Anda di halaman 1dari 43

Kak Ririn Perintis:

*soal 1*

Seorang perawat mengunjungi keluarga binaan dengan anggota seorang laki-laki (70 tahun) yang
menderita DM. Hasil pengkajian : anggota keluarga mengalami gangguan psikologis dan beban ekonomi
sehingga mulai mengabaikan perawatan dirinya. Perawat berencana mendatangkan psikolog untuk
bersama-sama menyelesaikan masalah.

Apakah peran yang sedang dilakukan oleh perawat ?

A. Advokat

B. Fasilitator

C. Supervisor

D. Kolaborator

E. Pemberi pelayanan kesehatan

*jawaban : d. Kolaborator*

*pembahasan:*

*Peran perawat yang dijalankan berdasarkan kasus diatas adalah Kolaborator. Peran kolaborator adalah
mengajak kerja sama dengan tim kesehatan lainnya dalam menyelesaikan masalah yang dialami oleh
keluarga.*

Peran perawat keluarga lainnya terdiri dari :

a. Pendidik yaitu perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga.

b. Pemberi pelayanan kesehatan yaitu perawat bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan yang
komprehensif.

c. Supervisor yaitu perawat melakukan pembinaan kepada keluarga baik terhadap keluarga beresiko
tinggi maupun yang tidak.

d. Advokat adalah perawat bertanggung jawab dalam melindungi hak-hak keluarga sebagai klien.

e. Fasilitator adalah perawat dapat menjadi tempat bertanya bagi keluarga dalam memecahkan masalah
yang mereka hadapi sehari-hari. ( Sudihartono,2005).
Kak Ririn Perintis:

*soal 2*

Suatu keluarga terdiri dari ayah (54 tahun), ibu (52 tahun) dengan 3 orang anak. Anak pertama
perempuan (24 tahun), kedua laki-laki (20 tahun), ketiga perempuan (18 tahun) beserta lansia laki-laki
(70 tahun). Anak kedua akan dinikahkan dengan pilihan orang tuanya, namun ia tidak setuju. Anak
pertama sudah menikah dan tinggal diluar kota.

Apakah tahap perkembangan keluarga tersebut saat ini ?

A. Keluarga usia sekolah

B. Keluarga remaja

C. Keluarga pelepasan

D. Keluarga usia pertengahan

E. Keluarga lanjut usia

*jawaban : c. Keluarga pelepasan*

*jawaban:*

Menurut Duvval (1998) didalam Friedman (2010) tahap perkembangan keluarga ini adalah tahap
pelepasan. *Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir
meninggalkan rumah. Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak dan ada atau tidaknya anak yang
belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.*

Tugas perkembangan :

1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.

2. Mempertahankan keintiman pasangan.

3. Membantu orang tua memasuki masa tua.

4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.

5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.


Opsi keluarga dengan anak sekolah tidak tepat, karena tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun
(mulai sekolah ) dan berakhir pada saat anak berumur 12 tahun.

Opsi keluarga dengan anak remaja tidak tepat, karena tahap ini dimulai saat anak berumur 13 tahun
dan berakhir 6 sampai 7 tahun kemudian. Walaupun pada kasus terdapat anak remaja namun tahap
perkembangan keluarga diambil dari perkembangan anak pertama di keluarga.

Opsi Keluarga usia pertengahan tidak tepat, karena tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal.

Opsi Keluarga usia lanjut tidak tepat, karena tahap ini dimulai saat pensiun sanpai dengan salah satu
pasangan meninggal dan keduanya meninggal.

*Note : tahap perkembangan keluarga diambil dari perkembangan anak pertama.*

Hasnatul Fikriyah:

Berikut 2 soal untuk sesi pertama dulu ya sahabat appskep 😊

20. Seorang perempuan (43tahun) dirawat di kamar bersalin 1 jam postpartum. Hasil pengkajian : pasien
tampak pucat, perdarahan jalan lahir > 1000 cc warna merah segar, akral dingin, kanan darah 80/50
mmHg, frekuensi nadi 112x/menit dan lemah, frekuensi napas 24x/menit, uterus lembek, 2 jari di bawah
pusat.

Apakah diagnosis keperawatan pada pasien?

a. Resiko syok

b. Resiko perdarahan

c. Resiko ketidakseimbangan cairan

d. resiko ketidakseimbangan elektrolit

e. Hipovolemi
Widya Herlina:

Data fokus masalah: klien 1 jam postpartum,pasien pucat, perdarahan jalan lahir > 1000 cc warna
merah segar, akral dingin, kanan darah 80/50 mmHg, frekuensi nadi 112x/menit dan lemah, frekuensi
napas 24x/menit, uterus lembek, 2 jari di bawah pusat. Pada kasus terjadi masalah atonia uteri. Atonia
uteri yaitu keadaan dimana uterus tidak dapat berkontraksi dengan baik, sehingga dapat menyebabkan
perdarahan setelah postpartum. atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan postpartum
dini (50%). Klien telah mengalami perdarahan ( kehilangan darah ( >1000 cc) dan beresiko mengalami
syok. Dapat disimpulkan masalah keprawatan yang terjadi pada klien adalah Resiko Syok. Menurut SDKI
(2017) resiko syok yaitu beresiko mengalami ketidakcukupan aliran darah kejaringan tubuh, yang dapat
mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa.

Faktor Risiko

• Hipoksia

• Hipoksemia

• Hipotensi

• kekurangan volume cairan

• Sepsis

• Sindrom respons inflamasi sistemik Kondisi klinis terkait yaitu : a) perdarahan, b) trauma multiple,
c) pneumothorak, d) infark miokard, e) kardiomiopati, f) cidera medula spinalis, g) anafilaksis, h) sepsis.

Tanda dan gejala syok yaitu : a) keadaan umum lemah, b) perfusi : kulit pucat, dingin, basah. c) takikardi,
d) vena perifer tidak tampak, e) Tekanan darah turun , sistolik < 90 mmHg, atau turun > 50 mmHg dari
semula, f) hiperventilasi, g) sianosis perifer, h) gelisah, kesadaran menurun, i) produksi urin menurun.
Pada kasus ini terjadi syok hipovolemik akibat perdarahan yaitu terjadi jika volume darah tidak adekuat
untuk mengisi rongga intravaskuler.

Tinjauan opsi yang lain

Opsi “ resiko perdarahan” kurang tepat, pasien tidak lagi berada pada posisi beresiko untuk kehilangan
darah baik internal maupun eksternal, karena perdarahan yang terjadi telah banyak (>750 cc, n= < 500
cc).

Opsi “ resiko ketidakseimbangan cairan” tidak tepat, karena pasien tidak lagi pada kondisi yang beresiko
mengalami penurunan, peningkatan atau percepatan perpindahan cairan dari intravaskuler, interstisial
atau intraseluler. keadaan pasien sudak aktual mengalami penurunan volume cairan.

Opsi “ resiko ketidakseimbangan elektrolit” tidak tepat, key point diagnosis ini yaitu untuk pasien yang
memiliki faktor resiko serum elektrolit tidak normal, misalnya: diare, muntah,dll.
Opsi “Hipovolemi” kurang tepat, pasien memang memiliki penurunan tanda – tanda vital, tetapi pada
kasus pasien sudah berada pada resiko syok, dan perlu juga data pendukung lainnya seperti membaran
mukosa kering, volume urin menurun dan hematokrit meningkat.

Hasnatul Fikriyah:

2. Seorang perempuan (25 tahun) sedang dirawat di kamar bersalin RS dan berada pada kala 4
persalinan. Perawat melakukan observasi , tiba – tiba pasien mengalami perdarahan ± 500 cc. Hasil
palpasi abdomen uterus lembek dan 2 jari di bawah umbilikus.

Apakah penyebab perdarahan postpartum yang dialami pasien ?

a. Involusi Uteri

b. Atonia Uteri

c. Retensio Plasenta

d. Laserasi Jalan lahir

e. Koagulopati

Widya Herlina:

Soal no 2.

Data fokus : pasien berada pada kala 4 persalinan (fase setelah plasenta lahir sampai 1-2 jam setelah
itu). Tiba – tiba terjadi perdarahan ± 500 cc, hasil palpasi abdomen uterus lembek dan 2 jari di bawah
umbilikus. <b>Key words dari kasus ini adalah uterus lembek (kontraksi jelek), sehingga dapat
disimpulkan bahwa pasien mengalami Atonia uteri yang menyebabkan terjadinya perdarahan post
partum.</b> Perdarahan postpartum (PPP) didefinisikan sebagai kehilangan 500 ml atau lebih darah
setelah persalinan pervaginam atau 1000 ml atau lebih setelah seksio sesaria (Leveno, 2009; WHO,
2012).

Atonia uteri adalah ketidakmampuan uterus khususnya miometrium untuk berkontraksi setelah
plasenta lahir. Perdarahan postpartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serat-serat miometrium
terutama yang berada di sekitar pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat perlengketan
plasenta (Wiknjosastro, 2006). K egagalan kontraksi dan retraksi dari serat miometrium dapat
menyebabkan perdarahan yang cepat dan parah serta syok hipovolemik.
Tinjauan opsi yang lain:

Opsi “Involusi Uteri” tidak tepat. Involusi uteri (pengerutan uterus) adalah proses dimana uterus
kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai setelah plasenta lahir
akibat kontraksi otot – otot polos uterus ( Ambarwati dan Wulandari, 2008).

Opsi “retensio plasenta” tidak tepat. Retensio plasenta merupakan plasenta belum lahir hingga atau
melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Pada kasus telah dijelaskan pasien berada pada kala 4
persalinan ( palsenta telah lahir).

Opsi “ Laserasi jalan lahir” tidak tepat. Laserasi jalan lahir yaitu robekan jalan lahir biasanya akibat
episiotomi, robekan spontan perineum, trauma forsep atau vakum ekstraksi, atau karena versi ekstraksi
(Prawirohardjo, 2010). Pada kasus tidak ada dijelaskan adanya robekan pada jalan lahir saat persalinan.

Opsi “Koagulopati” tidak tepat. Koagulopati adalah kelainan dalam pembekuan darah yang dapat berupa
hipofibrinogenemia, trombositopenia, Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP), HELLP syndrome
(hemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet count), Disseminated Intravaskuler Coagulation
(DIC), dan Dilutional coagulopathy (Wiknjosastro, 2006; Prawirohardjo, 2010). Pada kasus, tidak ada
dijelaskan pasien mengalami masalah dalam pembekuan darah.

hilma adha:

Soal 1

Seorang perempuan (16 tahun) dirawat di RS dengan TB paru sejak seminggu yang lalu. Klien
direncanakan pulang hari ini. Perawat sedang memberikan informasi kepada pasien dan keluarga untuk
persiapan pulang. Manakah pernyataan pasien berikut yang menunjukkan bahwa pasien perlu informasi
tambahan ?

A. "Saya akan banyak minum air hangat sesuai toleransi untuk mengencerkan dahak"

B. "Saya dapat kembali makan makanan dengan menu normal dengan penekanan pada menu yang
sehat dan bergizi"

C. "Saya dapat menghentikan minum obat saat gejala teratasi sepenuhnya"

D. "Saya dapat melakukan latihan pernapasan dan batuk efektif untuk mempertahankan jalan napas
tetap terbuka"
E. "Saya harus menggunakan masker pada saat interaksi dengan orang lain untuk menjaga tidak
terjadinya penularan penyakit"

Amirah Apriesta:

Jawaban : C. "Saya dapat menghentikan minum obat saat gejala teratasi sepenuhnya".

Pembahasan :

Pernyataan pasien yang menunjukkan bahwa pasien perlu informasi tambahan adalah "Saya dapat
menghentikan minum obat saat gejala teratasi sepenuhnya".

Karena obat TB tidak boleh dihentikan dalam jangka waktu 6 bulan dan pasien tidak boleh putus dalam
konsumsi OAT.

Option "Saya akan banyak minum air hangat sesuai toleransi untuk mengencerkan dahak" (Tidak Tepat) ,
karena ini merupakan pernyataan yang benar yang harus dilakukan pasien saat dirumah. Dengan
mengkonsumsi air hangat di rumah, maka akan dapat mengencerkan dahak pasien dan jalan napas
terbebas dari sputum.

Option "Saya dapat kembali makan makanan dengan menu normal dengan penekanan pada menu yang
sehat dan bergizi" (Tidak Tepat) , karena ini merupakan pernyataan yang benar yang harus dilakukan
pasien saat dirumah. Dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi dapat menunjang kesehatan pasien.

Option "Saya dapat melakukan latihan pernapasan dan batuk efektif untuk mempertahankan jalan
napas tetap terbuka" (Tidak Tepat) karena ini merupakan pernyataan yang benar yang harus dilakukan
pasien saat dirumah. Dengan sering berlatih batuk efektif, makan dapat mempertahankan kepatenan
jalan napas pasien.

Option "Saya harus menggunakan masker pada saat interaksi dengan orang lain untuk menjaga
penularan penyakit" (Tidak Tepat), karena ini merupakan pernyataan yang benar yang harus dilakukan
pasien saat dirumah. Dengan menggunakan masker selama berinteraksi di rumah, merupakan suatu
tindakan protektif untuk pasien sendiri maupun keluarga dan orang lain yang berinteraksi dengan
pasien.

hilma adha:
Soal 2

Seorang laki-laki (36 tahun) dirawat di ruang isolasi RS dengan keluhan sesak napas dan batuk-batuk
sejak 3 bulan yang lalu. Hasil pengkajian : batuk disertai lendir berwarna kuning kehijauan. Perawat
melakukan auskultasi pada lapang paru untuk memastikan kondisi pasien. Apakah bunyi napas yang
terdengar pada saat auskultasi ?

A. Broncovesikuler

B. Wheezing

C. Sonor

D. Vesikuler

E. Ronchi

Amirah Apriesta:

Jawaban : E. Ronchi

Pembahasan :

Bunyi napas yang didapat perawat saat auskultasi adalah Ronchi.

Ronchi adalah suara tambahan yang dihasilkan oleh aliran udara melalui saluran nafas yang berisi
sekret/eksudat atau akibat saluran nafas yang menyempit atau oleh edema saluran nafas.

Option Bronchovesikular (Tidak Tepat) adalah suara nafas normal pada saat auskultasi.

Option Wheezing (Tidak Tepat) adalah bunyi seperti bersiul, terdengar selama inspirasi dan ekspirasi,
terjadi akibat penyempitan jalan napas.

Option Sonor (Tidak Tepat) adalah suara normal paru pada saat perkusi.
Option Vesikuler (Tidak Tepat) adalah suara normal paru pada saat auskultasi.

Yaumil Fajri:

Seorang laki-laki (57 tahun) dirawat di bangsal paru dengan Bronkiektasis. Hasil pengkajian : pasien
mengeluh sesak napas, tekanan daran 130/80 mmHg, frekuensi nadi 76x/menit, frekuensi napas
28x/menit, hasil AGD pH 7,32, PCO2 49 mmhg dan HCO3 22 mmHg.

Apakah masalah keperawatan yang tepat ?

a. Bersihan jalan napas tidak efektif

b. Pola napas tidak efektif

c. Gangguan pertukaran gas

d. Gangguan ventilasi spontan

e. Perfusi perifer tidak efektif

Yaumil Fajri:

Pada kasus ini ..

Diketahui data abnormal :

- Pasien dirawat dengan bronkiektasis.

- Tekanan darah 130/80 mmHg

- Frekuensi napas 28x/menit

- pH 7,32

- PCO2 49 mmHg

Ditanya : Apakah masalah keperawatan yang tepat ??

Yaumil Fajri:
Berikut rasionalnya :

Opsi jawaban A “Bersihan jalan napas tidak efektif” Tidak tepat, karena tidak ada data yang
menunjukkan ketidakmampuan pasien membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas/jalan napas
tidak paten.

Opsi jawaban B “Pola napas tidak efektif” Tidak tepat, karena Pola napas tidak efektif adalah inspirasi
dan/ atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat. Untuk menegakkan diagnosa ini
dibutuhkan data dispnea, penggunaan otot bantu pernapasan dan pola napas abnormal.

Opsi jawaban D “Gangguan ventilasi spontan” kurang tepat. Gangguan ventilasi spontan merupakan
penurunan cadangan energi yang mengakibatkan individu tidak mampu bernapas secara adekuat. Untuk
menegakkan diagnosa ini dibutuhkan data keluhan dispnea, penggunaan otot bantu napas meningkat,
volume tidal menurun, PCO2 meningkat, PO2 menurun, SaO2 menurun tanpa adanya indikasi
abnormalitas pH darah.

Opsi jawaban E “Perfusi perifer tidak efektif” tidak tepat. Perfusi perifer tidak efektif merupakan
penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu metabolisme tubuh. Penegakkan
diagnosa ini dibutuhkan data CRT >3 detik, nadi perifer menurun atau tidak teraba, akral teraba dingin,
warna kulit pucat, dan turgor kulit menurun (SDKI, 2017).

Yaumil Fajri:

Seorang perempuan (61 tahun) dirawat di RS dengan PPOK. Hasil pengkajian : pasien tampak gelisah,
tekanan darah 130/90mmHg, frekuensi nadi 85x/menit, frekuensi napas 32x/menit, retraksi dinding
dada, SaO2 93%, PO2 70 mmHg, PCO2 50 mmHg dan HCO3 23 mEq/L.

Apakah masalah keperawatan yang tepat?

a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif

b. Pola Napas Tidak Efektif

c. Gangguan Penyapihan Ventilator


d. Gangguan Ventilasi Spontan

e. Intoleransi Aktivitas

Yaumil Fajri:

Diketahui data abnormal pada kasus :

- Pasien dirawat dengan PPOK.

- Pasien tampak gelisah

- tekanan darah 130/90 mmHg

- Frekuensi napas 32x/menit

- Retraksi dinding dada

- PCO 2 50 mmHg

- PO2 70 mmHg

Yaumil Fajri:

Dari data abnormal diatas didapatkan ada masalah sesak napas (dispnea) yang diikuti dengan
penggunaan otot bantu napas serta hasil PCO 2 dan PO2 abnormal ..

Yaumil Fajri:

Data kunci diangkatkannya diagnosis Gangguan Ventilasi Spontan pada kasus, diantaranya : frekuensi
napas 32x/menit, retraksi dinding dada, SaO2 93%, PO2 70 mmHg, PCO2 50 mmHg dan HCO3 23 mEq/L.
Gangguan ventilasi spontan merupakan penurunan cadangan energi yang mengakibatkan individu tidak
mampu bernapas secara adekuat (SDKI, 2016).

Yaumil Fajri:

Option Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (Tidak Tepat), karena tidak ada data penguat diangkatkannya
diagnosis berupa batuk tidak efektif, adanya sumbatan pada jalan napas atau jalan napas tidak paten.

Option Pola Napas Tidak Efektif (Tidak Tepat), karena sesak napas yang dialami oleh pasien ditunjukkan
dengan abnormalitas nilai PO2 dan PCO2

Option Gangguan Penyapihan Ventilator (Tidak Tepat), karena pada kasus pasien tidak terpasang
ventilator.
Option Intoleransi Aktivitas (Tidak Tepat), karena tidak ada data penguat diangkatnya diagnosis berupa
ketidakadekuatan pasien dalam melakukan aktivitas yang ditandai dengan adanya abnormalitas nilai TTV
saat atau setelah pasien beraktivitas .

Yaumil Fajri:

poin saya ns. jika ada kasus yang ada data nilai AGD nya coba analisa nilainya apakah abnormal atau
tidak .. Jika abnormal, validasi dengan adanya sesak napas atau tidak..

Jika ada kondisi sesak napas yang diikuti dengan nilai AGD yang abnormal., kemungkinan diagnosisnya
ada 2 :

1. Gangguan ventilasi spontan (PCO2 meningkat, PO2 mnurun, SaO2 menurun tanpa adanya
abnormalitas nilai pH darah)

2. Gangguan pertukaran gas (adanya abnormalits pH darah)

Yaumil Fajri:

Poin saya terkait dengan penangkatan diagnosis keperawatan sistem pernapasan :

Sesak napas dibarengi dengan penggunaan otot bantu napas dan Pola Napas Abnormal : Pola Napas
Tidak Efektif

Sesak napas dibarengi dengan adanya abnormalitas hasil AGD (terutama pH darah) : Gangguan
Pertukaran gas

Sesak napas dibarengi dengan adanya penggunaan otot bantu napas, PCO2 meningkat/PO2 menurun
tanpa adanya abnormalitas pH darah : Gangguan Ventilasi Spontan
Adanya ketidakmampuan pasien membersihkan jalan napas atau ketidakmampuan pasien
membersihkan jalan napas, jalan napas tidak paten dan obstruksi jalan napas ; Bersihan Jalan Napas
Tidak Efektif.

Ummi Aisyah Rouhillah:

Soal no. 1

Seorang laki-laki (46 tahun) menjalani kemoterapi ABVD oral atas indikasi Limfoma Hodgkin Stadium IIIB.
Setelah kemo ke-2, pasien menolak makan, muntah 2x dan menceret 2x dalam 2 jam. Hasil pengkajian:
muntah lebih kurang 110 cc, konsistensi BAB cair berserat, pasien tampak pucat. Apakah masalah
keperawatan yang tepat ?

a. Hipovolemia

b. Resiko ketidakseimbangan elektrolit

c. Defisit nutrisi

d. Resiko syok

e. Diare

Pembahasan:

Kemoterapi adalah pengobatan penyakit dengan penggunaan zat kimia, terutama pengobatan kanker
menggunakan obat sitotoksik dan obat-obatan lainnya.

DS:

- P/ menyatakan menolak makan

- p/ merasa mual -> muntah dapat disebabkan oleh komponen obat kemo, dosis, cara Pemberian atau
interaksi dengan obat-obatan lain seperti analgesic

- p/ melaporkan muntah 2x/2 jam

- p/ melaporkan menceret 2x/2jam

DO:
- p/ post prosedur kemoterapi ke-2 -> kemo menyebabkan beberapa efek samping seperti diare,
muntah, allopesia, dsb. Kemoterapi merupakan salah satu tindakan yang berefek samping dan dapat
menyebabkan gangguan keseimbangan elektrolit apabila tidak diintervensi dengan cepat.

- muntah lebih kurang 110 cc -> muntah dapat disebabkan oleh komponen obat kemo, dosis, cara
Pemberian atau interaksi dengan obat-obatan lain seperti analgesic. Jika muntah berlanjut, dapat
menyebabkan gangguan elektrolit dalam tubuh

- konsistensi BAB cair berserat -> diare merupakan salah satu efek samping yang timbul apabila konten
obat yang digunakan dalam kemoterapi berpengaruh atau menyebabkan kerusakan pada saluran
pencernaan. Jika menceret berlanjut, dapat menyebabkan diare, gangguan elektrolit dan cairan dalam
tubuh

- pasien tampak pucat.

Jawaban tepat: *Resiko ketidakseimbangan elektrolit*

Jawaban tidak tepat:

- opsi *Hipovolemia* -> tidak ada data yang berkaitan dengan terjadinya penurunan cairan tubuh.
Terdapat data volume muntah tetapi belum adekuat untuk dikatakan sebagai penurunan cairan tubuh

- opsi *Defisit nutrisi* -> tidak ada data yang mendukung untuk penghitungan IMT, pasien hanya
mengemukakan tidak mau makan, data tidak adekuat untuk diagnosis ini

- opsi *Resiko syok* -> tidak ada data yang memperlihatkan terjadinya kehilangan cairan massif

- opsi *Diare* -> frekuensi BAB cair atau menceret baru 2x dalam 2 jam.

Ummi Aisyah Rouhillah:

Soal 2:

Seorang laki-laki (47 tahun) dikirim dari IGD ke ruang rawat dengan diagnosis GERD. Pasien merasakan
nyeri epigastrium dan rasa terbakar pada dada dan leher serta mulut terasa pahit.

Apakah posisi yang tepat terhadap pasien sesuai dengan keluhannya ?

a. Fowler

b. Sims
c. Lateral

d. Orthopneic / Tripod

e. Reverse Trendelenburg's

Jawaban: e

Pembahasan:

Posisi yang tepat diberikan kepada pasien dengan GERD adalah *Reverse Trendelenburg’s* yang
berguna untuk menyokong proses pengosongan lambung dan mengurangi kemungkinan terjadinya
reflux. Reverse Trendelenburg’s adalah posisi kebalikan dari trendelenburg’s yaitu meninggikan posisi
kepala tempat tidur dan merendahkan posisi kaki tempat tidur, posisi ini sangat berguna untuk
meminimalkan refluks esophageal.

Berikut adalah penjelasan istilah positioning dari setiap opsi

- *Posisi Fowler* adalah posisi tidur dengan meninggikan kepala dan batang tubuh 45 – 90 derajat

- *Posisi Sims* adalah posisi semi-tengkurap (semi prone) antara posisi lateral dan prone. Lengan bawah
diposisikan di belakang klien, dan lengan atas dilipat di bahu dan siku. Kedua kaki dilipat di depan klien.
Kaki bagian atas lebih tertekuk pada pinggul dan lutut, daripada yang lebih rendah.

- *Posisi Lateral* adalah posisi miring kiri atau kanan yaitu pasien berbaring di satu sisi tubuh dengan
kaki bagian atas di depan kaki bagian bawah dan pinggul dan lutut tertekuk.

- *Orthopneic / tripod* adalah menempatkan pasien dalam posisi duduk di sisi tempat tidur dengan
meja tidur di depan untuk bersandar dan atau posisi duduk di tempat tidur dan bersandar /memeluk
beberapa bantal ketika beristirahat.

Ariska Putri:

Soal 1
Seorang laki-laki (35 tahun) dirawat di RS dengan ulkus peptikum. Hasil pengkajian ; pasien mengeluh
nyeri ulu hati, mual, muntah dengan warna kehitaman. Pasien terpasang selang NGT alir dan tampak
residu kehitaman pada selang. Saat ini, perawat menginstruksikan pasien untuk puasa.

Apakah tujuan utama dari tindakan tersebut ?

a. Mencegah terjadinya muntah

b. Mencegah terjadinya penyumbatan pada usus

c. Mencegah terjadinya aspirasi

d. Mengistirahatkan kerja lambung

e. Membersihkan lambung

Jawaban tepat : D

Pembahasan :

Data fokus masalah; pasien mengeluh nyeri ulu hati, mual, muntah dengan warna kehitaman. Pasien
terpasang selang NGT alir, dan tampak residu kehitaman pada selang. Masalah keperawatan yang
mungkin terjadi pada pasien adalah risiko perdarahan, yang didefinisikan sebagai Berisiko mengalami
kehilangan darah baik internal (terjadi di dalam tubuh) maupun eskternal (terjadi hingga keluar tubuh),
dengan faktor risiko; gangguan gastrointestinal (mis. Penyakit ulkus lambung, polip, varises).

Salah satu intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah dengan masukkan selang nasogastrik
untuk menghisap dan memonitor sekresi (NIC, 2015). Selama observasi dilakukan, pasien diinstruksikan
untuk puasa sementara waktu hal ini dilakukan untuk mengistirahatkan kerja lambung sementara untuk
mencegah terjadinya perlukaan lanjut yang akan mengakibatkan perdarahan.

Ariska Putri:

Soal 2
Seorang perempuan (28 tahun) dirawat di RS dengan tanda-tanda dehidrasi. Perawat akan memberi
terapi cairan intravena RL sesuai dengan indikasi pasien. Saat ini, perawat telah menyambungkan ujung
IV cath dengan selang infus.

Apakah prosedur tindakan selanjutnya ?

a. Observasi adanya edema

b. Melonggarkan tourniquet

c. Melepaskan handscoon

d. Fiksasi pangkal IV cath dengan plester

e. Mengatur tetesan infus

Jawaban : E

Pembahasan :

Prosedur Pemasangan Infus Terapi

1. Cuci tangan dan pasang APD sesuai kebutuhan

2. Dekatkan alat, tempatkan tiang infus disisi ekstremitas (lokasi insersi) dengan tinggi 90 cm dari bed

3. Gantungkan cairan infus pada tiang infus

4. Buka infus set, periksa kelengkapan dan fungsi bagian-bagiannya, letakkan klem 1/3 atas dalam posisi
terkunci dan biarkan ujung selang tertutup dengan penutup yang tersedia.

5. Hubungan selang infus dengan botol cairan, isi tabung 1/2 bagian, keluarkan udara dari selang infus
dengan mengalirkan cairan dan kunci kembali klem

6. Tutup ujung selang infus dengan jarum penutup, letakkan pada standard infus

7. Pilih vena yang akan diinsersi dan letakkan pengalas di daerah yang akan ditusuk
8. Lakukan pembendungan dengan tourniquet 10 – 12 cm di atas area penusukan dan anjurkan pasien
untuk menggenggam

9. Pasang handscoon, desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alkohol secara melingkar dari
dalam ke luar dengan diameter 5 cm, satu kapas satu kali usap. Buang kapas ke dalam bengkok

10. Buka IV cath, lalu tusukkan pada vena dengan posisi jarum mengarah ke atas, dengan sudut 20 – 30
derajat

11. Pastikan darah terlihat pada IV cath, tarik jarum secara perlahan sambil mendorong kanul ke dalam
vena. Ketika kanul sudah berada dalam vena, longgarkan tourniquet

12. Sambungkan pangkal IV cath dengan selang infus

13. Alirkan/atur tetesan infus sesuai dengan program terapi.

14. Observasi bila ada edema ujung kanul yang sudah masuk ke vena

15. Buka handscoon, fiksasi pangkal IV cath dengan plester secara menyilang, tutup tempat penusukan
dengan kassa steril yang telah diberi antiseptik, plester melintang

16. Lepaskan APD dan cuci tangan

17. Tulis tanggal dan waktu pemasangan Awkakrin:

1. Anak Ani dibawa ke poli tumbuh kembang untuk dilakukan pemeriksaaan. Saat pemeriksaan anak
berusia 11 bulan. Ibu mengatakan anak lahir prematur pada usia kehamilan 32 minggu. Berapakah usia
koreksi anak Ani?

A. 6 bulan

B. 7 bulan

C. 8 bulan

D. 9 bulan

E. 10 bulan

JAWABAN : D. 9 bulan

Pembahasan : Usia koreksi = Usia kronologis-faktor prematuritas


Faktor prematuritas = 40-usia gestasi

Diketahui :

- Usia anak = 11 bulan

- Gestasi = 32 minggu

Jadi usia kronologis A = 11 bulan

Usia Koreksi A = 11 bulan - faktor koreksi

Faktor koreksi = 40 - 32 minggu = 8 minggu = 2 bulan

Jadi usia koreksi Ani = 11 bulan - 2 bulan = 9 bulan

18. Dokumentasikan tindakan, jenis, dan tetesan cairan yang diberikan

Awkakrin:

1. Anak Ani dibawa ke poli tumbuh kembang untuk dilakukan pemeriksaaan. Saat pemeriksaan anak
berusia 11 bulan. Ibu mengatakan anak lahir prematur pada usia kehamilan 32 minggu. Berapakah usia
koreksi anak Ani?

A. 6 bulan

B. 7 bulan

C. 8 bulan

D. 9 bulan

E. 10 bulan

JAWABAN : D. 9 bulan

Pembahasan : Usia koreksi = Usia kronologis-faktor prematuritas


Faktor prematuritas = 40-usia gestasi

Diketahui :

- Usia anak = 11 bulan

- Gestasi = 32 minggu

Jadi usia kronologis A = 11 bulan

Usia Koreksi A = 11 bulan - faktor koreksi

Faktor koreksi = 40 - 32 minggu = 8 minggu = 2 bulan

Jadi usia koreksi Ani = 11 bulan - 2 bulan = 9 bulan

Awkakrin:

2. Seorang anak (5 tahun) dibawa ke Puskesmas dengan keluhan; nyeri telinga skala 6 sejak 3 hari lalu,
berair dan tampak pembengkakan di belakang telinga. Membran timpani tampak merah, suhu tubuh
37,7 C, frekuensi napas 33x/menit, frekuensi nadi 120x/menit.

Apakah klasifikasi infeksi telinga berdasarkan MTBS pada kasus ?

A. Infeksi telinga akut

B. Infeksi telinga kronis

C. Infeksi telinga berat

D. Mastoiditid

E. Tidak ada infeksi telinga

Jawaban : d
Pembahasan :

"Jawaban tepat: D. Mastoiditis   Mastoiditis merupakan masalah telinga pada anak yang ditandai dengan
pembengkakan dan nyeri di belakang telinga (MTBS, 2015) 

Tinjauan opsi lain :

- infeksi telinga akut (tidak tepat) ditandai dengan gejala nyeri telinga < 14 hari, rasa penuh di telinga,
dan terdapat cairan dari telinga

- Infeksi telinga kronis tidak tepat karena ditandai dengan nyeri telinga lebih dari 14 hari

- Infeksi telinga berat tidak tepat karena bukan merupakan klasifikasi infeksi telinga berdasarkan mtbs

- Tidak ada infeksi telinga tidak tepat karena pada kasus sudah terjadi infeksi telinga sedangkan tanda
gejala tidak ada infeksi yaitu tidak ada nyeri dan keluar cairan pada telinga."

Karizkaa:

SOAL 2

Seorang laki-laki (28 tahun) dirawat di RS setelah mengalami fraktur mandibula. Hasil pengkajian :
pasien kesulitan mengonsumsi makanan dari mulut. Dokter merencanakan pemasangan NGT pada
pasien. Saat ini perawat telah menggunakan handscoon.

Apakah tindakan selanjutnya yang tepat dilakukan?

A. Melumasi ujung selang dengan pelumas

B. Memposisikan pasien fowler tinggi

C. Mengukur panjang selang

D. Menyiapkan plester untuk memfiksasi selang

E. Memasukkan selang melalui hidung


Prosedur Pemasangan NGT

a. cuci tangan

b. posisikan pasien pada posisi fowler tinggi, pasien koma pada posisi semifowler

c. letakkan perlak dan handuk di atas dada pasien

d. potong plester sepanjang 10 cm dan siapkan untuk memfiksasi selang

e. pakai handscoon

f. ukur panjang selang, dari ujung hidung ke ujung daun telinga dan ke ujung prosesus xiphoideus dan
tandai dengan pita

g. lumasi ujung selang sekitar 15-20 cm dengan pelumas yang larut dalam air, menggunakan potongan
kassa

h. masukkan selang lewat lubang hidung kiri ke bagian belakang tenggorokan, dengan mengarahkan ke
belakang dan ke bawah menuju telinga

i. fleksikan kepala pasien ke arah dada setelah selang melewati nasofaring

j. anjurkan pasien untuk menelan dengan memberikan seteguk air jika memungkinkan

k. dorong selang sampai panjang yang diinginkan sudah masuk semua

l. bila ada tahanan atau pasien mulai muntah, batuk, tersedak, atau menjadi sianosis berhenti
mendorong selang dan tarik kembali selang.

m. periksa posisi selang dengan aspirasi cairan lambung atau meletakkan ujung selang di dalam kom
berisi air

n. fiksasi selang dengan plester

o. rekatkan ujung selang ke baju pasien

p. bereskan alat-alat, lepaskan APD, dan cuci tangan

q. dokumentasikan tindakan

Karizkaa:

SOAL 1
Seorang laki-laki (50 tahun) dirawat di RS dengan PJK. Pada saat pasien berpindah dari kursi roda ke bed,
pasien mengeluh nyeri pada dada dan disertai sesak napas. Hasil pengkajian : pasien tampak kelelahan,
frekuensi napas 28 x/menit, frekuensi nadi 110 x/menit, dan gambaran EKG sinus tachycardia.

Apakah masalah keperawatan yang tepat?

A. Kelelahan

B. Penurunan curah jantung

C. Intoleransi aktivitas

D. Pola napas tidak efektif

E. Nyeri Kronis

Sinus takikardia ini merupakan gambaran EKG dari respon refleks normal terhadap perubahan
rangsangan fisiologis, farmakologis, atau patofisiologis seperti olahraga, gangguan emosional, dll.

Opsi “Kelelahan”

Meskipun pasien tampak kelelahan, tetapi kelelahan yang dialami pasien bukan merupakan penurunan
kapasitas kerja fisik akibat kurang tidur atau istirahat.

Opsi “Nyeri kronis”

Pasien memang mengeluh nyeri pada dada, tetapi masalah nyeri tidak terlalu digambarkan pada kasus.
Apakah nyeri pasien masuk kategori sedang atau berat dan sudah berlangsung berapa lama. Dan
keluhan yang dirasakan pasien tidak hanya berfokus pada nyeri, juga ada keluhan sesak napasnya. Jadi
ini bukan prioritas yaa kanrekan.

Opsi “Pola napas tidak efektif”

Meskipun pasien mengeluh sesak napas dengan frekuensi yang meningkat, tetapi tidak ada data
penggunaan otot bantu pernapasan ataupun fase ekspirasi yang memanjang
Intoleransi aktivitas

Defenisi : ketidakcukupan energi fisiologis dan/atau psikologis untuk melakukan aktivitas sehari-hari

Data mayor

- mengeluh lelah

- frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi intirahat

Penurunan curah jantung

Defenisi : ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.

Data mayor

- palpitasi

- bradikardi/takikardi

- lelah

- edema

- distensi vena jugularis

- dll

Yaumil Fajri:

Soal 1

Seorang laki-laki (50 tahun) dirawat di RS dengan post laparatomi e.c Ileus Obstruksi 3 hari yang lalu.
Hasil pengkajian : tampak adanya sedikit kemerahan di sekeliling bekas luka operasi, pus (-), leukosit
15.000 mm3 dan Hb 10 gr/dL.
Apakah masalah keperawatan yang tepat ??

a. Risiko infeksi

b. Gangguan integritas jaringan

c. Perlambatan pemulihan pasca operasi

d. Risiko perdarahan

e. Risiko cedera

Data masalah : tampak adanya sedikit kemerahan di sekeliling bekas luka operasi, pus (-) dan leukosit
15.000 mm3.

Pertanyaan : Apakah masalah keperawatan yang tepat ?

Jawaban yang tepat adalah Risiko Infeksi

Data kunci diangkatkannya diagnosis "Risiko infeksi" pada kasus, diantaranya : tampak adanya sedikit
kemerahan di sekeliling bekas luka operasi, leukosit 15.000 mm3 dan Hb 10 gr/dL.

Tinjauan Opsi Lainnya :

Opsi Gangguan Integritas Jaringan (Tidak Tepat), karena tidak terdapat data penguat diangkatkannya
diagnosis berupa adanya kerusakan terjadi pada jaringan subkutan, mukosa, kornea, fasia, otot, tendon,
tulang, kartilago, kapsul sendi, dan/atau ligamen.

Opsi Perlambatan Pemulihan Pasca Operasi (Kurang Tepat), karena pada kasus masalah pasien baru
H+3 pasca operasi dan tidak ada tanda perlambatan penyembuhan luka operasi, seperti : kondisi luka
yang terbuka dan gangguan moblitas.
Opsi Risiko perdarahan (Tidak Tepat), karena tidak terdapat data penguat diangkatkannya diagnosis
berupa faktor risiko terjadinya perdarahan.

Option Risiko cedera (Tidak Tepat), karena tidak terdapat data penguat diangkatkannya diagnosis
berupa faktor risiko terjadinya cedera.

Yaumil Fajri:

Soal 2

Seorang laki-laki (46 tahun) menjalani laparatomi eksplorasi e.c peritonitis purulenta. Hasil pengkajian
hari-7 pasca operasi, bekas sayatan tampak lembab dan kemerahan, benang jahit di beberapa titik
tampak meregang, terdapat pus berwarna hijau ketika perawatan luka. Hasil pemeriksaan: Hb 11,5
gr/dl, Leukosit 23.000/mm3, albumin serum 2,8g/dl.

Apakah masalah keperawatan yang tepat ?

a. Defisit nutrisi

b. Gangguan integritas kulit

c. Gangguan integritas jaringan

d. Resiko infeksi

e. Perlambatan pemulihan pascabedah

Jawaban yang tepat adalah E. perlambatan pemulihan pasca bedah

Laparotomi eksplorasi adalah bedah terbuka yang dilakukan untuk menjangkau organ dan jaringan
internal tubuh untuk keperluan diagnostikdan mencari sumber kelainan yang menyerang organ perut,
termasuk usus buntu, kandung kemih, usus, kantung empedu, hati, pankreas, ginjal, ureter, limpa,
lambung, rahim, tuba fallopi, dan indung telur.
DO:

- Post op laparatomi eksplorasi hari ke-7

- Benang jahitan meregang di beberapa titik

- Bekas insisi tampak lembab, bengkak dan kemerahan -&gt; edema pada insisi

- Pus (+) berwarna hijau pada luka -&gt; tanda terjadi infeksi

- Hb = 11,5% -&gt; Hb yang rendah menyebabkan berkurangnya suplai oksigen ke jaringan yang diinsisi
sehingga pemulihan luka menjadi lebih lambat

- Leukosit = 23.000/mm3 -&gt; leukositosis, penanda infeksi yang akan memperlambat pemulihan pasca
bedah

- Albumin serum 2,8 gr/dl -&gt; hipoalbuminemia salah satu tanda malnutrisi yang mengancam
percepatan pemulihan luka operasi

Masalah keperawatan yang tepat adalah Perlambatan pemulihan pascabedah

Jawaban tidak tepat:

- defisit nutrisi (tidak tepat), karena data tidak lengkap walaupun terdapat data hipoalbuminemia, perlu
pengkajian lebih dalam --> defisit nutrisi (malnutrisi) dapat menjadi penyebab perlambatan pemulihan
hingga intervensinya juga mencakup perbaikan nutrisi

- Gangguan integritas kulit (kurang tepat), karena intervensi yang diberikan (perawatan luka) tidak
menunjukkan perbaikan luka sehingga pemulihan bekas insisi tidak sesuai dengan seharusnya

- Gangguan integritas jaringan (kurang tepat), karena intervensi yang diberikan (perawatan luka) tidak
menunjukkan perbaikan luka sehingga pemulihan bekas insisi tidak sesuai dengan seharusnya

- Resiko infeksi (tidak tepat), karena sudah terjadi infeksi yang bersifat aktual ditandai dengan
pengeluaran pus dan leukositosis.
Ulia Rahma:

Seorang anak (2 tahun) dibawa ke Puskesmas dengan keluhan BAB cair dengan frekuensi 8x, malas
minum dan mata cekung. Hasil pemeriksaan: anak tampak rewel, cubitan kulit perut kembali sangat
lambat, suhu 36,1 C, frekuensi napas 36x/menit, frekuensi nadi 108x/menit. BB: 11 kg.

Apakah masalah keperawatan yang tepat ?

a. Kekurangan Volume Cairan

b. Diare

c. Nyeri Akut

d. Hipotermi

e. Defisit Nutrisi

jawaban yang benar adalah b. Diare

DS:

1.Ibu mengatakan BAB anak cair dengan frekuensi 8x

2.Ibu mengatakan anak malas minum

3.Ibu mengatakan mata anak cekung.

DO:

1.Anak tampak rewel

2.Cubitan kulit perut kembali sangat lambat

3.Suhu 36,1 C

4.Frekuensi napas 36x/menit

5.Frekuensi nadi 108x/menit. BB: 11 kg.


Data data ini telah menunjukkan klien mengalami diare yaitu pengeluaran feses yang sering, lunak dan
tidak berbentuk (SDKI, 2016).

Tanda gejala yang ditemui mengarah pada diare dehidrasi berat. Manifestasi klinis dari diare dehidrasi
berat yaitu mata cekung, anak tidak bisa minum atau malas minum dan cubitan kulit perut kembali
sangat lambat (MTBS, 2015).

Tinjauan Opsi yang lain:

Opsi “Kekurangan volume cairan” (tidak tepat), karena tidak terjadi dehidrasi/kehilangan cairan pada
anak.

Opsi “Nyeri akut” (tidak tepat), karena tidak ada data penguat diangkatkannya diagnosis berupa skala
nyeri dan respon pasien saat merasakan sensasi nyeri.

Opsi “Hipotermi” (tidak tepat), karena tidak terdapat data penguat diangkatkannya diagnosis berupa
suhu tubuh dibawah 35,5°C (pada neonatus <36,5°C), menggigil dan kulit teraba dingin. Suhu tubuh
anak normal 36,1°C .

Opsi “Defisit Nutrisi” (tidak tepat), karena tidak terdapat data penguat diangkatkannya diagnosis berupa
berat badan menurun di bawah rentang ideal, nafsu makan menurun, nyeri abdomen, dan membran
mukosa pucat.

Seorang anak (3 tahun) dirawat dengan diagnosis Obstruksi Usus hari ke-3. Ibu mengatakan anak sulit
BAB sejak dirawat, BAB keras, dan nyeri saat mengejan. Hasil pengkajian: anak tampak lemah, dan
distensi abdomen, suhu 36,7 C, frekuensi napas 32x/menit, frekuensi nadi 102x/menit.

Apakah masalah keperawatan yang tepat ?


a. Intoleransi Aktivitas

b. Nyeri akut

c. Konstipasi

d. Inkontinensia Fekal

e. Gangguan Rasa Nyaman

Jawaban yang benar: c. Konstipasi

Pembahasan:

DS:

1.Ibu mengatakan anak sulit BAB sejak dirawat

2.Ibu mengatakan BAB anak keras

3.Ibu mengatakan anak nyeri saat mengejan

DO:

1.Anak tampak lemah

2.Adanya distensi abdomen

3.Suhu 36,7 C

4.Frekuensi napas 32x/menit

5.Frekuensi nadi 102x/menit

Data -data ini telah menunjukkan klien mengalami konstipasi yaitu penurunan defekasi normal yang
disertai pengeluaran feses sulit dan tidak tuntas serta feses kering dan banyak (SDKI, 2016).
Manifestasi klinis dari konstipasi yaitu defekasi kurang dari 3 kali seminggu, nyeri saat BAB, impaksi
rektum, dan adanya masa feses di abdomen (Syarif, 2004).

Tinjauan Opsi yang lain:

Opsi “Intoleransi Aktivitas” (tidak tepat), karena tidak ada data penguat diangkatkannya diagnosis
berupa adanya perubahan nilai TTV saat/sesudah anak melakukan aktivitas.

Opsi “Nyeri akut” (tidak tepat), karena tidak ada data penguat diangkatkannya diagnosis berupa skala
nyeri dan respon pasien saat merasakan sensasi nyeri.

Opsi “Inkontinensia Fekal” (tidak tepat), karena inkontinensia fekal merupakan ketidakmampuan klien
untuk menahan sensasi untuk BAB, data pada kasus tidak sesuai dengan diagnosa ini.

Opsi “Gangguan rasa nyaman” (tidak tepat), karena gangguan rasa nyaman merupakan perasaan
kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial.

Nur'aini Aini:

Ibu hamil berusia 26 tahun, dengan status gravida G1P0A0 dengan usia kehamilan 16 minggu, datang
melakukan pemeriksaan kehamilan di Poliklinik Kebidanan pada tanggal 10 Agustus 2017. Berikut
merupakan adaptasi fisiologis yang umum terjadi pada ibu dengan usia kehamilan tersebut...

A. Terjadinya pembesaran payudara, rasa kelelahan, dan morning sickness

B. Adanya kenaikan berat badan 1-2 kg

C. Ibu mulai merasakan kesulitan dalam tidur malam.

D. Fundus uteri sejajar dengan pusat

E. Ibu mulai merasakan adanya gerakan janin


Keyword: 16 minggu, adaptasi fisiologis

Jawaban yang tepat: E

Pembahasan:

Berdasarkan kasus, usia kehamilan 16 minggu (trimester II), perubahan fisiologis yang umum terjadi
pada ibu di trimester II antara lain:

TRIMESTER KEDUA

• Uterus akan terus tumbuh

• Setelah 16 minggu uterus setengah antara sym dan pusat

• BB semakin bertambah

• Ibu merasa punya banyak energi

• Pd 20 mg fundus mulai dekat dengan pusat

• Payudara mulai mengeluarkan kolostrum

• Ibu merasakan gerakan bayinya

• Mulai adanya perubahan pada kulit: cloasma, strie, gravidarum dan linea nigra

Perubahan – perubahan maternal pada setiap trimester:

TRIMESTER PERTAMA

• Tanda tanda fisik yang dapat dilihat adanya spoting, terjadi 11 hari setelah konsepsi saat implantasi,
jika siklus mensn 28 hari, perdarahan ini terjadibeberapa hari sebelum mens dengan pendarahan kurang
dari biasanya

• Setelah terlambat satu kali mens, nyeri dan pembesaran payudara, rasa kelelahan, sering kencing,
morning sicness, mulai mg ke 8 sampai mg ke 12.
• Setelah 12 mg fut dirasakan diatas sympisis

• Kenaikan BB 1-2 kg selama tmt I

TRIMESTER KETIGA

🐶 Pada minggu ke 28 tinggi fundus uteri berada pada setengah pusat dengan px

🐢Payudara penuh dan lunak

🐱Sering buang air kecil karena adanya tekanan pada vesika urinaria, pada kehamilan 36-38 bagian
terbawah janin mulai masuk ke PAP (pintu atas panggul),

🐣Nyeri punggung dan pinggang sehingga susah tidur,

🐰 Kontraksi brakton hicks meningkat

Seorang ibu hamil berusia 26 tahun, dengan status kehamilan G1P0A0H0, pada tanggal 30 Agustus 2018
datang melakukan kunjungan prenatal. Klien mengatakan lupa kapan hari pertama menstruasi
terakhirnya, namun gerakan pertama janin dirasakan kira-kira 2 minggu yang lalu di tanggal 16 Agustus
2018. Berapakah taksiran berat badan janin klien tersebut?

A. 16 minggu

B. 17 minggu

C. 18 minggu

D. 19 minggu

E. 20 minggu

Keyword: taksiran usia janin

Jawaban yang tepat: C

Pembahasan:
Gerakan pertama fetus dapat dirasakan pada umur kehamilan 16 minggu. Sehingga, jika 2 minggu yang
lalu klien dapat merasakan gerakan pertama janin, berarti pada 2 minggu yang lalu taksiran usia
kehamilan adalah 16 miminggu

Taksiran usia kehamilan saat dilakukan pemeriksaan: 16+2 = 18 minggu

Kak Ririn Perintis:

*soal 1.*

Seorang perawat mengunjungi sebuah keluarga lansia dengan anak-anak telah menikah dan hidup
terpisah. Hasil pengkajian: Laki-laki (69 tahun) post-stroke, lumpuh ekstremitas kiri, bicara pelo,
pemenuhan kebutuhan sehari-hari dibantu oleh istri. Dua hari yang lalu klien jatuh dan tangan kanan
memar.

Apakah tindakan keperawatan prioritas ?

A. Perawatan luka memar

B. Peningkatan kemampuan komunikasi keluarga

C. Pendidikan kesehatan tentang resiko jatuh dan pencegahannya

D. Pendidikan kesehatan tentang perawatan paska stroke

E. Pendidikan kesehatan tentang tugas perkembangan keluarga dengan lansia

*Jawaban : c. Pendidikan kesehatan tentang resiko jatuh dan pencegahannya*

*Pembahasan :*

Data fokus masalah ;

- klien laki-laki (69 tahun) post-stroke, lumpuh ekstremitas kiri, bicara pelo, pemenuhan kebutuhan
sehari-hari dibantu oleh istri.

- Dua hari yang lalu klien jatuh dan tangan kanan memar.
*Masalah keperawatan keluarga yang tepat adalah ketidakmampuan keluarga mengenal masalah.
Intervensi keperawatan yang tepat dilakukan perawat adalah memberikan pendidikan kesehatan
tentang resiko jatuh dan pencegahannya (Opsi C Tepat).*

Karena yang menjadi masalah utama pada kasus adalah ketidakmampuan keluarga dalam mencegah
resiko jatuh pada pasien post stroke.

Tinjauan Opsi lainnya; Opsi Perawatan luka memar (kurang tepat), karena mencegah resiko jatuh lebih
diprioritaskan daripada perawatan luka memar. Di dalam pendkes resiko jatuh bisa dimasukkan juga
mengenai perawatan luka memar.

Opsi Peningkatan kemampuan komunikasi keluarga (tidak tepat), karena pada kasus tidak ada data yang
menggambarkan hubungan komunikasi antar anggota keluarga.

Opsi Pendidikan kesehatan tentang perawatan paska stroke (kurang tepat), karena yang menjadi
diagnosa aktual saat ini adalah resiko jatuh dan pencegahan bagi pasien. Dan tidak digambarkan
bagaimana pengetahuan keluarga tentang perawatan pasien post stroke.

Opsi Pendidikan kesehatan tentang tugas perkembangan keluarga dengan lansia (tidak tepat), karena
bukan prioritas masalah utama.

*soal 2.*

Seorang perawat melakukan kunjungan rumah. Hasil pengkajian; seorang anak (5 tahun) dengan kondisi
batuk berdahak, pilek, demam, sesak nafas, anak tampak sulit batuk dan makan sedikit. Keluarga
mengatakan kurang mengetahui kondisi anaknya.

Apakah tindakan keperawatan prioritas ?

A. Bantu pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan makanan cair

B. Bantu kebutuan oksigenasi : dengan perubahan posisi, postural drainage,

C. Penyuluhan kesehatan pada ibu tentang ISPA


D. Penyuluhan kesehatan pada ibu tentang gizi anak

E. Observasi tumbuh kembang anak

*Jawaban ; b. Bantu kebutuan oksigenasi : dengan perubahan posisi, postural drainage*

*Pembahasan:*

Data fokus;

- seorang anak (5 tahun) dengan kondisi batuk berdahak, pilek, demam, sesak nafas, anak tampak sulit
batuk dan makan sedikit.

- Keluarga mengatakan kurang mengetahui kondisi anaknya.

*Diagnosa keperawatan : bersihan jalan nafas tidak efektif b/d ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit*

*Intervensi prioritas adalahbantu kebutuhan oksigenisasi dengan perubahan posisi, postural drainage
karena klien mengalami sesak nafas, dan sulit mengeluarkan dahak*

Posisi postrural drainage adalah cara untuk mengeluarkan sekret dari paru dengan mempergunakan
gaya berat dari sekretnya itu sendiri. Setelah itu baru rujuk pasien ke yankes terdekat.

Tinjauan opsi lainnya;

Opsi Bantu pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan makanan cair kurang tepat karena yang menjadi
masalah utama adalah anak pertama.

Opsi Penyuluhan kesehatan pada ibu tentang ISPA kurang tepat karena yang menjadi prioritas utama
adalah bagaimana mengatasi sesak nafas klien terlebih dahulu.

Opsi Penyuluhan kesehatan pada ibu tentang gizi anak kurang tepat karena tidak ada data yang
menggambarkan ibu kurang pengetahuan tentang gizi.
Opsi Observasi tumbuh kembang anak tidak tepat karena tidak ada data untuk mengindikasikan hal ini.

Fadlah Syargawi:

Soal 1

Seorang perempuan (38 tahun) datang ke poliklinik RS untuk memeriksakan kesehatannya. Hasil
pengkajian : pasien mengeluh gatal-gatal di seluruh tubuh sejak satu minggu yang lalu, kulit tampak
kemerahan, ekskoriasi pada kulit lengan pasien.

Apakah masalah keperawatan yang tepat?

a. Gangguan integritas jaringan

b. Gangguan integritas kulit

c. Resiko gangguan integritas jaringan

d. Resiko infeksi

e. Resiko gangguan integritas kulit

Data fokus pengkajian :

DS : pasien mengeluh gatal-gatal di seluruh tubuh sejak satu minggu yang lalu

DO : kulit tampak kemerahan

ekskoriasi pada kulit lengan

Berdasarkan pengkajian, masalah utama yang ditegakkan adalah gangguan integritas kulit (Opsi jawaban
b). Gangguan integritas kulit adalah kerusakan kulit (SDKI, 2017). Ekskoriasi adalah lesi akibat garukan
yang terlalu dalam dengan kehilangan jaringan sampai dengan stratum basale.

Berikut Tinjauan opsi lain :

Opsi jawaban a “kerusakan integritas jaringan” (tidak tepat)


Gangguan integritas jaringan adalah kerusakan jaringan (SDKI, 2017). Diagnosis ini ditegakkan apabila
hasil pengkajian menunjukkan adanya kerusakan pada jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot,
tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi, dan atau ligamen).

Opsi jawaban c “Resiko gangguan integritas jaringan” (Tidak tepat)

Resiko gangguan integritas jaringan adalah kodisi pasien beresiko mengalami kerusakan jaringan (tidak
hanya kulit, tetapi juga membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi
dan/atau ligamen).

Opsi jawaban d “Resiko infeksi” (Tidak tepat)

Resiko infeksi adalah beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik (SDKI, 2017).
Diagnosis ini ditegakkan dengan adanya faktor resiko, antara lain ; penyakit kronis, efek prosedur invasif,
malnutrisi, peningkatan paparan patogen lingkungan, ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer dan
ketidakadekuatan pertahanan sekunder.

Opsi jawaban e “Resiko gangguan integritas kulit” (Tidak tepat)

Resiko gangguan integritas kulit adalah kodisi pasien beresiko mengalami kerusakan kulit (dermis, dan
atau epidermis). Pada kasus pasien telah aktual mengalami kerusakan integritas kulit.

Soal 2

Seorang laki-laki (38 tahun) dirawat di RS dengan post laparotomy hari ke 3. Hasil pengkajian pasien
mengeluh nyeri pada luka operasi, luka tampak kemerahan dan basah, tidak ada pus, hasil pemeriksaan
GDS 220 g/dL

Apakah masalah keperawatan yang tepat?

a. Gangguan integritas jaringan

b. Gangguan integritas kulit

c. Perlambatan pemulihan pascabedah

d. Resiko infeksi

e. Resiko perlambatan pemulihan pasca bedah


Opsi jawaban a “Gangguan integritas jaringan” (Tidak tepat)

Gangguan integritas jaringan adalah kerusakan jaringan (SDKI, 2017). Diagnosis ini ditegakkan apabila
hasil pengkajian menunjukkan adanya kerusakan pada jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot,
tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi, dan atau ligamen).

Opsi jawaban b “Gangguan integritas kulit” (Tidak tepat)

Gangguan integritas kulit adalah kerusakan kulit (SDKI, 2017). Masalah ini ditegakkan apabila hasil
pengkajian menunjukkan adanya gangguan integritas pada lapisan epidermis dan dermis.

Gimana dengan opsi jawaban c ??? “Perlambatan pemulihan pascabedah” (Tidak tepat)

Perlambatan pemulihan pascabedah adalah pemanjangan jumlah hari pasca bedah untuk memulai dan
melakukan aktivitas sehari-hari (SDKI, 2017). Diagnosis ini ditegakkan jika idapatkan data pasien
mengeluh tidak nyaman, area luka operasi terbuka dan adanya pemanjangan waktu penyembuhan luka.

Next.. Opsi jawaban d “Resiko Infeksi” (Kurang tepat)

Resiko infeksi adalah beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik(SDKI, 2017).
Diagnosis ini bisa ditegakkan pada pasien, namun bukan merupakan masalah utama.

Maka Jawaban benar : E

Data fokus pengkajian :

post laparotomy hari ke 3. Hasil pengkajian pasien mengeluh nyeri pada luka operasi, luka tampak
kemerahan dan basah, tidak ada pus, hasil pemeriksaan GDS 220 g/dL.

Berdasarkan data masalah utama yang ditegakkan pada pasien adalah resiko perlambatan pemulihad
pasca bedah (opsi jawaban e) dengan faktor resiko hiperglikemia.

Resiko perlambatan pemulihan pasca bedah adalah pasien beresiko mengaami pemanjangan jumlah
hari pascabedah untuk memulai dan melakukan aktivitas sehari-hari (SDKI, 2017)

Ariska Putri:
Soal 3

Seorang perempuan (35 tahun) dirawat di RS dengan hipokalemia. Hasil pengkajian: pasien mengeluh
kaki dan tangan sulit digerakkan, dada terasa berat dan sesak. Pasien tampak lemah, penggunaan otot
bantu napas, kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah 3 (MOS). Hasil laboratorium kadar kalium darah
2,3 mEq/L.

Apakah tindakan yang tepat dilakukan perawat ?

a. Membantu pasien melakukan mobilisasi

b. Memasang gelang resiko jatuh pada pasien

c. Melatih pasien untuk melakukan ROM pasif

d. Mengukur kekuatan otot secara berkala

e. Monitoring pola napas pasien

Jawaban : E

Pembahasan :

DS :

• Pasien mengeluh kaki dan tangan sulit digerakkan

• Pasien mengeluh dada terasa berat dan sesak

DO :

• Pasien tampak lemah

• Penggunaan otot bantu napas

• Kekuatan otot ekstremitas 3


Berdasarkan data pada kasus, masalah keperawatan yang tepat pada pasien adalah pola napas tidak
efektif. Menurut SDKI, 2016; pola napas tidak efektif didefinisikan sebagai Inspirasi dan/atau ekspirasi
yang tidak memberikan ventilasi adekuat, yang ditunjukkan dengan data pada kasus pasien mengeluh
dada terasa berat dan sesak, penggunaan otot bantu napas

Hipokalemia merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam darah berada dibawah normal (<
3,8 mEq/L). Kalium merupan salah satu komponen elektrolit dalam tubuh yang mengatur fungsi otot
jantung, dan kontraksi otot. Ketika kadar kalium dalam darah abnormal, dapat mengakibatkan gangguan
pada aktivitas kontraksi otot pada tubuh. Gangguan kontraksi pada otot pernapasan akan berakibat fatal
bagi pasien, karena akan menurunkan kapasitas sistem pernapasan. Hal yang utama yang perlu
diperhatikan adalah dengan melakukan monitoring pola napas pasien. (Opsi e tepat)

Tinjauan opsi lain :

Opsi Membantu pasien melakukan mobilisasi (kurang tepat), tindakan ini bisa tetap dilakukan untuk
membantu pasien memenuhi kebutuhannya sehari-hari, namun bukan tindakan prioritas dalam
menangani masalah klien

Opsi Memasang gelang resiko jatuh pada pasien (kurang tepat), pemasangan gelang resiko jatuh tetap
bisa dilakukan, mengingat bahwa pasien mengalami gangguan dalam mobilisasi sehingga perlu
perhatian khusus, namun tindakan ini bukan prioritas untuk mengatasi masalah utama pasien

Opsi Melatih pasien untuk melakukan ROM pasif (kurang tepat), tindakan ini bisa dlakukan untuk
melatih kekuatan otot pasien secara bertahap, namun bukan tindakan yang diutamakan pada gejala
utama pasien

Opsi Mengukur kekuatan otot secara berkala (kurang tepat), hal ini bisa saja dilakukan, namun tetap
tidak mengatasi masalah utama pasien.

Ariska Putri:
Soal 2

Seorang laki-laki (45 tahun) dirawat di RS post Turp hari ke 2. Hasil pengkajian; pasien terpasang kateter
urin, pasien mengeluh kandung kemih terasa penuh dan nyeri. Urin tampak kemerahan dan keruh,
distensi kandung kemih. Tekanan darah 125/70 mmHg, frekuensi nadi 65x/menit.

Apakah tindakan keperawatan yang tepat dilakukan ?

a. Melaporkan kepada dokter jaga

b. Melepaskan kateter dan memasang kateter yang baru

c. Menganjurkan klien banyak minum

d. Kolaborasi pemberian analgetik

e. Melakukan irigas kateter

Jawaban : E

Pembahasan:

Data fokus masalah; *pasien terpasang kateter urin, pasien mengeluh kandung kemih terasa penuh dan
nyeri. Urin tampak kemerahan dan keruh, distensi kandung kemih. Tekanan darah 125/70 mmHg,
frekuensi nadi 65x/menit.* Masalah keperawatan yang tepat pada kasus adalah terjadinya retensi urin.

Pada pasien yang terpasang selang kateter seharusnya tidak terjadi retensi urin, karena akses selang
kateter yang langsung mencapai kandung kemih. Data pada kasus menunjukkan adanya masalah retensi
pada pasien yang terpasang selang kateter. Hal ini mengndikasikan adanya hambatan pada selang
kateter sehingga aliran urin tidak lancar, yang salah satunya disebabkan oleh adanya stolsel (gumpalan
darah) sisa post operasi turp yang telah dijalankan pasien. Tindakan yang tepat dilakukan perawat
adalah dengan *melakukan irigasi selang kateter.*
Irigasi kateter adalah pencucian kateter urine untuk mempertahankan kepatenan kateter urine menetap
dengan larutan steril yang diprogramkan oleh dokter. Karena darah, pus, atau sedimen dapat terkumpul
di dalam selang dan menyebabkan distensi kandung kemih serta menyebabkan urine tetap berada di
tempatnya.

Tinjauan opsi lainnya;

Opsi Melaporkan kepada dokter jaga (kurang tepat), tindakan ini bisa saja dilakukan, namun bukan
sebagai tindakan utama. Perawat dapat melakukan tindakan mandiri untuk menangani masalah pasien
sesuai protap dan kompetensinya, tanpa harus melaporkan segala keluhan pasien kepada dokter.

Opsi Melepaskan kateter dan memasang kateter yang baru (kurang tepat), tidak terdapat indikasi untuk
melakukan pemasangan kateter baru; pemasangan selang yang melewati batas waktu (> 7 hari), adanya
tanda-tanda infeksi, sleang kateter yang bocor.

Opsi Menganjurkan klien banyak minum (kurang tepat), menganjurkan pasien banyak minum tidak akan
mengatasi masalah pasien saat ini, bahkan hal ini hanyak akan menambah retensi pada pasien,
sedangkan proses eliminasi tidak lancar.

Opsi Kolaborasi pemberian analgetik (kurang tepat), data nyeri pada kasus tidak spesifik, sehingga nyeri
bukan masalah utama dan pemberian analgetik bukan tindakan yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai