Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH VENTILASI TAMBANG

“METHANE DRAINAGE”

Disusun Oleh :

NAMA : AHMAD YUSUF FADILLAH ZEBUA

NIM : 03021181722021

KELAS :B

KAMPUS : INDRALAYA

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat
nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah
sebagai tugas dari mata kuliah Ventilasi Tambang dengan judul “Methane Drainage”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, Kami mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Inderalaya, 22 Maret 2020


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batubara memiliki kemampuan menyimpan gas dalam jumlah yang banyak, karena
permukaannya mempunyai kemampuan mengadsorpsi gas. Meskipun batubara berupa benda padat dan
terlihat seperti batu yang keras, tapi di dalamnya banyak sekali terdapat pori-pori yang berukuran lebih
kecil dari skala mikron, sehingga batubara ibarat sebuah spon. Kondisi inilah yang menyebabkan
permukaan batubara menjadi sedemikian luas sehingga mampu menyerap gas dalam jumlah yang besar.
Jika tekanan gas semakin tinggi, maka kemampuan batubara untuk mengadsorpsi gas juga semakin besar.

Gas yang terperangkap pada batubara sebagian besar terdiri dari gas metana, sehingga secara
umum gas ini disebut dengan Coal Bed Methane atau disingkat CBM. Dalam klasifikasi energi, CBM
termasuk unconventional energy (peringkat 3), bersama-sama dengan tight sand gas, devonian shale gas,
dan gas hydrate. High quality gas (peringkat 1) dan low quality gas (peringkat 2) dianggap sebagai
conventional gas.

1.2 Rumusan Masalah

Jelaskan apa yang dimaksud dengan Methane Drainage dalam pengolahan gas metana batubara,
beserta cara dan skema drainase gas metana pada tambang batubara baik pada saat pra penambangan, saat
proses penambangan berlangsung, dan pada saat pasca penambangan secara merinci dan jelas.

1.3 Tujuan

Agar mahasiswa didik dapat menjelaskan dan mengetahui bagaimana proses drainase gas metan
pada saat pra penambangan, saat proses penambangan berlangsung, dan saat pasca tambang beserta
skema drainasenya serta metode drainasenya.
BAB II

ISI

2.1 Methane Drainage

Methane Drainage adalah metode pemisahan gas metana yang tidak terpakai dalam tambang yang
mana gas metan yang kita ketahui adalah gas yang bersifat eksplosif dan dapat mencangam nyawa
manusia dan tentunya produksi batubara tersebut. Maka dari itu harus dilakukan methane drainage pada
saat pra penambangan, saat penambangan, dan juga pasca penambangan agar tidak terjadi ledakan gas
metan yang membahayakan pada 3 tahap yang sudah di sebutkan tadi.

1. Sebelum proses penambangan

Sebelum proses penambangan berlangsung perlu dilakukannya methane drainage, ada dua cara yang perlu
dilakukan agar bisa melakukan methane drainage sebelum proses penambangan :

 Peta Isopach

Peta isopach adalah peta yang menggambarkan garis-garis yang menghubungkan titik-titik suatu formasi
atau lapisan dengan ketebalan yang sama. Peta isopach sangat penting untuk mengetahui dimana lokasi
yang memiliki banyak batubara, serta mengetahui semua kondisi dan kontruksi dari lapisan batubara itu
sendiri

 Peta struktur

Setelah ditemukannya lokasi hal yang harus diperhatikan selanjutnya adalah ketebalan dari lapisan
batubara itu sendiri, ketika ketebalan dari lapisan batubara telah diketahui maka akan sangat berpengaruh
untuk menentukan pengeboran, baik menggunakan pengeboran vertikal maupun horizontal.

Setelah mengetahui lokasi dan ketebalan dari batubara maka dilakukannya proses pemboran. Pada tahap
awal pemboran gas metana  sebagian besar hanya memproduksi air  hal ini terjadi karena :

 Didalam  seam batubara didapatkan sejumlah air yang tergantung dari peringkat batubara dan ada
tidaknya hubungan lapisan batubara dengan sandstone diatasnya.

 Adanya air didalam seam batubara akan memberi tambahan tekanan gas, yang membuat gas
semakin kuat teradsorbsi dalam matrix batubara

 Untuk mengurangi tekanan yang ada dalam seam batubara maka harus dilakukan dewatering
dengan cara dipompakan ke atas.

 Apabila ukuran kondisi cleat dan pori tidak memungkinkan air mengalir dari dalam seam
batubara, maka dibantu dengan kavitasi.

Kavitasi adalah suatu upaya untuk membuka cleat dan pori dalam seam batubara dengan cara memompa
air dan udara kedalam seam batubara untuk meningkatkan tekanan dalam reservoir. Setelah itu tekanan
dilepas, sehingga ada tekanan balik dari air dan udara masuk ke sumbur pemboran, yang diikuti aliran air.
Bila sudah terjadi dewatering, harus memastikan bahwa :

 Permukaan air yang masuk ke dalam pompa harus rendah, sehingga gas tidak ikut keluar
bersama-sama air, yang mengakibatkan air mengandung gas.

 Setelah air dipompa ke atas, volume air menurun dan tekanan gas akan turun sehingga produksi
gas akan meningkat.

 Gas akan keluar melalui pipa yang posisinya lebih tinggi .

Metode pemboran yang dilakukan ada tiga yaitu :

 Pre-mine boreholes. Mengebor dari permukaan, mengeluarkan gas metan dari daerah yang tidak
ditambang atau dari lapisan batubara yang tidak akan ditambang.

 Gob boreholes. Mengebor dari permukaan, mengeluarkan gas metan dari gob area. Gob area
merupakan daerah rekah atau patahan yang disebabkan oleh runtuhnya lapisan sekitar batubara
akibat proses penambangan.

 Horizontal boreholes. Mengebor dari dalam tambang, mengeluarkan gas metan sebelum
dilakukan penambangan.

Setelah dilakukannya pemboran dan dewatering selanjutnya dilakukan pembuatan ventilasi agar bisa
dilakukan proses penambangan dan juga sebagai tempat keluar masuknya udara segar.

2. Selama Proses Penambangan

Pada saat proses penambangan berlangsung pasti memiliki sisa-sisa gas metana meskipun sudah
dikeluarkan ketika proses dewatering serta pemboran, dengan demikian perlu dilakukan dengan
menggunakan beberapa alat yaitu:

 Hydrolic Roof Support

 Shesrer

 Cross measurment borehole

Cross measurment borehole telah dipakai oleh beberapa perusahaan tambang, dimana metode ini menjadi
metode yang paling efektif untuk mengendalikan metana yang bebas bergerak di bidang patahan pada
atap didalam longwall di mana lapisan penutup lebih sedikit lebih dari 750 kaki (229 m). Lubang bor
dibor ke dalam bidang patahan sebelum gas metana mempengaruhi di sekitar area tersebut. Pada
penambangan longwall patahan pada atap akan melepaskan metana dari lapisan sumber. Pompa vakum
akan digunakan untuk menarik gas ke permukaan melalui pipa bawah tanah dan lubang pembuangan
vertikal. Gas metana tersebut ditangakap oleh pompa tersebut dan dengan demikian dicegah memasuki
sistem ventilasi tambang. Gas tersebut dikeluarkan melalui pipa keatas dan untuk air dikeluarkan melalui
pipa ke bawah

 Cross meassure boreholes

 Drainage pipe

 Shaft/Shaft conveyance

 Pump Scation

 Containeriset Engine

 Transformer

 Grid

 Ventilation Shaft

 Oxitidiser

3. Pasca Penambangan

Setelah batubara habis maka akan dilakukan lagi methane drainage agar tidak ada lagi sisa-sisa gas
metana yang keluar. Pada saat pasca penambangan perlu dilakukan pemboran agar bisa mendapatkan
sisa-sisa dari gas metana yang ada, dan jika masih belum efektif tentunya ditinjau ulang methane
drainage.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Methane Drainage adalah metode pemisahan gas metana yang tidak terpakai dalam tambang yang
mana gas metan yang kita ketahui adalah gas yang bersifat eksplosif dan dapat mencangam nyawa
manusia dan tentunya produksi batubara tersebut. Metode pemisahan ini dilakukan baik pada saat pra
penambangan, pada saat proses penambangan berlangsung, dan saat pasca penambangan agar tidak
membahayakan baik pihak teknisi pertambangan, alam sekitar, dan penduduk di sekitar area
penambangan batubara.

Anda mungkin juga menyukai