3. Definisi Operasional
PENGERTIAN KISI-KISI
Kisi-kisi (test blue print atau table of specification) merupakan deskripsi
mengenai ruang lingkup dan isi materi yang akan diujikan. Tujuan
penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup dan tekanan
tes yang setepat-tepatnya, sehingga dapat menjadi petunjuk dalam menulis
soal. Adapun wujudnya dapat berbentuk format atau matrik.
FUNGSI KISI-KISI
SYARAT KISI-KISI
TES TULIS
Pengartian Tes Tulis
Tes secara harfiah berasal dari bahasa perancis kuno “testum” artinya piring
untuk menyisihkan logam-logam mulia. Tes adalah serangkaian pertanyaan
atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan,
pengetahuan, kecerdasan, kemampuan, atau bakat yang dimiliki seseorang
atau kelompok.
Ciri-Ciri Tes
Tes yang baik memiliki kriteria atau ciri-ciri. Ciri-ciri tes yang baik yaitu:
Validitas
Jika data yang dihasilkan oleh instrumen benar dan valid, sesuai
dengan kenyataan. Maka instrumen yang digunakan tersebut juga
valid. Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa
yang hendak diukur.
Reliabilitas
Kata reabilitas dalam bahasa Indonesia diambil dari kata reliability
dalam bahasa inggris, berasal dari kata reliable yang artinya dapat
dipercaya. Jika dihubungkan dengan validitas maka validitas adalah
ketepatan sedangkan reliabilitas adalah ketetapan.
Objektivitas
Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam
melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi.
Hal ini terutama terjadi pada sistem skoringnya. Apabila dikaitkan
dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan dalam
hasil tes.
Praktikabilitas
Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes
tersebut bersifat praktis (mudah dilaksanakan, mudah
pemeriksaannya), mudah pengadministrasiaanya.
Ekonomis
Yang dimaksud dengan ekonomis disini adalah bahwa pelaksanaan tes
tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang
banyak dan waktu yang lama.
NON-TES
Pengertian Instrument Non-tes
Instrument non-tes adalah intrumen selain tes prestasi belajar. Alat yang
dapat digunakan adalah lembar pengamatan atau observasi dan istrumen tes
sikap, minat dsb. Instrumen non-tes biasanya digunakan untuk mengevaluasi
hasil belajar, aspek psikomotorik atau keterampilan, sikap atau nilai, yaitu
untuk menggali informasi atau mengumpulkan data yang berkaitan dengan
penilaian, pendapat atau opini terhadap sesuatu yang berkaitan dengan
keterampilan, perilaku, sikap atau nilai.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan instrumen evaluasi
adalah jumlah butir pernyataan dari suatu instrumen, karena semakin banyak
jumlah butir pernyataan (unsur yang dievaluasi) maka semakin baik
kualitasnya. Pada prinsipnya prosedur penulisan untuk instrument non-tes
adalah sama dengan prosedur penulisan tes pada tes prestasi belajar, yaitu
menyusun kisi-kisi tes, menuliskan butir soal berdasarkan kisi-kisinya, telaah,
validasi butir, uji coba butir, perbaikan butir berdasarkan hasil uji coba.
Namun, dalam proses awalnya, sebelum menyusun kisi-kisi tes
terdapat perbedaan dalam menentukan validitas isi diperoleh melalui
kurikulum dan buku pelajaran, tetapi untuk non-tes validitas isi atau
konstruknya diperoleh melalui “teori”.
d) Tes kreativitas
Keativitas merupakan proses berfikir yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan secara benar dan
bermanfaat (Devito, 1989 : 118).
Ciri-ciri kreativitas berkaitan dengan imaginasi, orisinalitas,
berfikir devergen, penemuan hal-hal yang bersifat baru, intuisi, hal-hal
yang menyangkut perubahan dan eksploasi (coben, 1976 : 17). Tes
kreativitas teriri dari dua yaitu tes verbal dan tes gambar. Yang memilki
ciri kelancaran, keluwesan, keaslian dan elaborasi (Torance, 1974 : 8).
1. Menentukan apa yang akan diukur atau aspek apa yang akan mau
diungkap. Biasanya aspek hasil belajar yang diungkap dengan cara non-
tes berkenaan dengna ranah afeltif dan psikomotorik atau aspek
psikologis.
5. Mengembangkan kisi-kisi
1. Validitas
2. Reliabilitas
Keajegan internal ialah sejauh mana butir-butir soal homogen, baik dari segi
tingkat kesukaran maupun dari segi bentuk soal/prosedur menjawabnya. Jadi
tingkat kesukaran soal harus sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Tingkat
keterhandalan skor dalam arti (1) homogenitas butir soal dan (2) kehandalan butir-
butir soal dalam mengungkap perbedaan kemampuan yang terdapat di kalangan
siswa dapat diukur dengan sebuah indeks yang disebut indeks alfa dari Cronbach
yang telah disederhanakan oleh Kuder dan Richardson. Keajegan eksternal
adalah sejauh mana skor yang dihasilkan kepada kelompok orang akan tetap sama
sepanjang orang tersebut belum berubah. Hal ini dapat diuji dengan indeks
korelasi dengan paralel form (disederhanakan dengan split half method).
Analisis butir soal adalah proses penelaahan butir soal melalui informasi dan
jawaban peserta didik guna meningkatkan mutu butir soal yang bersangkutan.
Analisis butir soal bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik,
kurang baik, dan soal yang jelek. Bilangan yang menunjukkan sukar dan
mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya
indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran ini
menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0
menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan
bahwa soalnya terlalu mudah.
0,0 1,0
sukar mudah
Indeks kesukaran ini diberi simbol P (p besar), singkatan dari kata “proporsi”.
Dengan demikian, maka soal dengan P = 0,70 lebih mudah jika dibandingkan
dengan P = 0,20. Sebaliknya soal dengan P = 0,30 lebih sukar daripada soal
dengan P = 0,80.
Rumus mencari P
Keterangan :
P = indeks kesukaran
4. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa
yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan
rendah). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi, disingkat D (d besar). Indeks diskriminasi (daya pembeda) berkisar
antara 0,00 sampai 1,00. Indeks diskriminasi memiliki tanda negatif (-) yang
digunakan jika sesuatu soal “terbalik” menunjukkan kualitas testee, yaitu anak
pandai disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai. Dengan demikian ada tiga
titik pada daya pembeda, yaitu:
Rumus mencari D
Keterangan :
D = daya pembeda
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
Butir-butir soal yang baik adalah butir-butir soal yang mempunyai indeks
diskriminasi 0,4 sampai dengan 0,7.
Salah satu tujuan analisis kuantitatif soal adalah untuk menentukan dapat tidaknya
suatu soal membedakan kelompok dalam aspek yang di ukur sesuai dengan
perbedaan yang ada dlam kelompok itu.
Tingkat kesukaran berpengaruh langsung pada daya pembeda soal. Jila setiap
orang memilih benar jawaban ( P = 1 ), atau jika setiap orang memiliki benar
jawaban (P = 0) maka soal tidak dapat digunakan untuk membedakan kemampuan
peserta tes. oleh kaena itu soal yang baik adalah soal yang memiliki daya
pembeda antara peserta tes kelompok atas dan kelompok rendah. Kelompok
rendah memiliki tingkat kemampuam 0.50 dan akan diperoleh daya pembeda
kelompok atas maksimal 1.00.
Skor
Nomor soal
Total
No Peserta
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Aan 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
2 Adi
1 0 0 0 1 0 0 0 1 0
3 Ana
8
4 Andi 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0
3
5 Candra
1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 7
6 dian
8
7 Risma
1 0 1 0 1 0 0 0 1 0
4
8 sasa
8
1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
9 titik
3
10 uun
1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 6
4
1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
4
1 0 0 1 1 0 0 0 1 0
1 0 0 0 0 0 1 1 1 0
Untuk memudahkan perhitungan sekor yang terdapat pada tabel di urutkan dari
peserta tes yang memperoleh skor yang tinggi menuju peserta yang memperoleh
sekor yang rendah. Perhatikan tabel berikut:
Sk
Nomor soal
or
N Pese
o rta
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Aan 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8
2 Dian 8
1 1 1 1 1 1 1 1 0 0
3 Andi 8
4 Ana 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 7
5 Sasa 6
1 1 1 1 0 1 1 1 0 0
6 Cand 4
ra
7 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 4
Titik
8 4
Uun
1 0 1 0 1 0 0 0 1 0
9 3
Adi
1 3
0 Rism 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0
a
1 0 0 0 1 0 0 1 1 0
1 0 0 0 1 0 0 0 1 0
1 0 0 0 1 0 0 0 1 0
Jumlah
10 5 6 6 8 5 5 5 5 0
jawaban
benar
Jumlah 1
10 10 10 10 10 10 10 10 10
peserta 0
Kesukaran 0.0 0.5 0.6 0.6 0.8 0.5 0.5 0.5 0. 1.0
0 0 0 0 0 0 0 0 5 0
Keterangan :
Nilai DB akan merentang antara nilai -1,00 hingga +1.00. dengan mengambil soal
comtoh di atas beberapa kondisi soal dapat di jelaskan sebagai berikut:
contoh : soal nomor 2 semua siswa kelompok atas dapat menjawab benar dan
semua siswa kelompok bawah menjawab salah, maka DB akan + 1,00. DB dapat
di tentukan besarnya dengan rumus sebagi berikut : PT – PR
TB RB
–
T T
PT =Proporsi siswa yang menjawab benar pada kelompok siswa yang
mwmpunyai kemampuan tinggi
PR =Proporsi siswa yang menjawab benar pada kelompok siswa yang
mwmpunyai kemampuan rendah
TB =Jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok siswa yang mempunyai
kemampuan tinggi
RB =Jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok siswa yang mempunyai
kemampuan rendah
Kembali pada tingkat kesukaran yang di tunjukkan pada tabel dapat kita lihat soal
no 9 merupakan soal yang sukar bagi kelompok atas tetapi sangat mudah bagi
kelompok bawah soal no 10 merupakan soal yang sangat sukar baik bagi
kelompok atas maupun kelompok bawah. soal nomor 2 dan nomor 6 merupakan
soal yang sangat sukar dagi kelompok bawah tetapi relatif mudah untuk kelompok
atas. Perhitungan daya beda sangatlah sederhana dan menyajikan informasi yang
dapat membedakan masing – masing kelompok berdasarkan kemampuan mereka.
(engelhart, 1965) . soal nomor 1 dan nomor 10 tidak menujukkan perbedaan antar
kelompok. Tidak adanya perbedaan tingkat kesukaran pada soal nomor 1 dan
nomor 10 yang juga menujukkan bahwa soal tidak dapat menujukkan perbedaan
antar kelompok. Soal no 5 dan no 9 mempunyai indeks dayabeda yang baik, tetapi
terbalik. Tanda negatif no 5 dan no 9 menujukkan bahwa peserta tes yang
kemampuanya tinggi tidak dapat menjawab soal dengan benar , tetapi peserta tes
yang kemampuanya rendah menjawab dengan benar , data setatistik diatas
menunjukkan bahwa soal nomor 5 dan 9 merupakan soal yang tidak baik, data
setatistik menujukkan bahwa soal nomer 2,3,4,6,7 dan 8 merupakan soal yang
baik ditinjau dari daya pembeda.
Bagaimana cara menentukan daya pembeda soal uraian? Lankah yang di lakukan
untuk menghitung daya pembeda sama seperti yang dilakukan pada soal pilihan
ganda. Urutkan seluruh peserta tes berdasarkan perolehan sekor total dari yang
tinggi keperolehan sekor yang rendah.
4.Menghitung selisi tingkat kesukaran menjawab soal antara kelompok atas dan
kelompok bawah.
6.Menentukan ada tidaknya daya pembeda pada setiap nomor soal dengan kriteria
“memiliki daya pembeda”.