Laporan Pendahuluan Urolithiasis
Laporan Pendahuluan Urolithiasis
Laporan Pendahuluan Urolithiasis
Disusun Oleh:
B. Etiologi
Berikut teori pembentukan kristal atau batu pada saluran kemih menurut
(Purnomo, 2009) :
1. Teori nukleasi
Menurut teori ini terjadinya batu saluran kemih akibat tidak adanya
atau berkurangnya faktor inhibitor (penghambat) pembentukan batu seperti
magnesium, sitrat, reptid fosfat, pirofosfat, polifosfat (mencegah pengikatan
kalsium dengan oksalat atau fosfat yang 80% ditemukan sebagai komposisi
batu), dan beberapa protein yang mampu menghabat pertubuhan kristal,
menghambat agregasi kristal, maupun menghambat agregasi kristal.
3. Faktor Eksternal
Meliputi usia daro 30-50 tahun dan jenis kelamin laki-laki lebih
banyak dibandingkan dengan perempuan, diet (peningkatan konsumsi asam
lemak, protein hewani, gula, garam, minuman instan, penurunan makanan
berserat, protein nabati, dan karbohidrat), jenis pekerjaan (banyak duduk dan
paparan suhu tinggi lebih rentan), kurang asupan cairan, iklim panas dan sinar
UV tinggi meningkatkan produksi vitamin D berlebihan, riwayat keluarga.
4. Faktor Internal
a. Status urin
b. Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan
menjadi inti pembentukan batu saluran kencing. Infeksi bakteri juga
akan memecah ureum dan membentuk ammonium yang akan
mengubah PH urin menjadi alkali.
c. Hiperkalsiuria (kadar > 250-300 mg/24 jam) yang dapat disebabkan
oleh hiperparatiroid (peningkatan resorpsi kalsium tulang, ranulomatus
(peningkatan vitamin D yang diproduksi oleh granuloma), intake
vitamin D berlebih, gangguan reabsorpsi melalui tubulus ginjal dan
absorpsi kalsium melebihi usus, penggunaan obat-obatan seperti
triamterene, antacid jangka panjang, carbonat anhidrase inhibitor.
d. Hiperoksaluri (ekskresi oksalat urin > 45 gr/hari).
e. Hiperurikosuria (kadar asam urat dalam urin >850 mg/hari). Asam urat
yang berlebihan bertindak sebagai batu pada terbentuknya batu asam
urat.
Adanya kalkuli dalam traktus urinarius disebabkan oleh dua fenomena dasar.
Fenomena pertama adalah supersaturasi urin oleh konstituen pembentuk batu, termasuk
kalsium, oksalat, dan asam urat. Kristal atau benda asing dapat bertindak sebagai matriks
kalkuli, dimana ion dari bentuk kristal super jenuh membentik strutur kristal mikroskopis.
Kalkuli yang terbentuk memunculkan gejala saat mereka membentuk ureter waktu
menuju vesica urinaria.
SFSFDFSDFSD
D. Manifestasi klinik
1. Nyeri
a. Renal kolik, nyeri berawal dari regio lumbal, pada pria akan menyebar
turun sepanjang testis.
b. Urethal kolik, nyeri menyebar ke area genetalia dan daerah paha. Jika
terjadi nyeri yang hebat , akan mengalami mual, muntah, wajah pucat,
bunyi napas yamg mendengkur, peningkatan tekanan darah, nadi dan juga
merasa ingin berkemih, tapi hanya sedikit yang keluar.
2. Infeksi, karena batu yang terdapat disaluran kemih dapat menjadi tempat
berkembangnya kuman seperti, proteus, pseudomonas, providencia, klebsiella,
dan mycoplasma.
3. Klien akan mengalami gangguan pada urgensi dan frekuensi urin serta
hematuria.
4. Klien akan mengalami hematuria.
5. Klien kemungkinan akan mengalami cystisis kronik bila batu terjadi pada
kandung kemih.
6. Bila terjadi batu pada kandung kemih, maka dapat menyebabkan penurunan
kapasitas kandung kemih untuk menampung urin sehingga klien akan lebih
sering untuk berkemih.
E. Pemeriksaan penunjang
1. Urin : warna urin mungkin kuning, cokelat gelap atau ada darah.
2. Urin 24 jam : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin
mungkin meningkat.
3. Kultur urin : menunjukkan infeksi saluran kemih.
4. BUN atau kreatinin urin : memperlihatkan kemampuan ginjal untuk
mensekresi ureum ataupun kreatinin.
5. Kadar klorida dan bikarbonat serum : peninggian kadar klorida dan penurunan
kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.
6. Hitung Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau
polisitemia. Sel Darah Putih mungkin meningkat sehingga menunjukkan
infeksi.
7. Hormon Paratyroid : mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH
merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan
kalsium urine).
8. Foto Rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada
area ginjal dan sepanjang ureter.
9. Intravenous Pyelogram (IVP) : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis
seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas
pada struktur anatomik (distensi ureter) dan garis bentuk kalkuli.
10. Sistoureteroskopi : visualisasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan
batu atau efek obstruksi.
11. CT Scan : menggambarkan kalkuli dan membedakan kalkuli dengan massa
lain di saluran kemih.
12. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.
F. Penatalaksanaan
1. Mengatasi gejala (medikamentosa) ditujukan untuk batu ginjal yang
ukurannya <5 mm, karena batu diharapkan dapat keluar spontan. Terapi yang
diberikan bertujuan mengurangi nyeri, memperlancar aliran urin dengan
pemberian diuretikum, dan banyak minum supaya dapat mendorong batu
keluar. Obat-obatan yang biasa digunakan antara lain anti spasmodik bila ada
kolik, anti mikroba bila ada infeksi, batu kalsium-kalium sitrat, dan batu asam
urat dengan alupurinol.
2. Pengambilan batu
a. Endourologi : adalah tindakan untuk mengeluarkan batu saluran kemih
dengan menghancurkan batu dengan alat khusus yang dimasukkan melalui
uretra atau melalui irisan kecil pada kulit.
b. Sinar laser : caranya melalui saluran uretra dimasukkan selang fiber mini,
yang langsung dapat mengenai batu sasaran.
3. Pembedahan
a. Bedah laparoskopi : pembedahan ini dilakukan untuk mengambil batu
saluran kemih. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter.
b. Bedah terbuka : bedah terbuka meliputi beberapa klarifikasi, antara lain:
a) Pielolitotomi atau nefrolitotomi: mengambil batu berukuran besar
(batu staghorn)
b) Ureterolitotomi: mengambil batu di ureter
c) Vesikolitotomi: mengambil batu di vesika urinaria
d) Ureteroliotomi: mengambil batu di uretra
II. konsep dasar keperawatan
A. pengkajian
pengkajian yang di ambil menurut Ardiansyah dan Rais (2015) diantaranya
sebagai berikut :
a. Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan
diagnosa medis.
b. Keluhan utama
Biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri pada daerah pinggang,
urine lebih sedikit, hematuria, pernah mengeluarkan batu saat berkemih, urine
berwarana kuning keruh, sulit untuk berkemih, dan nyeri saat berkemih.
c. Riwayat penyakit sekarang
Penurunan pengeluaran urin atau BAK sedikit, kandung kemih penuh dan rasa
terbakar, dorongan berkemih, mual/muntah, nyeri abdomen, nyeri panggul,
kolik ginjal, kolik uretra, nyeri waktu kencing dan demam.
d. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya, riwayat kolik renal atau
bladder tanpa batu yang keluar, riwayat trauma saluran kemih.
e. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya ISK kronik, dan penyakit atau kelainan ginjal lainnya.
f. Riwayat kesehatan lingkungan
Daerah atau tempat tinggal yang asupan airnya banyak mengandung kapur, perlu
dikaji juga daerah tempat tinggal dekat dengan sumber polusi atau tidak.
g. Pengkajian kebutuhan dasar
a) Kebutuhan oksigenasi
Perkembangan dada dan frekuensi pernapasan pasien teratur saat
inspirasi dan ekspirasi dan tidak ada penggunaan otot bantu
pernapasan
i) Kebutuhan informasi
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang diet pada
vesikolitiasis serta proses penyakit dan penatalakasanaan.
j) Kebutuhn konsep diri
Konsep diri pasien mengenai keadaan diriya.
h. Pengkajian fisik
a) status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,
berat badan dan tanda-tanda vital.
b) pemeriksaan kepala
bentuk kepala mesochepal
c) pemeriksaan mata
pemeriksaan edema periorbital dan konjungtiva apakah anemis
d) pemeriksaan hidung
adanya pernapasan cuping hidung jika sesak napas
e) pemeriksaan telinga
fungsi pendengaran, kebersihan telinga, ada tidaknya keluaran.
f) pemeriksaan gigi dan mulut
kebersihan gigi, mukosa bibir biaanya kerng dan pucat
g) pemeriksaan leher
adanya distensi vena jugularis dan peingkatan kerja jantung
h) pemeriksaan dada
mungkin di temukan suara jantung yang abnoemal, pengembangan
ekspansi paru sama atau tidak dan adakah suara tambahan
i) pemeriksaan abdomen
adanya nyeri kolik menyebabkan pasien mual dan muntah. Palpasi
gijal dilakukan untuk mengidentifikasi massa, pada beberapa kasus
dapat teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis.
j) pemeriksaan genetalia
pada pola eliminasi urine terjadi perubahan akibat adanya hematuri,
retensi urine dan sering miksi
k) pemeriksaan ekstermitas
tidak ada hambatan pergerakan sendi pada saat jalan, duduk dan
bangun dari posisi duduk, tidak ada deformitas dan fraktur
B. Diagnose keperawatan
Menurut Muttaqin dan Sari (2011), Putri dan Wijaya (2013) dan wijayaningsih
(2013) diagnose keperawatan yang muncul untuk penderita urolithiasis adalah :
a. Nyeri akut
Nyeri akut merupakan pegalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenanggkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang actual atau
potensi atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa
(internatonal association for the study of paint) : awitan yang tiba-tiba atau
lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung ˂6 bulan.
b. Defisiensi pengetahuan
Ketiadaan atau efisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik
tertentu
C. intervensi keperawatan
a. Nyeri akut
Intervensi
Keperawatan
Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(NOC) (NIC)
Nyeri akut NOC: NIC:
Definisi : pengalaman sensori dan 1. Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
emosional yang tidak menyenangkan yang Kriteria hasil: 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
muncul akibat kerusakan jaringan yang Melaporkan bahwa nyeri berkurang komperhensif termasuk lokasi,
aktual atau potensia ataudigambarkan dengan menggunakan manajemen karakteristik, durasi frekuensi,
dalam hal kerusakan sedemikian rupa nyeri kualitas dan factor presipitasi.
(international association for the study of Mampu mengenali nyeri (skala, 2. Observasi reaksi nonverbal dari
pain) : awitan yang tib-tiba atau lambat intensitas, frekuensi dan tanda ketidaknyamanan.
dari intensitas ringan hingga berat dengan nyeri) 3. Gunakan teknik komunikasi
akhir yang dpat diantisipasi atau terapeutik untuk mengetahui
diprediksi dan berlangsung <6 bulan. 2. Pengendalian Nyeri pengalaman nyeri pasien.
Batasan karasteristik : Kriteria hasil: 4. Evaluasi pengalaman nyeri masa
Perubahan selera makan Mampu mengontrol nyeri (tahu lampau.
Perubahan tekanan darah penyebab nyeri, mampu 5. Kontrol lingkungan yang dapat
Perubahan frekwensi jantung menggunakan tehnik mempengaruhi nyeri seperti suhu
Perubahan frekwensi pernapasan nonfarmakologi untuk mengurangi ruangan, pencahayaan dan
Laporan isyarat. nyeri, mencari bantuan kebisingan berulang).
b. Defisiensi pengetahuan
ABSTRAK
Penyakit batu saluran kemih atau urolithiasis merupakan salah satu permasalahan yang paling sering
terjadi pada saluran kemih. Peningkatan prevalensi batu saluran kemih menimbulkan
peningkatan angka kesakitan (morbiditas) serta beban ekonomi. Batu saluran kemih juga memiliki
rata- rata kekambuhan terjadi 50% dalam 5 tahun dan 70% dalam 10 tahun. Tujuan penelitian ini
adalah
untuk mengetahui bagaimana gambaran batu saluran kemih berdasarkan usia, jenis kelamin, lokasi dan
komposisi batu. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan hasilnya merupakan survey
deskriptif. Lokasi penelitian bertempat di laboratorium patologi klinis RSUP Sanglah Denpasar dengan
total sampel sebesar 141. Data diolah secara manual, dilaporkan dalam bentuk table dan diberi narasi
tanpa uji statistik. Dari 141 sampel yang dijadikan bahan penelitian didapatkan proporsi usia terbanyak
adalah usia ≥ 50 tahun dengan jumlah 75 sampel (53, 2%). Batu saluran kemih lebih sering diderita
oleh laki-laki dibandingkan perempuan dengan perbandingan 2,9 : 1. Proporsi lokasi batu saluran
kemih terbanyak berasal dari ginjal yaitu sebanyak 84 sampel (59, 6%). Komposisi batu saluran kemih
adalah
sebagai berikut Kalsium Oksalat 72,3% , Kalsium Fosfat 42,5%, Asam Urat 17%, Sistin 34,7%, Struvit
67,4%, dan lain-lain 17%. Simpulan dari penelitian ini adalah proporsi batu saluran kemih meningkat
seiring dengan pertambahan umur, lebih sering diderita oleh laki-laki dibandingkan perempuan, dengan
lokasi terbanyak berasal dari ginjal, dan komposisi terbanyak adalah Kalsium Oksalat.
ABSTRACT
Urinary tract stone or urolithiasis is one of the most common problems in the urinary tract.
Increased prevalence of urinary tract stones cause an increase in morbidity as well as the economic
burden. Urinary tract stones often have a relapse, recurrence occurs on average 50% within 5 years and
70% within 10 years. Therefore it is important to know the profile of urinary tract stones by age,
gender,
location and the stone composition. This study uses quantitative methods and descriptive survey as the
result. The research located in the department of clinical pathology laboratory Sanglah with a total
sample of 141. The data will be processed manually, reported in the table and given a narrative without
statistical tests. Of the 141 samples were used as research material obtained is the highest proportion of
age ≥ 50 years of age by the number of 75 samples (53.2%). Urinary tract stones more often suffered
by males than females with a ratio of 2.9: 1. The proportion of urinary tract stones most locations
derived from the kidney as many as 84 samples (59.6%). The composition of urinary tract stones are as
follows Calcium Oxalate 72.3%, 42.5% Calcium Phosphate, Uric Acid 17%, Cystine 34.7%, 67.4%
struvite, and others 17%. Urinary tract stones increased in proportion with increased age, commonly
suffered by men than women, urinary tract stones mostly from the kidney, and the most composition is
Calcium Oxalate.
SIMPULAN
Proporsi batu saluran kemih mengalami
peningkatan seiring dengan pertambahan usia. Batu saluran kemih lebih sering terjadi pada jenis kelamin laki-laki
dibandingkan dengan perempuan. Lokasi batu saluran kemih terbanyak adalah berasal dari ginjal dengan
komposisi terbanyak adalah kalsium oksalat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ratu, G., Badji, A., Hardjoeno. Profil Analisis
Batu Saluran Kemih di Laboratorium Patologi
Klinis. Indonesian Journal of Clinical
Pathology and Medical Laboratory 12(3):
114 117. 2006
. 2. Sayer, J A., dkk. The Medical Management of Urolithiasis. British Journal of Medical and Surgical Urology
3: 87-95. 2010.
3. Asplin, J R. Nephrolithiasis. Dalam Fauci, A
S., dkk. “Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17thEdition”. Selected reading, hlm. 1815-1820. Mc
Graw Hill. 2008.
4. Purnomo, B. B. “Dasar- dasar Urologi. Edisi
3”. Selected reading, hlm. 85-99. Jakarta: Sagung Seto. 2012.
5. Pandeya, A., Prajapati, R.., Panta, P., Regmi, A. Assessment of Kidney Stone and Prevalence of Its
Chemical Compositions. Nepal Medical College Journal 12 (3): 190-
192. 2010.
6. Lina, N. Faktor-Faktor Resiko Kejadian Batu Saluran Kemih Pada Laki-Laki: Studi Kasus di RS Dr.
Kariadi, RS. Roemani dan RSI
Sultan Agung Semarang. Semarang,Universitas Diponegoro. 2008.
7. Sja’bani, M. Batu Saluran Kemih. Dalam
Sudoyo, Aru W., dkk. “Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi 5.” Selected reading, hlm. 1025-1029.
Jakarta: Interna Publishing. 2009.
8. Ogaili, M., dkk. Chemical Composition of
Urinary Stone in Patients with Urolithiasis in Sana’a, Yemen. British Biomedical Bulletin 2 (2): 412-417. 2014.
9. Dewi, D. A. P. R., Subawa, A. A. N. Profil Analisis Batu Saluran Kencing di Instalasi Laboratorium
Klinik RSUP Sanglah
Denpasar. Jurnal Penyakit Dalam 8 (3): 205-
209. 2007.
LAPORAN KASUS
DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
JEMBER
A. KELUHAN UTAMA
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada daerah perut bagian bawah tembus
hingga belakang serta menyebar ke bagian genetalia. Nyeri dirasakan terutama saat
buang air kecil.
Genogram : -
2. Nutrisi/metabolik
3. Pola Eliminasi
Klien mengatakan ada gangguan pada buang air kecil (BAK) 1 hari
sebelum masuk rumah sakit dan tidak ada masalah pada buang air besar
4. Oksigenasi
terutama pada malam hari dimana klien biasa tidur 8 jam setiap harinnya
tetapi pada saat sakit klien mengatakan susah untuk memulai tidur
6. Pola kognitif-perseptual
seperti semula.
Klien mengatakan sangat cemas dengan kondisi kesehatannya saat ini, klien
klien berulang kali bertanya kepada perawat mengenai tindakan operasi itu
seperti apa.
Klien mengatakan selama sakit tidak pernah lagi menjalankan ibadahnya dan
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status kesehatan umum
Keadaan / penampilan umum Kesadaran :
G C S : 4,5,6
BB sebelum sakit : - T B : 167
BB saat ini : 62 BB ideal:
Tanda– tanda Vital :
TD : 150/90 mmHg Suhu : 36,5C
N : 89 x/mnt RR: 31 x/mnt
2. Kepala
Bentuk kepala pasien simetris antara kiri dan kanan dan tidak tampak ada lesi
3. Leher
Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid dan KGB.
4. Mata dan telinga
Klien tidak mengalami gangguan penglihatan dan tidak memakai kaca mata, pupil klien
nampak isokor, konjungtiva klien tidak nampak anemis, sclera tidak ikterus, klien tidak
mengalami gangguan pendengaran dan tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
5. Sistem pernapasan
Tidak ada batuk dan sesak
1. Inspeksi :
Pengembangan dinding dada simetris kiri-kanan (+)/(+), deformitas
tulang dada (-), trakea tidak mengalami deviasi, frequensi pernapasan
normal dan tidak mengunakan otot bantu pernapasan.
2. Palpasi :
Tidak ditemukan adanya benjolan dan masa. Taktil fremitus seirama.
Nyeri tekan (-).
3. Perkusi
Suara perkusi resonan dan tidak ada tanda-tanda penumpukan cairan.
4. Auskultasi
Bunyi napas vesicular pada perifer paru, bunyi napas bronchial diatas
trachea, bunyi broncovesiculer (+) dan tidak ada bunyi napas tambahan
{crackles (-), whezing (-), mengi (-)}.
6. Sistem kardiovaskuler
1. Inspeksi :
Tidak nampak ada pembesaran vena jugularis dan bentuk dada simetris
antara kiri dan kanan serta tidak ada sianosis.
2. Palpasi :
Tidak terdapat nyeri tekan dan ictus kordis teraba pada ICS 5 mid
klavikula kiri, CRT < 3 detik, dan tekanan vena jugular (jugularis venous
pressure/JVP) 7 cmH2O.
3. Perkusi :
Suara perkusi pekak pada ICS 4 dan 5 pada mid klavikula kiri.
4. Auskultasi
Tidak terdengar bunyi jantung tambahan, S1 dan S2 normal (lub-dub).
S1 terdengar bertepatan dengan teraba pulsase nadi pada arteri carotis
7. Sistem gastrointestinal
1. Inspeksi :
Mulut klien nampak bersih dengan mukosa lembab, tidak terdapat
karies gigi.
2. Auskultasi :
Peristaltic usus 15x/menit.
3. Perkusi :
Suara perkusi timpani, pada perut tidak ada penumpukan cairan.
4. Palpasi :
Ada nyeri tekan pada perut bagian bawah, pembesaran hepar (-).
8. Sistem urinarius
1. Inspeksi :
Klien tidak menggunakan alat bantu/kateter, klien nampak meringis
memegang perut bagian bawah dan pinggang. Urine berwarna kuning
keruh.
2. Palpasi :
Ada nyeri tekan pada perut bagian bawah dan pada area pinggang.
Kandung kemih tidak teraba.
3. Perkusi :
Ada nyeri ketok pada pinggang bagian belakang kanan.
9. Sistem reprosuksi pria
-
10. Sistem saraf
GCS : 15 Eye: 4 verbal : 5 motorik : 6
11. Sistem musculoskeletal
1. Inspeksi :
Tidak ada hambatan pergerakan sendi pada saat jalan, duduk dan bangkit
dari posisi duduk, tidak ada deformitas dan fraktur.
2. Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan, tahan terhadap tekanan, kekuatan otot 5 dimana
klien dapat melakukan rentang gerak penuh, dapat melawan gravitasi dan
dapat menahan tahanan penuh.
12. Sistem imun
Klien tidak mengalami perdarahan pada gusi dan klien tidak mengalami
keletihan/kelemahan. Klien nampak lemah, dikarenakan memikirkan penyakit yang
sedang dialaminnya.
13. Sistem endokrin
Hasil pemeriksaan laboratorium klien tidak mengalami hiperglikemia dan hipoglikemia
serta tidak ada luka gangrene.
ANALISIS DATA
a. Klien mengatakan ↓
sudah mengetahui
Pengendapan batu
informasi tentang
penyakitnnya ↓ Pembentukan Batu Saluran
DO :
TGL &
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF
JAM
1. Nyeri akut berhubungan dengan respon obstruksi batu pada
ginjal ditandai dengan klien mengeluh nyeri pada perut bagian
bawah tembus hingga belakang dan menjalar kebagian
genetalia.
2. Gangguan Eliminasi Urin berhubungan dengan
pembentukan batu saluran kemih ditandai dengan klien
sering bolak-balik ke wc untuk buang air kecil.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan 1.observasi adanya petunjuk 1. Membantu mengevaluasi tempat
keperawatan selama 3x 24
jam Nyeri teratasi nonverbal mengenai obstruksi dan kemampuan gerakan
ketidaknyamanan kalkulus. Nyeri panggul sering menyebar
2. kendalikan faktor lingkungan ke punggung, lipat paha, genitalia
1. Nyeri (-)
yang dapat mempengaruhi sehubungan dengan proksimitas saraf
2. Ekspresi nyeri (-)
3. Istirahat (-) respon pasien terhadap plektus dan pembuluh darah yang
4. Mengerang dan kenyamanan
menyuplai area lain. Nyeri tiba-tiba dan
meringis (-) 3.ajarkan Teknik non
hebat dapat mencetuskan ketakutan,
fsrmakologi
gelisah, ansietas berat.
4. dukung istirahat yang
2. bermanfaat dalam mengenali adanya
adekuat untuk membantu
nyeri
penurunan Nyeri
3. Lingkungan tenang akan
menurunkan stimulus nyeri eksternal
dan menganjurkan pasien untuk
beristirahat dan pembatasan pengunjung
akan membantu meningkatkan kondisi
O2 ruangan yang akan berkurang
apabila banyak pengunjung yang
berada diruangan dan menjaga privasi
pasien.
2. Gangguan eliminasi urin Setelah dilakukan asuhan 1. ajakan pasien mengenali 1. Membantu identivikasi dini jika terjadi
keperawatan selama 3x 24
tanda dan gejala infeksi infeksi saluran kemih sehingga dapat
jam gangguan eliminasi
urin teratasi. saluran kemih ditindaklanjuti sesegera mungkin
MASALAH
TANGGAL/P
KEPERAWATAN/ CATATAN PERKEMBANGAN PARAF
UKUL
KOLABORATIF
O:
· 150/90 mmHg
· skala nyeri 3
· Klien nampak menunjuk area
yang nyeri saat BAK
A:
· Masalah nyeri belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
· Lakukan pengkajian nyeri secara
komperhensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi frekuensi,
Jumat 27-07- Gangguan eliminasi S:
2018 07.45 urin · klien mengatakan saat BAK
masih terasa sakit tetapi tidak butuh waktu
lama untuk menyelesaikan BAK, klien
mengatakan BAK baru 1 kali sejak
pagi
O:
· Warna urine kuning.
A:
· Masalah gangguan eliminasi urin
belum teratasi
O:
· 150/90 mmHg
· skala nyeri 3
· Klien nampak menunjuk area
yang nyeri saat BAK
A:
· Masalah nyeri belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
· Lakukan pengkajian nyeri secara
komperhensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi frekuensi
Sabtu 28-07- S:
2018 08.20 · klien mengatakan saat BAK
masih terasa sakit tetapi tidak butuh waktu
lama untuk menyelesaikan BAK, klien
mengatakan BAK baru 1 kali sejak
pagi
O:
· Warna urine kuning.
A:
· Masalah gangguan eliminasi urin
belum teratasi
P :
· Intervensi dihentikan
Minggu 29- S:
07-2018 · Klien mengatakan pagi ini BAK
08.00 baru 1 kali, warna urine kuning, klien
mengatakan saat BAK masih terasa nyeri
O:
· warna urine kuning
A:
· Masalah gangguan eliminasi
urine teratasi
P:
· Intervensi dihentikan