Anda di halaman 1dari 4

Problematika Sistem Pendidikan Di Indonesia

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Auditing


Dosen Pengampu : Aditya Pratama S.Pd.,M.Pd.

Disusun Oleh :
Roessyah
171011200122

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
2019
SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA

Kualitas pendidikan di setiap Negara tentu berbeda. Negara-negara maju mempunyai


kualitas pendidikan yang sangat baik. Contoh, Jepang, Finlandia, dan London. Negara tersebut
mempunyai kualitas pendidikan di atas rata-rata Negara lain. Di samping memiliki sumber daya
manusia yang baik, Negara-negara tersebut mempunyai sistem pendidikan yang sangat baik.
Sebagai perbandingannya mari kita simak tabel dibawah ini

Perbandingan sistem pendidikan di Indonesia dengan


Finlandia
Terdapat banyak evaluasi tes yang memberatkan siswanya, dari ulangan Jika
harian, ujian kenaikan kelas, ujian nasional dan lain-lain. Berbeda dengan
kita
Finlandia yang meminimalisir evaluasi tes.

Memiliki KKM yang menyebabkan siswanya banyak yang tinggal kelas


karena tidak bisa mencapai KKM yang disyaratkan. Jika di Finlandia, guru
akan membimbing anaknya yang tertinggal agar bisa naik kelas. Jadi tidak
akan ada yang tertinggal.

PR merupakan hal yang wajar di Indonesia. Guru menganggap PR merupakan


sesuatu hal yang penting diberikan agar melatih disiplin siswa. Namun jika di
Finlandia guru tidak memberikan beban pekerjaan rumah untuk siswanya.
Minimal hanya menyita waktu 30 menit di rumah.

Indonesia masih menerima pengajar berjenjang S1 yang memiliki nilai pas-


pasan. Namun di Finlandia hanya guru-guru yang memiliki prestasi terbaik
yang diperbolehkan untuk mengajar.

Indonesia memiliki standar kompetensi atau RPP yang harus ditaati oleh guru
sebagai acuan pembelajaran. Berbeda dengan Finlandia yang membebaskan
semua guru untuk memberikan cara pengajaran sesuai dengan pertimbangan
mereka.

Proses belajar mengajar di Indonesia jarang menggunakan sistem belajar yang


menyenangkan. Lebih sering membuat suasana belajar yang serius dan
tegang. Berbeda dengan Finlandia yang membuat suasana belajar yang
menyenangkan namun materi tetap tersampaikan dengan baik.

Jumlah hari sekolah di Indonesia sangatlah banyak yaitu mencapai 220 hari
dalam satu tahun. Berbeda dengan Finlandia yang hanya memakan 190 hari
dalam satu tahun. Indonesia masih menganggap jika lebih sering masuk
sekolah maka anak akan makin pintar.
membuat kesimpulan dari perbandingan sistem pendidikan di Indonesia dengan sistem
pendidikan di Finlandia sangat jauh. Mungkin disebabkan oleh perbedaan kualitas sumber daya
manusia, pemerintahan, dan juga budaya di Indonesia. Banyak permasalahan dunia pendidikan
Indonesia. 
Sebenarnya, Indonesia menginvestasikan banyak sumber daya di bidang pendidikan -
peringkat keempat dari 69 negara yang diurutkan oleh PISA. Pendidikan mendominasi
pengeluaran sosial Indonesia dan 20 persen anggaran Indonesia dialokasikan di bidang
pendidikan. Namun, ini bukan berarti semua sekolah di Indonesia memiliki semua yang mereka
butuhkan karena sekolah di beberapa daerah masih belum difasilitasi dengan memadai.
Pendidikan dasar dan menengah di Indonesia, berdasarkan riset PISA, belum mampu
menyiapkan murid dengan kemampuan berpikir kritis dan analitis sebagaimana seorang ilmuwan
perlukan serta belum mampu menginspirasi murid untuk bercita-cita menjadi peneliti dalam
bidang apapun. Padahal, tanpa murid yang kemampuannya bagus, universitas di Indonesia tidak
akan bisa memperluas dan memperkuat program riset mereka dan meningkatkan posisi mereka
di dunia internasional.
Akibatnya, bidang swasta akan kesulitan berkompetisi secara internasional dalam
penciptaan pengetahuan sehingga akan lebih sulit bagi Indonesia untuk bertransisi ke sistem
ekonomi berbasis pengetahuan. Sedikitnya peneliti dan ilmuwan juga berarti lebih sedikit
pengetahuan dan penelitian tersedia untuk membantu pengambil kebijakan membuat keputusan.
Tabel data peringkat bisa di download menggunakan URL berikut :

http://www.oecd.org/pisa/pisa-2015-results-in-focus.pdf

Solusi yang harus di lakukan oleh pemerintah Indonesia adalah merubah kurikulum
pendidikan yang ada. Pendidikan yang berkarakter harus lebih ditekankan bukan pendidikan
yang berorientasi kepada nilai. Ada sebuah kata bijak mengatakan, ilmu tanpa agama buta, dan
agama tanpa ilmu adalah lumpuh. Sama juga artinya bahwa pendidikan kognitif
tanpa pendidikan karakter adalah buta. Hasilnya, karena buta tidak bisa berjalan, berjalan pun
dengan asal nabrak. Kalaupun berjalan dengan menggunakan tongkat tetap akan berjalan dengan
lambat. Sebaliknya, pengetahuan karakter tanpa pengetahuan kognitif, maka akan lumpuh
sehingga mudah disetir, dimanfaatkan dan dikendalikan orang lain. Untuk itu, penting artinya
untuk tidak mengabaikan pendidikan karakter anak didik.

Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat, ternyata kesuksesan


seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh pengetahuan dan kemampuan teknis dan
kognisinyan (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft
skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen hard skill
dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Dan, kecakapan soft skill ini terbentuk melalui pelaksanaan
pendidikan karater pada anak didik. Yang tidak kalah penting adalah peran orang tua dirumah
harus mampu menjadi teladan yang baik bagi anaknya. Dan masalah infrastruktur yang saat ini
belum mumpuni dan materi pendidikan juga harus lebih diperhatikan pemerintah.
Sumber :
https://www.boombastis.com/sistem-pendidikan-indonesia/57867

https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2016/12/peringkat-dan-capaian-pisa-indonesia-

https://www.kompasiana.com/frncscnvt/5c1542ec677ffb3b533d6105/pisa-dan-literasi-indonesia?
page=all

https://www.youthcorpsindonesia.org/l/peringkat-pendidikan-indonesia-di-dunia/

Anda mungkin juga menyukai