Anda di halaman 1dari 38

PENGARUH KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN

SUHU TUBUH PADA KLIEN DEMAM TYPOID


DI RUMAH SAKIT X PADA TAHUN 2017

OLEH

RESKY
201201045
KEPERAWATAN A

PROGRAM STUDI NERS JENJANG STRATA SATU (S.1)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MUHAMMADIYAH SIDRAP
2017

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................i

KATA PENGANTAR......................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................3

C. Tujuan Penulisan................................................................................4

D. Manfaat penulisan...............................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjaun Umum Tentang Demam Typoid...........................................6

B. Tinjauan Umum Tentang Suhu Tubuh...............................................17

C. Tinjaun Umum Tentang Kompres Air Hangat...................................19

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep...............................................................................20

B. Hipotesis.............................................................................................21

C. Definisi Operasional...........................................................................21

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan penelitian..........................................................................23

B. Populasi dan Sampel...........................................................................24

C. Tem pat penelitian.............................................................................24

D. Waktu Penelitian ................................................................................24

E. Etika Penelitian...................................................................................25

i
F. Alat Pengumpulan Data .....................................................................26

G. Prosedur Pengumpulan Data..............................................................27

H. Analisi Data........................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan

sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin

penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam

semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni Nabi Muhammad

SAW.

Draf Proposal ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu

tentang “Pengaruh Kompres Air Hangat Trehadap Penurunan Suhu Tubuh Pasa

pasien Demam Typoid”, yang kami sajikan dari berbagai sumber. Draf Proposal

ini disusun oleh penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh

kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat

terselesaikan.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Riset

Keperawatan yaitu bapak Dr.Ns.H.Basra, S.Kep,M.kes yang telah membimbing

penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara menyusun karya tulis

ilmiah yang baik dan sesuai akidah.

Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas

kepeada pembaca. Walaupun Draf Proposal ini memiliki kelebihan dan

kekurangan. Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang

membangun, Terima kasih.

Pangkajene, 19 November 2017

Penyusun

Resky

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Demam dalah peningkatan suhu badan rectal minimal 38 derajat

celcius. Demam umumnya terjadi akibat adanya gangguan pada hipotalamus,

atau dapat juga disebabkan karena infeksi virus (Muscari, 2005 dalam Sri

Hartini, 2014). Demam didefinisikan sebagai peningkatan suhu tubuh sentral

diatas variasi normal harian dalam respon terhadap berbagai macam keadaan

patologis yang berbeda. Hampir 30% kunjungan ke dokter dan lebih lima juta

kunjungan ke emerjensi dengan keluhan demam (Gerna, 2012 dalam Hartini,

2014)

Penyakit demam typoid merupakan penyakit yang berada pada usus

halus dan dapat menimbulkan gejala terus menerus, ditimbulkan oleh

Salmonella thyposa. Pada tahun 2008 demam typoid diperkirakan 216.000-

600.000 kematian. Kematian tersebut, sebagian besarterjadi di Negara-negara

berkembang dan 80% kematian terjadidi Asia. Kematian di rumah sakit

berkisar antara 0-13,9%. Prevalensi pada anak-anak kematian berkisar antara

0-14,8%. (WHO, 2013). Pada tahun 2014 diperkirakan 21 juta kasus

demamtypoid 200.000 diantaranya meninggal dunia setiap tahun (WHO,

2014).

Demam typoid merupakan penyakit yang masih endemik di Indonesia.

Berdasarkan data tahun 2010 Profil Kesehatan Indonesia typoid masih menjadi

masalah kesehatan di masyarakat. Diketahui dari 10 macam penyakit terbanyak

di rumah sakit inap typoid menduduki peringkat ke-3 setelah penyakit diare,

1
2

dengan jumlah penderita. Total kasus demam typoid mencapai 41.081

penderita yaitu 19.706 jenis kelamin laki-laki, 21.375 perempuan 274 penderita

meninggal dunia. Case fatality rate (CFR) demam typoid pada tahun 2010

sebesar 0,6% (Kemenkes RI, 2011). Indonesia merupakan Negar aendemik

demam typoid diperkirakan terdapat 800 penderita per 100.000 penduduk

setiap tahunnya. (Widoyono, 2011)

Penyakit typhus berdasarkan Riskesdas tahun 2007 secara nasional di

Sulawesi Selatan, tersebar di semua umur dan cenderung lebih tinggi pada

umur dewasa. Prevalensi klinis banyak ditemukan pada kelompok umur

sekolah yaitu 1,9%, terendah pada bayi yaitu 0,8%

Situasi penyakit Typhus (demam typhoid) di Provinsi Sulawesi

Selatan pada tahun 2014 suspeck penyakit typhus tercatat sebanyak 23.271

yaitu laki-laki sebanyak 11.723 dan perempuan sebanyak 11.548 sedangkan

penderita demam typoid sebanyak 16.743 penderita yaitu laki-laki sebanyak

7.925 dan perempuan sebanyak 8.818 penderita dengan insiden rate (2,07) dan

(CFR=0,00%), dengan kasus yang tertinggi yaitu di Kabupaten Bulukumba

(3.270 kasus), Kota Makassar (2.325 kasus) Kabupaten Enrekang (1.153 kasus)

dan terendah di Kabupaten Toraja Utara (0 kasus), Kabupaten Luwu ( 1 kasus)

dan Kabupaten Tana Toraja (19 kasus )

Penyakit Typhus atau Demam Tiphoid (bahasa Inggris: Typhoid

fever) yang biasa juga disebut typhus atau tipes dalam bahasa Indonesianya,

merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica,


3

khususnya turunannya yaitu Salmonella typhii terutama menyerang bagian

saluran pencernaan.

Adapun demam yang dialami oleh pasien yang menderita penyakit ini

umumnya memiliki pola khusus dengan suhu yang meningkat (sangat tinggi)

naik-turun. hal ini terjadi pada sore dan malam hari sedangkan di pagi hari

hampir tidak terjadi demam. hal inilah yang biasanya tidak disadari oleh si

penderita maupun keluarga si penderita. Untuk menurunkan demam dapat

dilakukan dengan cara sederhana yaitu salah satunya adalah dengan

mengompres air hangat dengan menggunakan suam suam kuku (air hangat)

dibandingkan dengan kompres menggunakan air dingin (es) dapat

menyebabkan kedinginan, menggigil, sedangkan alkohol dapat penyebabkan

keracunan alkohol. Berikan kompres air hangat setelah pemberian antipiretik

pada kasus demam yang cukup tinggi. (sodikin 2012)

Berdasarkan berbagai data dan informasi diatas maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian kompres air hangat

terhadap penurunan suhu tubuh pada penyakit demam typoid.

B. Rumusan Masalah

Apakah kompres air hangat berpengaruh terhadap penurunan suhu tubuh ?


4

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh kompres air hangat terhadap penurunan suhu

tubuh pada pasien demam typoid

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui suhu tubuh sebelum dilakukan pemberian kompres air

hangat

b. Untuk mengetahui suhu tubuh sesudah dilakukan pemberian kompres air

hangat

c. Untuk mengetahui selisih suhu tubuh sebelum dan sesudah dilakukan

pemberian kompres air hangat

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi rumah sakit

Karya tulis ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan

asuhan keperawatan khususnya bagi pasien dengan demam typoid

2. Bagi institusi akademik

Digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam

pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang


5

3. Bagi perawat

a. Mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif pada

klien dengan penderita demam typoid

b. Melatih berfikir kritis dalam melakukan asuhan keperawatan khususnya

pada pasien dengan dengan demam typoid.

4. Bagi penulis

Draff Proposal ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan

pengalaman bagi penulis mengenai kasus tentang demam typoid

5. Bagi pembaca

Sebagai sumber informasi bagi pembaca tentang penyakit dan cara merawat

pasien dengan demam typoid.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Demam Typoid

1. Defenisi

Penyakit demam tifoid (Typhoid fever) yang biasa disebut tifus

merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella, khususnya

turunannya yaitu Salmonella typhi yang menyerang bagian saluran

pencernaan (Algerina, 2008 dalam Nurhasanah, 2014)

Demam tifoid adalah penyakit infeksi perut yang masih banyak

ditemukan pada anak dan orang dewasa (Surininah, 2009)

Demam tifoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang

disebabkan oleh salmonella typhi (Widoyono, 2012).

2. Etiologi

Penyebab demam tifoid adalah bakteri salmonella typhi.

salmonella adalah bakteri gram-negatif, tidak berkapsul, mempunyai

flagela, dan tidak membentuk spora. Kuman ini mempunyai tiga antigen

yang penting untuk pemeriksaan laboratorium, yaitu:

a. Antigen O (somatik),

b. Antigen H (flagela) dan

c. Antigen K (Selaput)

5
6

Etiologi demam tifoid adalah salmonella typhi. Sedangkan demam

paratifoid disebabkan oleh organisme yang termasuk dalam spesies

salmonella enteritidis, yaitu S. enteritidis bioserotipe paratif C. Kuman-

kuman ini lebih dikenal dengan nama S. paratyphi A, S. schottmuelleri, dan

S. hirschfeldii (Mansjoer, 2007).

Beberapa faktor resiko yang diduga mempengaruhi terjangkitnya

penyakit demam tifoid antara lain kesehatan lingkungan yang kurang

memadai, kepadatan penduduk, penyediaan air minum yang tidak

memenuhi syarat, hegiene perorangan yang kurang baiktingkat social

ekonomi masyarakat, tingkat pendidikan masyarakat, (Hidayati, 2010)

3. Patofisiologi

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara,

yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku),

Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses. Feses dan muntah pada

penderita tifoid dapat menularkan kuman salmonella typhi kepada oeang

lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat

akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat.

Apabila makanan tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti

mencuci tangan dan makanan yang tercemar salmonella typhi masuk ke

tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam

lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai

jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak,


7

lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotetial. Sel-sel

retikuloendotetial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah

dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus

dan kandung empedu (Padila, 2013).

4. Manifestasi klinis

Masa tunas 7-14 (rata-rata 3 – 30) hari, selama inkubasi ditemukan

gejala prodormal (gejala awal tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas):(

Mansjoer, 2007)

a. Perasaan tidak enak badan

b. Lesu

c.   Nyeri kepala

d. Pusing

e. Diare

f.   Anoreksia

g. Batuk

h. Nyeri otot

Menurut Surininah (2009) gejala tifoid adalah sebagai berikut:

a) Demam lebih dari satu minggu yang biasanya dimulai dengan demam

ringan, yang berangsur-angsur meningkat, biasanya demam turun pada

pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Bila penyakit

berlanjut, demam akan terjadi terus-menerus baik pagi, siang atau

malam.
8

b) Gangguan pada saluran pencernaan dapat berupa diare atau sembelit.

c) Anak tampak lemah, lesu, tidak mau bermain dan tidak mau makan.

d) Napas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah putih

kotor, ujung tepi lidah kemerahan.

5. Penatalakanaan

a. Pencegahan Primer

Kebersihan makanan dan minuman sangat penting untuk mencegah

demam tifoid. Merebus air minum sampai mendidih dan memasak

makanan sampai matang juga sangat membantu. Selain itu juga perlu

dilakukan sanitasi lingkungan termasuk membuang sampah di

tempatnya dengan baik dan pelaksanaan program imunisasi (Widoyono,

2012).

b. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara mendiagnosa

penyakit secara dini dan mengadakan pengobatan yang cepat dan tepat.

Untuk mendiagnosis demam tifoid perlu dilakukan pemeriksaan

laboratorium. Ada 3 metode untuk mendiagnosis penyakit demam tifoid,

yaitu :

1. Diagnosis klinik

Diagnosis klinis penyakit ini sering tidak tepat, karena gejala kilinis

yang khas pada demam tifoid tidak ditemukan atau gejala yang sama

dapat juga ditemukan pada penyakit lain. Diagnosis klinis demam

tifoid sering kali terlewatkan karena pada penyakit dengan demam


9

beberapa hari tidak diperkirakan kemungkinan diagnosis demam

tifoid.

2. Diagnosis mikrobiologik/pembiakan

kuman Metode diagnosis mikrobiologik adalah metode yang paling

spesifik dan lebih dari 90% penderita yang tidak diobati, kultur

darahnya positip dalam minggu pertama. Hasil ini menurun drastis

setelah pemakaian obat antibiotika, dimana hasil positip menjadi 40%.

Meskipun demikian kultur sum-sum tulang tetap memperlihatkan hasil

yang tinggi yaitu 90% positip. Pada minggu-minggu selanjutnya hasil

kultur darah menurun, tetapi kultur urin meningkat yaitu 85% dan

25% berturut-turut positip pada minggu ke-3 dan ke-4. Organisme

dalam tinja masih dapat ditemukan selama 3 bulan dari 90% penderita

dan kira-kira 3% penderita tetap mengeluarkan kuman Salmonella

typhi dalam tinjanya untuk jangka waktu yang lama

3. Diagnosis serologik

Uji Widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan

antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella

typhi terdapat dalam serum penderita demam tifoid, pada orang yang

pernah tertular Salmonella typhi dan pada orang yang pernah

mendapatkan vaksin demam tifoid. Antigen yang digunakan pada uij

Widal adlah suspensi Salmonella typhi yang sudah dimatikan dan

diolah di laboratorium.
10

Tujuan dari uji Widal adalah untuk menentukan adanya

aglutinin dalam serum penderita yang diduga menderita demam

tifoid.Dari ketiga aglutinin (aglutinin O, H, dan Vi), hanya aglutinin O

dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosis. Semakin tinggi titer

aglutininnya, semakin besar pula kemungkinan didiagnosis sebagai

penderita demam tifoid.

Pada infeksi yang aktif, titer aglutinin akan meningkat

pada pemeriksaan ulang yang dilakukan selang waktu paling sedikit 5

hari. Peningkatan titer aglutinin empat kali lipat selama 2 sampai 3

minggu memastikan diagnosis demam tifoid. Interpretasi hasil uji

Widal adalah sebagai berikut :

a. Titer O yang tinggi ( > 160) menunjukkan adanya infeksi akut

b. Titer H yang tinggi ( > 160) menunjukkan telah mendapat

imunisasi atau pernah menderita infeksi

c. Titer antibodi yang tinggi terhadap antigen Vi terjadi pada carrier

4. pengobatan

a) Istirahat tirah baring.

b)  Habiskan antibiotika yang diresepkan sampai tuntas sesuai

petunjuk.

c) Atasi demam dengan obat penurun panas.

d) Diet makan lunak seperti bubur atau nasi lembek.

e) Hindari makanan yang merangsang seperti asam, banyak serat,

cabe. (Surininah, 2009).


11

c. Pencegahan tersier

Pencegahan tersier adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi

keparahan akibat komplikasi. Apabila telah dinyatakan sembuh dari

penyakit demam tifoid sebaiknya tetap menerapkan pola hidup sehat,

sehingga imunitas tubuh tetap terjaga dan dapat terhindar dari infeksi

ulang demam tifoid. Pada penderita demam tifoid yang carier perlu

dilakukan pemerikasaan laboratorium pasca penyembuhan untuk

mengetahui kuman masih ada atau tidak. ()

6. Asuhan keperawatan

1. Pengkajian

Menurut Ardiansyah (2012) adalah sebagai berikut:

a. Identitas

b. Riwayat Sesehatan Sekarang

Tanyakan mengapa pasien masuk rumah sakit dan apa keluhan utama

pasien, sehingga dapat ditegakan prioritas masalah keperawatan yang

dapat muncul.

c. Riwayat Kesehatan Sebelumnya

Apakah pasien pernah dirawat dengan penyakit yang sama atau

penyakit lain yang berhubungan dengan penyakit sistem pencernaan,

sehingga menyebabkan penyakit demam tifoid.

d. Riwayat Tumbuh Kembang

Yang dimaksud dengan riwayat tumbuh kembang adalah kelianan

kelainan fisik atau kematangan dari perkembangan dan pertumbuhan


12

seseorang yang dapat mempengarui keadaan penyakit, misalnya

pernah ikterus saat proses kelahiran yang lama atau lahir prematur.

Kelengkapan imunisasi pada form atau daftar isian yang tersedia tidak

terdapat isian yang berkaitan dengan tumbuh kembang.

e. Pemeriksaan fisik

1) Pemeriksaan tanda-tanda vital

2) Konjungtiva anemis, kondisi lidah khas (selaput putih kotor, ujung

dan tepi lidah berwarna kemerahan), napas berbau tidak sedap,

bibir kering dan pecah-pecah, dan hidung-hidung terjadi epistaksis.

3) Perut kembung (meteorismus), hepatomegali, splenomegali, dan

nyeri tekan Sirkulasi bradikardi dan gangguan kesadaran. Terdapat

bintik-bintik kemerahan pada kulit punggung dan ekstremitas.

f. Pemeriksaan Diagnostik

Untuk menegakan diagnosis penyakit demam tifoid, perlu dilakukan

pemeriksaan laboratorium yang mencakup pemeriksaan-

pemeriksaan sebagai berikut:

1. Darah tepi

a. Terdapat gambaran leucopenia.

b. Limfositosis retalif.

c. Emeosinofila pada permulaan sakit.

d. Mungkin terdapat anemia dan trombositopenia ringan.

e. Hasil pemeriksaan ini berguna untuk membantu menentukan

penyakit secara tepat.


13

2. Pemeriksaan Widal

Pemeriksaan positif apabila terjadi reaksi aglutinasi. Apabila titer

lebih dari 1/80, 1/160 dan seterusnya, maka hal ini menunjukan

bahwa semakin kecil titrasi berarti semakin berat penyakitnya.

3. Pemeriksaan darah untuk kultur (Biakan Empedu).

2. diagnosa keperawatan

Diagnosa yang biasanya muncul pada demam tifoid menurut Suratun &

Lusianah (2010) adalah sebagai berikut

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake makanan yang tidak adekuat

b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

c. Resiko tinggi terjadi kurang volume cairan berhubungan dengan

kurang intake cairan

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tidak adekuatnya masukan

nutrisi

3. Intervensi

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake makanan yang tidak adekuat

Intervensi :

1) Kaji pola makan dan status nutrisi klien

Rasional : untuk mengetahui langkah pemenuhan nutrisi

2) Berikan makanan yang tidak merangsang (pedas, asam dan

mengandung gas)
14

Rasional : mencegah iritasi usus dan distensi abdomen

3) Berikan makanan lunak selama fase akut (masih ada panas/suhu

lebih dari normal)

Rasional : mencegah terjadinya iritasi usus dan komplikasi

perforasi usus

4) Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering

Rasional : mencegah rangsang mual/ muntah

5) Berikan terapi antiemetik sesuai program medik

Rasional : untuk mengontrol mual dan muntah sehingga dapat

meningkatkan masukan makanan

b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Intervensi :

1. Kaji suhu tubuh setiap 2 sampai 4 jam

Rasional : suhu tubuh 38ºC-40ºC menunjukkan proses penyakit

infeksi akut

2. Observasi membran mukosa, pengisian kapiler, turgor kulit

Rasional : untuk mengetahui tanda-tanda dehidrasi akibat panas

3. Berikan minum 2-2.5 liter sehari/24 jam

Rasional : kebutuhan cairan dalam tubuh cukup untuk mencegah

terjadinya panas

4. Berikan kompres hangat pada dahi, ketiak dan lipat paha

5. Rasional : kompres hangat memberi efek vasodilatasi pembuluh

darah, sehingga mempercepat penguapan panas tubuh


15

6. Berikan terpai antipiretik sesuai program medik

Rasional : untuk menurunkan/ mengontrol panas

7. Pemberian antibiotik sesuai program medik

Rasional : untuk mengatasi infeksi dan mencegah penyebaran

infeksi

c. Resiko tinggi terjadi kurang volume cairan berhubungan dengan

kurang intake cairan

Intervensi :

1. Observasi tanda-tanda vital

Rasioanl : mengetahui suhu, nadi, dan pernafasan

2. Monitor tanda-tanda kekurangan cairan (turgor kulit tidak elastis,

produksi urin menurun, membran mukosa kering, bibir pecah-

pecah, pengisian kapiler lambat)

Rasional : tanda tersebut menunjukan kehilangan cairan berlebihan/

dehidrasi

3. Observasi dan catat intake dan output cairan setiap 8 jam

Rasional : untuk mendeteksi keseimbangan cairan dan elektrolit

4. Berikan cairan peroral 2-2,5 liter perhari, jika klien tidak muntah

Rasional : untuk pemenuhan kebutuhan cairan tubuh

5. Berikan cairan parenteral sesuai program medik

Rasional : untuk memperbaiki kekurangan volume cairan


16

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tidak adekuatnya masukan

nutrisi

Intervensi :

1. Kaji tingkat toleransi klien terhadap aktivitas

Rasional : menunjukkan respon fisiologis pasien terhadap stres

aktivitas

2. Anjurkan klien untuk tirah baring selama fase akut

Rasional : untuk menurunkan metabolisme tubuh dan mencegah

iritasi usus

3. Jelaskan pentingnya pembatasan aktivitas selama perawatan

Rasional : untuk mengurangi peristaltik usus, sehingga mencegah

iritasi usus

4. Bantu klien melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan

Rasional : kebutuhan aktivitas klien terpenuhi, dengan energi

minimal sehingga mengurangi peristaltik usus

5. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-

hari

Rasional : partisipasi keluarga meningkatkan kooperatif kien dalam

perawatan
17

B. Tinjauan Umum Tentang Suhu Tubuh

Suhu tubuh adalah Ukuran dari kemampuan tubuh untuk menghasilkan

atau menyingkirkan hawa panas . Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah

panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke

lingkungan luar. Pada kondisi tubuh yang ekstrim selama melakukan aktivitas

fisik, mekanisme kontrol suhu manusia tetap menjaga suhu inti atau suhu

jaringan relatif konstan. (Smeltzer, S. C., & Bare,2013).

Regulasi suhu adalah suatu pengaturan kompleks dari suatu proses dan

kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan.

Manusia pada dasarnya secara fisiologis digolongkan sebagai makhluk

berdarah panas atau homoteral. Organisasi homoteral mempunyai temperatur

tubuh konstan walaupun suhu lingkungan berubah. Hal ini karena ada interaksi

secara berantai yaitu pembentukan panas dan kehilangan panas. Kedua proses

ini aktivitasnya diatur oleh susunan saraf yaitu hipotalamus. Reseptor suhu

yang paling penting dalam mengatur suhu tubuh. Banyak neuron peka terhadap

panas khususnya yang terletak pada area preoptika hipotalamus. Neuron ini

meningkatkan pengeluaran impuls bila suhu meningkat dan mengurangi impuls

yang keluar bila suhu turun. Selain neuron ini reseptor lain yang peka terhadap

suhu adalah reseptor suhu kulit termasuk reseptor dalam lainnya yang juga

menghantarkan isyarat terutama isyarat dingin ke susunan syaraf pusat panas

untuk membantu mengontrol suhu tubuh (Smeltzer, S. C., & Bare,2013).


18

Ada dua jenis suhu tubuh :

1. Core temperatur (Suhu inti )

Suhu pada jaringan dalam dari tubuh, seperti kranium, thorax, rongga

abdomen dan rongga pelvis.

2. Surface temperatur

Suhu pada kulit, jaringan subcutan, dan lemak. suhu ini berbeda, naik

turunnya tergantung respon terhadap lingkungan.

Pada manusia nilai normal untuk suhu tubuh oral adalah 37ºC , tetapi

pada sebuah penelitian kasar terhadap orang-orang muda normal, suhu oral

pagi hari rerata adalah 36,7º C dengan simpang baku 0,2º C. Dengan demikian,

95% orang dewasa muda diperkirakan memiliki suhu oral pagi hari sebesar

36,3 – 37,1ºC. Berbagai bagian tubuh memiliki suhu yang berlainan, dan besar

perbedaan suhu antara bagian-bagian tubuh dengan suhu lingkungan bervariasi.

Ekstremitas umumnya lebih dingin daripada bagian tubuh lainnya. Suhu

rectum dipertahankan secara ketat pada 32ºC. suhu rectum dapat

mencerminkan suhu pusat tubuh (Core temperature) dan paling sedikit di

pengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan. Suhu oral pada keadaan normal

0,5ºC lebih rendah daripada suhu rectum.(Ganong, 2007 dalam Ridho 2012)
19

C. Tinjauan Umum Tentang Kompres Air Hangat

1. Defenisi

Kompres adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh anak

yang mengalami demam. Pemberian kompres hangat pada daerah pembuluh

darah besar merupakan upaya memberikan rangsangan pada area preoptik

hipotalamus agar menurunkan suhu tubuh. Sinyal hangat yang dibawa oleh

darah ini menuju hipotalamus akan merangsang area preoptik

mengakibatkan pengeluaran sinyal oleh sistem efektor. Sinyal ini akan

menyebabkan terjadinya pengeluaran panas tubuh yang lebih banyak

melalui dua mekanisme yaitu dilatasi pembuluh darah perifer dan

berkeringat (Potter & Perry, 2005 dalam Hartini, 2014 ).

2. Tujuan

Kompres air hangat membuat pembuluh darah melebar sehingga

pori-pori kulit terbuka dan membuat panas yang terperangkap dalam tubuh

bisa menguap keluar .

Adapun tujuan dari pemberian kompres yaitu menurunkan suhu

tubuh, mengurangi rasa sakit atau nyeri, mengurangi perdarahan dan

membatasi peradangan. Beberapa indikasi pemberian kompres adalah klien

dengan suhu tinggi, klien dengan perdarahan hebat, dan pada klien

kesakitan. Kompres hangat merupakan pemberian kompres pada area yang

memiliki pembuluh darah besar menggunakan air hangat Suhu air yang

digunakan dalam kompres hangat adalah 34 derajat Celcius sampai 37

derajat Celcius ( 93-98 0 F) (Wolf, 2007 dalam Ridho, 2012)


20
BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang

hubungan atau kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan

diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo,

2012). Kerangka konsep penelitian menghubungkan variabel-variabel dalam

penelitian yaitu hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kompres air

hangat . Sedangkan variabel dependen adalah penurunan suhu tubuh pada

skema berikut dibawah ini:

Skema Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Kompres air hangat Suhu tubuh

20
21

B. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan

penelitian (Nursalam, 2007). Rumusan yang akan diuji dalam penelitian

iniadalah sebagai berikut:

Ha .

1. Ada pengaruh kompres air hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada

klien demam typoid

Ho

2. Tidak ada pengaruh kompres air hangat terhadap penurunan suhu tubuh

pada klien demam typoid

C. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah penjelasan tentang batasan atau ruang lingkup

variabel penelitian, sehingga memudahkan pengukuran dan pengamatan serta

pengembangan instrumen/ alat ukur (Notoatmodjo, 2012). Definisi

operasional variabel-variabel dalam penelitian ini dijelaskan dalam tabel

berikut.

Variable Definisi oprasional Alat ukur Skala ukur Skor


Variabel Kompres air hangat Lembar Nominal 1. Ada

independen membuat pembuluh observasi 2. Tidak

terikat : darah melebar sehingga ada

Kompres air pori-pori kulit terbuka

hangat dan membuat panas

yang terperangkap

dalam tubuh bisa


22

menguap keluar.
Suhu tubuh adalah 1. Ada

Ukuran dari 2. Tidak


Variabel
kemampuan tubuh Lembar ada
dependen terikat : Nominal
untuk menghasilkan observasi
Suhu tubuh
atau menyingkirkan

hawa panas.
23

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan desain

quasi eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan

kemungkinan adanya hubungan sebab akibat atau variabel (Notoatmodjo,

2012).

Penelitian ini menggunakan desain penelitian Pre Exsperimental

Design dengan bentuk rancangan One Group Pretest-Postest. Dengan

observasi dilakukan sebelum exsperimen disebut pre-test, dan observasi

sesudah exsperimen disebut post-test (Hidayat, 2012). Adapun skema

rancangan bentuk penelitian adalah sebagai berikut :

Rancangan Penelitian

Pre test Post test

Kelompok intervensi X ………. N ……Y

Keterangan :

X = Menilai tingkat suhu tubuh sebelum diberikan kompres air

hangat (pada hari pertama)

Y = Menilai tingkat suhu tubuh setelah diberikan kompres air

hangat (pada hari ketiga)

N = Pemberian kompres air hangat


24

B. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien demam typoid yang

dirawat di Rumah Sakit X.

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik

purposive sampling yaitu semua pasien demam typoid yang dirawat di RS X

menjalani proses perawatan dan pengobatan.

Perhitungan besar sampel dengan menggunakan rumus:

N
n=
N +1 ( 0,052 )

Ket :

n : sampel

N : populasi

C. Tempat Penelitian

Penelitian Dilakukan Di Rumah Sakit X

D. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada November sampai dengan Desember tahun

2017
25

E. Etika Penelitian

1. Self determination

Responden diberikan kebebasan untuk menentukan apakah bersedia atau

tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian secara suka rela dan tidak dengan

tekanan.

2. Privacy/confidentiality

Responden dijaga kerahasiaannya yaitu dengan cara merahasiakan

informasi-informasi, menghormati privacy dan kerahasian yang didapat dari

responden hanya untuk kepentingan responden.

3. Anonymity

Selama kegiatan penelitian nama responden tidak digunakan. Sebagai

gantinya peneliti menggunakan pengkodean dengan nomor responden.

4. Informed consent

Seluruh responden bersedia menandatangani lembar persetujuan menjadi

subjek penelitian, setelah peneliti menjelaskan tujuan, manfaat terapi zikir,

resiko atau ketidaknyamanan dari intervensi dan harapan peneliti terhadap

responden serta telah memahami semua penjelasan yang diberikan yang

diberikan oleh peneliti.

5. Protection from discomfort

Responden bebas dari rasa ketidaknyamanan. Peneliti menekankan bahwa

apabila responden merasa aman dan tidak nyaman selama intervensi

sehingga menimbulkan gejala atau masalah psikologis maka responden


26

diajukan untuk memilih yaitu menghentikan sebagai responden atau terus

melanjutkan dengan disertai intervensi psikologis dari keperawatan.

6. Justice

Penelitian ini tidak melakukan diskriminasi pada semua responden

diberikan kesempatan yang sama, namun berdasarkan alasan yang

berhubungan langsung dengan masalah penelitian.

F. Alat Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan alat pengumpul data lembaran instrumen

pengkajian yang dirancang sendiri oleh peneliti. Instrumen penelitian tersebut

berupa buku panduan petunjuk teknis pelaksanaan kompres air hangat , lembar

observasi.

Metode observasi dengan cara yang paling efektif adalah dengan

melengkapi format observasi sebagai instrumen. Format berisi item-item

tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi

(Arikunto, 2002).

Penelitian ini menggunakan instrumen untuk metode observasi

pelaksanaan terapi beserta format pengkajian. Peneliti memberitanda pada

item- item format observasi setelah peneliti terapi pada responden dan

melakukan wawancara untuk mengkaji data-data yang berhubungan dengan

karakteristik pasien. Tanda tersebut diatas berupa check list (√)pada tempat

yang telah tersedia.


27

Strategi yang dilakukan peneliti terkait dengan reliabilitas adalah

Peneliti latihan terus menerus, dimana latihan yang dilakukan peneliti

setiap hari dengan total durasi waktu 15 menit untuk 3 kali siklus, dimana

setiap siklus durasi waktunya 5 menit setiap Pemberian kompres air hangat .

G. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data tentang pasien pasien demam typoid dan

karakteristik responden dikumpulkan oleh peneliti. Intervensi kompres

hangat dilakukan oleh responden dengan anjuran dari peneliti .Prosedur

pengumpulan data dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap

pelaksanaan.

1. Tahap persiapan

a. Persiapan instrumen

Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan instrumen untuk pengumpulan

data berupa buku panduan, kuesioner karakteristik responden dan

lembar observasi intensitas nyeri.

b. Persiapan administrasi

Pada tahap ini peneliti mengurus perizinan tempat penelitian dengan

mengajukan surat permohonan izin penelitian dari pimpinan Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Sidrap yang ditujukan ke

direktur Rumah Sakit X.


28

2. Tahap pelaksanaan

Pada tahap kedua ini, peneliti melakukan pengumpulan data dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

a) menyeleksi subyek penelitian

b) memberikan informasi penelitian dengan sejelas-jelasnya kepada subyek

penelitian,

c) meminta persetujuan klien untuk menjadi subyek penelitian,

selanjutnya, dilakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Hari pertama peneliti menemukan subyek penelitian atau hari ke-0

peneliti mengisi kuesioner untuk diisi langsung oleh peneliti dengan

menanyakan langsung dengan responden dan melihat rekam medis

dan selanjutnya kontrak dengan pasien untuk pelaksanaan Kompres

air hangat yang dilaksanakan tiga hari, sehari 3 kali

2. Pada hari pertama penelitian (pertama kali subyek diberikan kompres

air hangat dengan panduan dari peneliti) dilakukan penilaian suhu

tubuh, sebelum dan segera setelah dilakukan kompres air hangat, lalu

dicatat pada format pengkajian yang tersedia sesuai dengan tanggal

pelaksanaan.

3. Pada hari kedua sampai hari tiga penelitian (satu hari berikutnya dari

hari pertama), dilakukan kompres air hangat pada waktu dan tempat

yang sama dan kembali menilai suhu tubuh sebelum dan setelah

dilakukan kompres air hangat.


29

H. Analisis Data

Data yang telah terkumpul, sebelum dianalisis, terlebih dahulu dilakukan hal-

hal sebagai berikut :

1. Editing

Editing data untuk memastikan bahwa data yang diperoleh sudah

lengkap,terisi semua dan dapat terbaca dengan baik. Dilakukan dengan

cara mengoreksi data yang telah diperoleh meliputi kebenaran pengisian

dankelengkapan jawaban terhadap lembar kuesioner.

2. Coding

Memberi kode pada setiap variabel untuk mempermudah peneliti dalam

melakukan tabulasi dan analisa data antara lain jenis kelamin yang

diberikan kode 1 = laki – laki dan 2= perempuan. Pengkodean ini diberikan

untuk mempermudah dalam memasukkan data dan menganalisa data serta

mengklasifikasikan jawaban dari responden menurut jenisnya.

3. Tabulating

Data dikelompokkan menurut kategori yang telah ditentukan, selanjutnya

data ditabulasi dengan cara setiap kuesioner dilakukan pengkodean untuk

keperluan analisis statistik dengan menggunakan bantuan

komputer.Semua data responden telah dikategorikan ke dalam beberapa

kategori antara lain data laki – laki dan perempuan dikategorikan sebagai

data jenis kelamin.


30

4. Entry data

Merupakan suatu proses memasukkan data ke dalam komputer untuk

selanjutnya dilakukan analisis data dengan menggunakan program

komputer. Peneliti memasukkan satu persatu data responden mulai dari

jenis kelamin, usia, intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi .

5. Cleaning data

Data-data yang telah dimasukkan ke program komputer dilakukan

pembersihan agar seluruh data yang diperoleh terbebas dari kesalahan

sebelum dilakukan analisis. Peneliti memeriksa kembali semua data

satu persatu data yang telah dimasukkan ke dalam program yang digunakan.

Peneliti tidak menemukan satu pun data yang hilang atau tidak dimasukkan

dan data yang telah dimasukkan ke dalam program sesuai dengan data

yang ada. Analisa data yang dilakukan meliputi :

a. Analisis univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi nilai rata-rata pada

kelompok sebelum dilakukan pelakuan kompres hangat dan sesudah

dilakukan pelakuan kompres hangat. (Sibagariang, 2010 dalam

Nurhasanah,2014) Pada penelitian ini, yang dilakukan uji univariat

berupa frekuensi dan persentase yaitu umur, jenis kelamin dan suhu

tubuh. Uji univariat suhu tubuh berupa mean.


31

b. Analisis bivariat

Analisis bivariat merupakan analisa data yang dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Pada analisa ini

digunakan uji statistic uji T dikarenakan bahwa data berdistribusi normal

(Sibagariang, 2010 dalam Nurhasanah,2014)


23

Anda mungkin juga menyukai

  • Nebulizer
    Nebulizer
    Dokumen3 halaman
    Nebulizer
    Tika Sandra Dewi
    Belum ada peringkat
  • LP CHF
    LP CHF
    Dokumen11 halaman
    LP CHF
    Tika Sandra Dewi
    Belum ada peringkat
  • Talasemi Seminar An. y
    Talasemi Seminar An. y
    Dokumen38 halaman
    Talasemi Seminar An. y
    Tika Sandra Dewi
    Belum ada peringkat
  • Talasemi Seminar An. y
    Talasemi Seminar An. y
    Dokumen38 halaman
    Talasemi Seminar An. y
    Tika Sandra Dewi
    Belum ada peringkat
  • Senam Hamil2
    Senam Hamil2
    Dokumen15 halaman
    Senam Hamil2
    Tika Sandra Dewi
    Belum ada peringkat
  • Sap PKM
    Sap PKM
    Dokumen8 halaman
    Sap PKM
    Tika Sandra Dewi
    Belum ada peringkat
  • Kritis Edit
    Kritis Edit
    Dokumen19 halaman
    Kritis Edit
    Tika Sandra Dewi
    Belum ada peringkat
  • Nebulizer
    Nebulizer
    Dokumen3 halaman
    Nebulizer
    Tika Sandra Dewi
    Belum ada peringkat
  • Oral Care Mukositis Fix 2
    Oral Care Mukositis Fix 2
    Dokumen6 halaman
    Oral Care Mukositis Fix 2
    Tika Sandra Dewi
    Belum ada peringkat
  • Cover Tryout-1
    Cover Tryout-1
    Dokumen2 halaman
    Cover Tryout-1
    Tika Sandra Dewi
    Belum ada peringkat
  • Senam Hamil2
    Senam Hamil2
    Dokumen15 halaman
    Senam Hamil2
    Tika Sandra Dewi
    Belum ada peringkat
  • Makalah Kritis
    Makalah Kritis
    Dokumen38 halaman
    Makalah Kritis
    Tika Sandra Dewi
    Belum ada peringkat
  • Sap PKM
    Sap PKM
    Dokumen8 halaman
    Sap PKM
    Tika Sandra Dewi
    Belum ada peringkat
  • Role Play Isos
    Role Play Isos
    Dokumen5 halaman
    Role Play Isos
    Tika Sandra Dewi
    Belum ada peringkat
  • KATA PENGANTAR Daftar Isi
    KATA PENGANTAR Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    KATA PENGANTAR Daftar Isi
    Tika Sandra Dewi
    Belum ada peringkat
  • Sop Npa
    Sop Npa
    Dokumen2 halaman
    Sop Npa
    mukhtamila
    83% (6)
  • Lo (Gloving)
    Lo (Gloving)
    Dokumen2 halaman
    Lo (Gloving)
    NAJF
    Belum ada peringkat
  • Keperawatan Gerontik
    Keperawatan Gerontik
    Dokumen19 halaman
    Keperawatan Gerontik
    Dewi Hikmawati
    Belum ada peringkat
  • Sop Opa
    Sop Opa
    Dokumen2 halaman
    Sop Opa
    Tika Sandra Dewi
    Belum ada peringkat
  • Resume Jamban Sehat
    Resume Jamban Sehat
    Dokumen12 halaman
    Resume Jamban Sehat
    Tika Sandra Dewi
    Belum ada peringkat
  • Trauma Medulla Spinalis
    Trauma Medulla Spinalis
    Dokumen12 halaman
    Trauma Medulla Spinalis
    Tika Sandra Dewi
    Belum ada peringkat
  • Halusinasi Kel5
    Halusinasi Kel5
    Dokumen28 halaman
    Halusinasi Kel5
    Laila Karisa
    Belum ada peringkat
  • Role Play Isos
    Role Play Isos
    Dokumen5 halaman
    Role Play Isos
    Tika Sandra Dewi
    Belum ada peringkat
  • SPTK Halusinasi
    SPTK Halusinasi
    Dokumen4 halaman
    SPTK Halusinasi
    Tika Sandra Dewi
    Belum ada peringkat
  • Sop Pemasangan BVM
    Sop Pemasangan BVM
    Dokumen2 halaman
    Sop Pemasangan BVM
    Tika Sandra Dewi
    Belum ada peringkat
  • Isolasi Sosial
    Isolasi Sosial
    Dokumen46 halaman
    Isolasi Sosial
    Tika Sandra Dewi
    100% (1)
  • Lo - Bebat Kepala
    Lo - Bebat Kepala
    Dokumen5 halaman
    Lo - Bebat Kepala
    Siti Yunaydah
    Belum ada peringkat
  • Resume Jamban Sehat
    Resume Jamban Sehat
    Dokumen12 halaman
    Resume Jamban Sehat
    Tika Sandra Dewi
    Belum ada peringkat
  • Keperawatan Gerontik
    Keperawatan Gerontik
    Dokumen19 halaman
    Keperawatan Gerontik
    Dewi Hikmawati
    Belum ada peringkat