Laporan Pendahuluan Urolithiasis

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN UROLITHIASIS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Dosen Pengampuan : Ns. Ginanjar Sasmito Adi, Sp.Kep.M.B

Disusun Oleh:

Nurhadi Dwi Pamungkas 1711011079

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep dasar medis


A. Definisi
Urolithiasis adalah klasifikasi atau terbetuknya batu yang terjadi pada traktus
urinarius (Black, 2009). Menurut Smaltzer dan Bare (2002), Urolithiasis mengacu pada
adanya batu (Kalkuli) di traktus urinarius. Batu terbentuk di traktus urinarius ketika
konsentrasi substansi tertentu, seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat ataupun asam urat
meningkat. Biasanya urolithiasis terbentuk dari ginjal yang dinamakan Nephrolithiasis
yang dapat bermigrasi ke saluran kemih bagian bawah.

B. Etiologi

Berikut teori pembentukan kristal atau batu pada saluran kemih menurut
(Purnomo, 2009) :

1. Teori nukleasi

Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama


pada tempat-tempat yang sering mengalami stasis urin seperti kalises ginjal
atau buli-buli. Keadaan seperti pelvikalises, obstruksi infravesika kronis
seperti BPH, striktura, dan buli-buli neurogenisk merupakan keadaan yang
memudahkan terjadinya pembentukan batu. Batu (Kristal) yang menghambat
tersebut tetap berada dalam keadaan metastable (tetap terlarut) dalam urin jika
tidak ada keadaan tertentu yang menyebabkan presipitasi Kristal. Kristal-
kristal tersebut kemudian beragregasi dan menarik bahan-bahan lain sehingga
menjadi Kristal yang lebih besar. Agregat Kristal ini menempel saluran kemih
(membentuk retensi Kristal) dan dari sinilah bahan-bahan lain diendapkan
pada agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk
menyumbat saluran kemih. Meskipun pembentukan batu hampir sama, tetapi
suasana di dalam saluran kemih yang memungkinkan jenis batu tidak sama
(missal batu asam urat mudah terbentuk pada suasana asam, sedangkan batu
magnesium ammonium fosfat terbentuk karena urin bersifat basa.batu yang
menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter
proksimal.

2. Teori Inhibitor Crystal

Menurut teori ini terjadinya batu saluran kemih akibat tidak adanya
atau berkurangnya faktor inhibitor (penghambat) pembentukan batu seperti
magnesium, sitrat, reptid fosfat, pirofosfat, polifosfat (mencegah pengikatan
kalsium dengan oksalat atau fosfat yang 80% ditemukan sebagai komposisi
batu), dan beberapa protein yang mampu menghabat pertubuhan kristal,
menghambat agregasi kristal, maupun menghambat agregasi kristal.

3. Faktor Eksternal
Meliputi usia daro 30-50 tahun dan jenis kelamin laki-laki lebih
banyak dibandingkan dengan perempuan, diet (peningkatan konsumsi asam
lemak, protein hewani, gula, garam, minuman instan, penurunan makanan
berserat, protein nabati, dan karbohidrat), jenis pekerjaan (banyak duduk dan
paparan suhu tinggi lebih rentan), kurang asupan cairan, iklim panas dan sinar
UV tinggi meningkatkan produksi vitamin D berlebihan, riwayat keluarga.

4. Faktor Internal
a. Status urin
b. Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan
menjadi inti pembentukan batu saluran kencing. Infeksi bakteri juga
akan memecah ureum dan membentuk ammonium yang akan
mengubah PH urin menjadi alkali.
c. Hiperkalsiuria (kadar > 250-300 mg/24 jam) yang dapat disebabkan
oleh hiperparatiroid (peningkatan resorpsi kalsium tulang, ranulomatus
(peningkatan vitamin D yang diproduksi oleh granuloma), intake
vitamin D berlebih, gangguan reabsorpsi melalui tubulus ginjal dan
absorpsi kalsium melebihi usus, penggunaan obat-obatan seperti
triamterene, antacid jangka panjang, carbonat anhidrase inhibitor.
d. Hiperoksaluri (ekskresi oksalat urin > 45 gr/hari).
e. Hiperurikosuria (kadar asam urat dalam urin >850 mg/hari). Asam urat
yang berlebihan bertindak sebagai batu pada terbentuknya batu asam
urat.

C. Patofisiologi dan Pathway

Adanya kalkuli dalam traktus urinarius disebabkan oleh dua fenomena dasar.
Fenomena pertama adalah supersaturasi urin oleh konstituen pembentuk batu, termasuk
kalsium, oksalat, dan asam urat. Kristal atau benda asing dapat bertindak sebagai matriks
kalkuli, dimana ion dari bentuk kristal super jenuh membentik strutur kristal mikroskopis.
Kalkuli yang terbentuk memunculkan gejala saat mereka membentuk ureter waktu
menuju vesica urinaria.

Fenomena kedua yang kemungkinan besar berperan dalam pembentukan kalkuli


kalsium oksalat, adalah adanya pengendapan bahan kalkuli matriks kalsium di papilla
renalis, yang biasanya merupakan plakat randall (yang selalu gerdiri dari kalsium fosfat).
Kalsium fosfat mengendap di membrane dasar dari Loop of Henle yang tipis, mengikis
ke intersitium, dan kemudian terakumulasi diruang sub epitel papilla renalis. Deposit sub
epitel, yang telah lama dikenal sebagai plak randall, akhirnya terkikis melalui urothelium
papiler. Matriks batu, kalsium fosfat, dan kalsium oksalat secara bertahap diendapkan
pada substrat untuk membentuk kalkulusmpada traktus urinarius.
Pathway

SFSFDFSDFSD
D. Manifestasi klinik
1. Nyeri
a. Renal kolik, nyeri berawal dari regio lumbal, pada pria akan menyebar
turun sepanjang testis.
b. Urethal kolik, nyeri menyebar ke area genetalia dan daerah paha. Jika
terjadi nyeri yang hebat , akan mengalami mual, muntah, wajah pucat,
bunyi napas yamg mendengkur, peningkatan tekanan darah, nadi dan juga
merasa ingin berkemih, tapi hanya sedikit yang keluar.
2. Infeksi, karena batu yang terdapat disaluran kemih dapat menjadi tempat
berkembangnya kuman seperti, proteus, pseudomonas, providencia, klebsiella,
dan mycoplasma.
3. Klien akan mengalami gangguan pada urgensi dan frekuensi urin serta
hematuria.
4. Klien akan mengalami hematuria.
5. Klien kemungkinan akan mengalami cystisis kronik bila batu terjadi pada
kandung kemih.
6. Bila terjadi batu pada kandung kemih, maka dapat menyebabkan penurunan
kapasitas kandung kemih untuk menampung urin sehingga klien akan lebih
sering untuk berkemih.

E. Pemeriksaan penunjang
1. Urin : warna urin mungkin kuning, cokelat gelap atau ada darah.
2. Urin 24 jam : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin
mungkin meningkat.
3. Kultur urin : menunjukkan infeksi saluran kemih.
4. BUN atau kreatinin urin : memperlihatkan kemampuan ginjal untuk
mensekresi ureum ataupun kreatinin.
5. Kadar klorida dan bikarbonat serum : peninggian kadar klorida dan penurunan
kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.
6. Hitung Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau
polisitemia. Sel Darah Putih mungkin meningkat sehingga menunjukkan
infeksi.
7. Hormon Paratyroid : mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH
merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan
kalsium urine).
8. Foto Rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada
area ginjal dan sepanjang ureter.
9. Intravenous Pyelogram (IVP) : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis
seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas
pada struktur anatomik (distensi ureter) dan garis bentuk kalkuli.
10. Sistoureteroskopi : visualisasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan
batu atau efek obstruksi.
11. CT Scan : menggambarkan kalkuli dan membedakan kalkuli dengan massa
lain di saluran kemih.
12. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.

F. Penatalaksanaan
1. Mengatasi gejala (medikamentosa)  ditujukan untuk batu ginjal yang
ukurannya <5 mm, karena batu diharapkan dapat keluar spontan. Terapi yang
diberikan bertujuan mengurangi nyeri, memperlancar aliran urin dengan
pemberian diuretikum, dan banyak minum supaya dapat mendorong batu
keluar. Obat-obatan yang biasa digunakan antara lain anti spasmodik bila ada
kolik, anti mikroba bila ada infeksi, batu kalsium-kalium sitrat, dan batu asam
urat dengan alupurinol.
2. Pengambilan batu
a. Endourologi : adalah tindakan untuk mengeluarkan batu saluran kemih
dengan menghancurkan batu dengan alat khusus yang dimasukkan melalui
uretra atau melalui irisan kecil pada kulit.
b. Sinar laser : caranya melalui saluran uretra dimasukkan selang fiber mini,
yang langsung dapat mengenai batu sasaran.
3. Pembedahan
a. Bedah laparoskopi : pembedahan ini dilakukan untuk mengambil batu
saluran kemih. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.
b. Bedah terbuka : bedah terbuka meliputi beberapa klarifikasi, antara lain:
a) Pielolitotomi atau nefrolitotomi: mengambil batu berukuran besar
(batu staghorn)
b) Ureterolitotomi: mengambil batu di ureter
c) Vesikolitotomi: mengambil batu di vesika urinaria
d) Ureteroliotomi: mengambil batu di uretra
II. konsep dasar keperawatan
A. pengkajian
pengkajian yang di ambil menurut Ardiansyah dan Rais (2015) diantaranya
sebagai berikut :
a. Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan
diagnosa medis.
b. Keluhan utama
Biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri pada daerah pinggang,
urine lebih sedikit, hematuria, pernah mengeluarkan batu saat berkemih, urine
berwarana kuning keruh, sulit untuk berkemih, dan nyeri saat berkemih.
c. Riwayat penyakit sekarang
Penurunan pengeluaran urin atau BAK sedikit, kandung kemih penuh dan rasa
terbakar, dorongan berkemih, mual/muntah, nyeri abdomen, nyeri panggul,
kolik ginjal, kolik uretra, nyeri waktu kencing dan demam.
d. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya, riwayat kolik renal atau
bladder tanpa batu yang keluar, riwayat trauma saluran kemih.
e. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya ISK kronik, dan penyakit atau kelainan ginjal lainnya.
f. Riwayat kesehatan lingkungan
Daerah atau tempat tinggal yang asupan airnya banyak mengandung kapur, perlu
dikaji juga daerah tempat tinggal dekat dengan sumber polusi atau tidak.
g. Pengkajian kebutuhan dasar
a) Kebutuhan oksigenasi
Perkembangan dada dan frekuensi pernapasan pasien teratur saat
inspirasi dan ekspirasi dan tidak ada penggunaan otot bantu
pernapasan

b) Kebutuhan nutrisi dan cairan


Kaji adanya mual, muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin,
kalsium oksalat atau fosfat, atau ketidakcukupan pemasukan cairan,
tidak cukup minum, terjadi distensi abdomen, penurunan bising usus.
c) Kebutuhan eliminasi
Kaji adanya riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya (kalkulus).
Penurunan haluaran urin, kandung kemih penuh, rasa terbakar saat
buang air kecil. Keinginan dorongan ingin berkemih terus, oliguria,
hematuria, piuri atau perubahan pola berkemih.
d) Kebutuhan aktifitas dan latihan
Kaji tentang pekerjaan yang monoton, lingkungan pekerjaan apakah
pasien terpapar suhu tinggi, keterbatasan aktivitas misalnya karena
penyakit yang kronis atau adanya cedera pada medulla spinalis.
e) Kebutuhan istirahat dan tidur
Kesulitan tidur karena mungkin terdapat nyeri, cemas akan
hospitalisasi.
f) Kebutuhan persepsi sensori
Perkembangan kognitif klien dengan kejadian di luar penampilan luar
mereka.
g) Kebutuhan kenyamanan
Kaji tingkat nyeri berat, nyeri kolik, lokasi tergantung pada lokasi batu
misalnya pada panggul di regio sudut costovertebral dapat menyebar
ke punggung, abdomen dan turun ke lipat paha genetalia, nyeri
dangkal konstan menunjukkan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus
ginjal, nyeri yang khas adalah nyeri akut tidak hilang dengan posisi
atau tindakan lain, nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi.
h) Kebutuhan personal hygiene
Kaji perubahan aktifitas perawatan diri sebelum dan selama dirawat di
rumah sakit.

i) Kebutuhan informasi
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang diet pada
vesikolitiasis serta proses penyakit dan penatalakasanaan.
j) Kebutuhn konsep diri
Konsep diri pasien mengenai keadaan diriya.
h. Pengkajian fisik
a) status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,
berat badan dan tanda-tanda vital.
b) pemeriksaan kepala
bentuk kepala mesochepal
c) pemeriksaan mata
pemeriksaan edema periorbital dan konjungtiva apakah anemis
d) pemeriksaan hidung
adanya pernapasan cuping hidung jika sesak napas
e) pemeriksaan telinga
fungsi pendengaran, kebersihan telinga, ada tidaknya keluaran.
f) pemeriksaan gigi dan mulut
kebersihan gigi, mukosa bibir biaanya kerng dan pucat
g) pemeriksaan leher
adanya distensi vena jugularis dan peingkatan kerja jantung
h) pemeriksaan dada
mungkin di temukan suara jantung yang abnoemal, pengembangan
ekspansi paru sama atau tidak dan adakah suara tambahan
i) pemeriksaan abdomen
adanya nyeri kolik menyebabkan pasien mual dan muntah. Palpasi
gijal dilakukan untuk mengidentifikasi massa, pada beberapa kasus
dapat teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis.
j) pemeriksaan genetalia
pada pola eliminasi urine terjadi perubahan akibat adanya hematuri,
retensi urine dan sering miksi
k) pemeriksaan ekstermitas
tidak ada hambatan pergerakan sendi pada saat jalan, duduk dan
bangun dari posisi duduk, tidak ada deformitas dan fraktur
B. Diagnose keperawatan

Menurut Muttaqin dan Sari (2011), Putri dan Wijaya (2013) dan wijayaningsih
(2013) diagnose keperawatan yang muncul untuk penderita urolithiasis adalah :

a. Nyeri akut
Nyeri akut merupakan pegalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenanggkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang actual atau
potensi atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa
(internatonal association for the study of paint) : awitan yang tiba-tiba atau
lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung ˂6 bulan.
b. Defisiensi pengetahuan
Ketiadaan atau efisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik
tertentu
C. intervensi keperawatan

a. Nyeri akut

Intervensi
Keperawatan
Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(NOC) (NIC)
Nyeri akut NOC: NIC:
Definisi : pengalaman sensori dan 1. Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
emosional yang tidak menyenangkan yang Kriteria hasil: 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
muncul akibat kerusakan jaringan yang  Melaporkan bahwa nyeri berkurang komperhensif termasuk lokasi,
aktual atau potensia ataudigambarkan dengan menggunakan manajemen karakteristik, durasi frekuensi,
dalam hal kerusakan sedemikian rupa nyeri kualitas dan factor presipitasi.
(international association for the study of  Mampu mengenali nyeri (skala, 2. Observasi reaksi nonverbal dari
pain) : awitan yang tib-tiba atau lambat intensitas, frekuensi dan tanda ketidaknyamanan.
dari intensitas ringan hingga berat dengan nyeri) 3. Gunakan teknik komunikasi
akhir yang dpat diantisipasi atau terapeutik untuk mengetahui
diprediksi dan berlangsung <6 bulan. 2. Pengendalian Nyeri pengalaman nyeri pasien.
Batasan karasteristik : Kriteria hasil: 4. Evaluasi pengalaman nyeri masa
 Perubahan selera makan  Mampu mengontrol nyeri (tahu lampau.
 Perubahan tekanan darah penyebab nyeri, mampu 5. Kontrol lingkungan yang dapat
 Perubahan frekwensi jantung menggunakan tehnik mempengaruhi nyeri seperti suhu
 Perubahan frekwensi pernapasan nonfarmakologi untuk mengurangi ruangan, pencahayaan dan
 Laporan isyarat. nyeri, mencari bantuan kebisingan berulang).
b. Defisiensi pengetahuan

Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(NOC) (NIC)
- Perasaan tidak adekuat
- Bingung, menyesal, Khawatir
 Fisiologis
- Wajah tegang
- Suara bergetar
 Simpatik
- Anoreksia
- Jantung berdebar-debar
Defisiensi pengetahuan NOC : NIC:
Definisi : ketiadaan atau efisiensi 1. Pengetahuan : Proses Penyakit Pendidikan Kesehatan
informasi kognitif yang berkaitan dengan Kriteria hasil : 1. Berikan penilaian tentang tingkat
topik tertentu.  Pasien dan keluarga menyatakan pengetahuan pasien tentang proses
Batasan karasteisrik: pemahaman tentang penyakit, penyakit yang spesifik.
 Perilaku hiperbola. kondisi, prognosis dan program 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit
 Ketidakakuratan mengikuti perintah pengobatan dan bagaimana hal ini berhubungan
 Ketidakakuratan melakukan tes  Pasien dan keluarga mampu dengan anatomi fisiologi, dengan
 Perilaku tidak tepat (misalnya histeria, menjelaskan kembali apa yang cara yang tepat.
bermusuhan, agitasi, apatis) dijelaskan perawat/tim kesehatan3. Gambarkan tanda dan gejala yang
 Pengungkapan masalah lainnya biasa muncul pada penyakit
4. Sediakan informasi pada pasien
2. Pengetahuan : prilaku sehat tentang kondisi.
Kriteria hasil : 5. Diskusikan pilihan terapi atau
 Pasien dan keluarga mampu penanganan.
melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
GAMBARAN HASIL ANALISIS BATU SALURAN KEMIH DI LABORATORIUM
PATOLOGI KLINIS RSUP SANGLAH DENPASAR
PERIODE NOVEMBER 2013 – OKTOBER 2014

Felicia Suryanto1, Anak Agung Ngurah Subawa2


1
Program Studi Pendidikan Dokter
2
Bagian Patologi klinis RSUP Sanglah
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
feliciasuryanto@yahoo.com

ABSTRAK
Penyakit batu saluran kemih atau urolithiasis merupakan salah satu permasalahan yang paling sering
terjadi pada saluran kemih. Peningkatan prevalensi batu saluran kemih menimbulkan
peningkatan angka kesakitan (morbiditas) serta beban ekonomi. Batu saluran kemih juga memiliki
rata- rata kekambuhan terjadi 50% dalam 5 tahun dan 70% dalam 10 tahun. Tujuan penelitian ini
adalah
untuk mengetahui bagaimana gambaran batu saluran kemih berdasarkan usia, jenis kelamin, lokasi dan
komposisi batu. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan hasilnya merupakan survey
deskriptif. Lokasi penelitian bertempat di laboratorium patologi klinis RSUP Sanglah Denpasar dengan
total sampel sebesar 141. Data diolah secara manual, dilaporkan dalam bentuk table dan diberi narasi
tanpa uji statistik. Dari 141 sampel yang dijadikan bahan penelitian didapatkan proporsi usia terbanyak
adalah usia ≥ 50 tahun dengan jumlah 75 sampel (53, 2%). Batu saluran kemih lebih sering diderita
oleh laki-laki dibandingkan perempuan dengan perbandingan 2,9 : 1. Proporsi lokasi batu saluran
kemih terbanyak berasal dari ginjal yaitu sebanyak 84 sampel (59, 6%). Komposisi batu saluran kemih
adalah
sebagai berikut Kalsium Oksalat 72,3% , Kalsium Fosfat 42,5%, Asam Urat 17%, Sistin 34,7%, Struvit
67,4%, dan lain-lain 17%. Simpulan dari penelitian ini adalah proporsi batu saluran kemih meningkat
seiring dengan pertambahan umur, lebih sering diderita oleh laki-laki dibandingkan perempuan, dengan
lokasi terbanyak berasal dari ginjal, dan komposisi terbanyak adalah Kalsium Oksalat.

Kata kunci: Batu saluran kemih, komposisi batu, kalsium oksalat.

ABSTRACT
Urinary tract stone or urolithiasis is one of the most common problems in the urinary tract.
Increased prevalence of urinary tract stones cause an increase in morbidity as well as the economic
burden. Urinary tract stones often have a relapse, recurrence occurs on average 50% within 5 years and
70% within 10 years. Therefore it is important to know the profile of urinary tract stones by age,
gender,
location and the stone composition. This study uses quantitative methods and descriptive survey as the
result. The research located in the department of clinical pathology laboratory Sanglah with a total
sample of 141. The data will be processed manually, reported in the table and given a narrative without
statistical tests. Of the 141 samples were used as research material obtained is the highest proportion of
age ≥ 50 years of age by the number of 75 samples (53.2%). Urinary tract stones more often suffered
by males than females with a ratio of 2.9: 1. The proportion of urinary tract stones most locations
derived from the kidney as many as 84 samples (59.6%). The composition of urinary tract stones are as
follows Calcium Oxalate 72.3%, 42.5% Calcium Phosphate, Uric Acid 17%, Cystine 34.7%, 67.4%
struvite, and others 17%. Urinary tract stones increased in proportion with increased age, commonly
suffered by men than women, urinary tract stones mostly from the kidney, and the most composition is
Calcium Oxalate.

Keywords: Urinary tract stones, stone composition, calcium oxalate.

PENDAHULUAN kandung kemih, maupun uretra) akibat pengkristalan


Batu saluran kemih merupakan masa keras yang dalam urin. Batu saluran kemih merupakan keadaan
terbentuk di sepanjang saluran kemih (ginjal, ureter,
patologis dan sering dipermasalahkan baik dari segi
kejadian (insidens), etiologi, patogenesis maupun dari
segi pengobatan.1 Peningkatan prevalensi batu saluran
kemih menimbulkan peningkatan angka kesakitan
(morbiditas) serta beban ekonomi.2
Hampir semua kepustakaan yang membahas batu PEMBAHASAN
saluran kemih menunjukkan bahwa penderita batu Usia merupakan salah satu faktor intrinsik
saluran kemih paling banyak diderita oleh pria terjadinya batu saluran kemih. Batu saluran kemih
dibandingkan dengan wanita dengan perbandingan 3 biasa terjadi pada usia 30 sampai 50 tahun.4 Pada
sampai 4 : 1, dan komposisi batu terbanyak adalah batu penelitian yang dilakukan oleh Ratu, dkk pada tahun
kalsium oksalat, pada usia rata-rata 40 sampai 60 2002-2004 disebutkan bahwa batu saluran kemih
tahun. Penyakit batu saluran kemih merupakan didapatkan terbanyak pada usia 31 sampai 45 tahun
penyakit yang bisa mengalami kekambuhan, rata- rata (35, 7%) dan paling sedikit ditemukan pada usia <30
kekambuhan terjadi 50% dalam 5 tahun dan 70% tahun (7%).1
dalam 10 tahun. Data kandungan/komposisi zat yang
terdapat di batu sangat penting untuk upaya Tabel 1. Distribusi karakteristik Sampel
pencegahan kemungkinan timbulnya kekambuhan Karateristik Jumlah
penyakit ini.1
Batu saluran kemih biasanya timbul akibat rusaknya
N Proporsi (%) Usia
keseimbangan antara kelarutan dan pengendapan
a. ≤ 30 11 7,8%
garam.3
b. 31-40 17 12%
c. 41-50 38 27%
METODE d. > 5 0 75 53,2%
Penelitian ini dilakukan secara deskriptif
Jenis Kelamin
kuantitatif untuk mencari gambaran hasil analisis batu
Laki – laki 105 74,47%
saluran kemih di laboratorium patologi klinis RSUP
Perempuan 36 25,53%
Sanglah periode November 2013 – Oktober 2014.
jumlah sampel 141 didapat pada semua batu saluran Total 141 100,00%
kemih yang berasal dari pasien yang menderita
penyakit batu saluran kemih yang dioperasi dan Tabel 2. Distribusi Proporsi Batu Saluran Kemih
dirawat di bangsal bedah RSUP Sanglah Denpasar dan Berdasarkan Lokasi Batu
Lokasi Total
dianalisis di laboratorium patologi klinis RSUP No
Batu N %
Sanglah Denpasar. Sampel diambil dengan 1 Ginjal 84 59,6
menggunakan metode total sampling, yaitu dengan 2 Ureter 35 24,8
mengambil seluruh anggota populasi sebagai sampel. 3 Buli-buli 22 15,6
Kriteria sampel adalah batu saluran kemih berukuran 4 Uretra 0 0
lebih dari sama dengan 0,5 gram yang sudah masuk di Total 141 100
billing system. Setelah itu hasilnya diolah kedalam
bentuk naratif dan table. Tabel 3. Distribusi Proporsi Batu Saluran Kemih
Berdasarkan Komposisi Batu
HASIL
Pada table 1 dapat dilihat bahwa didapatkan proporsi Jumlah Total
usia terbanyak adalah usia ≥ 50 tahun dengan jumlah N Komposisi
Positif Negatif
75 sampel (53,2%), sedangkan proporsi usia terkecil o Batu n %
adalah usia ≤ 30 tahun dengan jumlah 11 sampel N % N %
1 Kalsium 10 72,3
(7,8%). Sebanyak 105 sampel (74,47%) berasal 39 27,7 141 100
Oksalat
dari pasien yang berjenis kelamin laki-laki dan 36 2
2 Kalsium
sampel (25,53%) berasal dari pasien yang berjenis 60 42,5 81 57,5 141 100
Fosfat
kelamin perempuan.
Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa gambaran batu 3 Asam Urat 24 17 117 83 141 100
saluran kemih di laboratorium patologi klinis RSUP 4 Sistin 49 34,7 92 65,3 141 100
Sanglah Denpasar periode November 2013 – Oktober 5 Struvit 95 67,4 46 32,6 141 100
2014, dari 141 sampel yang dijadikan bahan penelitian
didapatkan proporsi lokasi batu saluran kemih 6 Lain-lain 24 17 117 83 141 100
terbanyak berasal dari ginjal yaitu sebanyak 84 sampel
(59,6%) dan pada penelitian ini tidak didapatkan Terdapat perbedaan pada penelitian yang dilakukan
sampel batu yang berasal dari uretra. Sebanyak 35 dengan penelitian terdahulu. Pada penelitian yang
sampel (28,8%) berasal dari ureter dan 22 sampel dilakukan terlihat adanya peningkatan persentase batu
(15,6%) berasal dari buli-buli. saluran kemih seiring dengan pertambahan usia. Hal
Pada tabel 3. memperlihatkan bahwa batu Kalsium ini mungkin disebabkan oleh adanya perbedaan waktu
Oksalat (72, 3%) sebagai komposisi batu yang paling dan tempat penelitian. Peningkatan proporsi batu
banyak dijumpai diikuti kemudian dengan batu Struvit saluran kemih seiring dengan pertambahan usia
(67, 4%), Kalsium Fosfat (42, 5%), Asam Urat (17%), menimbulkan kecurigaan adanya peningkatan
Sistin (4, 7%) dan lain-lain (17%). penyakit degeneratif
Proses degenerasi merupakan proses penurunan fungsi Hal tersebut berubah dengan adanya peningkatan
organ tubuh seiring dengan pertambahan usia, dalam kejadian batu pada saluran kemih bagian atas terjadi
hal ini penurunan fungsi ginjal. Batu saluran kemih di abad-20, khususnya di daerah bersuhu tinggi dan
yang terjadi pada usia muda mungkin disebabkan oleh dari Negara yang sudah berkembang. Di beberapa
faktor herediter, namun bisa juga disebabkan oleh rumah sakit di Indonesia dilaporkan ada perubahan
gaya hidup dan pola makan yang salah. proporsi batu ginjal dibandingkan batu saluran kemih
bagian bawah. Hasil analisis jenis batu ginjal di
Jenis Kelamin Laboratorium Patologi Klinis Universitas Gadjah
Secara teori dikatakan bahwa salah satu faktor Mada sekitar tahun 1964 dan 1974, menunjukkan
penyebab terjadinya batu saluran kemih pada kenaikan proporsi batu ginjal dibanding proporsi batu
seseorang adalah faktor intrinsik, dimana dijelaskan buli-buli. sekitar tahun 1964-1969 didapatkan proporsi
bahwa jumlah penderita dengan jenis kelamin laki-laki batu ginjal sebesar 20% dan batu buli-buli sebesar
tiga kali lebih banyak dibandingkan perempuan.4 Laki- 80%, tetapi pada tahun 197-1974 batu ginjal sebesar
laki memiliki massa otot yang lebih besar 70% dan batu buli-buli 30%. Pada tahun
dibandingkan perempuan sehingga pemecahan dari 1983 di Rumah Sakit DR. Sardjito dilaporkan 64
sel-sel otot tersebut berdampak terdadap peningkatan pasien dirawat dengan batu saluran kemih, batu ginjal
sisa metabolisme dan merupakan predisposisi dari 75% dan batu buli-buli 25%. Pada tahun 1986
terbentuknya batu saluran kemih. dilaporkan prevalensi batu saluran kemih sebesar
Penyebab signifikan lain adalah secara anatomis 80/10.000 pasien rawat inap. Batu ginjal ditemukan 79
saluran kemih laki-laki lebih panjang dibandingkan dari 89 pasien batu saluran kemih tersebut.
wanita.5 Hal ini memungkinan adanya pengendapan Tampaknya proporsi batu ginjal relatif stabil.7
substansi batu lebih besar pada saluran kemih laki-laki. Batu uretra yang merupakan batu primer
Tidak hanya itu, secara alamiah didalam air kemih terbentuk di uretra sangat jarang, kecuali jika
laki-laki kadar kalsium lebih tinggi dibandingkan terbentuk di dalam divertikel uretra. Angka kejadian
perempuan, dan pada air kemih perempuan kadar sitrat batu uretra ini tidak lebih 1% dari seluruh batu
(inhibitor) lebih tinggi, laki-laki memiliki hormon saluran kemih.4
testosterone yang dapat meningkatkan produksi oksalat Pada penelitian yang dilakukan oleh Nur Lina di
endogen di hati, sedangkan pada perempuan adanya beberapa rumah sakit di Semarang tahun 2008
hormon estrogen yang mampu mencegah agregasi didapatkan hasil lokasi batu saluran kemih paling
garam kalsium.6 banyak dijumpai di ginjal yaitu sebesar 36%, ureter
Pada penelitian ini didapatkan hasil perbandingan 35%, buli-buli 15%, dan uretra 2%.6 Terdapat
antara penderita batu saluran kemih yang berjenis perbedaan antara penelitian yang dilakukan dengan
kelamin laki-laki dengan penderita yang berjenis penelitian sebelumnya mungkin dikarenakan oleh
kelamin perempuan adalah sebesar 2,9 : 1. Pada perbedaan lokasi dan waktu penelitian.
penelitian yang dilakukan oleh Ratu, G., dkk pada
tahun 2002-2004, dari 199 sampel batu saluran kemih Komposisi Batu
di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makasar Batu kalsium merupakan jenis batu yang paling
diperoleh hasil 159 sampel (79,9%) berasal dari pasien banyak dijumpai, yaitu kurang lebih 70-80% dari
laki-laki dan 41 sampel (20,1%) berasal dari pasien seluruh batu saluran kemih.4 Faktor resiko
perempuan.1 Dari penelitian tersebut didapatkan terbentuknya batu kalsium adalah volume urin yang
perbandingan jumlah penderita laki-laki dengan sedikit, peningkatan ekskresi asam okasalat dan
perempuan sebesar 3, 9: 1. kalsium, serta defisiensi sitrat.8 Peningkatan ekskresi
Pada penelitian yang dilakukan sekarang dan terdahulu oksalat dalam urin disebabkan oleh diet yang tinggi
menunjukan bahwa laki-laki lebih sering menderita akan oksalat, vitamin C, dan adanyaderivat endogen
batu saluran kemih dibandingkan dengan perempuan. dari glycine, glycolate, dan hydroxyproline. Faktor
Terdapat sedikit perbedaan hasil antara penelitian yang genetik juga berpengaruh terhadap absorbsi oksalat di
dilakukan sekarang dengan penelitian terdahulu, hal ini intestinal.9
mungkin disebabkan oleh perbedaan Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi, batu ini
lamanya waktu dan jumlah sampel dalam melakukan terbentuk akibat adanya infeksi saluran kemih. Batu
penelitian. struvit terbentuk pada suasana urin yang basa, hal ini
disebabkan oleh kuman pemecah urea yang
Lokasi Batu menghasilkan enzim urease yaitu enzim yang
Pada awalnya dikatakan bahwa pada negara menghidrolisis urea menjadi amoniak. Kuman
berkembang banyak dijumpai pasien batu buli-buli pemecah urea ini diantaranya adalah Proteus spp,
sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai Klebseila, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan
penyakit batu saluran kemih bagian atas, hal ini Stafilokokus.4
dikarenakan adanya pengaruh status gizi dan aktivitas Pada penelitian yang dilakukan oleh Dewa Ayu Putu
pasien sehari-hari.4 Rasmika Dewi dan Anak Agung Ngurah Subawa di
Laboratorium patologi klinik RSUP Sanglah pada
tahun 2007 didapatkan hasil komposisi kalsium
oksalat
100%, kalsium fosfat 23%, asam urat 31%, sistin
66,4%, dan struvit 96,5%.9 Terdapat beberapa kemiripan dan perbedaan antara penelitian yang dilakukan dengan
penelitian terdahulu. Pada penelitian terdahulu dan sekarang didapatkan bahwa komposisi batu saluran kemih
terbanyak adalah kalsium oksalat dan struvit. Ada beberapa penurunan dan peningkatan persentase antara
penelitian yang dilakukan dengan penelitian terdahulu. Persentase batu kalsium oksalat dari 100% turun menjadi
72,3%, asam urat dari 31% menjadi 17%, sistin dari 66,4% menjadi 34,7%, dan struvit 96,5% menjadi 67,4%.
Sedangkan terdapat peningkatan persentase batu kalsium fosfat dari 23% menjadi 42, 5%.
Terdapat persamaan antara penelitian yang dilakukan mungkin disebabkan oleh kesamaan dalam tempat
pengambilan sampel. Penurunan persentase menandakan adanya prevensi batu saluran kemih yang sudah baik.
Peningkatan persentase batu kalsium fosfat menimbulkan kecurigaan adanya peningkatan pasien yang mengalami
hiperparatiroid maupun penyakit autoimun yang menyerang ginjal.

SIMPULAN
Proporsi batu saluran kemih mengalami
peningkatan seiring dengan pertambahan usia. Batu saluran kemih lebih sering terjadi pada jenis kelamin laki-laki
dibandingkan dengan perempuan. Lokasi batu saluran kemih terbanyak adalah berasal dari ginjal dengan
komposisi terbanyak adalah kalsium oksalat.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ratu, G., Badji, A., Hardjoeno. Profil Analisis
Batu Saluran Kemih di Laboratorium Patologi
Klinis. Indonesian Journal of Clinical
Pathology and Medical Laboratory 12(3):
114 117. 2006
. 2. Sayer, J A., dkk. The Medical Management of Urolithiasis. British Journal of Medical and Surgical Urology
3: 87-95. 2010.
3. Asplin, J R. Nephrolithiasis. Dalam Fauci, A
S., dkk. “Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17thEdition”. Selected reading, hlm. 1815-1820. Mc
Graw Hill. 2008.
4. Purnomo, B. B. “Dasar- dasar Urologi. Edisi
3”. Selected reading, hlm. 85-99. Jakarta: Sagung Seto. 2012.
5. Pandeya, A., Prajapati, R.., Panta, P., Regmi, A. Assessment of Kidney Stone and Prevalence of Its
Chemical Compositions. Nepal Medical College Journal 12 (3): 190-
192. 2010.
6. Lina, N. Faktor-Faktor Resiko Kejadian Batu Saluran Kemih Pada Laki-Laki: Studi Kasus di RS Dr.
Kariadi, RS. Roemani dan RSI
Sultan Agung Semarang. Semarang,Universitas Diponegoro. 2008.
7. Sja’bani, M. Batu Saluran Kemih. Dalam
Sudoyo, Aru W., dkk. “Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi 5.” Selected reading, hlm. 1025-1029.
Jakarta: Interna Publishing. 2009.
8. Ogaili, M., dkk. Chemical Composition of
Urinary Stone in Patients with Urolithiasis in Sana’a, Yemen. British Biomedical Bulletin 2 (2): 412-417. 2014.
9. Dewi, D. A. P. R., Subawa, A. A. N. Profil Analisis Batu Saluran Kencing di Instalasi Laboratorium
Klinik RSUP Sanglah
Denpasar. Jurnal Penyakit Dalam 8 (3): 205-
209. 2007.
LAPORAN KASUS

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
JEMBER

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL


BEDAH

Tgl / jam MRS : - Ruang :-


Tgl. Pengkajian : 25 juli 2019 No. Register :-
Diagnosa Medis : BSK
Nama : Tn. j Nama Suami /
Istri /:- Orang tua :-
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki Pekerjaan :-
Agama : islam Alamat :-
Suku / Bangsa : Jawa/Indonesia Bahasa : Indonesia
Penanggung jawab :
Pendidikan : SMP Nama :-
Pekerjaan : Petani Alamat :-
Status :-
Alamat : desa langgikima

A. KELUHAN UTAMA
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada daerah perut bagian bawah tembus
hingga belakang serta menyebar ke bagian genetalia. Nyeri dirasakan terutama saat
buang air kecil.

B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Masuk rumah sakit pada tanggal 25 juli 2019 pukul 11.13 dengan diagnosa medis BSK,
Klien mengatakan nyeri bertambah parah ketika buang air kecil, nyerinya seperti
tertusuk-tusuk, nyeri pada perut bagian bawah tembus belakang, menyebar kebagian
genitalia, Skala nyeri yang dirasakan 6 (sedang) dan Klien mengatakan nyeri yang
dirasakan hilang timbul.
C. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di Rumah Sakit Konawe Utara dengan
keluhan yang sama sekitar 1 tahun yang lalu. Klien juga mengatakan pernah berobat 6
bulan sebanyak 4 kali karena penyakit TBC . Pengobatan yang terakhir sampai tuntas.

D. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Klien mengatakan dalam keluarga klien tidak mempunyai riwayat penyakit yang sama
seperti yang ia rasakan

Genogram : -

A. Keadaan Lingkungan Yang Mempengaruhi Timbulnya Penyakit

B. POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan

Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit ia tidak terlalu

memperhatikan kesehatannya tetapi setelah masuk rumah sakit klien

mengatakan ternyata kesehatan sangatlah penting dan saat sakit

sangatlah tidak nyaman.

2. Nutrisi/metabolik

Klien mengatakan tidak ada masalah dengan kebiasaan makannya

dimana frekuensi makannya 2-3 x/hari dan porsinya selalu dihabiskan.

Klien mengatakan air yang di konsumsi di rumahnya banyak

mengandung kapur. Klien mengatakan tiap hari minum 2 - 2,5 liter

air/hari sebelum sakit.

3. Pola Eliminasi

Klien mengatakan ada gangguan pada buang air kecil (BAK) 1 hari

sebelum masuk rumah sakit dan tidak ada masalah pada buang air besar

(BAB). Klien mengatakan sering bolak-balik WC (> 10 kali/24 jam)


untuk buang air kecil dan setiap kali BAK kencingnya keluar sedikit-

sedikit dan berwarna kuning keruh serta terasa sakit.

4. Oksigenasi

Klien tidak nampak terpasang oksigen

5. Pola tidur dan istirahat

Klien mengatakan sebelum sakit klien tidak mengalami susah tidur

terutama pada malam hari dimana klien biasa tidur 8 jam setiap harinnya

tetapi pada saat sakit klien mengatakan susah untuk memulai tidur

dikarenakan memikirkan penyakit yang dialaminnya.

6. Pola kognitif-perseptual

Klien sering menanyakan apakah penyakit yang dideritanya bisa

disembuhkan dan klien juga berpersepsi bahwa penyakitnya dapat

disembuhkan dengan jalan lain selain proses pembedahan misalnya

dengan pengobatan tradisional.

7. Pola persepsi diri/konsep diri

Klien mengatakan sudah mengetahui informasi tentang penyakitnnya,

tetapi klien merasa cemas memikirkannya. Klien mengatakan yang

terpenting sekarang adalah ia cepat sembuh dan menjalani aktivitasnya

seperti semula.

8. Pola seksual dan produksi

Klien mengatakan tidak ada masalah yang dirasakan terkait seksualitas


9. Pola peran-hubungan

Klien mengatakan selama sakit tidak pernah lagi menjalankan perannya

sebagai penopang perekonomian keluarga seperti sebelum sakit.

10. Pola manajemen koping stress

Klien mengatakan sangat cemas dengan kondisi kesehatannya saat ini, klien

nampak gelisah dan sering ke meja perawat bertanya mengenai kondisinya,

klien berulang kali bertanya kepada perawat mengenai tindakan operasi itu

seperti apa.

11. Pola keyakinan-nilai

Klien mengatakan selama sakit tidak pernah lagi menjalankan ibadahnya dan

ibadahnya menjadi terganggu akibat penyakit yang dialaminya.

C. STATUS MENTAL ( PSIKOLOGIS)

D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status kesehatan umum
Keadaan / penampilan umum Kesadaran :
G C S : 4,5,6
BB sebelum sakit : - T B : 167
BB saat ini : 62 BB ideal:
Tanda– tanda Vital :
TD : 150/90 mmHg Suhu : 36,5C
N : 89 x/mnt RR: 31 x/mnt
2. Kepala
Bentuk kepala pasien simetris antara kiri dan kanan dan tidak tampak ada lesi
3. Leher
Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid dan KGB.
4. Mata dan telinga
Klien tidak mengalami gangguan penglihatan dan tidak memakai kaca mata, pupil klien
nampak isokor, konjungtiva klien tidak nampak anemis, sclera tidak ikterus, klien tidak
mengalami gangguan pendengaran dan tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
5. Sistem pernapasan
Tidak ada batuk dan sesak
1. Inspeksi :
Pengembangan dinding dada simetris kiri-kanan (+)/(+), deformitas
tulang dada (-), trakea tidak mengalami deviasi, frequensi pernapasan
normal dan tidak mengunakan otot bantu pernapasan.
2. Palpasi :
Tidak ditemukan adanya benjolan dan masa. Taktil fremitus seirama.
Nyeri tekan (-).
3. Perkusi
Suara perkusi resonan dan tidak ada tanda-tanda penumpukan cairan.
4. Auskultasi
Bunyi napas vesicular pada perifer paru, bunyi napas bronchial diatas
trachea, bunyi broncovesiculer (+) dan tidak ada bunyi napas tambahan
{crackles (-), whezing (-), mengi (-)}.
6. Sistem kardiovaskuler
1. Inspeksi :
Tidak nampak ada pembesaran vena jugularis dan bentuk dada simetris
antara kiri dan kanan serta tidak ada sianosis.
2. Palpasi :
Tidak terdapat nyeri tekan dan ictus kordis teraba pada ICS 5 mid
klavikula kiri, CRT < 3 detik, dan tekanan vena jugular (jugularis venous
pressure/JVP) 7 cmH2O.
3. Perkusi :
Suara perkusi pekak pada ICS 4 dan 5 pada mid klavikula kiri.
4. Auskultasi
Tidak terdengar bunyi jantung tambahan, S1 dan S2 normal (lub-dub).
S1 terdengar bertepatan dengan teraba pulsase nadi pada arteri carotis
7. Sistem gastrointestinal
1. Inspeksi :
Mulut klien nampak bersih dengan mukosa lembab, tidak terdapat
karies gigi.
2. Auskultasi :
Peristaltic usus 15x/menit.
3. Perkusi :
Suara perkusi timpani, pada perut tidak ada penumpukan cairan.
4. Palpasi :
Ada nyeri tekan pada perut bagian bawah, pembesaran hepar (-).
8. Sistem urinarius
1. Inspeksi :
Klien tidak menggunakan alat bantu/kateter, klien nampak meringis
memegang perut bagian bawah dan pinggang. Urine berwarna kuning
keruh.
2. Palpasi :
Ada nyeri tekan pada perut bagian bawah dan pada area pinggang.
Kandung kemih tidak teraba.
3. Perkusi :
Ada nyeri ketok pada pinggang bagian belakang kanan.
9. Sistem reprosuksi pria
-
10. Sistem saraf
GCS : 15 Eye: 4 verbal : 5 motorik : 6
11. Sistem musculoskeletal
1. Inspeksi :
Tidak ada hambatan pergerakan sendi pada saat jalan, duduk dan bangkit
dari posisi duduk, tidak ada deformitas dan fraktur.
2. Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan, tahan terhadap tekanan, kekuatan otot 5 dimana
klien dapat melakukan rentang gerak penuh, dapat melawan gravitasi dan
dapat menahan tahanan penuh.
12. Sistem imun
Klien tidak mengalami perdarahan pada gusi dan klien tidak mengalami
keletihan/kelemahan. Klien nampak lemah, dikarenakan memikirkan penyakit yang
sedang dialaminnya.
13. Sistem endokrin
Hasil pemeriksaan laboratorium klien tidak mengalami hiperglikemia dan hipoglikemia
serta tidak ada luka gangrene.
ANALISIS DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS: Faktor Ekstrinsik (Asupan Nyeri akut
Klien mengeluh nyeri pada air
perut bagian bawah tembus mengandung
hingga belakang dan kapur)
menjalar ke bagian genitalia ↓
Proses kristalisasi dan
DO: agresi substansi
a. Tekanan darah : 150/90 ↓
mmHg Pengendapan
b. Skala nyeri 6 (sedang) batu
c. Klien nampak meringis ↓ Pembentukan Batu
memegang perut bagian Saluran Kemih
bawah ↓
dan pinggang. Respon
d. Ada nyeri tekan pada Obstruksi
perut bagian bawah dan Penekanan pada
pada área pinggang. saraf
e. Ada nyeri ketok pada ↓
pinggang bagian belakang Penekanan pada
saraf

Mengaktifkan mediator
kimia
(Histamin dan
bradikinin)
↓ Menstimulasi pelepasan
prostaglandin di
hipotalamus

Nyeri
dipersepsikan(nyeri
kolik)

Nyeri Akut
2. DS : substansi Ansietas

a. Klien mengatakan ↓
sudah mengetahui
Pengendapan batu
informasi tentang
penyakitnnya ↓ Pembentukan Batu Saluran

b. Klien mengatakan sangat Kemih

cemas dengan kondisi ↓


kesehatannya
Perubahan status kesehatan
saat ini
c. Klien sering ↓
bertanya pada perawat
Ansietas
tentang kondisinya.
d. Klien mengatakan
susah untuk memulai
tidur dikarenakan
memikirkan penyakit
yang dialaminnya.

DO :

a. Tekanan darah : 150/90


mmHg
b. Klien menanyakan apakah
penyakit yang dideritanya
bisa disembuhkan.
c. Klien nampak gelisah dan
sering ke meja perawat
bertanya mengenai
kondisinya
d. Klien berulang kali
bertanya kepada perawat
mengenai tindakan
operasi
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI PRIORITAS

TGL &
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF
JAM
1. Nyeri akut berhubungan dengan respon obstruksi batu pada
ginjal ditandai dengan klien mengeluh nyeri pada perut bagian
bawah tembus hingga belakang dan menjalar kebagian
genetalia.
2. Gangguan Eliminasi Urin berhubungan dengan
pembentukan batu saluran kemih ditandai dengan klien
sering bolak-balik ke wc untuk buang air kecil.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

TGL/JA TUJUAN DAN KRITERIA


DIAGNOSA KEPERAWATAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL PARAF
M HASIL

Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan 1.observasi adanya petunjuk 1. Membantu mengevaluasi tempat
keperawatan selama 3x 24
jam Nyeri teratasi nonverbal mengenai obstruksi dan kemampuan gerakan
ketidaknyamanan kalkulus. Nyeri panggul sering menyebar
2. kendalikan faktor lingkungan ke punggung, lipat paha, genitalia
1. Nyeri (-)
yang dapat mempengaruhi sehubungan dengan proksimitas saraf
2. Ekspresi nyeri (-)
3. Istirahat (-) respon pasien terhadap plektus dan pembuluh darah yang
4. Mengerang dan kenyamanan
menyuplai area lain. Nyeri tiba-tiba dan
meringis (-) 3.ajarkan Teknik non
hebat dapat mencetuskan ketakutan,
fsrmakologi
gelisah, ansietas berat.
4. dukung istirahat yang
2. bermanfaat dalam mengenali adanya
adekuat untuk membantu
nyeri
penurunan Nyeri
3. Lingkungan tenang akan
menurunkan stimulus nyeri eksternal
dan menganjurkan pasien untuk
beristirahat dan pembatasan pengunjung
akan membantu meningkatkan kondisi
O2 ruangan yang akan berkurang
apabila banyak pengunjung yang
berada diruangan dan menjaga privasi
pasien.
2. Gangguan eliminasi urin Setelah dilakukan asuhan 1. ajakan pasien mengenali 1. Membantu identivikasi dini jika terjadi
keperawatan selama 3x 24
tanda dan gejala infeksi infeksi saluran kemih sehingga dapat
jam gangguan eliminasi
urin teratasi. saluran kemih ditindaklanjuti sesegera mungkin

2. berikan privasi untuk 2. Privasi dalam eliminasi memberi rasa


nyamanan bagi individu
Kriteria hasil eliminasi
3. Adanya batu dalam saluran kemih
1. Warna urin (-) 3. berikan cukup waktu untuk
menghambat haluaran urine sehingga
2. Nyeri saat kencing (-) pengosongan kandung kemih
membutuhkan waktu lebih lama dalam
3. bau urin (-) 4. dorong keluarga untuk
pengosongan kandung kemih
menemani pasien
IMPLEMENTASI
DX. KEPERAWATAN TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF
Nyeri akut Rabu Monitor tanda-tanda vital
25/7/201 Lakukan pengkajian nyeri
8 Observasi reaksi non verbal ketidaknyamanan
11.00 Mengajarkan Teknik non farmakologi (nafas
dalam)

Kamis  Monitor tanda-tanda vital


26-07-2018 Lakukan pengkajian nyeri
07.30 Observasi reaksi non verbal ketidaknyamanan
-Mengajarkan Teknik non farmakologi (nafas
dalam)
Jumat 27- Monitor tanda-tanda vital
07-2018 Lakukan pengkajian nyeri
07.20 Observasi reaksi non verbal ketidaknyaman
Mengajarkan Teknik non farmakologi (nafas
dalam dan distraksi)
Sabtu 28- Monitor tanda-tanda vital
07-2018 Lakukan pengkajian nyeri
08.05 Observasi reaksi non verbal ketidaknyamanan
Mengajarkan Teknik non farmakologi (nafas
dalam dan distraksi)
Gangguan eliminasi Rabu 25- -anjurkan pasien minum200 ml cairan pada saat
urin 07-2018 makan, diantara waktu makan dan di awal
11.38 petang
-identifikasi tingkat kecemasan
-memantau eliminasi urin
-berikan cukup waktu untuk pengosogan
kandung kemih

Kamis 26- -anjurkan pasien minum200 ml cairan pada saat


07-2018 makan, diantara waktu makan dan di awal
11.50 petang
-identifikasi tingkat kecemasan
-memantau eliminasi urin
-berikan cukup waktu untuk pengosogan
kandung kemih

Jumat 27- -anjurkan pasien minum200 ml cairan pada saat


07-2018 makan, diantara waktu makan dan di awal
07.42 petang
-identifikasi tingkat kecemasan
-memantau eliminasi urin
-berikan cukup waktu untuk pengosogan
kandung kemih

Sabtu 28- -menganjrkan klien untuk meningkatkan istirahat


07-2018 -mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
08.15 Nyeri seperti (suhu)
-anjurkan pasien untuk minum 200ml cairan pada
saat makan, diantara waktu makan dan di awal
petang
EVALUASI

MASALAH
TANGGAL/P
KEPERAWATAN/ CATATAN PERKEMBANGAN PARAF
UKUL
KOLABORATIF

Kamis 26 juli Nyeri akut S:


2018 jam · Klien mengatakan perutnya masih sakit
07.30 tembus hingga belakang
terutama saat ia BAK, nyerinya hilang
timbul dan rasanya seperti tertusuk-tusu
O:
· Tekanan darah: 160/90 mmHg
· Skala nyeri 5
·Klien nampak meringis memegang perut
bagian bawah dan pinggang.
A:
· Masalah nyeri belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
· Lakukan pengkajian nyeri secara
komperhensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi frekuensi, kualitas
dan factor presipitasi.

Kamis 26 juli Gangguan eliminasi S:


2018 jam urin · Klien mengatakan BAK
08.10 masih terasa sakit, masih butuh waktu
cukup lama untuk menuntaskan BAK-nya
dan urine masih berwarna kuning keruh
O:
· Klien nampak cukup lama saat
masuk WC, warna urine kuning keruh
A:
· Masalah gangguan eliminasi urin
belum teratasi
P : Intervensi tetap dilanjutkan
· Pantau eliminasi urine, meliputi
frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan
warna jika perlu
· Ajarkan pasien untuk minum 200
ml cairan pada saat makan, di antara
waktu makan, dan di awal petang
· Berikan privasi untuk eliminasi
· Berikan cukup waktu untuk
pengosongan kandung kemih (10 menit)
Jumat 27-07- Nyeri akut S:
2018 07.20 · Klien mengatakan perutnya
masih sakit terutama saat ia BAK,
nyerinya seperti tertusuk- tusuk dan
menjalar genitalia

O:
· 150/90 mmHg
· skala nyeri 3
· Klien nampak menunjuk area
yang nyeri saat BAK

A:
· Masalah nyeri belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
· Lakukan pengkajian nyeri secara
komperhensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi frekuensi,
Jumat 27-07- Gangguan eliminasi S:
2018 07.45 urin · klien mengatakan saat BAK
masih terasa sakit tetapi tidak butuh waktu
lama untuk menyelesaikan BAK, klien
mengatakan BAK baru 1 kali sejak
pagi
O:
· Warna urine kuning.

A:
· Masalah gangguan eliminasi urin
belum teratasi

P : Intervensi tetap dilanjutkan


· Pantau eliminasi urine, meliputi
frekuensi, konsistensi, bau, volume,
dan warna jika perlu

Sabtu 28-07- Nyeri akut S:


2018 08.00 · Klien mengatakan perutnya
masih sakit terutama saat ia BAK,
nyerinya seperti tertusuk- tusuk dan
menjalar genitalia

O:
· 150/90 mmHg
· skala nyeri 3
· Klien nampak menunjuk area
yang nyeri saat BAK
A:
· Masalah nyeri belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
· Lakukan pengkajian nyeri secara
komperhensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi frekuensi
Sabtu 28-07- S:
2018 08.20 · klien mengatakan saat BAK
masih terasa sakit tetapi tidak butuh waktu
lama untuk menyelesaikan BAK, klien
mengatakan BAK baru 1 kali sejak
pagi
O:
· Warna urine kuning.

A:
· Masalah gangguan eliminasi urin
belum teratasi

P : Intervensi tetap dilanjutkan


· Pantau eliminasi urine, meliputi
frekuensi, konsistensi, bau, volume,
dan warna jika perlu

Minggu 29- Nyeri akut S:


07-2018 · Klien mengatakan perutnya
07.45 masih sakit terutama saat ia BAK,
nyerinya seperti tertusuk- tusuk dan
menjalar hingga kemaluannya
O:
· Tekanan darah: 460/90 mmHg
· Skala nyeri 3
· Klien nampak menunjuk area yang
nyeri saat BAK
A:
· Masalah nyeri teratasi

P :
· Intervensi dihentikan

Minggu 29- S:
07-2018 · Klien mengatakan pagi ini BAK
08.00 baru 1 kali, warna urine kuning, klien
mengatakan saat BAK masih terasa nyeri

O:
· warna urine kuning

A:
· Masalah gangguan eliminasi
urine teratasi

P:
· Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai