Anda di halaman 1dari 14

uhandayani

mamakreatif

Pedoman Kerja
Pencegahan dan
Penanggulangan Infeksi
Ditulis olehmamakreatif Juni 15, 2016 
Di Susun Oleh :

MANGAYU HANDAYANI, Amd. KL

 
BAB  I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di Puskesmas,


perlu dilakukan pengendalian infeksi, diantaranya adalah
pengendalian infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial masih
banyak dijumpai di Puskesmas dan biasanya merupakan
indikator bagi pengukuran tentang seberapa jauh
puskesmas tersebut telah berupaya mengendalikan infeksi
nosokomial.

Pengendalian infeksi nosokomial dipelopori oleh


Nightingale, Simmelweis, Lister dan Holmes melalui
praktek-praktek hygiene dan penggunaan antiseptik.
Tantangan dalam pengendalian infeksi nosokomial semakin
kompleks dan sering disebut disiplin epidemiologi
puskesmas.
Kerugian ekonomik akibat infeksi nosokomial dapat
mencapai jumlah yang besar, khususnya untuk biaya
tambahan lama perawatan, penggunaan antibiotika dan
obat-obat lain serta peralatan medis dan kerugian tak
langsung yaitu waktu produktif berkurang, kebjiakan
penggunaan antibiotika, kebijakan penggunaan
desinfektan serta sentralisasi sterilisasi perlu dipatuhi
dengan ketat.

1. Tujuan
2. Tujuan Umum

Meningkatkan mutu pelayanan puskesmas melalui


pencegahan dan pengendalian infeksi yang dilaksanakan
oleh semua departemen/ unit dengan meliputi kualitas
pelayanan, management resiko, clinical governace, serta
kesehatan dan keselamatan kerja.

2. Tujuan Khusus
 Sebagai pedoman pelayanan bagi staf PPI
dalam melaksanakan tugas,wewenang dan
tanggung jawab secara jelas.
 Menggerakan segala sumber daya yang ada
dirumah sakit dan fasilitas kesehatan lain
secara efektif dan efisien.
 Menurunkan angka kejadian infeksi dirumah
sakit secara bermakna.
 Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan
pelayanan PPI puskesmas.

1. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan Pencegahan dan pengendalian
infeksi meliputi kewaspadaan standar untuk pelayanan
semua pasien. Meliputi :

1. Kebersihan tangan/ hand hygiene


2. Alat pelindung diri ( APD ) set, terdiri dari
sarung tangan, masker, kaca mata Goggle
( kaca mata pelindung ), Face shield
( pelindung wajah ), respirator, gaun/ apron,
sepatu tertutup.
3. Peralatan perawatan pasien
4. Pengendalian lingkungan
5. Penatalaksanaan linen
6. Kesehatan karyawan
7. Penempatan pasien
8. Hygiene resprasi/ etika batuk dan bersin
9. Praktek menyuntik yang aman

BAB II
STANDART KETENAGAAN
 
 Standar Ketenagaan

Standart ketenagaan tim PPI Puskesmas , terdiri dari :

1. Ketua : Suhenang S.kep. Ns.


2. Sekertaris : Nurul Faridah S. Kep. Ns.
3. Anggota, terdiri dari :
1. Perawat
2. Bidan
3. Tenaga Laboratorium
4. Farmasi
5. Sanitasi
6. Petugas kebersihan

 Kualifikasi Ketenagaan
1. Ketua : Sarjana Keperawatan
2. Sekertaris : Sarjana Keperawatan
 Tugas tim PPI

Adapun tugas dari tim PPI adalah sebagai berikut :

1. Melakukan sosialisasi PPI agar kebijakan


dapat dipahami dan dilaksanakan oleh
Petugas Puskesmas.
2. Membuat SOP PPI
3. Menyusun dan mengevaluasi pelaksanaan PPI
dan Program Diklatnya
4. Memberikan Konsultasi terhadap petugas
puskesmas
5. Memberikan masukan yang menyangkut
konstruksi bangunan dan pengadaan alat dan
bahan kesehatan, renovasi bangunan, cara
pemrosesan alat, penyimpanan alat dan linen
sesuai dengan prinsip PPI
6. Melakukan pengawasan terhadap tindakan
yang menyimpang dari standart prosedur/
monitoring surveilans proses.
7. Melakukan pengamatan PPI puskesmas
dengan menggunakan daftar tilik
pemantauan pencegahan dan pengendalian
infeksi.
 
BAB III
KEWASPADAAN STANDART PPI

Kewaspadaan Standart untuk pelayanan semua pasien,


meliputi :

1. Kebersihan tangan/ hand hygiene


 Kuku harus selalu dipotong pendek, tidak
memakai perhiasan dan tidak boleh memakai
kuku palsu saat merawat pasien
 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
harus dilakukan dengan 7 langkah pada saat :
 Sebelum dan setelah melepas srung tangan
 Sebelum tindakan aseptis : pemasangan
keteter intravena, kateter urin dan vaskuler
perifer
 Sebelum dan setelah kontak langsung dengan
kulit pasien saat merawat
 Bila tangan beralih dari area tubuh
terkontaminasi menuju area bersih,
termasuk perawatan pasien yang sama
 Setelah menyentuh darah, cairan tubuh,
sekresi, ekskresi, kulit yang tidak utuh, ganti
verband, walaupun teah memakai sarung
tangan.
 Setelah kontak dengan lingkungan dan benda
mati ( alt medik, tempat tidur, meja, saklar
lampu ) di area pasien
 Setelah makan, minum dan menggunakan
toilet
 Setelah menyentuh cairan tubuh pasien
 Bila kontak dengan diduga spora, karena
alkhohol, khlorhexidin, iodofor,aktifitasnya
lemah terhadap spora.
 Sebelum keluar ruangan pasien, setelah
melepas dan membuang APD
 Cuci tangan bisa dilakukan dengan sabun dan
air mengalr atau dengan alkhohol handrub
(bila tangan tidak tampak kotor )
2. Alat Pelindung diri ( APD ) set
 Gunakan APD sesuai ukuran dan jenis
tindakan
 Pakai sarung tangan sekali pakai, saat
merawat pasien langsung
 Pakai sarung tangan skai pakai atau ulang
untuk membersihkan lingkungan
 Lepaskan sarung tangan segera setelah
selesai, sebelum menyentuh benda dan
permukaan yang tidak terkontaminasi,
sebelum beralih ke pasien lain
 Jangan memakai sarung tangan yang sama
untuk pasien berbeda
 Gantilah sarung tangan bila tangan berpndah
dari area tubuh terkontaminasi ke area
bersih
 Pakailah kacamata goggle untuk melindungi
konjungtiva, mukus membran mata, hidung
mulut selama, melaksanakan prosedur dan
aktifitas perawayan pasien yang beresiko
terjadi cipratan/ semprotan dari darah,
cairan tubuh, sekresi dan ekskresi
 Secara umum dapat digunakan masker bedah
untuk mencegah transmisi melalui partikel
besar dari droplet saat kontak erat ( < 3 M )
dari pasien saat batuk/ bersin. Pakailah
selama tindakan yang menimbulkan aerosol
walaupun pada pasien tidak diduga infeksi.
 Kenakan gaun ( bersih, tidak harus steril )
untuk melindungi kulit, mencegah baju
menjadi kotor, kulit terkontaminasi selama
prosedur/ merawat pasien yang
memungkinkan terjadinya percikan/
semprotan cairan tubuh pasien
 Bila gaun tembus cairan, perludilapisi apron
tahan cairan mengantisipasi cipratan/
semprotan
 Pakailah sepatu boot untuk melindungi kakai
dan cipratan/ semprotan dari darah, cairan
tubuh, sekresi dan ekskresi
3. Peralatan perawatan pasien
 Buat SOP untuk menampung, transportasi,
pengelolaan, peralatan yang mungkin
terkontaminasi darah atau cairan tubuh
 Lepaskan bahan organik dar peralatan
dengan bahan pembersih yang sesuai
sebelum di desterilkan
 Tangani peralatan pssien yang terkena
darah, cairan tubuh sekresi, ekskeri dengan
benar sehingga kulit dan mukus membran
terlindungi, cegah baju terkontaminasi,
cegah traansfer mikroba lain dengan
lingkungan
 Pastikan peralatan yang telah dipakai untuk
pasien infeksius telah dibersihkan dan idak
dipakai untuk pasien lain. Pastikan peralatan
sekali pakai dibuang dan dimusnahkan
dengan cara yang benar dan peralatan pakai
ulang diproses dengan benar.
 Peralatan yang terkontasminasi didisinfeksi
setelah dipakai selanjutnya di DTT dan
sterilisasi
 Permukaan peralatan yang besar di lap
dengan cairan disinfektan, setelah keluar
dari ruangan isolasi
 Bersihkan dan desinfeksi yang benar
peralatan terapi pernapasan, bila perlu
memakai sungkup disposable
 Alat makan dicuci dengan deterjen tiap
setelah makan.
4. Pengendalian lingkungan
 Fasilitas kesehatan harus membuat dan
melaksanakan prosedur rutin untuk
pembersihan, dsinfeksi permukaan
lingkungan, tempat tidur, peralatan
disamping tempat tidur dan pinggirannya,
pastikan kegiatan ini dimonitor.
 Pembersihan harus mengawali desinfeksi
 Pembersihan di tujukan untuk mencegah
aerosolisasi, sehingga menurunkan
pencemaran lingkungan
 Mempunyai desinfektan standar untuk
menghilangkan patogen secara signifikan,
pada permukaan terkontaminasi, sehingga
memutuskan rantai penularan penyakit.
 Desinfeksi
5. Penatalaksanaan linen
 Penanganan, transportasi dan proses linen
yang terkena darah, cairan tubuh, sekresi,
ekskresi harus dilaukan dengan prosedur
yang benar untuk mencegah kulit, mukus
membran terekspos dan terkontaminasi
linen, atau terjadi transfer mikroba ke
pasien lain, petugas dan lingkungan.
 Membuang kotoran pada linen, ke toilet dan
di letakkan dalam kantong linen
 Mencuci dan mengeringkan linen sesuia SOP
 Petugas menangani linen dengan
menggunakan APD
6. Kesehatan karyawan
 Mencegah terjadinya luka/ cedera saat
melakukan tindakan menggunakan jarum,
scalpel, dan alat tajam lain, setelah
melakukan prosedur, saat membersihkan
instrumen dan saat membuang jarum
 Jangan tutup/ recap jarum yang telah
dipakai, menekuk jarum, mematahkan dan
melepas jarum dari spuit. Dimasukkan
kedalam safety box dan di buang di TPS
limbah medis
 Pakai mouthpiece, resusitasi bag, atau
peralatan ventilasi lain pengganti metoda
resusitasi mulut ke mulut
 Tidak mengarahkan bagian tajam jarum ke
bagian tubuh, selain akan menyuntik
7. Penempatan pasien
 Menempatkan pasien yang potensial
mengontaminasi lingkungan, kedalam ruang
rawat yang terpisah
 Bila ruang isolasi tidak memungkinkan,
mengupayakan pemisahan.
 Penempatan sesuai dengan jenis
kewaspadaan terhadap transmisi infeksi
8. Hygiene respirasi/ etika batuk dan bersin
 Mengendalikan penyebaran patogen dari
pasien yang terinfeksi untuk transmisi
kepada kontak yang tidak terlindungi. Untuk
penyakit yang ditransmisikan melalui droplet
nuklei maka etika batuk harus diterapkan
kepada semua individu dengan gejala
gangguan pada saluran nafas.
9. Praktek menyuntik yang aman
 Pakai jarum yang steril, sekali pakai tiap kali
penyuntikan, untuk mencegah kontaminasi
pada peralatan injeksi terapi.
 Bila memungkinkan gunakan juga vial sekali
pakai walupun multidose.

 
BAB IV
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN
 
 Risiko yang mungkin terjadi pada
pencegahan dan penanggulangan infeksi
adalah:
 Risiko yang terkait dengan pelayanan pasien
 Risiko yang terkait dengan sarana dan
prasarana
 Risiko financial
 Risiko lain (yang lain, misalnya yang terkait
dengan penggunaan kendaraan/alat
transportasi, misalnya ambulans, vans,
sepeda motor dsb)
Untuk mencegah terjadinya kasus diatas maka pelayanan
puskesmas dalam melaksanakan pelayanannya harus
senantiasa memperhatikan Keselamatan pasien (patient
safety). Upaya Keselamatan Pasien adalah  reduksi dan
meminimalkan tindakan yang tidak aman dalam sistem
pelayanan kesehatan sebisa mungkin melalui praktik yang
terbaik untuk mencapai luaran klinis yang optimum.

 Sasaran Keselamatan Pasien meliputi :


 Ketepatan identifikasi pasien;
 Peningkatan komunikasi yang efektif;
 Peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai;
 Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur,
tepat-pasien
 Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan;
 Pengurangan risiko pasien jatuh
 
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
 Tujuan Keselamatan Kerja
o Meningkatnya kemampuan tenaga
puskesmas memecahkan masalah
sekehatan kerja diwilayah kerja
puskesmas. Teridentifikasinya
permasalahan kesehatan kerja
dilingkungan Puskesmas
o Teridentifikasi potensi masyarakat
diwilayah kerja puskesmas kawasan
o Terlaksananya pelayanan kesehatan
kerja yang berkualitas.
o Terselenggaranya kemitraan dengan
para donatur dalam pelayanan
o Terselenggaranya koordinasi lintas
program dan lintas sector

 Strategi Keselamatan Kerja


o Melindungi petugas dari setiap
kecelakaan kerja yang mungkin timbul
dari pekerjaan dan lingkungan kerja.
o Membantu petugas menyesuaikan diri
dengan pekerjaannya.
o Memelihara atau memperbaiki keadaan
fisik, mental, maupun sosial
o Pakai APD pada tindakan tertentu :
pengumpulan sampah medis dan non
medis, pelaksanaan kegiatan kebersihan
di puskesmas.
 
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
 Pengendali Mutu PPI

Sasaran mutu ditetapkan berdasarkan standart


kinerja/standart pelayanan minimal yang meliputi
indikator penyelenggaraan upaya puskesmas.

Perencanaan disusun dengan memperhatikan kebutuhan


dan harapan pelanggan , hak dan kewajiban pelanggan,
serta upaya untuk mencapai sasaran kinerja yang
ditetapkan.
 

 Tujuan Pengendali Mutu Upaya Kesling


o Terwujudnya pelayanan berkualitas
o Untuk meningkatkan kepuasan
masyarakat terhadap kualitas pelayanan
di pukesmas
o Untuk meningkatkan cakupan pelayanan
 Jenis Kegiatan Pengendali Mutu kesling

Indikator mutu ini di monitor setiap bulan dengan cara


melakukan sampling kelengkapan rekam medis sebanyak
10 persen dari jumlah kunjungan dalam 1 bulan.

Hasil capaian indikator  mutu ini kemudian dilaporkan  ke


ketua tim mutu UKP setiap bulan kepada ketua tim mutu
ukp untuk di analisa dan evaluasi.

BAB  IX
PENUTUP
 

Demikian buku pedoman layanan ini disusun sebagai acuan


pelayanan di unit pelayanan klinik sanitasi, dengan adanya
buku pedoman ini diharapkan semua petugas di unit
pelayanan bisa mengerti kegiatan yang ada di unit-unit
pelayanan dan cara melakukannya.

Anda mungkin juga menyukai