Anda di halaman 1dari 6

Syamsul Bahri Pemisahan Methanol dari Limbah å

PEMISAHAN METANOL DARI LIMBAH BIOMASSA TANDAN KOSONG KELAPA


SAWIT DARI HASIL SAMPING PEMBUATAN PULP

METHANOL RECOVERY OF LIQUID WASTE OF TREATMENT OIL PALM EMPTY


FRUIT BUNCHES AS PRODUCT PULP

Syamsul Bahri
Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang
e-mail: esbe89@yahoo.co.id
Diajukan: 24 September 2012; Direvisi: 01 ± 18 Oktober 2012; Disetujui: 21 November 2012

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi optimum proses pembuatan bubur
kertas (pulp) menggunakan NaOH dalam pelarut metanol. Proses pembuatan bubur
kertas dari TKKS meliputi pemasakan, pencucian, penghancuran, penyaringan,
pemutihan dan proses recovery metanol yang telah digunakan. Beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap persen yield bubur kertas antara lain konsentrasi pelarut,
temperatur pemasakan, waktu pemasakan, jenis dan sifat katalis. Kondisi optimum pada
proses pembuatan bubur kertas dari TKKS menggunakan NaOH dalam pelarut metanol
yaitu konsentrasi metanol 35%, konsentrasi NaOH 1,5% dengan menggunakan MgSO4
sebesar 10 gram pada temperatur pemasakan 115-135 oC untuk mendapatkan yield
bubur kertas sebesar 47,60%. Kondisi optimum proses bleaching sehingga didapatkan
derajat putih yang baik tanpa merusak sifat fisik bubur kertas meliputi kekuatan tarik,
retak, kekuatan sobek dan ketahanan lipat yaitu dengan menggunakan 3% H2O2 selama
proses bleaching, menghasilkan derajat putih sebesar 42,56% GE yang memenuhi
standard yang berlaku. Metanol sebagai alternatif pelarut pada proses pembuatan bubur
kertas dapat digunakan sebagai penganti ethanol, bahkan dengan efisiensi persen
yieldnya yang lebih besar. Persen recovery metanol rata-rata pada kondisi optimum
proses pemasakan dan penghancuran adalah sebesar 19,80% dan 27,40%.

Kata kunci : Derajat putih, metanol, pengolahan tandan kosong kelapa sawit, bubur
kertas

Abstract

This study aims to determine the optimum conditions for the process of producing paper
pulp using NaOH in methanol solvent. The TKKS pulping process includes cooking,
washing, crushing, screening, bleaching and methanol recovery process that has been
used. Some of the factors that influence the percentage of yield pulp include solvent
concentration, cooking temperature, cooking time, type and properties of the catalyst.
Optimum conditions in the pulping process of TKKS using NaOH in methanol solvent is
35% methanol concentration, NaOH concentration of 1.5% using a 10 gram MgSO4
cooking temperature 115-135 oC for pulp yield of 47.60%. The optimum conditions of
bleaching process to obtain a good whiteness without damaging the physical properties of
pulp include tensile strength, crack, tear strength and folding endurance by using 3% H2O2
for bleaching process, generating whiteness of 42.56% GE that meet applicable
standards. Methanol as an alternative solvent in the manufacture of pulp can be used as a
substitute for ethanol, even with efficiency greater yield. Percent methanol recovery on
average at the optimum conditions at the destruction and cooking process is at 19.80%
and 27.40%.

Keywords : Empty fruit bunches Management, oil palm, pulp, process the methanol

131
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 23 No. 2 Tahun 2012 Hal. 131 136

PENDAHULUAN kertas menggunakan pelarut organik


dapat dilihat pada Gambar 1 (Firdaus,
Tandan kosong kelapa sawit 1998).
(TKKS) merupakan bahan
berlignoselulosa yang memiliki prospek Tabel 1. Komposisi Kimia TKS
yang baik untuk digunakan sebagai Komposisi Menurut Menurut
bahan baku industri bubur kertas dan kimia TKS Khoo Prate
kertas yang memenuhi standar, akan Selulosa, % 42.7 36.8
menghasilkan limbah berupa lindi hitam Lignin, % 17.2 15.5
(black liquor) yang kandungan ligninnya Hemiselulosa, % 27.3 27.1
cukup besar yaitu 22% berat kering Abu, % 0.70 0.6
TKKS (Darnoko et al., 1995). Sumber : Khoo, Prate 1992,
Pemanfaatan limbah biomassa TKKS
secara efisien dapat dilakukan dengan Pelarut organik yang dapat
menerapkan konsep biomass refining digunakan sebagai media delignifikasi
yaitu melakukan proses pengolahan antara lain : alkohol, asam, amina dan
dengan menggunakan pelarut organik turunan phenol. Salah satu pelarut
yang prinsipnya adalah proses organik yang lebih menarik dibanding
fraksionasi biomassa menjadi pelarut organik lain adalah metanol.
komponen-komponen utama Keistimewaannya adalah selektivitas
penyusunnya (selulosa, hemi selulosa delignifikasi yang baik untuk
dan lignin) (Zulfansyah, 1998). mempertahankan selulosa, kemudahan
Pengolahan hasil samping yang bisa dalam pengoperasian, dapat dilakukan
mempunyai nilai tambah adalah dengan pada tekanan dan temperatur rendah
pengolahan tandan kosong kelapa sawit dan tinggi, dapat dilakukan dengan atau
sebagai produk bubur kertas melalui tanpa katalis dan lebih ramah
proses pemasakan, penghancuran, lingkungan, karena bebas belerang dan
pemucatan/bleaching dan kita dapat klorin.
memperoleh kembali metanol melalui Dalam penelitian ini akan mengkaji
distilasi, pemisahan berdasarkan kondisi optimal meliputi konsentrasi
perbedaan titik didih (Carleby,1996). NaOH, konsentrasi Metanol, lama dan
Menurut Firdaus, et. al., (1998) temperature pemasakan, konsentrasi
TKS mengandung 42,7% selulosa, MgSO4 dan konsentrasi H2O2 pada
27,3% hemi selulosa dan 17,2% lignin proses pengolahan limbah tandan
sebagai sumber bahan baku pembuatan kosong kelapa sawit menjadi bubur
bubur kertas dengan proses organosolv kertas menggunakan NaOH dengan
pulping menggunakan etanol alkali. pelarut metanol. Hasil bubur kertas yang
Proses pembuatan bubur kertas dapat dihasilkan pada kondisi optimum diuji
dilakukan dengan menggunakan bahan derajat putihnya dan dibandingkan
baku tandan kosong sawit dan larutan dengan standard bubur kertas untuk
Metanol soda dengan berbagai bahan baku kertas pada umumnya.
konsentrasi dan ditambahkan katalis
MgSO4 dengan lama pemasakan (3-5) METODE PENELITIAN
jam di dalam digester yang sederhana
berkapasitas 10 liter pada temperatur Bahan
(110-140) oC dan tekanan operasi (3-6) Bahan-bahan yang digunakan ;
Bar. tandan kosong sawit, pelarut Metanol,
Proses organosolv pulping telah NaOH, MgSO4, H2O2
menjadi metode alternatif bagi proses
pembuatan pulp konvensional, dimana Peralatan
pelarut organik yang telah digunakan Peralatan yang digunakan antara
untuk proses dapat di peroleh kembali lain : serangkaian alat destilasi, dan alat
untuk menghindari pencemaran dan agar bantu lainnya
lebih ekonomis dan efisien. Secara
sederhana skema pembuatan bubur

132
Syamsul Bahri Pemisahan Methanol dari Limbahå

Metode menghasilkan yield yang berbeda-beda


Variasi penelitian disajikan pada Tabel 2 seperti ditunjukkan pada tabel 3.
sedangkan flowchart sebagai berikut :
Tabel 3. Hasil percobaan yield bubur kertas
TKS ANALISA
Percobaan A ± F 200 gr SELULOSA,HEMISELULOSA, V Recovery Recovery Cairan %
Percobaan g ± I 250 gr LIGNIN, ABU
Cairan Penghancuran, Yield
PEMASAKAN
Pemasakan, % bubur
METANOL, NAOH,
MgSO4, AIR
Percobaan A,B,C 110 ± 130 oC
Percobaan D,E,F 115 ± 135 oC
% kertas
Volume 7 ltr
Percobaan G,H,I 120 ± 140 oC A 40,1 23,6 35,1
B 1,6 7 53,2
PENYARINGAN RECOVERY METANOL,AIR C 2,7 20,8 48,1
D 4,4 22,7 51,5
E 3,7 35,1 41,3
CAIRAN LIGNIN F 5,3 24,4 50
G 13,9 19,2 32
AIR PENCUCIAN AIR BUANGAN H 14 17,8 38
I 3,9 17,7 42
METANOL, NaOH,
PENGHANCURAN
MgSO4, AIR
Volume 5 ltr
200 RPM, 2 JAM
Pada percobaan A, B, C dengan
PENYARINGAN RECOVERY METANOL, AIR
konsentrasi metanol 40% diperoleh yield
bubur kertas rata-rata sebesar 45,47%,
CAIRAN LIGNIN
percobaan D, E, F dengan konsentrasi
metanol 35% diperoleh yield bubur
AIR PENCUCIAN AIR BUANGAN kertas rata-rata sebesar 47,6% dan
untuk pecobaab G, H, I dengan
H2O2, NaOH,AIR
PEMUTIHAN
konsentrasi metanol 30% diperoleh yield
PEMANASAN 60 ± 80 oC
Volume 500 ml
½ jam, 200 rpm bubur kertas rata-rata sebesar 47,6%.
Pengaruh konsentrasi metanoll pada
yield bubur kertas adalah semakin besar
PENYARINGAN Cairan H2O2, NaOH
konsentrasi metanol maka semakin
besar juga yield bubur kertas, hal ini
PENGERINGAN dikarenakan titik didih metanol yang
rendah dengan tekanan uap yang tinggi
ANALISA PULP dibandingkan dengan titik didih air
sebagai campuran pelarut selain
Gambar 2. Skema pengelolaan TKS sebagai metanol. Berdasarkan Firdaus (1998),
produk bubur kertas dengan proses pembuatan bubur kertas dari TKS
pelarut metanol dengan proses etanol (50-60%)
didapatkan yield bubur kertas 47-54%,
Tabel 2. Rancangan percobaan maka berdasarkan hasil penelitian ini
No Variabel A B C D E pelarut metanol yang digunakan 35-40%
1 Massa TKKS, g 200 200 200 200 200
2 Konsentrasi NaOH, % 1 1 1 1.5 1.5 lebih efisien karena dengan
3
4
Konsentrasi Metanol, %
Suhu Pemasakan oC
40
110-
40
110-
40
110-
35
115-
35
115-
konsentrasinya yang lebih rendah
5 Massa MgSO4, g
130
0
130
10
130
15
135
15
135
0
perolehan bubur kertas yang didapatkan
6 Konsentrasi H2O2, 1 1 3 3 1 sekitar 32-53,2%. Berdasarkan hasil
persamaan regresi dan uji F-hit data
Tabel 2. Rancangan percobaan (lanjutan) maka kondisi optimum untuk pengolahan
No
1
Variabel F G H I TKKS menjadi bubur kertas kertas
Massa TKKS, g 200 200 200 200
2 Konsentrasi NaOH, % 1.5 1.25 1.25 1.25 dengan persen (%) yield terbesar adalah
3 Konsentrasi Metanol, % 35 30 30 30
4 Suhu Pemasakan oC 115- 120- 120- 120- dengan penggunaan konsentrasi pelarut
135 140 140 140
5 Massa MgSO4, g 10 10 15 10 metanol sebesar 35%.
6 Konsentrasi H2O2, 1 3 3 1
Pada percobaan A, B, C dengan
konsentrasi NaOH 1% diperoleh yield
HASIL DAN PEMBAHASAN bubur kertas rata-rata sebesar 45,47%,
percobaan D, E, F dengan konsentrasi
A. Yield bubur kertas metanol 1,5% diperoleh yield bubur
Serangkaian proses pengolahan kertas rata-rata sebesar 47,6% dan
limbah TKKS menjadi bubur kertas untuk pecobaab G, H, I dengan

133
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 23 No. 2 Tahun 2012 Hal. 131 136

konsentrasi NaOH sebesar 1% diperoleh bubur kertas yang dihasilkan adalah


yield bubur kertas rata-rata sebesar berkisar antara 32-53,2%. Berdasarkan
47,6%. Pengaruh konsentrasi NaOH hasil persamaan regresi dan uji F-hit
yang digunakan dalam proses digesti data maka kondisi optimum untuk
pembuatan bubur kertas kertas pada pengolahan TKKS menjadi bubur kertas
penelitian ini bervariasi dari 1, 1,25 dan kertas dengan persen yield terbesar
1,5% NaOH dan menghasilkan yield adalah dengan penggunaan MgSO4
bubur kertas yang beraga 32-53,2%. sebesar 10 gram.
Semakin tinggi konsentrasi NaOH yang Pada percobaan A, B, C pada
digunakan dalam proses maka semakin temperature pemanasan 110-130 oC
besar yield bubur kertas yang diperoleh, diperoleh yield bubur kertas rata-rata
karena NaOH bersifat reaktif dan sebesar 45,47%, percobaan D,E,F pada
eksoterm (mengeluarkan panas) temperature pemanasan 115-135 oC
sehingga mampu melepas lignin dari diperoleh yield bubur kertas rata-rata
serat selulosa dan hemiselulosa. Dari sebesar 47,6% dan untuk percobaan
perbandingan dengan penelitian G,H,I pada temperature pemanasan 120-
sebelumnya yaitu Firdaus (1998), maka 140 oC diperoleh yield bubur kertas rata-
pada proses penggunaaan katalis NaOH rata sebesar 47,6%. Dari hasil rata-rata
dengan pelarut metanol diperoleh yield persen (%) yield bubur kertas yang
bubur kertas yang lebih efisien pada dihasilkan maka semakin besar
penelitian ini, karena penggunaan temperature pemasakan TKKS ,semakin
sebelumnya 10-15% NaOH dengan besar nilai persen (%) yield bubur kertas
pelarut ethanol, sedangkan dpada yang dihasilkan, hal ini dikarenakan
penelitian ini hanya menggunakan energi panas untuk pemecahan lignin
1-1,5% NaOH. Berdasarkan hasil dari selulosa tandan kosong semakin
persamaan regresi dan uji F-hit data tinggi. Untuk penggunaan ethanol dalam
maka kondisi optimum untuk pengolahan proses pengolahan TKKS menjadi bubur
TKKS menjadi bubur kertas kertas kertas kertas pada suhu yang sama,
dengan persen yield terbesar adalah dihasilkan persen (%) yield yang lebih
dengan penggunaan konsentrasi NaOH rendah yaitu sekitar 47% (Nurillah,
sebesar 1,5%. 2004), sehingga penggunaan metanol
Pada percobaan A, E dengan lebih efisien. Berdasarkan hasil
massa MgSO4 0 gram diperoleh yield persamaan regresi dan uji F-hit data
bubur kertas rata-rata sebesar 25,47%, maka kondisi optimum untuk pengolahan
percobaan B, F, G, I dengan massa TKKS menjadi bubur kertas kertas
MgSO4 sebesar 10 gram diperoleh yield dengan persen (%) yield terbesar adalah
bubur kertas rata-rata sebesar 46,73% pada suhu pemasakan 115-135 oC.
dan untuk pecobaan C, D, H dengan Pada percobaan A,B dengan
massa MgSO4 sebesar 15 gram konsentrasi H2O2 0-2%, diperoleh persen
diperoleh yield bubur kertas rata-rata (%) yield bubur kertas sebesar 29,43%,
sebesar 45,87%. Pengaruh MgSO4 pada percobaan E,F,I dengan konsentrasi
proses pemasakan TKKS menjadi bubur H2O2 0-3% diperoleh persen (%) yield
kertas, dari data penelitian dilihat bahwa bubur kertas sebesar 44,43%, pada
semakin tinggi massa MgSO4 yang percobaan C, D dengan konsentrasi
ditambahkan selama proses maka akan H2O2 sebesar 0-5%, diperoleh persen
mempercepat pelepasan lignin dari (%) yield bubur kertas sebesar 23,33%.
seratnya yang terlihat pada cairan H2O2 sebagai pelarut mempunyai daya
pemasak dan penghancuran, dimana serap/ adsorpsi yang cukup reaktif
pada massa MgSO4 10 gram warnanya sehingga dapat meningkatkan persen
lebih cerah dibandingkan massa MgSO4 (%) yield bubur kertas. Semakin besar
15 gram, ini mengindikasikan bahwa H2O2 yang digunakan maka semakin
penambahan MgSO4 berlebih akan besar persen (%) yield bubur kertas yang
mengurangi tumbukan sehingga jenuh dihasilkan, karena sebagian besar lignin
dan tidak mempengaruhi pelepasan dapat terpisah dari seratnya namun
lignin dari seratnya. Persentase yield dengan kelebihan H2O2 akan

134
Syamsul Bahri Pemisahan Methanol dari Limbahå

menurunkan sifat kekuatan tarik, retak D, E, I dengan konsentrasi H2O2 1%,


maupun kekuatan sobek, ketahanan derajat putih rata-rata diperoleh 33%,
lipat. Berdasarkan hasil persamaan pada percobaan A, B, E, F, I dengan
regresi dan uji F-hit data maka kondisi konsentrasi H2O2 2% derajat putih yang
optimum untuk pengolahan TKKS diperoleh 34,21 %, pada percobaan C, I
menjadi bubur kertas kertas dengan konsentrasi H2O2 3% derajat putih
%yield terbesar terutama pada proses diperoleh 42,56%, pada percobaan C, D
bleaching adalah dengan menggunakan dengan konsentrasi H2O2 4% derajat
H2O2 sebesar 0-3%. putih diperoleh 14,42% GE, pada
Metanol yang digunakan pada percobaan G, H dengan konsentrasi 5%
tahapan proses pemasakan dan derajat putih yang diperoleh 9,8% GE.
penghancuran dapat diperoleh kembali,
dengan proses destilasi, yaitu pemisahan Tabel 4. Pengaruh konsentrasi H2O2
berdasarkan titik didih air dengan terhadap derajat putih bubur kertas
metanol. Berdasarkan konsentrasi Variabel Konsentrasi Derajat
metanol yang digunakan dalam proses H2O2 % Putih, %GE
pemasakan dan penghancuran selama A0 0 47,6
proses bubur kertasing maka konsentrasi A1 1 58
metanol yang dapat ter-recovery A2 2 62
beragam dan bergantung pada besaran B0 0 44,1
konsentrasi awal yang digunakan. Pada B1 1 57,5
percobaan A, B, C konsentrasi metanol B2 2 63
yang digunakan adalah sebesar 40%, C0 0 40,1
hasil recovery metanol yang didapatkan C1 3 59
pada proses pemasakan dan C2 4 62,8
penghancuran masing-masing diperoleh D0 0 41,3
14,8% dan 17,3%. D1 3 65,6
Pada percobaan D, E, F D2 4 63
konsentrasi metanol yang digunakan E0 0 42,5
adalah sebesar 35%, hasil recovery E1 1 59,8
metanol yang didapatkan pada proses E2 2 61,1
pemasakan dan penghancuran masing- E3 3 57,4
masing diperoleh 19,8% dan 27,40%. F0 0 38,6
Pada percobaan G, H, I konsentrasi F1 1 57,4
metanol yang digunakan adalah sebesar F2 2 61,5
30%, hasil recovery metanol yang F3 3 61
didapatkan pada proses pemasakan dan G0 0 21,2
penghancuran masing-masing diperoleh G1 3 36,2
10,60% dan 18,23%. Kondisi optimum G2 5 42,80
pemasakan dan penghancuran TKKS H0 0 23,60
pada proses pembuatan bubur kertas H1 3 37,10
adalah dengan menggunakan metanol H2 5 40,40
dengan konsentrasi 35%, sehingga I0 0 33,60
metanol yang terrecovery akan semakin I1 1 63,30
efisien. I2 2 58,30
I3 3 63,70
B. Pengaruh Konsentrasi H2O2
terhadap Derajat Putih pada proses Kondisi optimum proses bleaching
Bleaching untuk mendapatkan derajat putih yang
Untuk mengetahui derajat putih paling baik adalah H2O2 dengan
pada perbedaan perlakuan konsentrasi konsentrasi sebesar 3% untuk
H2O2 dapat dilihat pada Tabel 4. mendapatkan derajat putih 42,56%, perlu
Pada percobaan A-I dengan diperhatikan semakin besar konsentrasi
konsentrasi H2O2 derajat putih rata-rata pelarut H2O2, maka lignin akan semakin
diperoleh 36,96% GE, percobaab A, B,

135
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 23 No. 2 Tahun 2012 Hal. 131 136

terpisah dari seratnya sehingga akan Nilawati. (2001). Pembuatan Pulp dari
menurunkan sifat kekuatan tarik, Tandan Kosong Sawit dengan
kekuatan sobek dan ketahanan lipatnya. proses asam asetat. Banda Aceh
Nurillah, A dan Sri Maryati. (2004).
KESIMPULAN Pemilihan pelarut organik Etanol
dan Asam asetat pada pembuatan
Pengolahan TKKS menjadi bubur pulp dari pelepah daun Sawit.
kertas kertas dengan menggunakan Banda Aceh.
NaOH dalam pelarut metanol dapat Philip K. (2002). Ekologi Industri.
digunakan sebagai alternatif pengolahan Yogyakarta: Andi.
limbah TKKS, dengan kualitas derajat Perry. (2000). Hand Book of Chemical
putih bubur kertas memenuhi standard Engineering. New York: Graw Hill.
yang berlaku. 7.ed.
Kondisi optimum (47,60% yield Stephensen JN. (1996). Pulp and paper
bubur kertas) pada proses pembuatan Manufacture. Vol 1. New York: Mc
bubur kertas dari TKKS menggunakan Graw Hill Book company.
NaOH dalam pelarut metanol yaitu Susila. (2004). Proses pembuatan
konsentrasi metanol 35%, konsentrasi bertingkat pada pulp dari TKS,
NaOH 1,5% dengan menggunakan Proses alkali methanol dengan
MgSO4 sebesar 10 gram pada katalis MgSO4. Seminar Nasional
temperatur pemasakan 115-135 oC, Teknologi Oleo Petro Indonesia.
untuk proses bleaching yang optimum Universitas Riau. Pekanbaru.
(derajat putih 42,56% GE) menggunakan Susila, Setyowati, Lince. (2004).
H2O2 dengan konsentrasi 3%. Pembuatan Pulp dari Tandan
Persen recovery metanol rata-rata Kosong Kelapa Sawit dengan
pada kondisi optimum proses proses alkali methanol dengan
pemasakan dan penghancuran adalah katalis Mg SO4. Universitas
sebesar 19,80% dan 27,40%. Sriwijaya. Palembang
Zulfansyah. (1998). Studi pembuatan
DAFTAR PUSTAKA pulp dari tandan kosong sawi dan
batang sawit dengan proses asam
Carleby. (1996). Pulp and Paper Science asetat Banda Aceh.
and Technology. Volume 1. New
York: Mc. GrawHill Book Company.
Darnoko G.P., A. Sugiharto dan S.
Sugesty. (1995). Pembuatan pulp
dari tandan kosong sawit dengan
penambahan surfaktan. Jurnal
Penelitian Kelapa Sawit. 3(1): 75-
87.
Firdaus. (1998). Studi Pembuatan Pulp
dari Tandan Kosong Sawit dengan
Proses Etanol.
Han Roliadi. (2006). Pembuatan dan
kualitas Karton dari Campuran
Pulp Tandan Kosong Kelapa Sawit
dan Sludge Industri Kertas. Jurnal
Penelitian Hasil Hutan. 24(4): 323-
337.
Herbert Holik. (2006). Handbook of
Paper and Board, WILEY-VCH
Verlag GmbH & Co. KgaA,
Weinheim. ISBN : 3-527-30997-7.
Mc. Cabe. (2002). Unit Operasi.
Terjemahan. Penerbit Erlangga.

136

Anda mungkin juga menyukai