Anda di halaman 1dari 5

Nama : Al Hilaal Putra Aditama

Npm : 3019210284
Kelas : A

“PENGANTAR HUKUM INDONESIA”

1. Dalam Hukum Perdata, ada subjek hukum perdata. Jelaskan tentang subjek hukum
secara umum dan sebutkanlah subjek hukum yang ada di Hukum Perdata?
Jawab :

Beberapa pendapat para ahli tentang subyek hukum adalah sebagai berikut :
a) Menurut Prof. chainur Arrasjid,S.H (2008:120), Subyek hukum adalah segala sesuatu yang
menurut hukum dapat menjadi pendukung (dapat memiliki) hak dan kewajiban.
b) Dr.Soedjono Dirdjosisworo,S.H. (2007:128), mengemukakan Subyek hukum atau subjeck van
een recbt yaitu “orang” yang mempunyai hak manusia pribadi atau badan hukum yang berhak
atau yang melakukan perbuatan hukum

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa subjek hukum adalah sesuatu yang menurut hukum
yang memiliki hak dan kewajiban yang memiliki kewenangan untuk bertindak dan melakukan perbuatan
hukum.

Subjek hukum dapat di bedakan menjadi dua,yaitu :


a) Manusia (naturlife person)

menurut hukum adalah setiap orang yang mempunyai kedudukan yang sama selaku pendukung hak dan
kewajiban. Pada dasarnya orang sebagai subjek hukum di mulai sejak ia lahir dan berakhir setelah
meninggal dunia. Namun, ada pengecualian menurut pasal 1 ayat (2) KUHPerdata yang berbunyi ”anak
yang ada dalam kandungan ibunya,di anggap telah lahir.setiap kali kepentingan si anak
menghendakinya.” bahwa bayi yang masih dalam kandungan ibunya di anggap telah lahir dan menjadi
subjek hukum. Apabila bayi tersebut lahir dalam keadaan meninggal dunia menurut hukum ia tidak
pernah ada sehingga ia tidak di anggap subyek hukum. Ketentuan tersebut juga menegaskan bahwa hak
dan kewajiban anak baru lahir di anggap ada jika ia lahir hidup. Apabila ia lahir mati maka haknya
dianggap tidak ada.Misalkan kepentingan anak untuk menjadi ahli waris dari orang tuanya walaupun ia
masih berada dalam kandungania di anggap lahir dan oleh karena itu harus di perhitungkan hak-haknya
sebagai ahli waris.Tetapi jika ia lahir dalam keadaan mati maka haknya di anggap tidak pernah ada. Di
samping itu berdasarkan undang-undang seseorang tidak di anggap telah meninggal dunia jika hilang
tidak diketahui keberadaannya dan tidak ada kepastian apakah ia masih hidup dalam tenggang waktun
setelah 5 tahun ia meninggalkan tempat kediamannya.

(pasal 467,468,dan 469 KUHPerdata) Ada beberapa golongan oleh hukum dinyatakan “tidak cakap”
atau ”kurang cakap” untuk bertindak sendiri dalam melakukan perbuatan-perbuatan hukum. Orang-orang
yang demikian di sebut handelingsonbek waam atau di wakili atau dibantu orang lain. Mereka-mereka
yang oleh hukum telah dinyatakan tidak cakap untuk melakukan sendiri perbuatan-perbuatan hukum
adalah sebagai berikut:
 orang yang masih di bawah umur(sebelum mencapai usia 21 tahun/belum dewasa), di bahas
juga dalam pasal 30nKUHPerdata jo.stb.193` no. 54, pasal 7 undang-undang perkawinan no. 1
tahun 1974, dll
 orang yang tidak sehat pikirannya(gila),pemabuk,dan pembolos yakni,mereka yang ditaruh
dibawah pengampuan.
 perempuan dalam pernikahan (wanita kawin)

b) Badan Hukum

 Menurut Dr.Soedjono Dirdjosisworo,S.H. di dalam bukunya pengantar ilmu hukum(2007:128)


badan hukum adalah perkumpulan atau organisasi yang didirikan dan dapat bertindak sebagai
subyek hukum.
 Menurut prof. chainur Arrasjid,S.H di dalam bukunya dasar-dasar ilmu hukum(2008:124) Badan
hukum adalah setiap pendukung hak yang tidak berjiwa (yang bukan manusia)yang dapat
melakukan perbuatan hukum seperti manusia

Prof. chainur Arrasjid,S.H di dalam bukunya dasar-dasar ilmu hukum(2008:124) Untuk menjalankan hak
dan kewajibannya, badan hukum bertindak dengan perantara pengurusnya, walaupun pengurus dari badan
hukum itu selalu dapat berganti-ganti namun badan hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban tetap
ada.Misalnya dapat melakukan persetujuan,memiliki harta kekayaan yang sama sekali terlepas dari
kekayaan para anggotanya (koperasi). Hak dan kewajiban badan hokum itu sama sekali terpisah dari hak
dan kewajiban anggotanya.Badan hokum juga dapat berperan sebagai penggugat dan dapat sebagai
tergugat seperti halnya manusia.

Menurut prof. chainur Arrasjid,S.H di dalam bukunya dasar-dasar ilmu hukum(2008:124) Di dalam
masyarakat dapat kita jumpai bermacam badan hukum yang secara garis besarnya dapat di golongkan
kedalam 2 bentuk,yaitu badan hukum publik dan badan hukum perdata.
 Badan hukum publik,yaitu Negara,daerah swacantra, tingkat 1 dan 2 , kota madya, kota praja, dan
desa.
 Badan hukum perdata(privat), yaitu perseroan terbatas dan PT yayasan. lembaga dan
koperasibadan hokum Indonesia(inlandsrechtpersoon)seperti:koperasi Indonesia,perusahaan
Negara,wakaf dll. Perbedaan badan hukum dengan manusia ialah,bahwa badan hukum tidak
dapat melakukan perkawinan dan tidak dapat di hukum penjara kecuali hukum denda.

2. Mengapa pasal 2 BW disebut dengan Fiksi Hukum. Jelaskanlah dan berikan contohnya?
Jawab :

Dalam sebuah fiksi hukum, siapapun tanpa kecuali dianggap tahu hukum. Menjadi kesalahan besar jika
seseorang tidak tahu hukum (ignorante legs est lata culpa). Dalam bahasa sederhana, seseorang tidak bisa
ngeles bahwa ia tidak tahu hukum jika suatu saat harus mempertanggungjawabkan sesuatu di depan
hukum.
Adagium fiksi hukum sudah lama ditinggalkan, tetapi faktanya pandangan ini dianut dunia peradilan, baik
Mahkamah Agung (MA) maupun Mahkamah Konstitusi (MK). Putusan MA No. 645K/Sip/1970 dan
putusan MK No. 001/PUU-V/2007 memuat prinsip yang sama: “ketidaktahuan seseorang akan undang-
undang tidak dapat dijadikan alasan pemaaf”.
Putusan MA No. 77 K/Kr/1961 menegaskan “tiap-tiap orang dianggap mengetahui undang- undang
setelah undang-undang itu diundangkan dalam lembaran negara”.
Sesuai namanya, fiksi hukum adalah fiksi. Faktanya, tidak semua orang tahu hukum, dan tidak satu orang
pun yang tahu semua hukum. Akibatnya, seringkali pencari keadilan dirugikan.
Maka dalam pasal 2 BW “Anak yang ada dalam kandungan seorang perempuan, dianggap sebagai telah
dilahirkan, bilaman kepentingan si anak menghendakinya. Mati sewaktu dilahirkan, dianggaplah tidak
pernah ada.” Fiksi ini tidak merugikan kepentingan siapapun. Dia harus dianggap ada sehingga tidak
membahayakan kepentingan siapapun.
Dengan demikian, maka dengan mudah orang mengatakan bahwa fiksi perundang-undangan itu bukanlah
fiksi sebenarnya melainkan dirumuskan belaka sebagai fiksi.

3. Apa yang saudara ketahui tentang handelingsbekwaam dan handelingsbevoegd,


jelaskanlah?
Jawab :

a) Pribadi yang mampu melaksanakan hak (handelingsbekwaam) adalah kecakapan melaksanakan


hak dan kewajiban . Tidak setiap orang atau pribadi telah mempunyai hak dan kewajiban, salah
satu syarat untuk dapat melaksanakan hak dan kewajiban adalah orang itu harus dewasa atau
sudah memiliki kecakapan melaksanakan hak dan kewajiban. Contohnya : seseorang punya hak
utk kawin, tetapi syaratnya harus sudah dewasa (21 tahun).
b) Hak untuk bersikap tindak atau tindakan hukum (handelingsbevoegd) adalah hak yg dimiliki oleh
setiap orang sesuai dengan hak dan kewajibannya. Tindakah hukum adalah perbuatan atau
kegiatan yg akibat hukumnya dikehendaki oleh si pembuat.

Contoh : membeli barang, mengikuti kuliah,menikah ,dll.

4. Alasan-alasan apa yang menyebabkan timbulnya pribadi hukum?


Jawab :

Disamping orang atau manusia sebagai pribadi kodrati yang merupakan subjek hukum, juga ada yang
disebut dengan subyek hukum yaitu pribadi hukum yang merupakan pribadi ciptaan hukum. Adanya
pribadi hukum tersebut, setidak-tidaknya dapat dikembalikan pada sebab-sebab, sebagai berikut :
 Adanya suatu kebutuhan untuk kepentingan-kepentingan tertentu, atas dasar kegiatan-kegiatan
yang dilakukan bersama oleh pribadi-pribadi kodrati;
 Adanya tujuan-tujuan idiil yang perlu dicapai, tanpa senantiasa tergantung pada pribadi-pribadi
kodrati secara perorangan.

5. Dalam perkawinan sering terjadi putusnya hubungan perkawinan, jelaskanlah alasan-


alasan yang dapat memutus hubungan perkawinan tersebut?
Jawab :

Menurut pasal 38 UU nomor 1 tahun 1974,perkawinan putus karena :


1) Kematian,artinya salah satu pihak suami atau istri meninggal dunia.
2) Perceraian.
3) Atas putusan pengadilan.

Menurut Pasal 199 KUH Perdata,putusnya perkawinan karena :


1) Kematian,artinya salah satu pihak suami atau istri meninggal dunia.
2) Keadaan tidak hadir si suami atau istri selama 10 tahun diikuti perkawinan baru.
3) Putusan hakim setelah adanya perpisahan meja makan dan ranjang.
Perpisahan meja makan dan ranjang (Van scheiding table en bed ) dikenal dalam KUH Perdata. adapun
alasan perpisahan tersebut adalah :
1) Zinah.
2) Pihak satu meninggalkan pihak lain selama 5 tahun tanpa kabar atau sengaja diusir.
3) Penghukuman 5 tahun atau lebih.
4) Penganiayaan berat.
5) Perbuatan yang melewati batas,seperti : Penganiayaan dan penghinaan.
6) Adanya sepakat kedua belah pihak tanpa alasan.

Perceraian diatur dalam Pasal 39 – 41 UU nomor 1 tahun 1974, pasal 19 – 36 PP nomor 9 tahun 1975,
pasal 207 – 232 a KUH Perdata. Untuk bercerai harus ada alasan-alasan sah seperti yang disebutkan
dalam Perundang-undangan, tidak boleh atas persetujuan kedua pihak saja.
Menurut UU nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan,alasan perceraian apabila antara suami istri tidak
akan dapat hidup rukun lagi sebagai suami istri karena:
1) Salah seorang berbuat zinah,atau menjadi pemabuk,pemadat dan lain sebagainya yang
sulit disembuhkan.
2) Salah seorang meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain.
3) Salah seorang mendapat hukuman penjara 5 tahun atau lebih setelah perkawinan berlangsung.
4) Salah seorang melakukan kekejaman atau penganiayaan yang membahayakan pihak lain.
5) Salah seorang mendapat cacat badan atau penyakit ,sehingga tidak dapat menjalankan
kewajibannya sebagai suami istri.
6) Selalu terjadi pertengkaran dan tidak ada harapan lagi untuk hidup rukun dalam rumah
tangga.

6. Keturunan adalah hal yang sangat penting dalam perkawinan, dimana orang tua
diberikan kekuasaan untuk keturunannya. Jelaskan kekuasaan orang tua dan bagaimana
jika orang tua tidak dapat menjalankannya?
Jawab :

Yang dimaksud dengan Kekuasaan Orang tua adalah, kekuasaan untuk melakukan kewajiban orang tua
terhadap anak yang terdapat pada Pasal 45 ayat (1).
Berdasarkan Pasal 45 ayat (1) bahwa mengatakan : ” Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik
anak-anak mereka sebaik-baiknya.”

Masa berlakunya kewajiban pada Pasal 45 ayat (1) di atas, berdasarkan Pasal 45 ayat (2) mengatakan
sebagai berikut :
“Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berlaku sampai anak itu kawin atau
dapat berdiri sendiri, kewajiban mana berlaku terus meskipun perkawinan antara kedua orang tua
putus.”

Artinya adalah bawah orang tua memiliki kewajiban yang tercantum pada ayat (1) pada saat :
 Sampai anak tersebut kawin (menikah);
 Dapat berdiri sendiri (Mandiri)
 Apabila terjadi perceraian orang tua, maka perceraian itu tidak mengakibatkan kewajiban
terhadap anak putus.

Berdasarkan Pasal 47 ayat (1) mengatakan bawah :


”Anak yang belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun atau belum pernah melangsungkan
perkawinan ada di bawah kekuasaan orang tuanya selama mereka tidak dicabut dari kekuasaannya.”
Artinya bahwa Kekuasaan orang tua untuk menjalankan kewajiban yang terdapat pada Pasal 45 ayat (1)
pada saat anak :
 Anak yang belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun, atau ;
 Belum pernah melangsungkan perkawinan

Kekuasaan orang tua untuk mejalankan kewajibannya terhadap anak yang dimaksud pada pasal 45 ayat
(1) tersebut di atas, maka berdasarkan Pasal 45 ayat (2) orang tua memiliki kewajiban sebagai berikut :
“Orang tua mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hukum di dalam dan di luar
Pengadilan.”

Artinya: orang tua dapat mewakili dalam suatu perbuatan hukum terhadap apa yang dilakukan oleh anak
yang masih dalam kekuasaannya karena anak belum mencapai 18 tahun/belum dewasa atau belum pernah
menikah.
Jika orang tua tidak dapat menjalankan kekuasaan terhadap keturunannya maka akan dicabutnya
kekuasaan orang tua itu terhadap keturunannya.

UU Perkawinan juga menjelaskan mengenai Pencabutan Kekuasaan Orang Tua, yang diatur dalam Pasal
49 ayat (1) UU Perkawinan yang berbunyi :
“Salah seorang atau kedua orang tua dapat dicabut kekuasaannya terhadap seorang anak atau lebih
untuk waktu yang tertentu atas permintaan orang tua yang lain, keluarga anak dalam garis lurus ke
atas dan saudara kandung yang telah dewasa atau pejabat yang berwenang, dengan keputusan
Pengadilan dalam hal-hal:
 la sangat melalaikan kewajibannya terhadap anaknya;
 la berkelakuan buruk sekali

Anda mungkin juga menyukai