Validitas berarti menilai apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat yang
sesuai untuk mengukur kompetensi. Dalam menyusun soal sebagai alat penilaian perlu
memperhatikan kompetensi yang diukur, dan menggunakan bahasa yang tidak
mengandung makna ganda. Misalnya, dalam pelajaran bahasa Indonesia, guru ingin
menilai kompetensi berbicara. Bentuk penilaian valid jika menggunakan tes lisan. Jika
menggunakan tes tertulis penilaian tidak valid.
2. Tes Formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui sudah sejauh
manakah peserta didik “telah tebentuk” (sesuai dengan tujuan pengajaran yang
ditentukan) setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
Tes Sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan
program pengajaran selesai diberikan.
4. Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara siswa
yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan siswa yang belum menguasai materi
yang ditanyakan.
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang
pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang tidak pintar (berkemampuan rendah).
Adapun klasifikasinya adalah seperti berikut ini:
0,70 – 1,00 baik sekali (soal diterima tanpa perbaikan)
0,40 – 0,69 baik (soal diterima dengan revisi kecil)
0,20 – 0,39 cukup (soal perlu revisi)
0,00 – 0,19 jelek (soal tidak dipakai/dibuang)
Negatif semua soal negatif tidak baik (dibuang)
5. Dari 20 siswa yang mengikuti suatu tes yang terdiri dari 10 butir soal. Dari 20 siswa
tersebut terdapat 10 orang yang dapat menjawab soal nomor 1 dengan benar maka rumus
untuk menghitung tingkat kesukaran soal objektif yaitu:
B
P=
JS
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = Siswa yang mengerjakan soal nomor 1 dengan benar
JS = Jumlah siswa mengikuti tes
10
P= = 0,5 (Cukup sedang)
20