Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN KEPATUHAN PERAWAT MENCUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN

HAIs
(FLEBITIS) DI RUMAH SAKIT DIRGAHAYU SAMARINDA

1
Margaretha Siulina, 2 Sholichin , 3 Annisa A’in
1
Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Kesehatan Wiyata Husada Samarinda
2
Akper Pemprov Tingkat I Samarinda
3
Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Kesehatan Wiyata Husada Samarinda

ABSTRAK

Rumah sakit adalah sistem pelayanan kesehatan yang didalamnya terdapat sistem
surveilens sebagai upaya pengendalian dan pencegahan infeksi karena rumah sakit
merupakan salah satu sumber infeksi seperti kejadian flebitis. Tindakan dalam
pengendalian dan pencegahan infeksi ini yaitu melakukan cuci tangan sesuai standar
prosedur operasional dengan menggunakan metode handwash atau handscrub. Tujuan
peneliti adalah untuk mengetahui hubungan kepatuhan mencuci tangan perawat dengan
kejadian HAIs (Flebitis) di Rumah Sakit Dirgahayu Samarinda. Jenis penelitian
menggunakan desain deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah
sampel sebanyak 23 perawat IGD dan 23 pasien yang terpasang infus oleh perawat di
IGD. Pengumpulan data dengan menggunakan observasi dan analisa data dilakukan
secara univariat dan bivariat menggunakan uji Chi-Square. Sebanyak 56,5% perawat
yang kurang patuh dalam melaksanakan cuci tangan sesuai prosedur, angka kejadian
flebitis 44%. Sedangkan perawat patuh mencuci tangan 43,5%, tidak terjadi flebitis 56%.
Hasil analisis menunjukan ada hubungan antara kepatuhan perawat mencuci tangan
dengan kejadian HAIs (flebitis) (p=0,000), (p < 0,05). Kesimpulan dalam penelitian ini
adalah ada hubungan kepatuhan perawat mencuci tangan dengan kejadian HAIs
(Flebitis). Diharapakan semua perawat dapat melakukan cuci tangan sesuai Standar
Prosedur Operasional (SPO) dengan baik dan benar sebelum dan sesudah melakukan
tindakan sehingga angka kejadian HAIs (Flebitis) tidak terjadi.

Kata kunci : Kepatuhan Perawat, Cuci Tangan, Flebitis.

1|Jurnal Medika
PENDAHULUAN Indonesia sebesar 7,1 % (Wikansari, 14).
Rumah sakit merupakan sistem Dari data WHO angka kejadian HAIs di
pelayanan kesehatan yang di dalamnya rumah sakit sekitar 3-21% dimana HAIs
terdapat sistem surveilens sebagai upaya merupakan persoalan serius yang dapat
pengendalian dan pencegahan infeksi. menjadi penyebab langsung maupun
Rumah sakit mempunyai peran startegis tidak langsung kepada pasien.
untuk peningkatan kesehatan HAIs merupakan masalah terbesar
masyarakat Indonesia. Peningkatan di rumah sakit di seluruh dunia.
kesehatan dimulai dari keselamatan Sebanyak 1,7 juta pertahun dan hampir
pasien seperti tindakan cuci tangan 100.000 kematian diakibatkan oleh HAIs
sebelum menyentuh pasien, sterilisasi di Kota Amerika (Sumiarty, 2014). HAIs
alat, menggunakan sarung tangan steril ini berdampak buruk bagi pasien yang di
bila melakukan tindakan steril, monitoring rawat dirumah sakit karena dapat
terhadap infeksi, dan melakukan audit menimbulkan angka kesakitan dan
medis (Cahyono, 2008). kematian bila tidak di tangani secepatnya.
Setiap tahun diperkirakan dua juta Adapun jenis HAIs yang terjadi yaitu
pasien mengalami infeksi pada saat di bakteriemia dimana pasien menunjukkan
rumah sakit, infeksi ini diakibatkan karena demam tinggi setelah 3 x 24 jam di rawat
ada transmisi organisme patogen yang di rumah sakit dengan suhu 38 5oC
didapat pasien dalam waktu 3 x 24 jam (terjadi saat tindakan invasif seperti
pertama masa hospitalisasi (Napitupulu, pemasangan infus, infeksi saluran kemih
2009). Kepatuhan untuk mencuci tangan saat dilakukan kateterisasi, infeksi
di kalangan tenaga kesehatan baru saluran cerna, dan infeksi saluran
mencapai 50%, padahal dalam nafas).
lingkungan perawatan kesehatan, tangan Potter, 2005 mengatakan
merupakan salah satu media penularan pemasangan infus merupakan tindakan
yang paling efesien untuk penularan yang dilakukan pada pasien yang
infeksi nasokomial (Schaffer, 2000). memerlukan cairan atau obat langsung ke
Soeroso, 2000 mengatakan dinegara dalam pembuluh darah vena dalam jumlah
berkembang termasuk Indonesia, rata-rata dan waktu tertentu dengan menggunakan
infeksi nasokomial atau yang sekarang infus set. Weinstein, 2001 menyebutkan
disebut HAIs adalah 9,1% dengan variasi flebitis merupakan iritasi vena oleh alat IV,
6,1%-16,0%. Di Indonesia kejadian ini obat-obatan atau infeksi yang ditandai
setiap rumah sakit beragam. Revalensi dengan kemerahan dan bengkak.
infeksi asokomial yang terjadi di Sehingga terjadi hubungan antara

2|Jurnal Medika
pemasangan infus dengan flebitis karena hasil pengamatan dilapangan perawat
mendapat terjadi perlukaan di vena dan melakukan tindakan pemasangan infus di
mendapat terapi intravena yang IGD yang tidak melakukan cuci tangan
merupakan salah satu tindakan tetapi hanya mengganti handscoen
keperawatan. Dan ini juga menjadi salah setelah itu diobservasi keruangan ada 4
satu faktor terjadi HAIs akibat dari pasien yang mengalami bengkak dan
pemasangan infus. (e-Journal tampak kemerahan di sekitar
Keperawatan, 2014). pemasangan infus tersebut selama 1
Flebitis dikarakteristikkan dengan hari. Saat itu, perawat yang dinas pagi
adanya satu atau lebih tanda nyeri, ada 6 orang dan perawat yang tidak
kemerahan, bengkak, indurasi dan serta mencuci tangan sekitar 4 orang. Tindakan
mengeras di bagian vena yang terpasang infus dilakukan jam 10.00 wita dari IGD
kateter intravena (Smeltzer & Bare, 2001). dan jam 17.00 wita dilakukan pengamatan
Flebitis juga dikarakteristikkan dengan di ruangan terjadi flebitis di tempat
adanya rasa lunak pada area insersi atau pemasangan infus.
sepanjang vena. Insiden flebitis
meningkat sesuai dengan lamanya
METODE PENELITIAN
pemasangan jalur intravena, komposisi
Penelitian ini merupakan penelitian
cairan atau obat yang diinfuskan
deskriptif korelasional yaitu penelitian
(terutama pH
untuk mengkaji hubungan antara dua
antonisitasnya, ukuran dan tempat kanula
variabel yaitu variabel bebas dan variabel
dimasukkan, pemasangan jalur IV yang
terikat (Nursalam, 2008). Dalam penelitian
tidak sesuai, dan masuknya
ini menggunakan pendekatan “cross
mikroorganisme saat penusukan)
sectional” yaitu jenis penelitian yang
(Smeltzer & Bare, 2001).
menekannya pada waktu pengukuran atau
Data PPI (Pengendalian dan
observasi data variabel dan data hanya
Pencegahan Infeksi) yang didapat rumah
satu kali saja (Nursalam, 2008).
sakit Dirgahayu dari bulan Januari -
Populasi dalam penelitian ini adalah
Oktober 2015, perawat yang patuh dalam
perawat di ruang IGD yang bertugas di
mencuci tangan sekitar 8% - 67%.
Rumah Sakit Dirgahayu Samarinda.
Jumlah penderita yang mengalami flebitis
Jumlah populasi pada penelitian ini
dari bulan Januari - Oktober 2015
adalah seluruh perawat pelaksana di IGD
berjumlah 6 kasus. Hal ini juga
dengan jumlah 23 orang di rumah Sakit
didukung oleh studi pendahuluan yang
Dirgahayu.
dilakukan pada tanggal 7 Januari 2016,
Teknik pengambilan sampel

3|Jurnal Medika
menggunakan total sampling yaitu cara Berdasarkan tabel 1. di atas
pengumpulan sampel dengan didapatkan data menunjukkan mayoritas
berdasarkan jumlah populasi (Sugiyono, responden perawat patuh dalam mencuci
2011). Dengan demikian, maka peneliti tangan berjumlah 10 orang (43,5%) dan
mengambil sampel responden sebanyak yang kurang patuh ada 13 orang (56,5%).
23 orang. Metode cuci tangan dapat menggunakan
handwash atau handscrub. Sebelum
INSTRUMEN PENELITIAN tindakan pemasangan infus penilaian
Alat ukur pengumpulan data patuh apabila prosedur cuci tangan
menggunakan lembar observasi. seluruhnya sesuai dengan SPO dan yang
kurang patuh melakukan cuci tangan
dengan penilaian apabila terdapat satu
HASIL PENELITIAN DAN
atau lebih prosedur cuci tangan yang tidak
PEMBAHASAN
sesuai dengan SPO. Sebagian perawat
Pada bab ini peneliti membahas yang kurang patuh dalam mencuci tangan
hasil penelitian Hubungan Kepatuhan menyatakan jarak wastafel yang jauh,
Perawat Mencuci Tangan dengan banyak pasien yang harus dilayani
kejadian HAIs (Flebitis) di Rumah Sakit secara cepat dan tanggap, serta
Dirgahayu Samarinda. Penelitian memakai handscoen juga.
dilaksanakan pada tanggal 12 April 2016 Hasil penelitian ini didukung juga
- 14 April 2016. Hasil penelitian ini beberapa penelitian yang lain dilakukan
disajikan melalui tabel sesuai dengan sebelumnya yaitu pada penelitian Lilik
analisa univariat dan bivariat. Zuhriyah (2000) denga Gambaran
Bakteriologis Tangan Perawat yang
didapatkan hasil penelitiannya 4,4%
ANALISA UNIVARIAT
tangan perawat di rumah sakit membawa
Tabel 1. Distribusi Responden
bakteri penyebab HAIs. Hasil penelitian
berdasarkan Kepatuhan Perawat Mencuci
Nogueras (2001) diketahui bahwa ternyata
Tangan.
mencuci tangan sebelum menangani
n (%)
Kepatuhan Perawat pasien belum dapat mematikan bakteri
Mencuci Tangan akan tetapi mampu meniadakan
keberadaan bakteri patogen.
Patuh 10 43,5 Meskipun kuman yang didapatkan
Tidak Patuh 13 56,5 tidak patogen dan hanya didapatkan 20%
Total 23 100 perawat saja akan tetapi mencuci tangan

4|Jurnal Medika
dengan baik dan benar tetap dianjurkan tindakan perawatan meskipun memakai
untuk mengurangi kejadian HAIs, sarung tangan atau alat pelindung lain
diperkirakan paling tidak 50% infeksi di untuk menghilangkan atau mengurangi
rumah sakit dapat di cegah dengan mikroorganisme yang ada ditangan
mencuci tangan. sehingga penyebaran penyakit dapat
Penelitian ini diperkuat oleh hasil dikurangi dan lingkungan terjaga dari
penelitian Neila Fauzia (2014) dengan infeksi. Indikasi cuci tangan harus
Kepatuhan Standar Prosedur Operasional dilakukan pada saat yang diantisipasi
Hand Hygiene pada perawat dimana hasil akan terjadi perpindahan kuman melalui
penelitiannya berdasarkan hasil tangan, yaitu sebelum melakukan tindakan
observasi dengan menggunakan ceklist yang dimungkinkan terjadi pencemaran
SPO, hamper semua pelaksanaan dan setelah melakukan tindakan yang
langkah cuci tangan berdasarkan SPO dimungkinkan terjadi pencemaran.
rata-rata masih tergolong rendah yaitu Mencuci tangan merupakan teknik
berkisar dari 36%-42%. Hal ini sesuai dasar yang paling penting dalam
dengan teori yang menyatakan bahwa pencegahan dan pengontrolan infeksi.
banyak petugas kesehatan yang tidak Mencuci tangan merupakansalah satu
taat dengan prosedur cuci tangan, faktor aseptik, menurut Depkes RI
dengan berbagai alasan diantaranya (2011) salah satu indikasi mencuci
infrastruktur dan peralatan cuci tangan, tangan ada beberapa hal antara lain
letaknya kurang startegis, terlalu sibuk, setelah tiba di tempat kerja, sebelum
sudah menggunakan sarung tangan, kontak langsung dengan pasien, sebelum
kulitnya hygiene. Mencuci tangan selama memakai sarung tangan sebelum
tindakan keperawatan merupakan cara pemeriksaan klinis dantindakan infasive
yang paling efektif untuk mencegah (pemberian suntikan intra vaskuler,
terjadinya infeksi nasokomial di sebelum menyediakan / mempersiapkan
lingkungan rumah sakit. Tenaga obat - obatan, sebelum mempersiapkan
kesehatan yang paling rentan dalam makanan, sebelum memberi makan
penularan infeksi adalah perawat karena pasien, sebelum meninggalkan rumah
24 jam mendampingi pasien, sehingga sakit, untuk menghindari kontaminasi
mengambil peran yang cukup besar silang, setelah kontak dengan pasien,
dalam memberikan kontribusi terhadap setelah melepas sarung tangan, setelah
pencegahan infeksi nasokomial. melepas alat pelindung diri, setelah
Cuci tangan harus dilakukan dengan kontak dengan darah, cairan tubuh,
benar sebelum dan sesudah melakukan sekresi, ekskresi, eksudat luka dan

5|Jurnal Medika
peralatan yang diketahui atau kedua tangan dengan air mengalir,
kemungkinan terkontaminasi dengan keringkan dengan handuk sekali pakai
darah, cairan tubuh, ekskresi (urinal) atau tissue towel sampai benar-benar
apakah menggunakan atau tidak kering, gunakan handuk sekali pakai atau
menggunakan sarung tangan dan setelah issue towel untuk menutup kran air.
menggunakan toilet, menyentuh hidung Teknik mencuci tangan
dengan tangan. menggunakan handscrub antiseptic
Adapun persiapan mencuci dengan cara yaitu tuangkan secukupnya
tangan dengan baik dan benar antara lain handscrub berbasis alcohol untuk dapat
air mengalir, sabun, larutan antiseptik mencakup seluruh permukaan tangan
yang mempunyai sifat menghambat dan jari, gosokkan larutan dengan teliti
mikroorganisme secara luas, tidak dan benar pada kedua belah tangan
mengakibatkan iritasi kulit dan alergi. khususnya diantara jari-jari jemari dan
Setelah melakukan persiapan cuci tangan dibawah kuku hingga kering. Handscrub
adapun teknik mencuci tangan sesuai antiseptik tidak menghasilkan kotoran
SPO (Standar Prosedur Operasional) atau zat organik, sehingga jika tangan
yang berdasarkan WHO (World Health sangat kotor atau terkontaminasi oleh
Organization) ada dua langkah teknik darah atau cairan tubuh, harus mencuci
mencuci tangan yaitu menggunakan tangan dengan sabun dan air terlebih
sabun dan air serta menggunakan dahulu. Selain itu, untuk mengurangi
handscrub. Teknik mencuci tangan penumpukan emolien pada tangan
menggunakan sabun dan air dilakukan setelah pemakaian handscrub
dengan cara basahi tangan dengan air antiseptik berulang, tetap diperlukan
mengalir yang bersih, tuangkan sabun mencuci tangan dengan sabun dan air
secukupnya, pilih sabun cair, ratakan setiap kali setelah 5-10 kali aplikasi
dengan kedua telapak tangan, gosok handscrub. Terakhir, handscrub yang
punggung dan sela-sela jari tangan kiri hanya berisi alkohol sebagai bahan
dengan tangan kanan dan sebaliknya, aktifnya, memiliki efek residual yang
gosok kedua telapak tangan dan sela-sela terbatas dibandingkan dengan handscrub
jari, jari-jari sisi dalam dari kedua tangan yang berisi campuran alkohol dan
saling mengunci, gosok ibu jari kiri antiseptik seperti khlorheksidin.
berputar dalam genggaman tangan kanan Hal-hal yang harus diperhatikan
dan lakukan sebaliknya, gosok dengan dalam menjaga kebersihan tangan adalah
memutar ujung jari-jari di telapak tangan jari tangan, kuku buatan, cat kuku dan
kanan dan lakukan sebaliknya, bilas perhiasan. Adapun faktor yang

6|Jurnal Medika
mempengaruhi kepatuhan perawat dalam (44%) yang mengalami flebitis dan tidak
mencuci tangan yaitu faktor internal dan mengalami flebitis berjumlah 13 orang
eksternal. Faktor internal meliputi (56%). Kejadian flebitis di nilai selama 3
karateristik perawat dimana di dalamnya hari berturut - turut. Adapun pasien yang
terdapat variabel demografi, kemampuan akan di nilai adalah pasien yang dirawat di
perawat, persepsi perawat, motivasi. Dan ruang IGD dan juga pasien yang telah di
faktor eksternal meliputi komunikasi, rujuk IGD ke ruang rawat inap.
keyakinan dan dukungan sosial. Karateristik flebitis yang dinilai adalah
Menurut asumsi penelitian demam, nyeri, bengkak, kemerahan dan
berdasarkan data yang diperoleh bahwa vena cord teraba. Infus pasien dinyatakan
kepatuhan perawat mencuci tangan flebitis apabila memenuhi salah satu
dalam melakukan tindakan keperawatan atau keseluruhan tanda flebitis tersebut.
ada sebagian patuh dan sebagian Secara teori, flebitis merupakan
kurang patuh dikarenakan kesibukan infeksi nasokomial yaitu infeksi oleh
melayani pasien saat di IGD sehingga mikro organisme yang dialami oleh
tidak mencuci tangan hanya mengganti pasien yang diperoleh selama dirawat di
handscoen saja. Perawat dikatakan rumah sakit diikuti dengan manifestasi
professional yaitu perawat yang klinis yang muncul sekurang-kurangnya
mempunyai kemampuan, tanggung 3x24 jam. Penelitian ini diperkuat oleh
jawab dan kewenangan dalam penelitian Sari Dewi Kusumawati (2015)
melaksanakan pelayanan keperawatan dengan Hubungan Pelaksanaan Standar
atau asuhan keperawatan maka sikap Prosedur Operasional pemasangan infus
perawat harus bias mengurangi resiko dengan kejadian Phlebitis dimana hasil
infeksi nasokomial yang ada ditangan observasi peneliti, responden yang
dengan salah satu cara yaitu mencuci mengalami phlebitis derajat 1 sebanyak 6
tangan dengan baik dan benar. responden (16,7%) dengan ciri-ciri merah
atau sakit bila ditekan dan sisanya
Tabel 2. Distribusi Responden sebanyak 5 responden (13,9%) yang
Berdasarkan Hasil Observasi mengalami phlebitis derajat dengan ciri-
Kejadian HAIs (Flebitis). ciri merah, sakit bila ditekan dan edema.
Tanda flebitis N (%) Ariyanto, 2011 mengatakan salah
Ya 10 44 satu faktor penyebab phlebitis karena
Tidak 13 56
bakteri.
Total 23 100
Pada tabel 2 ini menunjukan Berdasarkan hasil penelitian
bahwa responden berjumlah 10 orang pelaksanaan pemasangan infus

7|Jurnal Medika
menunjukkan bahwa pelaksanaan pemasangan jalur intravena, komposisi
mencuci tangan yang sesuai dengan cairan atau obat yang diinfuskan
standar prosedur operasional (terutama pH dan tonisitasnya, ukuran
sebanyak 24 responden (66,7%) dan dan tempat kanula dimasukkan,
yang tidak sesuai dengan standar pemasangan jalur IV yangtidak sesuai,
prosedur operasional sebanyak 12 dan masuknya mikroorganisme saat
responden (33,3%). Pemasangan infus penusukan) (Smeltzer & Bare,
dengan kriteria kurang yang tidak 2001).
melakukan cuci tangan sebelum tindakan Flebitis dapat menyebabkan
sebanyak 8 responden (66,7%). thrombus yang selanjutnya menjadi
Sedangkan pemasangan infus tromboflebitis, perjalanan penyakit ini
dengan kriteria cukup sebanyak 4 biasanya jinak, tapi walaupun demikian
responden (33,3%) dan pemasangan jika trombus terlepas dan kemudian
infus dalam kriteria baik tidak ada. diangkut kealiran darah dan masuk
Mencuci tangan merupakan teknik dasar jantung maka dapat menimbulkan
yang paling sederhana dalam seperti katup bola yang menyumbat
pencegahan dan pengontrolan penularan atrioventikular secara mendadak dan
infeksi (Potter & Perry, 2005). menimbulkan kematian.
Flebitis merupakan suatu peradangan Hal ini menjadikan flebitis sebagai
pada pembuluh darah (vena) yang dapat salahsatu permasalahan yang penting
terjadi karena adanya injuri misalnya oleh untuk dibahas disamping flebitis juga
faktor (trauma) mekanik dan faktor sering ditemukan dalam proses
kimiawi, yang mengakibatkan terjadinya keperawatan (Hidayat, 2006). Penyebab
kerusakan pada endotelium dinding flebitis bias disebabkan oleh agen bahan
pembuluh darah khususnya vena kimia, factor mekanis dan bakteri ke
(Smeltzer & Bare, 2001). dalam suatu organ (Dermawan, 2008).
Flebitis dikarakteristikkan dengan adanya Flebitis yang disebabkan oleh bahan
satu atau lebih tanda nyeri, kemerahan, kimia meliputi jenis cairan infus pH dan
bengkak, indurasi dan serta mengeras di osmolaritas, jenis obat yang dimasukan
bagian vena yang terpasang kateter melalui infus dan jenis kateter infus.
intravena (Smeltzer & Bare, 2001). Flebitis yang disebabkan oleh faktor
Flebitis juga dikarakteristikkan dengan mekanis antara lain lokasi pemasangan
adanya rasa lunak pada area insersi atau infus dan ukuran kanula. Adapun faktor
sepanjang vena. Insiden flebitis bakterial yang dapat menyebabkan
meningkat sesuai dengan lamanya flebitis yaitu teknik pencucian tangan

8|Jurnal Medika
yang buruk, teknik aseptik tidak baik, lokasi pemasangan infus dengan segera
teknik pemasangan kanula yang buruk, sesuai dengan standar prosedur
lama pemasangankanula, perawatan infus operasional pemasangan infus dengan
dan faktor pasien. baik dan benar yang telah ditetapkan oleh
Flebitis dapat dicegah dengan pihak rumah sakit agar mengurangi resiko
caramencegah flebitis bakterial, teknik yang akan terjadi.
aseptik, rotasi kanula, aseptic dressing,
laju pemberian infus dan obat injeksi, ANALISA BIVARIAT
titratable acidity, heparin dan Pengujian hipotesis tentang
hidrikortison dan in-line filter (Darmawan, hubungan antara Kepatuhan Perawat
2008 ). WHO, 2004 menyebutkan faktor Mencuci Tangan dengan kejadian HAIs
yang berhubungan dengan infeksi (Flebitis) di Rumah Sakit Dirgahayu
nasokomial (flebitis) adalah tindakan Samarinda. Dengan menggunakan uji
invasif dan pemasangan infus, statistic Chi-Square dengan uji alternatif
penyalahgunaan antibiotik, prosedur Fisher Exact Test karena 1 cell (25%).
sterilisasi yang tidak tepat dan Pada hasil penelitian dengan 23
ketidaktaatan terhadap peraturan responden menunjukan hasil uji statistik
pengendalian infeksi khususnya mencuci Chi-Square yang menggunakan hasil uji
tangan (teknik aseptik). Fisher Exact Test dengan p < 0,05 berarti
Menurut asumsi penelitian terdapat 10 Ho ditolak dan Ha diterima sehingga
responden (43,5%) mengalami flebitis terjadi hubungan kepatuhan perawat

dikarenakan ada beberapa faktor mekanis, mencuci tangan dengan kejadian HAIs

kimiawi dan faktor bakterial seperti (Flebitis) di rumah sakit Dirgahayu.

pemberian jenis cairan intravena yang Hasil penelitian ini mendukung dari

pekat, obat yang dimasukan didalam beberapa penelitian sebelumnya yaitu

pembuluh darah juga pekat, lokasi penelitian Dwi Ari Mulyani (2014) dengan

pemasangan infus serta ukuran kateter Hubungan Kepatuhan Perawat dalam Cuci

yang tidak sesuai dengan penyakit yang Tangan Enam Langkah Lima Momen

diderita sehingga menyebabkan flebitis. dengan Kejadian Phlebitis menyatakan

Sebelumnya perawat harus mengerti bahwa cuci tangan adalah salah satu

tanda - tanda flebitis yang terjadi seperti cara untuk mencegah terjadinya infeksi

demam, nyeri, kemerahan, bengkak, dan nasokomial, termasuk didalamnya

vena cord teraba sehingga bila terjadi phlebitis.

flebitis perawat harus tanggap dalam Perawat mempunyai andil yang besar

penanganan flebitis seperti mengganti karena berinteraksi dengan pasien

9|Jurnal Medika
selama 24 jam. Kepatuhan perawat dalam kepatuhan pelaksanaan cuci
melakukan cuci tangan enam langkah lima tangansesuai prosedur dengan
Berdasarkan tabel 3. Menyajikan hasil penggunaan sarung tangan dengan
analisis uji Fisher Exact Test. kejadian phlebitis (p<0,05).
Hasil analisis disajikan dalam bentuk Menurut asumsi peneliti mencuci tangan
table silang baris dan kolom. Suatu tabel
yang lengkap terdiri dari jumlah dan harus dilakukan dengan benar sebelum
persentase untuk setiap sel serta nilai p. dan sesudah melakukan tindakan
Apabila desain penelitian kasus kontrol, keperawatan, meskipun memakai
persentase total disajikan ke kolom.
Pada tabel ini menunjukkan nilai sarungtangan atau alat pelindung lain
significancy adalah 0,000 untuk 2-sided untuk menghilangkan atau
(two tail) dan 0,000 untuk 1-sided (one
mengurangi mikroorganisme yang ada
tail). Karena nilai p < 0,05 maka dapat di
ambil kesimpulan bahwa terdapat ditangan sehingga penyebaran penyakit
hubungan antara kepatuhan perawat dapat berkurang dan lingkungan terjaga
mencuci tangandengan kejadian HAIs
dari infeksi.
(Flebitis) di Rumah Sakit Dirgahayu
Samarinda. Momen belum sepenuhnya Biasanya kegagalan dari
dilakukan dengan baik dan benar. menjalankan kebersihan tangan
Berdasarkan data dari tim mutu
keperawatan RSI Kendal tahun 2013, merupakan penyebab utama infeksi
kejadian phlebitis sebesar 3,38%. Jika nasokomial yang sekarang disebut HAIs
angka ini terus meningkat, mutu (infeksi yang terjadi akibat pelayanan
pelayanan keperawatan akan jelek. Hasil
penelitian menunjukkan adanya kesehatan dirumah sakit setelah
hubungan yang bermakna antara 48jam/lebih) dan pelaksanaan mencuci
kepatuhan perawat dalam melakukan tangan yang tidak dilakukan sebelum
cuci tangan enam langkah lima momen
dengan kejadian phlebitis (p = 0,031). melakukan tindakan keperawatan maka
Hasil penelitian ini diperkuat dengan akan mengakibatkan mikroorganisme dan
penelitian Angga Satria (2015) dengan kotoran yang menempel pada tangan
Hubungan antara Kepatuhan Prosedur lebihbanyak sehingga terjadi flebitis.
Cuci Tangan Perawat dengan Selain itu flebitis juga terjadi adanya
penggunaan sarung tangan dengan faktor yang lain tidak hanya dengan
kejadian Plebitis yang hasil penelitian faktor aseptik saja melainkan ada faktor
sebanyak 20% perawat tidak patuh mekanis dan kimiawi. Adapun saran bagi
melaksanakan cuci tangan sesuai setiap rumah sakit dapat menjalankan
prosedur, angka penggunaan sarung kepatuhan perawat dalam mencuci
tangan sebanyak 76%, angka kejadian tangan dengan baik dan benar agar
phlebitis 44%. Hasil analisis lanjut mengurangi angka resiko terjadinya
menunjukan ada hubungan antara flebitis sehingga dapat meningkatkan

10 | J u r n a l M e d i k a
mutu pelayanan dan bagimanajemen Berdasarkan hasil penelitian yang
keperawatan dapat membina perawat dilakukan mengenai hubungan kepatuhan
dan melatih mencuci tangan dengan perawat mencuci tangan dengan
benar dan memberi pengertian bahwa kejadian HAIs (Flebitis) di IGD Rumah
pentingnya kebersihan tangan dan setiap Sakit Dirgahayu Samarinda dapat
kepala ruangan pun dapat melatih rekan diambil simpulan sebagai berikut :
kerja dalam ruangan tersebut. Bagi 1. Pada kepatuhan perawat mencuci
peneliti selanjutnya diharapkan dapat tangan mayoritas responden
meneliti faktor penyebab flebitis dalam mengalami patuh mencuci tangan
tindakan perawatan pasien atau penelitian sebanyak 10 orang (43,5%) dan
tentang penggunaan sarung tangan kurang patuh ada 13 orang (56,5%).
dengan kejadian flebitis atau kasus HAIs 2. Pada hasil observasi tanda flebitis
lainya. menunjukan sebanyak 10 orang
(44%) mengalami flebitis dan yang
KETERBATASAN PENELITIAN tidak mengalami flebitis sebanyak 13
1. Adapun keterbatasan dalam penelitian orang 56%).
ini karena peneliti tidak melakukan 3. Pada hasil penelitian menunjukan
observasi langsung terhadap kepatuhan hasil uji statistik Chi-Square
perawat dalam pemasangan infus sesuai yang menggunakan hasil uji Fisher
SPO (Standar Prosedur Operasional). Exact Test. Karena nilai p < 0,05
2. Peneliti hanya meneliti variabel maka dapat diambil kesimpulan
kepatuhan perawat dalam melakukan bahwa terdapat hubungan antara
mencuci tangan dengan kejadian kepatuhan perawat mencuci tangan
HAIs(Flebitis), dan tidak meneliti semua dengan kejadian HAIs (Flebitis)
faktor lain yang memungkinkan dapat dirumah Sakit Dirgahayu Samarinda.
memicunya flebitis seperti jenis kateter
SARAN
infus, ukuran kanula, teknik 1. Penelitian ini dapat menjadi saran dan
pemasangan kanula, dan faktor pasien. masukan untuk melaksanakan cuci
3. Peneliti hanya meneliti kepatuhan tangan enam langkah sesuai SPO
perawat mencuci tangan diruangan IGD dengan benar untuk mencegah
saja dan tidak meneliti kepatuhan terjadinya flebitis dan meningkatkan
perawat mencuci tangan di rawat inap mutu pelayanan kesehatan serta
yang dapat memicu terjadi flebitis pada menurunkan angka resiko kejadian
responden. HAIs(Healthcare Associated Infection).
SIMPULAN 2. Sebagai tenaga keperawatan yang

11 | J u r n a l M e d i k a
profesional dapat menerapkan dan
melakukan prosedur cuci tangan DepKes R.I. Pedoman Pelaksanaan
enam langkah dengan benar sebelum Kewaspadaan Universal di Pelayanan
tindakan dan sesudah tindakan yang Kesehatan. Jakarta. 2011.
di lakukan kepada pasien dengan .
menggunakan five moment. Fauzia, Neila. Kepatuhan Standar
Prosedur Operasional Hand Hygiene
DAFTAR PUSTAKA pada Perawat di Ruang Rawat Inap
Afiyanti, Yati, & Nur, IR. Metodologi Rumah Sakit. 2014.
Penelitian Kualitatif dalam Riset http://idi.ac.id/php.jpt/jurnal/pdf.
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta ; Rajawali
Pers. 2014. Hidayat, A. Aziz. Riset Keperawatan dan
Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi 2. Jakarta:
Arikunto. Realibilitas dan Validitas. Salemba Medika. 2007.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2006.
Kusumawati, Sari Dewi. Hubungan
Brokker. Ensiklopedia Keperawatan. Pelaksanaan Standar Prosedur
Jakarta: EGC. 2009. Operasional Pemasangan Infus
dengan kejadian Phelebitis. 2015.
Cahyono. Gaya Hidup dan Penyakit http://e-
Modern. Yogyakarta: Kanisius. 2008. jounal.ac.id/index.jkp/article/view/421.

Dahlan, M. S., dr., M. Epid. Membaca dan Mulyani, Dwi Ari, Tri Hartiti dan Yosafianti.
Menelaah Jurnal Uji Klinis. Jakarta: Hubungan Kepatuhan Perawat Cuci
Salemba Medika. 2010. Tangan Enam Langkah Lima Momen
dengan kejadian phlebitis di RSI
Dahlan. Metode MSD (Multiaksial Kendal. 2014.
Sopiyudin Dahlan) Pintu Gerbang http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/jtptuni
Memahami Statistik, Metodologi, dan mus-gdl-dwiarimuly-7600.pdf.
Epidemologi. Seri 13. Jakarta: Sagung
Seto. 2013. Napitupulu J. S. Upaya Pencegahan
Infeksi Nasokomial oleh Perawat di
Darmadi. Infeksi Nasokomial Rumah Sakit Medan. Medan: Fakultas
Problematika dan Pengendalian. Keperawatan USU. 2009.
Jakarta: Salemba Medika. 2008. Niven, Neil. Psikologi Kesehatan:

12 | J u r n a l M e d i k a
Pengantar untuk Perawat dan tangan dengan kejadian
Profesional. Jakarta: EGC. 2008. Phelebitis.(2015).
http://thesis.ac.id/datapublik/7390.pdf.
Notoatmadjo. Ilmu Perilaku Kesehatan.
Jakarta; Rineka Cipta. 2010. Smeltzer & Bare. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1.
Notoatmadjo. Metodologi Penelitian Ed.8. Jakarta: EGC. (2001).
Kesehatan. Jakarta; Rineka Cipta. 2012.
WHO. Prevention of Hospital-Acquired
Nursalam. Konsep dan Penerapan Infections. A Practical Guide. (2004).
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. 2008. Zuhriyah, Lilik. Gambaran
Bakteriologis Tangan Perawat. 2000.
Nursalam. Manajemen Keperawatan, http://jkb.ub.ac.id/index.php/jko/article/dow
Aplikasi dalam Praktek Keperawatan nload/240/232.
Profesional. Edisi 3. Jakarta: Salemba
Medika. 2011.

Perdalin. Pengendalian Infeksi


Nosokomial. Jakarta: EGC. 2010.

Potter & Perry. Fundamental


Keperawatan: konsep, proses, dan
praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC. 2005.

Saragih, Rosita SKM, M.Kes, Natalina


Rumapea. Hubungan Karakteristik
Perawat dengan Tingkat Kepatuhan
Melakukan Cuci Tangan di Rumah Sakit
Columbia Asia Medan. 2012.
http://uda.ac.id/jurnal/files/7.pdf.

Satria, Angga. Hubungan antara


Kepatuhan Prosedur Cuci Tangan
Perawat dengan Penggunaan sarung

13 | J u r n a l M e d i k a
14 | J u r n a l M e d i k a

Anda mungkin juga menyukai