Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

Disusun oleh:

NAMA : Ari Dayos Tabakwan


NPM : 12114201180122
KELAS : B

PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada saya untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat-Nya lah
saya dapat menyelesaikan makalah ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM
SENSORI PERSEPSI tepat waktu.

Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu selaku dosen mata
kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait ILMU KEPERAWATAN yang ditekuni saya

Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya terima demi kesempurnaan makalah
ini.

Ambon 13 Oktober 2020

Ari Dayos Tabakwan


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Sistem Persepsi Sensori....................................................... 4
B. Anatomi Sistem Persepsi Sensori...................................................... 5
C. Patofisiologi Sistem Persepsi Sensori............................................... 6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan........................................................................................ 17
B. Saran.................................................................................................. 18
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan persepsi sensori merupakan permasalahan yang sering
ditemukan seiring dengan perubahan lingkungan yang terjadi secara cepat dan
tidak terduga. Pertambahan usia, variasi penyakit, dan perubahan gaya hidup
menjadi faktor penentu dalam penurunan sistem sensori. Seringkali gangguan
sensori dikaitkan dengan gangguan persepsi karena persepsi merupakan hasil
dari respon stimulus (sensori) yang diterima.
Persepsi merupakan respon dari reseptor sensoris terhadap stimulus
eksternal, juga pengenalan dan pemahaman terhadap sensoris yang
diinterpretasikan oleh stimulus yang diterima (Syaifuddin, 2014). Persepsi
juga melibatkan kognitif dan emosional terhadap interpretasi objek yang
diterima organ sensori (indra). Adanya gangguan persepsi mengindikasikan
adanya gangguan proses sensori pada organ sensori, yaitu penglihatan,
pendengaran, perabaan, penciuman, dan pengecapan. Untuk itu, perlu adanya
pengkajian sistem sensori untuk mengukur derajat gangguan sistem sensori
tersebut.
Adanya makalah ini diharapkan pembaca bisa sedikit mengetahui
pengkjaian pemeriksaan sistem sensori. Dengan mengetahui pengkajan sistem
persepsi sensori diharapkan permasalahan yang muncul dari hasil
pemeriksaan tersebut dapat teridentifikasi secara akurat sehingga dapat
menentukan asuhan keperawatan yang berkualitas. Berdasarkan permasalahan
di atas kami tertarik untuk menulis makalah tentang “Pengkajian Sistem
Persepsi Sensori”.

B.Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas, maka diambil rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Apa definisi sistem persepsi sensori?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem persepsi sensori?
3. Bagaimana patofisiologi sistim persepsi sensori?

C.Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi sistem persepsi sensori.
2. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi sistem persepsi sensori.
3. Untuk mengetahui patofisiologi sistim persepsi sensori.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Sistem Persepsi Sensori


Sistem sensoris atau dalam bahasa Inggris sensory system berarti yang
berhubungan dengan panca indra. Sistem ini membahas tentang organ akhir
yang khusus menerima berbagai jenis rangsangan tertentu. Rangsangan
tersebut dihantarkan oleh sensorys neuron (saraf sensoris) dari berbagai organ
indra menuju otak untuk ditafsirkan. Reseptor sensori, merupakan sel yang
dapat menerima informasi kondisi dalam dan luar tubuh untuk dapat direspon
oleh saraf pusat. Implus listrik yang dihantarkan oleh saraf akan diterjemahkan
menjadi sensasi yang nantinya akan diolah menjadi persepsi di saraf pusat.
Sistem persepsi sensori manusia terdiri organ mata, telinga, hidung, lidah, dan
kulit (Syaifuddin, 2014).

B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Persepsi Sensori


1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Penglihatan (Mata)
Indra penglihatan yang terletak pada mata (organ visus) yang terdiri
dari organ okuli assesoria (alat bantu mata) dan okulus (bola mata). Saraf
indra penglihatan, saraf optikus, muncul dari sel-sel ganglion dalam retina,
bergabung untuk membentuk saraf optikus.
a. Organ Okuli Assesoria
Organ okuli assesoria (alat bantu mata), terdapat di sekitar bola mata
yang sangat erat hubungannya dengan mata, terdiri dari:
1) Kavum orbita, merupakan rongga mata yang bentuknya seperti
kerucut dengan puncaknya mengarah ke depan dan ke dalam.
2) Supersilium (alis mata) merupakan batas orbita dan potongan kulit
tebal yang melengkung, ditumbuhi oleh bulu pendek yang berfungsi
sebagai kosmetik atau alat kecantikan dan sebagai pelindung mata dari
sinar matahari yang sangat terik.
3) Palpebra (kelopak mata) merupakan 2 buah lipatan atas dan bawah
kulit yang terletak didepan bulbus okuli. Kelopak mata atas lebih
besardari pada kelopak mata bawah. Fungsinya adalah pelindung mata
sewaktu-waktu kalau ada gangguan pada mata.
4) Aparatus lakrimalis (air mata). Air mata dihasilkan oleh kelenjar
lakrimalis superior dan inferior. Melalui duktus ekskretorius
lakrimalis masuk ke dalam sakus konjungtiva. Melalui bagian depan
5) bola mata terus ke sudut tengah bola mata ke dalam kanalis lakrimalis
mengalir ke duktus nasolakrimatis terus ke meatus nasalis inferior.
6) Muskulus okuli (otot mata) merupakan otot ekstrinsik mata terdiri
dari:
a) Muskulus levator palpebralis superior inferior, fungsinya
mengangkat kelopak mata.
b) Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata, fungsinya untuk
menutup mata.
c) Muskulus rektus okuli inferior, fungsinya untuk menutup mata.
d) Muskulus rektus okuli medial, fungsinya menggerakan bola mata.
e) Muskulus obliques okuli inferior, fungsinya menggerakan bola
mata ke dalam dan ke bawah.
f) Muskulus obliques okuli superior, fungsinya memutar mata ke atas,
ke bawah dan ke luar.
7) Konjungtiva. Permukaan dalam kelopak mata disebut konjungtiva
palpebra, merupakan lapisan mukosa. Bagian yang membelok dan
kemudian melekat pada bola mata disebut konjungtiva bulbi. Pada
konjungtiva ini sering terdapat kelenjar limfe dan pembuluh darah.
b. Okulus
Okulus (mata) meliputi bola mata (bulbus okuli). Nervus optikus saraf
otak II, merupakan saraf otak yang menghubungkan bulbu okuli dengan
otak dan merupakan bagian penting organ visus.
c. Tunika okuli
Tonika okuli terdiri dari :
1) Kornea, merupakan selaput yang tembus cahaya, melalui kornea kita
dapat melihat membran pupil dan iris. Penampang kornea lebih tebal
dari sklera, terdiri dari 5 lapisan epitel kornea, 2 lamina elastika
anterior (bowmen), 3 subtansi propia, 4 lamina elastika posterior, dan
5 endotelium. Kornea tidak mengandung pembuluh darah peralihan,
antara kornea ke sklera.
Gambar 2.1 Anatomi Mata
2) Sklera, merupakan lapisan fibrosa yang elastis yang merupakan
bagian dinding luar bola mata dan membentuk bagian putih mata.
Bagian depan sklera tertutup oleh kantong konjungtiva.
d. Tunika vaskula okuli
Tunika vaskula okuli merupakan lapisan tengah dan sangat peka oleh
rangsangan pembuluh darah. Lapisan ini menurut letaknya terbagi
menjadi 3 bagian yaitu :
1) Koroid, merupakan selaput yang tipis dan lembab merupakan bagian
belakanang tunika vaskulosa. Fungsinya memberikan nutrisi pada
tunika.
2) Korpus siliaris, merupakan lapisan yang tebal, terbentang mulai dari
ora serata sampai ke iris. Bentuk keseluruhan seperti cincin, dan
muskulus siliaris. Fungsinya untuk terjadinya akomodasi
3) Iris, merupakan bagian terdepan tunika vaskulosa okuli, berwarna
karena mengandung pigmen, berbentuk bulat seperti piring dengan
penampang 12 mm, tebal 12 mm, di tengah terletak bagian berlubang
yang disebut pupil. Pupil berguna untuk mengatur cahaya yang masuk
ke mata, sedangkan ujung tepinya melanjut sampai korpus siliaris.
Pada iris terdapat 2 buah otot: muskulus sfingter pupila pada pinggir
iris, muskulus dilatator pupila terdapat agak pangkal iris dan banyak
mengandung pembuluh darah dan sangat mudah terkena radang, bisa
menjalar ke korpus siliaris.
e. Tunika nervosa
Tunika nervosa merupakan lapisan terdalam bola mata, disebut retina.
Retina dibagi atas 3 bagian :
1) Pars optika retina, dimulai dari kutub belakang bola mata sampai di
depan khatulistiwa bola mata.
2) Pars siliaris, merupakan lapisan yang dilapisi bagian dalam korpus siliar.
3) Pars iridika melapisi bagian permukaan belakang iris (Syaifuddin, 2014).

2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pendengaran (Telinga)


Indra pendengaran merupakan salah satu alat pancaindra untuk
mendengar. Anatomi telinga terdiri dari telinga bagian luar, tengah, dan dalam.
a. Telinga bagian luar

Aurikula (daun telinga), menampung gelombang suara yang datang dari


luar masuk ke dalam telinga. Meastus akustikus eksterna (liang telinga).
Saluran penghubung aurikula dengan membran timpan, panjangnya 2,5 cm,
terdiri dari tulang rawan dan tulang keras. Saluran ini mengandung rambut,
kelenjar subasea. Dan kelenjar keringat khususnya menghasilkan sekret-
sekret berbentuk serum.
Membran timpani antara telinga luar dan telinga tengah terdapat selaput
gendang telinga yang disebut membran typani.

Gambar 2.2 Anatomi Telinga Bagian Luar


b. Telinga bagian tengah

Kavum timpani, rongga didalam tulang temporalis yang didalamnya


terdapat 3 buah tulang pendengaran yaitu maleus, incus, stapes yang melekat
pada bagian dalam membra timpani.
Antrum timpani merupakan rongga tidak teratur yang agak luas, terletak
dibagian bawah samping dari kavum timpani. Antrum timpani dilapisi oleh
mukosa, merupakan lanjutan dari lapisan mukosa kavum timpani. Rongga
ini berhubungan dengan beberapa rongga kecil yang disebutn sellula mastoid
yang terdapat dibelakang bawah antrum, di dalam tulang temporalis.
Tuba auditiva eustaki. Saluran tulang rawan yang panjangnya 3,7 cm
berjalan miring ke bawah agak ke depan, dilapisi oleh lapisan mukosa.

Gambar 2.3 Anatomi Telinga Bagian Tengah


c. Telinga bagian dalam

Telinga bagian dalam terletak pada bagian tulang keras pilorus


temporalis, terdapat reseptor pendengaran, dan alat pendengaran ini disebut
labirin.
1) Labiritus osseous, serangkaian saluran bawah dikelilingi oleh cairan yang
dinamakan perilimfe. Labiritus osseous terdiri dari vestibulum, koklea,
dan kanalis semisirkularis.
2) Labirintus membranous, terdiri dari:
a) Utrikulus, bentuknya seperti kantong lonjong dan agak gepeng terpaut
pada tempatnyaoleh jaringan ikat. Pada dinding belakang utrikulus
terdapat muara dari duktus semisirkularis dan pada dinding depannya
ada tabung halus disebut utrikulosa sirkularis, saluran yang
menghubungkan antara utrikulus dan sakulus.
b) Sakulus, bentuknya agak lonjong lebih kecil dari utrikulus, terletak
pada bagian depan dan bawah dari vestibulum dan terpaut erat oleh
jaringan ikat.
c) Duktus semisirkularis. Ada tiga tabung selaput semisirkularis yang
berjalan pada kanalis semesirkularis (superior, posterior, dan lateralis).
Bagian duktus yang melebar disebut dengan ampula selaput. Setiap
ampula mengandung celah sulkus ampularis merupakan tempat
masuknya cabang ampula nervus akustikus.
d) Duktus koklearis merupakan saluran yang bentuknya agak segitiga
seolah-olah membuat batas pada koklea timpani. Duktus koklearis
mulai dari kantong buntu (seikum vestibular)ndan berakhir tepat
diseberang kanalis lamina spiralis pada kantong buntu (seikum
ampulare) (Heharia et al, 2011).

Gambar 2.4 Anatomi Telinga Bagian Dalam

3. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pembau (Hidung)


Struktur hidung luar berbentuk piramida tersusun oleh sepasang tulang
hidung pada bagian superior lateral dan kartilago pada bagian inferior lateral.
Struktur tersebut membentuk piramid sehingga memungkinkan terjadinya aliran
udara di dalam kavum nasi. Dinding lateral kavum nasi tersusun atas konka
inferior, media, superior dan meatus. Meatus merupakan ruang di antara konka.
Meatus media terletak di antara konka media dan inferior yang mempunyai
peran penting dalam patofisiologi rinosinusitis karena melalui meatus ini
kelompok sinus anterior (sinus frontal, sinus maksila dan sinus etmoid anterior)
berhubungan dengan hidung. Meatus inferior berada di antara konka inferior
dan dasar rongga hidung. Pada permukaan lateral meatus lateral terdapat muara
duktus nasolakrimalis.
Septum nasi merupakan struktur tengah hidung yang tersusun atas lamina
perpendikularis os etmoid, kartilago septum, premaksila dan kolumela
membranosa. Deviasi septum yang signifikan dapat menyebabkan obstruksi
hidung dan menekan konka media yang menyebabkan obstruksi kompleks
ostiomeatal dan hambatan aliran sinus. Meatus inferior berada diantara konka
inferior dan rongga hidung. Pada permukaan lateral meatus lateral terdapat
muara duktus nasolakrimalis.
.

Gambar 2.5 Anatomi Dinding Lateral Hidung


Perdarahan hidung berasal dari a. etmoid anterior, a. etmoid posterior
cabang dari a. oftalmika dan a. sfenopalatina. Bagian anterior dan superior
septum dan dinding lateral hidung mendapatkan aliran darah dari a. etmoid
anterior, sedangkan cabang a. etmoid posterior yang lebih kecil hanya
mensuplai area olfaktorius. Terdapat anastomosis di antara arteri-arteri hidung
di lateral dan arteri etmoid di daerah antero-inferior septum yang disebut
pleksus Kiesselbach. Sistem vena di hidung tidak memiliki katup dan hal ini
menjadi predisposisi penyebaran infeksi menuju sinus kavernosus. Persarafan
hidung terutama berasal dari cabang oftalmikus dan cabang maksila nervus
trigeminus.
Fungsi fisiologi hidung adalah penghidu, filtrasi, proteksi, humidifikasi,
penghangat udara dan resonansi suara. Sistem vaskuler dan sekresi hidung
berperan penting dalam mempersiapkan udara inspirasi sebelum masuk ke
saluran napas atas dan trakeobronkial. Saat inspirasi udara masuk ke vestibulum
dengan arah vertikal oblik dan mengalami aliran laminar. Ketika udara
mencapai nasal valve terjadi turbulen sehingga udara inspirasi langsung
mengadakan kontak dengan permukaan mukosa hidung yang luas. Aliran
turbulen tersebut tidak hanya meningkatkan fungsi penghangat dan
humidifikasi tetapi juga fungsi proteksi.
Sinus paranasal terdiri atas empat pasang yaitu sinus maksila, sinus
etmoid, sinus sfenoid dan sinus frontal. Mukosa sinus dilapisi oleh epitel
respiratorius pseudostratified yang terdiri atas empat jenis sel yaitu sel
kolumnar bersilia, sel kolumnar tidak bersilia, sel mukus tipe goblet dan sel
basal. Membran mukosa bersilia bertugas menghalau mukus menuju ostium
sinus dan bergabung dengan sekret dari hidung. Jumlah silia makin bertambah
saat mendekati ostium. Ostium adalah celah alamiah tempat sinus mengalirkan
drainasenya ke hidung. Jumlah silia makin bertambah saat mendekati ostium.
Berdasarkan lokasi perlekatan konka media dengan dinding lateral hidung, sinus
dibagi menjadi kelompok sinus anterior dan posterior.
Kelompok sinus anterior terdiri dari sinus frontal, maksila dan etmoid
anterior yang bermuara ke dalam atau dekat infundibulum. Kelompok sinus
posterior terdiri dari etmoid posterior dan sinus sfenoid yang bermuara di atas
konka media. Fungsi utama sinus paranasal adalah mengeliminasi benda asing
dan sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi melalui tiga mekanisme yaitu
terbukanya kompleks osteomeatal, transport mukosiliar dan produksi mukus
yang normal.

Gambar 2.6 Penampang Koronal Sinus Paranasal


Kompleks ostiomeatal atau KOM adalah jalur pertemuan drainase
kelompok sinus anterior yang terdiri dari meatus media, prosesus unsinatus,
hiatur semilunaris, infundibulum etmoid, bula etmoid, ostium sinus maksila dan
resesus frontal. KOM bukan merupakan struktur anatomi tetapi merupakan
suatu jalur yang jika mengalami obstruksi karena mukosa yang inflamasi atau
massa yang akan menyebabkan obstruksi ostium sinus, stasis silia dan terjadi
infeksi sinus.
Gambar 2.7 Kompleks ostiomeatal (KOM), potongan koronal
Sinus maksila disebut juga antrum Highmore merupakan sinus paranasal
terbesar. Dasar sinus dibentuk oleh prosesus alveolaris os maksila dan palatum
durum. Dinding anteriornya berhadapan dengan fosa kanina. Gigi premolar ke
dua, gigi molar pertama dan ke dua tumbuh dekat dengan dasar sinus dan hanya
dipisahkan oleh membran mukosa, sehingga proses supuratif di sekitar gigi
tersebut dapat menjalar ke mukosa sinus. Silia sinus maksila membawa mukus
dan debris langsung ke ostium alamiah di meatus media. Perdarahan sinus
maksila dilayani oleh cabang a. maksila interna yaitu a. infraorbita, a.
sfenopalatina cabang nasal lateral, a. palatina descendens, a. alveolar superior
anterior dan posterior. Inervasi mukosa sinus maksila dilayani oleh cabang
nasal lateroposterior dan cabang alveolar superior n. Infraorbital.
Sinus frontal merupakan pneumatisasi superior os frontal oleh sel etmoid
anterior. Sinus ini mengalirkan drainasenya melalui resesus frontal. Perdarahan
dilayani oleh cabang supratroklear dan suborbital a. oftalmika, sedangkan vena
dialirkan ke sinus kavernosus. Inervasi mukosa dilayani oleh cabang
supratrokhlear dan supraorita n. V1.
Sinus etmoid terdiri dari sel etmoid anterior yang bermuara ke
infundibulum di meatus media dan sel etmoid posterior yang bermuara ke
meatus superior. Cabang nasal a. sfenopalatina dan a. etmoid anterior dan
posterior, cabang a. oftalmika dari sistem karotis interna melayani sinus etmoid
dan aliran venanya menuju sinus kavernosus. Inervasi dilayani oleh cabang
nasal posterior nervus V2 dan cabang etmoid anterior dan posterior nervus V1.
Sinus sfenoid merupakan sinus terakhir yang mengalami perkembangan
yaitu pada usia dewasa awal. Struktur penting yang terletak dekat dengan sinus
ini yaitu n.optikus dan kelenjar hipofisis yang terletak di atas sinus, pons serebri
di posterior, di lateral sinus sfenoid terdapat sinus kavernosus, fisura orbitalis
superior, a.karotis dan beberapa serabut nervus kranialis. Perdarahan dilayani
oleh cabang a. sfenopalatina dan a. etmoid posterior. Inervasinya dipersarafi
oleh cabang etmoid posterior nervus V1 dan cabang sfenopalatina nervus V2.
Fungsi utama sinus paranasal adalah mengeliminasi benda asing dan
sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi melalui tiga mekanisme, yaitu:
terbukanya kompleks ostiomeatal, transpor mukosilia dan produksi mukus yang
normal. Faktor yang berperan dalam memelihara fungsi sinus paranasalis
adalah patensi KOM, fungsi transport mukosiliar dan produksi mukus yang
normal. Patensi KOM memiliki peranan yang penting sebagai tempat drainase
mukus dan debris serta memelihara tekanan oksigen dalam keadaan normal
sehingga mencegah tumbuhnya bakteri. Faktor transport mukosiliar sangat
tergantung pada karakteristik silia yaitu struktur, jumlah dan koordinasi gerakan
silia. Produksi mukus juga bergantung kepada volume dan viskoelastisitas
mukus yang dapat mempengaruhi transport mukosiliar (Ballenger, 2016).

4. Anatomi dan Fisiologi Sistem Perasa (Lidah)


a. Anatomi Lidah
Lidah terdiri dari dua kelompok yaitu otot intrinsik melakukan gerakan
halus dan otot ekstrinsik yang melaksanakan gerak kasar pada waktu
mengunyah dan menelan. Lidah terletak pada dasar mulut, ujung,serta tepi
lidah bersentuhan dengan gigi, dan terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi
oleh selaput lendir yang dapat digerakan ke segala arah. Lidah terbagi
menjadi:
1) Radiks lingua (pangkal lidah)
2) Dorsum lingua (punggung lidah)
3) Apeks lingua (ujung lidah)

Bila lidah digulung ke belakang tampak permukaan bawah yang disebut


frenulum lingua, sebuah struktur ligamen yang halus yang mengaitkan
bagian posterior lidah pada dasar mulut. Permukaan atas seperti berludru dan
ditutupi pupil-pupil, terdiri dari tiga jenis yaitu:
1) Papila sirkumvalata
2) Papila fungiformis
3) Papila filiformis (Syaifuddin, 2014).
Gambar 2.8 Anatomi Lidah
b. Fisiologi Lidah
Seluruh rasa dapat dirasakan oleh seluruh permukaan lidah. Rasa yang
dapat dirasakan indera pengecap yaitu manis, asin, asam dan pahit yang
dikenal dengan istilah sensasi rasa primer. Selain itu, ada rasa kelima yang
telah teridentifikasi yakni umami yang dominan ditemukan pada L-glutamat.
Lima rasa yang dapat dikecap lidah ;
1) Rasa manis
Hampir semua zat yang dapat menyebabkan rasa manis merupakan zat
kimia organik seperti gula, glikol, alkohol, aldehida, keton, amida, ester,
asam amino, asam sulfonat, dan asam halogen. Sedangkan zat anorganik
yang dapat menimbulkan rasa manis adalah timah hitam dan berilium.
Daerah sensitivitas rasa manis terdapat pada apex lingua.
2) Rasa asam
Rasa asam disebabkan oleh suatu golongan asam. Makin asam suatu
makanan maka sensasi rasa asamnya semakin kuat. Daerah sensitivitas
rasa asam terdapat pada sepanjang tepi lateral lidah bagian posterior.
3) Rasa Asin
Rasa asin ditimbulkan oleh garam terionisasi terutama konsentrasi ion
sodium. Antara satu garam dengan garam lainnya memiliki kualitas rasa
asin yang sedikit berbeda dikarenakan beberapa jenis garam
mengeluarkan rasa lain disamping rasa asin. ) Daerah sensitivitas rasa
asin terdapat pada sepanjang tepi
lateral lidah bagian anterior
4) Rasa pahit
Zat-zat yang memberikan rasa pahit semata-mata hampir semua
merupakan zat organik. Daerah sensitivitas rasa pahit terdapat pada
dorsum lidah bagian posterior.
5) Rasa umami
Rasa umami mempunyai ciri khas yang jelas berbeda dari keempat rasa
lain, termasuk sincrgisme peningkat rasa antara dua senyawa umami yaitu
L-glutamat dan 5’- ribomulceotides. Umami adalah rasa yang dominan
ditemukan dalam ekstrak daging dan keju (Guyton dan Hall, 2014).

5. Anatomi dan Fisiologi Sistem Peraba (Kulit)


a. Anatomi Kulit
Kulit manusia tersusun atas dua lapisan, yaitu epidermis dan dermis.
Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal
yang berbeda-beda: 400−600 μm untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan
dan kaki) dan 75−150 μm untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan
kaki, memiliki rambut). Selain sel-sel epitel, epidermis juga tersusun atas
lapisan:
i. Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses
melanogenesis.
ii. Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum
tulang yang merangsang sel Limfosit T. Sel Langerhans juga mengikat,
mengolah, dan merepresentasikan antigen kepada sel Limfosit T. Dengan
demikian, sel Langerhans berperan penting dalam imunologi kulit.
iii. Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris dan
berhubungan fungsi dengan sistem neuroendokrin difus d. Keratinosit,
yang secara bersusun dari lapisan paling luar hingga paling dalam sebagai
berikut:
Gambar 2.9 Anatomi Kulit
a) Stratum Korneum, terdiri atas 15−20 lapis sel gepeng, tanpa inti
dengan sitoplasma yang dipenuhi keratin.
b) Stratum Lucidum, terdiri atas lapisan tipis sel epidermis eosinofilik
yang sangat gepeng.
c) Stratum Granulosum, terdiri atas 3−5 lapis sel poligonal gepeng yang
sitoplasmanya berisikan granul keratohialin.
d) Stratum Spinosum, terdiri atas sel-sel kuboid. Sel-sel spinosum saling
terikat dengan filamen.
e) Stratum Basal/Germinativum, merupakan lapisan paling bawah pada
epidermis, terdiri atas selapis sel kuboid
Dermis, yaitu lapisan kulit di bawah epidermis. Dermis terdiri atas dua
lapisan dengan batas yang tidak nyata, yaitu stratum papilare dan stratum
reticular.
- Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis,
terdiri atas jaringan ikat longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel
mast, makrofag, dan leukosit yang keluar dari pembuluh (ekstravasasi). b.
Stratum retikulare, yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun
atas jaringan ikat padat tak teratur (terutama kolagen tipe I). Selain kedua
stratum di atas, dermis juga mengandung beberapa turunan epidermis,
yaitu folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar. Pada bagian bawah
dermis, terdapat suatu jaringan ikat longgar yang disebut jaringan
subkutan dan mengandung sel lemak yang bervariasi. Jaringan ini disebut
juga fasia superficial, atau panikulus adiposus.
- Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis,
terdiri atas jaringan ikat longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel
mast, makrofag, dan leukosit yang keluar dari pembuluh (ekstravasasi). b.
Stratum retikulare, yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun
atas jaringan ikat padat tak teratur (terutama kolagen tipe I). Selain kedua
stratum di atas, dermis juga mengandung beberapa turunan epidermis,
yaitu folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebacea. Pada bagian
bawah dermis, terdapat suatu jaringan ikat longgar yang disebut jaringan
subkutan dan mengandung sel lemak yang bervariasi. Jaringan ini disebut
juga fasia superficial, atau panikulus adiposus (Syaifuddin, 2014).
b. Fisiologi Kulit
Sama halnya dengan jaringan pada bagian tubuh lainnya, kulit juga
melakukan respirasi (bernapas), menyerap oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida. Namun, respirasi kulit sangat lemah. Kulit lebih banyak
menyerap oksigen yang diambil dari aliran darah, dan hanya sebagian kecil
yang diambil langsung dari lingkungan luar (udara). Begitu pula dengan
karbondioksida yang dikeluarkan, lebih banyak melalui aliran darah
dibandingkan dengan yang diembuskan langsung ke udara. Meskipun
pengambilan oksigen oleh kulit hanya 1,5 persen dari yang dilakukan oleh
paru-paru, dan kulit hanya membutuhkan 7 persen dari kebutuhan oksigen
tubuh (4 persen untuk epidermis dan 3 persen untuk dermis), pernapasan
kulit tetap merupakan proses fisiologis kulit yang penting. Pengambilan
oksigen dari udara oleh kulit sangat berguna bagi metabolisme di dalam sel-
sel kulit. Penyerapan oksigen ini penting, namun pengeluaran atau
pembuangan karbondioksida (CO2) tidak kalah pentingnya, karena jika CO2
menumpuk di dalam kulit, ia akan menghambat pembelahan (regenerasi) sel-
sel kulit. Kecepatan penyerapan oksigen ke dalam kulit dan pengeluaran
CO2 dari kulit tergantung pada banyak faktor diluar maupun di dalam kulit,
seperti temperatur udara, komposisi gas di sekitar kulit, kelembaban udara,
kecepatan aliran darah ke kulit, usia, keadaan vitamin dan hormon di kulit,
perubahan dalam proses metabolisme sel kulit, pemakaian bahan kimia pada
kulit, dan lain-lain (Guyton dan Hall, 2014).

C.Patofisiologi Sistem Sensori Persepsi 

1.Patofisiologi Indra Penglihatan (Mata) 

a) Kebutaan

Kebutaan adalah kondisi dimana kurangnya persepsi visual karena faktor


fisiologis (fisik) dan neurologi (syaraf), yang merujuk kepada hilangnya
penglihatan yang tidak dapat dikoreksi/diobati dengan kacamata atau lensa
kontak. Kebutaan terbagi menjadi dua, parsial dan lengkap. Kebutaan parsial
berarti memiliki visi/pandangan yang sangat terbatas. Kebutaan lengkap
berarti tidak dapat melihat apa-apa dan tidak bisa melihat cahaya.
Kebutaan/kehilangan penglihatan dapat terjadi secara tiba-tiba atau selama
periode waktu.

a) Astigmatisma

Astigmatisma atau mata silindris adalah suatu kondisi mata/penglihatan


dimana penglihatan menjadi kabur, disebabkan oleh bentuk kornea yang tidak
teratur, dimana lensa mata mempunyai cekungan yang berbeda antara tengah
dan pinggir. Dikarenakan bayangan benda jatuh di retina mata ada dua tidak
satu, sehingga efeknya adalah penderita melihat benda seakan menjadi
dua/kabur/blur. Penderita astigmatisma reguler (melihat garis vertikal terlihat
kabur dan garis horisontal terlihat jelas) dapat dikoreksi dengan kacamata
berlensa silindris. Selain dengan kacamata, penderita silindris dapat
mendapatkan visi yang jelas dengan menggunakan lensa kontak,
orthokeratology, laser dan prosedur operasi bias lainnya.

b) Pinguecula

Pinguecula adalah salah satu degenerasi konjungtiva mata (membran


mukosa tipis yang membatasi dalam dari kelopak mata dan melipat ke
belakang membungkus permukaan depan dari bola mata) yang umum terjadi.
Pinguecula merupakan pertumbuhan jaringan tipis (selaput) non-kanker di
konjungtiva dan tidak berbahaya. Pinguecula terlihat seperti benjolan kecil di
ujung bola mata dekat dengan kornea dan berwarna kekuningan. Penyebab
pastinya belum diketahui, namun penyebab paling umum terjadi adalah
karena paparan sinar matahari dan iritasi mata. Pinguecula tidak memerlukan
pengobatan, misalnya dengan tindakan operasi atau tindakan medis lainnya.
Hal yang dapat dilakukan agar terhindar dari pinguecula adalah dengan
menjaga mata tetap basah, menghindari paparan langsung ultraviolet dengan
menggunakan kacamata hitam, hindari iritasi mata. Hubungi dokter jika
pinguecula berubah ukuran, berubah warna dan berubah bentuk.

c) Pterygium

Pterygium adalah salah satu penyakit mata yang ditunjukkan dengan adanya
pertumbuhan selaput tipis di konjungtiva yang menutupi bagian putih dari
mata dan meluas ke kornea. Pterygium hampir mirip dengan pinguecula.
Hanya saja pterygium berbentuk segitiga dan puncaknya terletak di kornea.
Penyebab pterygium juga belum diketahui secara pasti. Namun pterygium
lebih sering terjadi pada orang yang sering terpapar sinar UV, angin, berdebu
dan orang-orang yang bekerja diluar rumah. Para petani dan nelayan serta
orang-orang yang tinggal di dekat garis khatulistiwa lebih banyak terkena
pterygium. Pterygium adalah pertumbuhan jaringan non-kanker, namun jika
pertumbuhannya cepat dan meluas ke kornea, maka penglihatan penderita
pterygium akan menjadi kabur dan silau. Gejala pterygium diantaranya mata
akan terasa mengganjal, sedikit gatal, berair, tetapi adapula yang tidak
memiliki gejala. Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah atau mengurangi
pertumbuhan pterygium adalah menghindari kontak langsung dengan sinar
UV dengan mengguanakan kacamata hitam jika berada diluar dengan sinar
matahari yang menyengat, menjaga mata tetap lembab dan menghindari
iritasi. Hubungi dokter jika pertumbuhan pterygium terjadi dengan cepat dan
mengganggu visi.
d) Buta Warna

Buta warna terjadi ketika ada masalah dengan butiran sensor-warna


(pigmen) dalam sel-sel saraf tertentu dari mata. Buta warna sama sekali
bukanlah bentuk kebutaan, tetapi kekurangan dalam cara Anda melihat warna
dan kesulitan dalam membedakan warna tertentu, seperti biru dan kuning atau
merah dan hijau. Buta warna dapat menurun dan laki-laki lebih sering terkena
kasus buta warna daripada perempuan. Buta warna karena keturunan tidak
dapat disembuhkan, tetapi dapat dibantu dengan memakai kacamata lensa
warna, untuk membantu membedakan warna lebih dengan mudah. Atau
dengan kacamata dengan lensa yang dapat mengurangi cahaya, karena jika
terlalu terang atau silau penderita buta warna lebih sulit membedakan warna.

e) Presbiopi (Mata Tua)

Presbiopi adalah suatu keadaan gangguan penglihatan yang umum terjadi


karena faktor usia. Presbiopi sering disebut kondisi penuaan mata, dimana
menyebabkan tidak mampu fokus melihat dari jarak dekat dan tidak dapat
melihat benda jauh dengan jelas, karena ada masalah yang berkaitan dengan
pembiasan pada mata. Mata tidak mampu memfokuskan cahaya langsung ke
retina akibat pengerasan dari lensa alami. Penuaan mempengaruhi serat otot di
sekitar mata sehingga sulit bagi mata tua untuk fokus pada objek dekat,
sehingga ketidakefektifan lensa menyebabkan cahaya berfokus ke retina,
menyebabkan berkurangnya penglihatan pada benda-benda yang dekat.
Ketika kita muda, lensa mata masih lembut dan fleksibel, memungkinkan
otot-otot kecil di dalam mata dapat dengan mudah membentuk kembali lensa
untuk fokus pada benda dekat maupun jauh. Kacamata berlensa cekung dan
cembung sekaligus adalah cara paling sederhana dan paling aman aman untuk
mengoreksi presbiopi.

f) Rabun Senja

Rabun senja atau nyctalopia atau hemeralopi adalah gangguan


penglihatan kala senja atau malam hari atau dalam cahaya redup. Rabun senja
juga sering disebut rabun ayam, karena ayam tidak dapat melihat jelas saat
senja atau malam hari. Rabun senja terjadi karena adanya kerusakan pada sel
retina yang seharusnya dapat bekerja saat melihat benda/objek dengan cahaya
yang kurang atau redup. Penyebab terjadinya rabun senja antara lain; katarak,
rabun jauh, pemakaian obat-obatan tertentu, kekurangan vitamin A (walaupun
sangat jarang), bawaan dari lahir, mata minus dll. Penderita rabun senja dapat
menyebabkan masalah dengan mengemudi di malam hari, kesulitan melihat
bintang, berjalan di ruangan/tempat yang gelap dll. Rabun senja dapat
dikurangi dengan mengkonsumsi suplemen vitamin A atau jika sangat
mengganggu penglihatan secara signifikan, maka sangat penting untuk
memeriksakan diri ke dokter spesialis mata. Agar diketahui penyebabnya dan
dapat segera diperbaiki, misalnya dengan kacamata atau pengangkatan
katarak.

g) Rabun Dekat

Rabun dekat atau hipermetropi atau hiperopia adalah gangguan pada


penglihatan yang disebabkan lensa mata terlalu pipih. Bayangan benda yang
dilihat terbentuk di belakang retina sehingga mata tidak dapat melihat benda-
benda yang dekat. Penglihatan penderita hipermetropi dapat dikoreksi dengan
menggunakan kacamata berlensa cembung atau positif. Dengan lensa
cembung, sinar yang jatuh di belakang retina akan dikembalikan tepat pada
retina sehingga dapat melihat benda dari jarak dekat.

h) Rabun Jauh

Rabun jauh adalah kebalikan dari rabun dekat, mata dengan lensa terlalu
cembung atau bulat mata terlalu panjang. Rabun jauh adalah ketidakmampuan
mata untuk melihat dalam jarak yang jauh. Bayangan yang dihasilkan akan
jatuh didepan retina. Penderita rabun jauh dapat menggunakan kacamata
berlensa cekung atau negatif. Lensa cekung akan menempatkan kembali
bayangan tepat dititk retina, sehingga mata dapat melihat benda yang jauh.
Siapa yang bisa terkena rabun jauh? Mereka yang : memiliki keturunan orang
tuanya yang juga penderita miopia, kurang asupan makanan bergizi terutama
makanan yang mengandung vitamin A, memiliki kebiasaan buruk melihat
benda dengan jarak yang sangat dekat misalnya melihat televisi terlalu dekat,
membaca terlalu dekat dan kurang cahaya dll.

i) Katarak

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidarasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa. Biasanya
kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progressif ataupun dapat tidak
mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Katarak umumnya merupakan
penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan congenital,
atau penyulit penyakit mata local menahun

2.patofisiologi Indra Pendengaran (Telinga) 

a) Tersumbatnya telinga oleh kotoran

 penyakit pada Telinga bagian luar memiliki kelenjar yang menghasilkan


minyak. Minyak ini berguna untuk mencegah air dan kotoran masuk ke dalam
telinga. Biasanya, minyak bersama kotoran mengggumpal dan akan
mengering. Selanjutnya, kotoran telinga ini akan keluar dengan sendirinya.
Namun, kadangkala kotoran telinga mengumpul terlalu banyak dan
menyumbat telinga. Jika keadaan demikian, harus konsultasi dengan dokter.

b) Hilangnya pendengaran akibat pencemaran suara

Suara yang terlalu keras dapat menyebabkan kerusakan telinga bagian


dalam. Akibatnya, pendengaran dapat terganggu dan bahkan pendengaran
hilang. Rusaknya telinga akibat suara yang terlalu keras dapat dicegah dengan
tidak mendengarkan dan menghindari sumber pencemaran suara atau
menggunakan alat penutup telinga yang dapat mengurangi intensitas suara.

c) Tuli konduksi

Pada Tuli konduksi, telinga tidak dapat mendengar karena gangguan pada
penghantaran getaran suara. Sebab-sebab gangguan ini antara lain:

1) penyumbatan saluran telinga oleh minyak serumen,


2) penebalan atau pecahnya membran timpani,
3) pengapuran pada tulang pendengaran,
4) kekakuan hubungan stapes pada tingkap oval.

d) Vertigo

Vertigo adalah penyakit atau kondisi dimana telinga bagian dalam


mengalami gangguan sehingga terasa pusing dan ruang di sekeliling penderita
terasa berputar sehingga pada kondisi seperti ini penderta merasa berputar
atau melayang. Penyakit ini sangat berbahaya jika menyerang secara tiba-tiba.
Kebanyakan para penderita vertigo terserang kondisi ini saat sedang stress dan
kecapean. jadi penderita vertigo sensitif dengan yang namnay stress dan cape,
karena pada kondisi stress jaringan saraf di otak mengalami overecting karena
menerima pasokan darah dari jantung terlalu mendadak. Jika keseimbangan
saraf ini terganggu maka akana menyebabkan beberapa komplikasi tidak
hanya vertigo namun bisa juga hipertensi, jantyung koroner bahkan stroke.
Penyebab penyakit vertigo adalah terganggunya saraf yang menghubungkan
antara mata dengan otak, dan pergerakan mata secara abnormal (sering
menggerakan mata dengan berlebihan). Gejala yang dirasakan sering merasa
pusing, sering terserang pusing disertai perasaan melayang walau dalam
keadaan mata tertutup sekalipun.

e) Terasa ada tekanan dalam telinga

Orang yang mengidap penyakit meniere akan merasa ada tekanan pada
telinga bagian dalam. Gejala-gejala tersebut dapat timbul dengan tingkat
keparahan, frekuensi, dan durasi yang berbeda-beda, terutama pada awal
penyakit. Misalnya, Anda mungkin akan mengalami vertigo yang lebih parah
daripada gejala lain atau Anda lebih sering mengalami tinnitus daripada gejala
lainnya. Namun, bisa juga gejala-gejala tersebut terjadi dalam waktu yang
bersamaan. Jika Anda mengalami salah satu gejala di atas, lebih baik Anda
langsung berkonsultasi ke dokter. Sebab, gejala-gejala tersebut mungkin dapat
menimbulkan komplikasi, seperti gangguan berbicara, hilangnya kesadaran,
kehilangan penglihatan, dan lain sebagainya atau bahkan menimbulkan
penyakit lain yang lebih serius, seperti stroke, tumor otak, penyakit jantung,
penyakit kardiovaskular, dan menyebabkan hilangnya kemampuan
mendengar.

3.Patofisiologi Indra Peraba (Kulit) 

1. Panu

Penyakit umum yang sangat dikenal dan banyak ditemukan


ditemukan di masyarat ini, mempunyai dampak pada kulit yang
lumyan gatal. Jamur adalah penyebab utama dari panu. Dan tentunya
jamur tersebut munculnya dari kurangnya perhatian kesehatan
terhadap tubuh, sehingga saat makan, makanan yang mengandung
protein tinggi sering memunculkan dan bertambah banyaknya panu di
badan. Panu, pada kulit pertama akan muncul bercak putih-putih dan
berkelanjutan akan menyebar berbentuk pulau-pulaupadabadan. Hal
ini sunggu memalukan jika dilihat oleh teman, pacar, atau orang yang
sepesial bagi anda. Tapi, mau diakata apalagi, inilah penyakit yang ada
saat ini di badananda. Jika keringat becucuran, maka saat itulah
muncul gatal-gatal pada kulit terkena panu.  

2. Kudis

Tungau yang belapak kaki adalah menyebabkan kudis ini muncul.


Gerakan dari tunggau yang dikenal Sarcoptes scabiei ini menyebabkan
gatal yang luar biasa pada kulit yang terkena kudis. Anak kecil sangat
mudah sekali terkena kudis, ini dikarenakan sistem imun pada anak
belum terlalu kuat. Kudis sendiri biasanya ditemukan pada selah-selah
jari tangan, pergelangan tangan, dan pinggang batas celana. Rasa gatal
pada kulit, sering muncul dan gatal pada saat malam hari. Dan
penuluran kudis biasanya dari kontak langsung dan tidak lansung,
misalnya dari pakaian, handuk, atau benda yang bersifat kontak
langsung. Kudis dapat diobati dari dengan salep atau obat herlbal. 
Jika anda sudah sembuh dari kudis, maka sebaiknya untuk
mewaspadai dan mencegah infeksi tersebut datang lagi. Kesehatan dan
kebersihan lingkungan anda haurslah dijaga sebaik mungkin.  
3. Eksim

Badan yang meradang dan iritasi adalah bentuk dari ciri-ciri eksim.
Eksim sama seperti penyait lainnya yaitu gatal-gatal. Eksim bisa
disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya setelah memegang sabun
ternyata tangan terasa gatal. Gejala yang timbul pada kulit bervariasi,
ada yang terasa gatal ringan dan ada juga yang merasaan panas. Jika
penderita terasa kulitnya semakin gatal dan tingkat kestersan terhadap
gatal tersebut akan menghasilkan penyakit eksim semakin buruk.

4. Jerawat

Pada umumnya jerawat pernah muncul disetiap individu, karena


jerawat sangat mudah sekali muncul pada permukaan kotor dan
berminyak. Tapi, bagi remaja saat masa pubernya. Jangan terlalu heran
dan kuwatir, karena jerawat yang muncul pada wajah kalian ada
dampak dari stresnya sistem pertumbuhan anda sehingga muncul
jerawat. Jerawat sangat suka pada wajah memiliki kulit yang
berminyak banyak. Apalagi wajah tersebut berminyak dan kotor, pasti
para jamur sangat sedang dan berkembang biak di wajah anda. Jerawat
akan berhenti muncul pada usia sudah lebih dari 25 tahun. Jika masih
ada muncul, maka jerawat tersebut tidak sebanyak waktu usia sebelum
25 tahun.

4.Patofisiologi Indra Pengecap (Lidah) 

a) Sariawan

Sariawa atau canker sores atau ulkus aftosa merupakan gejala erosi pada
kulit mulut, yakni di bagian dinding dalam pipi atau lidah. Penyebab dari
sariawan ini adalah diantaranya: kekurangan vitamin C, alregi, mengkonsumsi
makanan / minuman yang terlalu panas, kekurangan asupan zat besi, atau bisa
juga disebabkan oleh penurunan daya tahan tubuh. Pada dasarnya sariawan
merupakan luka terbuka yang bisa menimbulkan rasa nyeri. Dalam ukuran
kecil  dengan diameter kurang dari 1 cm, sariawan bisa muncul dalam satu
kelompok yang terdiri dari 2 - 3 luka yang biasanya akan sembuh dalam
waktu kurleb 10 hari tanpa meninggalkan bekas. Pencegahannya adalah
dengan cara menambah asupan vitamin C.

b) Kanker Lidah

Kanker lidah adalah kanker kedua terbanyak setelah kanker bibir sebagai
tempat kanker primer. Tembakau dan alkohol merupakan dua hal yang
disinyalir sebagai pemicu semakin cepatnya pertumbuhan sel kanker lidah.
Keganasan kanker lidah terjadi paling sering pada bagian tengah lateral lidah
dan seringkali asimtomatik. Penyebaran kanker ini  bisa meluas melalui
submukosa ke basal lidah dan menyerang garis tengah atau ke lateral menuju
dasar mulut. Cara pencegahannya adalah dengan cara berhenti merokok,
hindari minuman beralkohol, menjaga kebersihan mulut dan pemeriksaan
rutin 6 bulan sekali ke dokter gigi.

c) Makroglosia

Makroglosia merupakan penyakit sebagai akibat dari pembesaran lidah


yang mungkin merupakan bagian dari suatu sindroma yang ditemukan dalam
keadaan tumbuh - kembang seperti sindroma dowm. Pembesaran lidah ini
bisa juga sebagai akibat dari tumor (hernangioma atau limfangioma), penyakit
metabolik (seperti amilodosis primer) atau gangguan endokrin (seperti halnya
akromegali ataupun kretinisme)

d) Mikroglosia

Bila makroglosia merupak penyakit pada lidah yang berupa pembesaran


lidah, maka mikroglosia adalah kebalikannya. Mirkoglosia merupakan
penyakit pada lidah yang berupa pengecilan ukuran dan bentul lidah

e) Lidah dengan Fisura (SCROTAL TONGUE)

Ini merupakan dorsal dan kedua sisi lidah ditutupi oleh alur yang dangkal
atau dalam tanpa rasa nyeri; karena terdapatnya alur - alur ini maka dapat
menyebabkan penumpukan debris di dalamnya yang kemudian bisa
mengakibatkan iritasi

f) Glosoptosis

Glosoptosis merupakan penyakit pada lidah yang berupa lidah yang tertarik
ke belakang. Pada bayi baru lahir atau pada anak-anak kondisi glosoptosis
sangan berbahaya karena bisa saja sewaktu-waktu lidahnya menutup saluran
nafas yang bila tidak segera ditangani dengan benar bisa menyebabkan
kematian.

5.Patofisioologi Indra Penciuman (Hidung) 

a) Sinusitis paranasalis

yaitu gangguan indera penghidu yang terjadi karena radang tulang-tulang


tengkorak sekitar hidung yang berongga dan berisi udara. Anak yang
menderita gangguan ini biasanya sering mengalami batuk pilek. Karena itu,
sebaiknya anak dihindarkan dari faktor pencetus terjadinya serangan batuk
pilek seperti udara kering dan suhu yang hangat.

b) Polip.

Gangguan ini terjadi karena adanya tumbuh selaput lendir hidung yang
menonjol. Gangguan polip biasanya dapat diatasi dengan cara operasi.

c) Salesma (Cold) dan Influenz (Flu)

Salesma dan influenza merupakan kondisi alat pernapasan yang terinfeksi


oleh virus. Umumnya menyebabkan batuk, pilek, sakit leher, terkadang panas
atau sakit pada persendian. Pada anak kecil biasanya diiringi gejala mencret
ringan.

d) Peradangan hidung akibat alergi (Rhintis Allergica)

Rhintis Allergica bisa disebabkan reaksi alergi pada hidung karena


masuknya substansi asing dalam saluran tenggorokan. Anda bisa
menggunakan antihistamin seperti chlorpheniramine, dimenhydrinate.
Sebagai pencegahan, ketahuilah penyebab terjadinya alergi, apakah debu,
bulu ayam, jamur, tepung sari bunga dan lainnya? Lalu hindari benda-benda
pemicu alergi tersebut.

e) Hidung Tersumbat dan Pilek

Alergi atau salesma bisa menjadi penyebab hidung tersumbat atau pilek.
Pada anak-anak, banyaknya lendir dalam hidung bisa menyebabkan infeksi
telinga. Sedangkan pada orang dewasa, lendir berlebihan bisa menimbulkan
gangguan sinus atau peradangan gawat dan berlangsung lama di rongga tulang
yang berhubungan dengan hidung.
BAB III
PENUTUP
A . Kesimpulan
Secara structural anatomis, bola mata berdiameter 2,5 cm dimana 5/6 bagiannya
rerbenam dalam rongga mata, dan hanya 1/6 bagiannya saja yang tampak pada bagian
luar.
Anatomi sistem pendengaran merupakan organ pendengaran dan keseimbangan.
Terdiri dari telinga luar, tengah dan dalam. Telinga manusia menerima dan
mentransmisikan gelombang bunyi ke otak dimana bunyi tersebut akan di analisa dan
di intrepretasikan. Cara paling mudah untuk menggambarkan fungsi dari telinga
adalah dengan menggambarkan cara bunyi dibawa dari permulaan sampai akhir dari
setiap bagian-bagian telinga yang berbeda.
Hidung merupakan alat visera (alat dalam rongga badan) yang erathubungannya
dengan gastrointestinal. Olfaktori adalah organ pendeteksi bau yang berasal dari
makanan. Anatomi hidung manusia terbagi menjadi dua, yaitu hidung luar dan
hidung dalam. Fisiologi hidung manusia antara lain reflex nasal, proses bicara,
resonansi suara, indera penghidung, sebagai penyaring dan pelindung, pengatur
kondisi udara, dan sebagai jalan nafas. Kelainan pada indera penghidung antara lain
anosmia, hiposmia, disosmia, parosmia, phantosmia, agnosia.
Lidah merupakan salah satu pancaindra manusia. Lidah berfungsi sebagai organ
pengecap, pada lidah terjadi reseptor pada rasa. Reseptor ini peka terhadap stimulus
dari zat-zat kimia, sehingga disebut kemoreseptor. Terdapat empat macam papilla
lidah; papilla foliate, pada pangkal lidah bagian leteral, papilla fungiformis, pada
bagian anterior. Papilla sirkumfalata, melintang pada pangkal lidah. Papilla filiformis,
terdapat pada bagian posterior. Pada foliate tidak terdapat kuncup-kuncup pengecap.
Kemampuan reseptor tersebut dikumpulkan menjadi 5 kategori umum : asam, asin,
manis, pahit dan umima disebut sensasi pengecap utama.

Anda mungkin juga menyukai