suatu teknologi yang
lisensi patennya
telah dipegang oleh pemerintah pusat dan/a6u pemerintah Daera"h;
(4) pembinaan keamanan dan pengamanan kegiatan
operasional sektor
Industri guna keberlangsungan atau kelancaran kegiatan logistik
serta produksi bagi perusahaan industri atau perusahaan kawrasan
industri tertentu yang merupakan obyek vital nasional;
(5) sertifikasi produkdan/atau standar teknis bagi perusahaan Industri
skala kecil dan menengah;
(6) pembangunan prasarana fisik bagi perusahaan
industri skala kecil
dan menengah serta perusahaan kawas"n industri yarrg Ueraaa
Ji
wilayah perbatasan atau daerah tertinggal; serta
(7) penyediaan bantuan promosi hasil produksi bagi perusahaan
industri atau promosi penggunaan lokasi bagi pe.usihaan
kawasan
industri.
Peningkatan cakupan dan besaran fasilitas fiskal dan perluasan
cakupan dan intensitas fasilitas nonfiskal yang disediakan pimerintah
kepada sektor industri dilakukan melalui pelaksanaan kebijakan
program berikut: dan
(3) Sinkronisasi .
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA
-256-
(3) Sinkronisasi kebijakan antar kementerian dan lembaga pemerintah
dan pemerintah daerah, terutama berkaitan dengan peruntukan
lahan, pembangunan sarana dan prasarana fisik, pendidikan,
pelatihan dan sertifikasi SDM, pembiayaan, dan keamanan usaha.
ttd
JOKO WIDODO
l\kn -/P
I
filu..r.r. Djaman