Tugas
Tugas
Disusun oleh:
Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu selaku dosen mata
kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait ILMU KEPERAWATAN yang ditekuni saya
Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya terima demi kesempurnaan makalah
ini.
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Sistem Persepsi Sensori....................................................... 4
B. Anatomi Sistem Persepsi Sensori...................................................... 5
C. Patofisiologi Sistem Persepsi Sensori............................................... 6
A. Latar Belakang
Gangguan persepsi sensori merupakan permasalahan yang sering
ditemukan seiring dengan perubahan lingkungan yang terjadi secara cepat dan
tidak terduga. Pertambahan usia, variasi penyakit, dan perubahan gaya hidup
menjadi faktor penentu dalam penurunan sistem sensori. Seringkali gangguan
sensori dikaitkan dengan gangguan persepsi karena persepsi merupakan hasil
dari respon stimulus (sensori) yang diterima.
Persepsi merupakan respon dari reseptor sensoris terhadap stimulus
eksternal, juga pengenalan dan pemahaman terhadap sensoris yang
diinterpretasikan oleh stimulus yang diterima (Syaifuddin, 2014). Persepsi
juga melibatkan kognitif dan emosional terhadap interpretasi objek yang
diterima organ sensori (indra). Adanya gangguan persepsi mengindikasikan
adanya gangguan proses sensori pada organ sensori, yaitu penglihatan,
pendengaran, perabaan, penciuman, dan pengecapan. Untuk itu, perlu adanya
pengkajian sistem sensori untuk mengukur derajat gangguan sistem sensori
tersebut.
Adanya makalah ini diharapkan pembaca bisa sedikit mengetahui
pengkjaian pemeriksaan sistem sensori. Dengan mengetahui pengkajan sistem
persepsi sensori diharapkan permasalahan yang muncul dari hasil
pemeriksaan tersebut dapat teridentifikasi secara akurat sehingga dapat
menentukan asuhan keperawatan yang berkualitas. Berdasarkan permasalahan
di atas kami tertarik untuk menulis makalah tentang “Pengkajian Sistem
Persepsi Sensori”.
B.Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas, maka diambil rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Apa definisi sistem persepsi sensori?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem persepsi sensori?
3. Bagaimana patofisiologi sistim persepsi sensori?
C.Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi sistem persepsi sensori.
2. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi sistem persepsi sensori.
3. Untuk mengetahui patofisiologi sistim persepsi sensori.
BAB II
PEMBAHASAN
a) Kebutaan
a) Astigmatisma
b) Pinguecula
c) Pterygium
Pterygium adalah salah satu penyakit mata yang ditunjukkan dengan adanya
pertumbuhan selaput tipis di konjungtiva yang menutupi bagian putih dari
mata dan meluas ke kornea. Pterygium hampir mirip dengan pinguecula.
Hanya saja pterygium berbentuk segitiga dan puncaknya terletak di kornea.
Penyebab pterygium juga belum diketahui secara pasti. Namun pterygium
lebih sering terjadi pada orang yang sering terpapar sinar UV, angin, berdebu
dan orang-orang yang bekerja diluar rumah. Para petani dan nelayan serta
orang-orang yang tinggal di dekat garis khatulistiwa lebih banyak terkena
pterygium. Pterygium adalah pertumbuhan jaringan non-kanker, namun jika
pertumbuhannya cepat dan meluas ke kornea, maka penglihatan penderita
pterygium akan menjadi kabur dan silau. Gejala pterygium diantaranya mata
akan terasa mengganjal, sedikit gatal, berair, tetapi adapula yang tidak
memiliki gejala. Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah atau mengurangi
pertumbuhan pterygium adalah menghindari kontak langsung dengan sinar
UV dengan mengguanakan kacamata hitam jika berada diluar dengan sinar
matahari yang menyengat, menjaga mata tetap lembab dan menghindari
iritasi. Hubungi dokter jika pertumbuhan pterygium terjadi dengan cepat dan
mengganggu visi.
d) Buta Warna
f) Rabun Senja
g) Rabun Dekat
h) Rabun Jauh
Rabun jauh adalah kebalikan dari rabun dekat, mata dengan lensa terlalu
cembung atau bulat mata terlalu panjang. Rabun jauh adalah ketidakmampuan
mata untuk melihat dalam jarak yang jauh. Bayangan yang dihasilkan akan
jatuh didepan retina. Penderita rabun jauh dapat menggunakan kacamata
berlensa cekung atau negatif. Lensa cekung akan menempatkan kembali
bayangan tepat dititk retina, sehingga mata dapat melihat benda yang jauh.
Siapa yang bisa terkena rabun jauh? Mereka yang : memiliki keturunan orang
tuanya yang juga penderita miopia, kurang asupan makanan bergizi terutama
makanan yang mengandung vitamin A, memiliki kebiasaan buruk melihat
benda dengan jarak yang sangat dekat misalnya melihat televisi terlalu dekat,
membaca terlalu dekat dan kurang cahaya dll.
i) Katarak
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidarasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa. Biasanya
kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progressif ataupun dapat tidak
mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Katarak umumnya merupakan
penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan congenital,
atau penyulit penyakit mata local menahun
c) Tuli konduksi
Pada Tuli konduksi, telinga tidak dapat mendengar karena gangguan pada
penghantaran getaran suara. Sebab-sebab gangguan ini antara lain:
d) Vertigo
Orang yang mengidap penyakit meniere akan merasa ada tekanan pada
telinga bagian dalam. Gejala-gejala tersebut dapat timbul dengan tingkat
keparahan, frekuensi, dan durasi yang berbeda-beda, terutama pada awal
penyakit. Misalnya, Anda mungkin akan mengalami vertigo yang lebih parah
daripada gejala lain atau Anda lebih sering mengalami tinnitus daripada gejala
lainnya. Namun, bisa juga gejala-gejala tersebut terjadi dalam waktu yang
bersamaan. Jika Anda mengalami salah satu gejala di atas, lebih baik Anda
langsung berkonsultasi ke dokter. Sebab, gejala-gejala tersebut mungkin dapat
menimbulkan komplikasi, seperti gangguan berbicara, hilangnya kesadaran,
kehilangan penglihatan, dan lain sebagainya atau bahkan menimbulkan
penyakit lain yang lebih serius, seperti stroke, tumor otak, penyakit jantung,
penyakit kardiovaskular, dan menyebabkan hilangnya kemampuan
mendengar.
1. Panu
2. Kudis
Badan yang meradang dan iritasi adalah bentuk dari ciri-ciri eksim.
Eksim sama seperti penyait lainnya yaitu gatal-gatal. Eksim bisa
disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya setelah memegang sabun
ternyata tangan terasa gatal. Gejala yang timbul pada kulit bervariasi,
ada yang terasa gatal ringan dan ada juga yang merasaan panas. Jika
penderita terasa kulitnya semakin gatal dan tingkat kestersan terhadap
gatal tersebut akan menghasilkan penyakit eksim semakin buruk.
4. Jerawat
a) Sariawan
Sariawa atau canker sores atau ulkus aftosa merupakan gejala erosi pada
kulit mulut, yakni di bagian dinding dalam pipi atau lidah. Penyebab dari
sariawan ini adalah diantaranya: kekurangan vitamin C, alregi, mengkonsumsi
makanan / minuman yang terlalu panas, kekurangan asupan zat besi, atau bisa
juga disebabkan oleh penurunan daya tahan tubuh. Pada dasarnya sariawan
merupakan luka terbuka yang bisa menimbulkan rasa nyeri. Dalam ukuran
kecil dengan diameter kurang dari 1 cm, sariawan bisa muncul dalam satu
kelompok yang terdiri dari 2 - 3 luka yang biasanya akan sembuh dalam
waktu kurleb 10 hari tanpa meninggalkan bekas. Pencegahannya adalah
dengan cara menambah asupan vitamin C.
b) Kanker Lidah
Kanker lidah adalah kanker kedua terbanyak setelah kanker bibir sebagai
tempat kanker primer. Tembakau dan alkohol merupakan dua hal yang
disinyalir sebagai pemicu semakin cepatnya pertumbuhan sel kanker lidah.
Keganasan kanker lidah terjadi paling sering pada bagian tengah lateral lidah
dan seringkali asimtomatik. Penyebaran kanker ini bisa meluas melalui
submukosa ke basal lidah dan menyerang garis tengah atau ke lateral menuju
dasar mulut. Cara pencegahannya adalah dengan cara berhenti merokok,
hindari minuman beralkohol, menjaga kebersihan mulut dan pemeriksaan
rutin 6 bulan sekali ke dokter gigi.
c) Makroglosia
d) Mikroglosia
Ini merupakan dorsal dan kedua sisi lidah ditutupi oleh alur yang dangkal
atau dalam tanpa rasa nyeri; karena terdapatnya alur - alur ini maka dapat
menyebabkan penumpukan debris di dalamnya yang kemudian bisa
mengakibatkan iritasi
f) Glosoptosis
Glosoptosis merupakan penyakit pada lidah yang berupa lidah yang tertarik
ke belakang. Pada bayi baru lahir atau pada anak-anak kondisi glosoptosis
sangan berbahaya karena bisa saja sewaktu-waktu lidahnya menutup saluran
nafas yang bila tidak segera ditangani dengan benar bisa menyebabkan
kematian.
a) Sinusitis paranasalis
b) Polip.
Gangguan ini terjadi karena adanya tumbuh selaput lendir hidung yang
menonjol. Gangguan polip biasanya dapat diatasi dengan cara operasi.
Alergi atau salesma bisa menjadi penyebab hidung tersumbat atau pilek.
Pada anak-anak, banyaknya lendir dalam hidung bisa menyebabkan infeksi
telinga. Sedangkan pada orang dewasa, lendir berlebihan bisa menimbulkan
gangguan sinus atau peradangan gawat dan berlangsung lama di rongga tulang
yang berhubungan dengan hidung.
BAB III
PENUTUP
A . Kesimpulan
Secara structural anatomis, bola mata berdiameter 2,5 cm dimana 5/6 bagiannya
rerbenam dalam rongga mata, dan hanya 1/6 bagiannya saja yang tampak pada bagian
luar.
Anatomi sistem pendengaran merupakan organ pendengaran dan keseimbangan.
Terdiri dari telinga luar, tengah dan dalam. Telinga manusia menerima dan
mentransmisikan gelombang bunyi ke otak dimana bunyi tersebut akan di analisa dan
di intrepretasikan. Cara paling mudah untuk menggambarkan fungsi dari telinga
adalah dengan menggambarkan cara bunyi dibawa dari permulaan sampai akhir dari
setiap bagian-bagian telinga yang berbeda.
Hidung merupakan alat visera (alat dalam rongga badan) yang erathubungannya
dengan gastrointestinal. Olfaktori adalah organ pendeteksi bau yang berasal dari
makanan. Anatomi hidung manusia terbagi menjadi dua, yaitu hidung luar dan
hidung dalam. Fisiologi hidung manusia antara lain reflex nasal, proses bicara,
resonansi suara, indera penghidung, sebagai penyaring dan pelindung, pengatur
kondisi udara, dan sebagai jalan nafas. Kelainan pada indera penghidung antara lain
anosmia, hiposmia, disosmia, parosmia, phantosmia, agnosia.
Lidah merupakan salah satu pancaindra manusia. Lidah berfungsi sebagai organ
pengecap, pada lidah terjadi reseptor pada rasa. Reseptor ini peka terhadap stimulus
dari zat-zat kimia, sehingga disebut kemoreseptor. Terdapat empat macam papilla
lidah; papilla foliate, pada pangkal lidah bagian leteral, papilla fungiformis, pada
bagian anterior. Papilla sirkumfalata, melintang pada pangkal lidah. Papilla filiformis,
terdapat pada bagian posterior. Pada foliate tidak terdapat kuncup-kuncup pengecap.
Kemampuan reseptor tersebut dikumpulkan menjadi 5 kategori umum : asam, asin,
manis, pahit dan umima disebut sensasi pengecap utama.