Dislokasi 001 Sendi
Dislokasi 001 Sendi
Disusun Oleh:
Kelompok 9 :
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Dislokasi ialah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya.
Dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang memerlukan pertolongan segera (Kapita
Selecta Kedokteran, 2012).
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya
seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).
Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka
mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain:
sendi rahangnya telah mengalami dislokasi. (Muttaqin.A , 2008)
Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan
secara anatomis (tulang lepas dari sendi). (Brunner & Suddarth, 2006).
B. ETIOLOGI
Dislokasi disebabkan oleh :
a. Cedera olah raga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki,
serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski,
senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami
dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola
dari pemain lain.
b. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga.
c. Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan
dislokasi.
d. Terjatuh
Terjatuh dari tangga
e. Patologis : terjadinya ‘tear’ligament dan kapsul articuler yang merupakan
kompenen vital penghubung tulang (Muttaqin.A. , 2008).
C. PATOFISIOLOGI
Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan. Humerus terdorong ke
depan , merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi. Kadang-kadang
bagian posterolateral kaput hancur. Mesti jarang prosesus akromium dapat
mengungkit kaput ke bawah dan menimbulkan luksasio erekta (dengan tangan
mengarah ; lengan ini hampir selalu jatuh membawa kaput ke posisi di bawah
karakoid).
Skema Patofisiologis
Jatuh
Traumatik
(Muttaqin.A. , 2008).
D. MANIFESTASI KLINIK
c. Pembengkakan
Pembengkakan ini dapat parah pada kasus trauma dan dapat menutupi
deformitas.
d. Rasa nyeri terdapat sering terjadi pada dislokasi Sendi bahu, sendi siku,
metakarpal phalangeal dan sendi pangkal paha servikal. (Muttaqin.A. , 2008).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dengan cara pemeriksaan Sinar –X ( pemeriksaan X-Rays ) pada bagian
anteroposterior akan memperlihatkan bayangan yang tumpah-tindih antara kaput
humerus dan fossa Glenoid, Kaput biasanya terletak di bawah dan medial terhadap
terhadap mangkuk sendi. (Muttaqin.A. , 2008).
F. PENATALAKSANAAN
a. Dislokasi
Penatalaksanaan dislokasi sebagai berikut :
1) Lakukan resposisi dengan segera.
2) Dislokasi sendi kecil dapat direposisi di tempat kejadian tanpa anestesi,
misalnya : dislokasi siku, dislokasi bahu, dislokasi jari pada fase syok),
sislokasi bahu, siku atau jari dapat direposisi dengan anestesi loca dan
obat penenang misalnya Valium.
b. Traksi
Periksa sesering mungkin kulit pasien mengenai tanda tekanan atau lecet.
Perhatian lebih ditekankan pada tonjolan tulang. Lakukan perubahan posisi
sesering mungkin untuk membantu mencegah kerusakan kulit. (Muttaqin.A. ,
2008).
A. PENGKAJIAN
a. Pengumpulan data
1. Anamneses
a) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama, suku
bangsa, status perkawinan, pendidikan dan pekerjaan.
b) Keluhn utama klien
Pada anamnese ini yang perlu dikaji adalah apa yang diperlukan pada
saat itu seperti nyeri, bengkak, kelainan bentuk, hilangnya fungsi dan
krepitasi serta pada daerah mana dislokasi terjadi.
c) Riwayat penyakit sekarang
Dalam pengkajian ini meliputi riwayat terjadinya terutama apakah
dikarenakan kecelakaan, terjatuh atau terjadi benturan langsung dengan
vektor kekerasan dan sifat pertolongan yang pernah diberikan.
d) Riwayat penyakit dahulu
Dalam pengkajian ini perlu ditanyakan meliputi riwayat yang
berhubungan dengan trauma pada tulang, apakah klien mempunyai
penyakit tulang seperti osteomylitis, ostroporasis dan apakah klien
pernah mengalami riwayat trauma sebelumnya.
2. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum klien
Klien dislokasi dengan pemasangan traksi biasanya terbaring total
dengan seminimal mungkin melaksanakan aktifitas gerak ini
disebabkan karena adanya immobilisasi dan rasa nyeri akibat
pemasangan traksi, sehingga klien takut untuk bergerak, keadaan
umum klien biasanya baik tetapi dapat menimbulkan dampak seperti
gangguan miksi dan defekasi, integritas kulit dan gangguan aktivitas
lain yang menunjang kehidupan sehari – hari.
b) Gejala klinis
Gejala klinis dari dislokasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Tanda-tanda pasti
- Gerakan abnormal pada tempat terjadinya dislokasi
menjadi sendi palsu sehingga terjadi gerakan yang
deformitas pada persendian; apabila sebuah tulang
diraba secara sering akan terdapat suatu celah.
- Gangguan gerak : otot – otot tidak dapat bekerja dengan
baik pada sendi tersebut.
- Pembengkakan : pembengkakan ini dapat parah pada
kasus trauma dan dapat menutupi deformitasnya.
2) Tanda-tanda tak pasti
- Rasa nyari, bengkak dan berubah warna (membiru)
dikarenakan terjadi pendarahan di sekitar bagian
dislokasi rasa nyeri hebat terutama apabila dilakukan
pergerakan atau aktivitas.
- Kelainan bentuk (deformitas), hal ini disebabkkan oleh
karena adanya perdarahan dan pembengkakan.
- Hilangnya fungsi (fungtiolaesa), disebabkan oleh rasa
nyari serta terlepasnya sebuah sendi sehingga tidak
mampu melakukan pergerakan.
c) Pemeriksaan penujang
1) Pemeriksaan laboraturium
- Pemeriksaan laboratorium darah lengkap seperti hemoglobin,
trombosit, leukosit, glukosa sewaktu.
- Pemeriksaan faal hemostasis meliputi waktu pendarahan,
waktu pembekuan.
- Pemeriksaan kimia klinik rutin, yaitu sikap darah puasa, agot,
sgpt.
2) Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan Radiologi digunakan untuk menguatkan diagnosa
patah tulang yang dapat menggambarkan kerusakan tulang,
ketidaklurusan tulang dan kesalahan bentuk dari tulang itu
sendiri, sedangkan posisi foto tulang dilakukan secara :
- Dua waktu yang berbeda yaitu setelah terjadi trauma dan
sehari setelah dilakukan tindakan.
- Dua extremitas sebagai pembanding apabila garis patah tulang
meragukan.
3. Analisis data
Setelah data dikumpulkan dan dikelompokkan kemudian dianalisa
sebagai berikut, untuk pengelompokkan data dapat dibedakan menjadi dua
jenis yaitu data subyektif dan data obyektif.
Data subyektif yaitu data yang didapat dari ungkapan atau keluhan,
klien sendiri atau keluarga dan data obyektif yaitu data yang didapat dari
suatu pengamatan, observasi, pengukuran dan hasil pemeriksaan.
Data tersebut dikumpulkan berdasarkan perannya untuk menunjang
suatu masalah, di mana masalah berfokus pada klien dan respon klien.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dari analisa data kemudian dirumuskan suatu diagnosa keperawatan berikut
ini adalah beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada dislokasi
dengan pemasangan traksi :
Kriteria hasil : Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang, klien tidak gelisah,
klien menunjukkan tindakan santai, mampu beradaptasi dengan
aktivitas / tidak / istirahat, skala nyeri 1 – 3.
Rencana Tindakan :
Diagnosa II. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri dan
immobilisasi.
Rencana Tindakan :
1) Kaji derajat immobilisasi yang dihasilkan oleh pengobatan dan perkalian persepsi
pasien terhadap immobilisasi.
2) Instruksikan pasien untuk melakukan latihan rom pasif dan aktif pada extremitas
yang sakit dan tidak sakit sesuai toleransi.
3) Bantu klien dalam perawatan diri kebersihan.
4) Ubah posisi periodik dan dorong untuk latihan napas dalam.
5) Auskultasi bising usus, awasi kebiasaan eliminasi dan berikan keteraturan
defekasi rutin.
6) Kolaborasi dengan rehabilitasi dalam terapi fisik / okupasi.
Diagnosa III. Resiko terjadi kerusakan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan
pemasangan traksi.
Tujuan : Menyatakan ketidaknyamanan hilang.
Kriteria hasil : Menunjukkan perilaku / uniq untuk mencegah kerusakan kulit /
memudahkan penyembuhan sesuai indikasi, mencapai penyembuhan
luka sesuai waktu.
Rencana Tindakan :
1) Kaji kedaan kulit, kemerahan, pendaharan, perubahan warnadan rasa nyeri.
2) Ubah posisi sesering mungkin.
3) Observasi untuk potensial ares yang tertahan, khususnya pada akhir dan bawah
babatan.
Diagnosa IV. Defisit perawatan diri, makan, hygiene, atau toileting yang
berhubungan dengan traksi.
Tujuan : Kebutuhan perawatan diri, makan, hygiene atau toileting
terpenuhi.
Kriteria Hasil : Mengungkapkan perasaan segar, bersih dan
menyenangkan.
Rencana Tindakan :
1) Tentukan hambatan saat ini dan hambatan untuk berpartisipasi dalam perawatan.
2) Ikut sertakan klien dalam formulasi perawatan pada tingkat kemampuan klien.
3) Dorong perawatan diri, bekerja dengan kemampuan yang ada saat ini, jangan
menekan klien di luar kemampuannya.
4) Berikan dan tingkatkan keleluasan pribadi termasuk selama mandi.
5) Dorong / bantu klien dengan perawatan mulut / gigi setiap hari.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth, (2006) Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3, EGC :
Jakarta
http://www.slideshare.net/ardiartana/savedfiles?stitle=askepdislokasi&userlogin=septianraha
ANALISIS JURNAL
A. Analisis Jurnal
a) Judul Jurnal
“Pengaruh Terapi Dzikir terhadap Intensitas Nyeri pada Pasien Gastritis”
b) Nama Penulis
1. Fadli dari Program Studi Profesi Ners, STIKES Muhammadiyah Sidrap, Indonesia
2. Resky dari Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKES Muhammadiyah Sidrap,
Indonesia
3. Andi Satria dari Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKES Muhammadiyah
Sidrap, Indonesia
c) Abstrak
Sistem pencernaan merupakan suatu saluran jalan makanan/nutrisi dari jalan masuk
atau input sampai dengan keluaran (ekskresi/eliminasi). Secara anatomis sistem
pencernaan atau sering disebut sistem digestivus atau gastrointestinal terdiri atas
berbagai macam organ dari rongga mulut sampai anus. Keluhan pada pasien
gastrointestinal dapat berkaitan dengan gangguan lokal/intralumen saluran cerna
misalnya adanya ulkus duodeni, gastritis dan sebagainya. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh terapi dzikir terhadap intensitas nyeri pada pasien
gastritis. Penelitian tersebut mengunakan desain quasi experiment dengan pendekatan
Pre and Post Test Group design. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai
dengan Agustus 2018. Pengumpulan data di Ruang Bedah Rumah Sakit Nene
Mallomo Kabupaten Sidrap dilaksanakan setiap pagi mulai tanggal 2 Juni 2018
sampai dengan 25 Agustus 2018 dengan jumlah sampel sebanyak 45 responden. Hasil
penelitian ini diperoleh nilai p=0,000 dengan tingkat kemaknaan p<α (0,05) yang
dimana nilai p<α maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi dzikir terhadap
intensitas nyeri pada pasien gastritis di rumah sakit Nene Mallomo Kabupaten Sidrap.
Kata kunci: Terapi dzikir, Gastritis, Intensitas nyeri
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
d) Hasil Telaah Jurnal “VIA”
a. Validity (Validitas)
https://youtu.be/EVgohdVajGY
Cara penanganan :
1. Pasien posisikan supinasi
2. Pegang lengan pasien , posisi lengan di samping pasien siku ekstensi dan lengan bawah posisi
netral
3. Lakukan traksi longitudinal secara gentle dan perlhan melakukan abduksi sambal di oscillasi
(Gerakan pendek vertical secara continu). Gerakan oscillasi ini dilakukan di seluruh tahapan
reduksi karena membantu relaksasi otot pasien.
4. Sewaktu lengan di abduksi 90 derajat, lakukan rotasi ekstera lengan sambal tetap mengabduksi
lengan dan lanjutkan oscillasi.
5. Reduksi biasanya terjadi pada abduksi 120 derajat.
6. Setelahreduksi, perlahan gerakkan rotasi interna dan letakkan di dada pasien.
Teknik ini dapat dilakukan tanpa menggunakan sedasi, dan tentu saja tidak ada Teknik yang memberikan
angka keberhasilan 100%.
A. IDENTITASKLIEN
Nama :Tn. c Suami / Istri / Orang tua : Umur
:35 tahun Nama :Ny. N
Suku/Bangsa : Jawa
Status : Menikah
B. KELUHANUTAMA
Nyeri di area panggul
C. RIWAYAT PENYAKITSEKARANG
Saat dilakukan pegkajian pasien mengatakan dibawa ke Rumah sakit karena setelah terjatuh dari
ketinggian saat bekerja rasa sakit di panggul tak kunjung mereda malah semakin nyeri.
D. RIWAYAT KESEHATANDAHULU
Pasien tidak memiliki riwayat tertentu
Dok Prodi Ners Kep 7
FIKes UNMUH
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
E. RIWAYAT KESEHATANKELUARGA
Keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat gangguan muskuloskeletal
Genogram :
Keterangan :
: Laki-laki
:Laki-laki meninggal
:Perempuan
:Perempuanmeninggal
: Pasien
POLA FUNGSIKESEHATAN
- Pengetahuan tentang penyakit yang dialami : Pasien mengira bahwa cidera yang dialaminya hanya
sekedar kesleo biasa
Nafsu makan
Muntah ( Ya/Tidak)
Sariawan (Ya/Tidak)
IMT/Z-score : BB TB² =
TB²
3. Pola eliminasi
- BAB
Frekuensi :1x sehari
Waktu : Pagi hari
Warna : kuning kecoklatan
Gangguan eliminasi bowel : Konsitipasi ( Ya/Tidak)
Diare ( Ya/Tidak)
Inkontinensia bowel (Ya/Tidak)
Kebutuhan pemenuhan ADL Bowel: -
- BAK
Frekuensi :6-8x sehari
Warna :Kuning pucat
Gangguan eliminasi bowel : Nyeri saat BAAK (Ya/Tidak)
Burning Sensation (Ya/Tidak)
Bladder terasa penuh setelah BAK(Ya/Tidak)
Riwayat dahulu : Penyakit ginjal (Ya/Tidak)
Batu ginjal (Ya/Tidak)
Injuri/trauma (Ya/Tidak)
Penggunaan kateter : tidak menggunakan kateter
4. Polaaktifitas
Pekerjaan :buruh
Olahraga rutin :jarang olahraga
Alat bantu : walker (Ya/Tidak)
Dok Prodi Ners Kep 9
FIKes UNMUH
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
Kruk (Ya/Tidak)
Kursi roda (Ya/Tidak)
Tongkat (Ya/Tidak)
Terapi : Traksi, (Ya/Tidak)
Gips (Ya/Tidak)
Kemampuan melakukan ROM: Tidak bisa menggerakkan pinggang
Kemampuan ambulasi : -
H. PEMERIKSAANFISIK
1. Status kesehatan umum Keadaan penampilan
umum: Lemah
Kesadaran : Compos Menti
2. Kepala
Bentuk dan ukuran kepala : Bentuk simetris dan tidak ada luka
Pertumbuhan rambut : Warna hitam, bergelombang, tebal, dan agak kotor
Kulit kepala : bersih tidak ada ketombe
3. Leher
Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Palpasi : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada nyeri tekan.
4. Thorax(dada)
Inspeksi :Bentuk simetris, pergerakan simetris, tidak ada luka
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
5. Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada luka
Auskultasi : Bising usus hipoaktif
Perkusi : Terdengar suara hipertimpani di kwadran kiri bawah
Palpasi :Terdapat nyeri tekan di kwadran atas.
Dok Prodi Ners Kep 1
FIKes UNMUH
FORM KEP MEDIKAL BEDAH
6.Tulangbelakang
Tidak ada kelain skoliosis, lordosis, dan kifosis
7. Ekstrimitas
5 5
5 5
8. Integumen
Terdapat luka lecetdi kaki yang masih basah dan tidak ada tanda infeksi
9. Genetalia dananus
Tidak terpasang kateter.
10. Pemeriksaanneurologis
Tidak terkaji
11. TERAPI
Nama Obat Rute Dosis
1. Infus Natrium 1/RL 20 TPm
Clorida
2. Cefotaxime IV 2x1 gr
3. Antasida Oral 3x500 mg
4. Ranitidin IV 2x1 mg
……., …………………
Mahasiswa,
SESUAI PRIORITAS
TGL/JAM DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL RENCANA TINDAKAN RASIONAL PARAF
16 Mei Nyeri akut berhubungan dengan agent Setelah dilakukan tindakan Pemberian analgesik(2210) 1.nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada
cidera fisik keperawatan 1x24 jam
2019/10.00 harus dibandingkan dengan gejala
pasien diharapakan - tentukan
pagi nyeri pasien sebelumnya,dimana
1.Tingkat nyeri(2102) lokasi,karakteristik,kualitas dan
dapat membantu mendiagnosa
-nyeri yang dilakukan dari keparahan nyeri sebelum mengobati
etiologi perdarahan dan terjadinya
skala 1(berat)menjadi skala pasien
2(sedang) komplikasi.
- pilih analgesik atau kombinasi
-menggosok area yang 2.membantu dalam membuat
terkena dampak dari skala analgesil yang sesuai ketika lebih dari
1(berat)menjadi skala diagnosa dan kebutuhan terapi.
satu diberikan
2(sedang)
3.makanan mempunyai
-mengerang dan menangis - ajarkan tentang penggunaan
efek penetralisir asam, juga
dari skala 1(berat)menjadi analgesik,strategi untuk menurunkan
skala 2(ringan) menghancurkan kandungan
efek samping dan harapan terkait
gaster.Makan sedikit mencegah
dengan keterlibatan dalam keputusan
2.kontrol nyeri(1605) distensi dan haluaran gastrin
pengurangan nyeri
-menggambarkan faktor 4. menurunkan kekakuan sendi,
- kolaborasikan dengan dokter
penyebab dari skala 1(tidak
meminimalkan nyeri
pernah menunjukan)menjadi apakah obat,dosis,rute,pemberian
skala 4(sering menunjuakn) ketidaknyamanan.
/perubahan interval dibutuhkan,buat
-mengenai apa yang terkait rekomendasi khusus berdasarkan 5.Napas bau karena tertahanya
dengan gejala nyeri dari skala
2(jarangmenunjukan)menjadi prinsip analgesik sekret mulut menimbulkan tak nafsu
skala 4(sering menunjukan)
IMPLEMENTASI
EVALUASI
MASALAH
TANGGAL/PU
KEPERAWATAN/ CATATAN PERKEMBANGAN PARAF
KUL
KOLABORATIF
A=masalah teratasi
P=masalah teratasi
LAPORAN KEGIATA