Anda di halaman 1dari 19

Assalamualaikum Wr.

Wb

Kelompok 3:
Budi Candra Wijaya
Mukarromah
Roqib
Novi Nurahmawati
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN TETATUS

A. Definisi Penyakit Tetanus


Penyakit tetanus adalah salah satu penyakit infeksi yang
berbahaya karena dapat berdampak atau
mempengaruhi sistem urat saraf dan otot.
Penyakit ini adalah penyakit infeksi dimana spasme otot
tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus
( Lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya
punggung (Opistotonus), spasme glotal, kejang dan
spasme dan paralisis pernapasan.
Penyakit tetanus kebanyakan terdapat pada anak anak yang
belum pernah mendapatkan imunisasi tetanus ( DPT ), dan
pada umumnya terdapat pada anak dari keluarga yang belum
mengerti pentingnya imunisasi dan pemeliharaan kesehatan,
seperti kebersihan lingkungan dan perorangan.
B. Etiologi Penyakit Tetanus
Adapun Penyebab penyakit dari penyakit tetanus, yaitu :
Clostridium tetani yang hidup anaerob, berbentuk spora selama
di luar tubuh manusia, tersebar luas di tanah.Basil ini bila
kondisinya baik ( di dalam tubuh manusia ) akan mengeluarkan
toksin.Toksin ini dapat menghancurkan sel darah merah,
merusak leukosit dan merupakan tetanospasmin, yaitu toksin
yang neurotropik yang menyebabkan ketegangan dan spasme
otot.
Di samping itu, terdapat pula tetanolisin yang bersifat
hemolisis, yang perannya kurang berarti dalam proses
penyakit.
Selain penyebab di atas, dapat dilihat pula factor
pendukung atau faktor predisposisi pada penyakit tetanus,
antara lain : Usia anak-anak, luka yang dalam dan kotor,
serta keadaan belum terimunisasi.
C. Manifestasi Klinis
Pada pasien yang mengalami tetanus, dapat dilihat
beberapa tanda dan gejala atau manifestasi klinis,
( Ngastiyah 2005, p. 159 160 ), antara lain sebagai
berikut :
a) Trismus ( kesukaran membuka mulut ) karena spasme otot - otot
mastikatoris
b) Kaku kuduk sampai opistotonus ( karena ketegangan otot-otot trunki )
c) Ketegangan pada otot dinding perut
d) Kejang tonik terutama bila dirangsang karena toksin yang terdapat pada
cornu anterior

D. Patofisiologi
Penyakit tetanus terjadi karena adanya luka pada tubuh seperti : luka tertusuk
paku, pecahan kaca, atau kaleng, luka tembak, luka bakar, luka yang kotor dan
pada bayi dapat melalui tali pusat. Juga dapat terjadi pada kondisi luka bakar
dan patah tulang terbuka. Luka yang kotor/ tertutup memungkinkan keadaan
anaerob yang ideal untuk pertumbuhan Clostridium tetani.
Sebagai portal/ jalan masuk lainnya dapat juga luka gores yang
ringan kemudian menjadi bernanah; gigi berlubang yang
dikorek dengan benda yang kotor atau luka yang dibersihkan
dengan kain yang kotor.Organisme multiple membentuk dua
toksin yaitu tetanospasmin yang merupakan toksin kuat dan atau
neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme
otot, dan mempengaruhi system saraf pusat.Hipotesa cara
absorbsi dan bekerjanya toksin adalah :
Pertama, toksin diabsorbsi pada ujung saraf motorik dan melalui
aksis silindrik dibawa ke kornu anterior susunan saraf pusat.
Kedua, Toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk ke dalam
sirkulasi darah arteri kemudian masuk ke dalam susunan saraf
pusat.
Toksin tersebut bersifat seperti antigen, sangat mudah diikat
oleh jaringan saraf dan bila dalam keadaan terikat tidak dapat
lagi dinetralkan oleh antitoksin spesifik. Tetapi toksin yang
bebas dalam peredaran darah sangat mudah dinetralkan oleh
antitoksin.
Hal ini penting untuk pencegahan dan pengobatan penyakit
tetanus ini. Toksin bereaksi pada myoneural junction yang
menghasilkan otot menjadi kejang dan mudah sekali
terangsang. Masa inkubasi 2 hari sampai 2 bulan dan rata
rata 10 hari. Kasus yang sering terjadi adalah 14 hari.
Sedangkan untuk neonatus biasanya pada hari ke - 5 sampai
hari ke - 14. ( Ngastiyah 2005, p. 158 )
E. Komplikasi Penyakit Tetanus
Keadaan tetanus pada anak dapat berdampak pada beberapa
kondisi berikut ( Ngastiyah 2005, p. 159 ), antara lain :
a) Spasme otot faring
b) Asfiksia
c) Atelektasis karena obstruksi secret dan pneumonia
d) Fraktur kompresi
F. Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan fisik, adanya luka dan ketegangan otot
yang khas terutama pada rahang
b) Pemeriksaan darah ( kalsium dan fosfat )
c) Pemeriksaan darah leukosit 8.000-12.000 m/L,
peninggian tekanan otak, deteksi kuman
d) Pemeriksaan ECG dapat terlihat gambaran aritmia
ventrikuler
G. Penatalaksanaa Terapeutik
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien anak dengan
penyakit tetanus (Suriadi, 2010), antara lain :
a) Dirawat di ruang perawatan intensif
b) Pemberian ATS 20.000 U secara IM didahului oleh uji kulit
dan mata
c) Antikejang dan penenang (fenobarbital bila kejang hebat,
diazepam, largakttil )
d) Antibiotik ( PP 50.000 U/KgBB/hari )
e) Diet tinggi kalori dan protein
f) Perawatan Isolasi
g) Pemberian oksigen pemasangan NGT bila perlu intubasi dan
trakeostomi bila indikasi
h) Pemberian terapi intravena bila indikasi
H. Pencegahan pada Tetanus
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah
penyakit tetanus, antara lain :
a) Anak mendapatkan imunisasi DPT diusia 3-11 Bulan
b) Ibu hamil mendapatkan suntikan TT minimal 2 X
c) Pencegahan terjadinya luka & merawat luka secara
adekuat
d) Pemberian anti tetanus serum.
Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Anak dengan
Tetanus

1)Pengkajian Keperawatan
a) Pengkajian
b) Keluhan utama/alasan masuk RS.
c) Riwayat Kesehatan
d) Riwayat imunisasi
e) Riwayat tumbuh kembang
f) Riwayat Nutrisi
g) Riwayat Psikososial
h) Riwayat Spiritual
i) Reaksi Hospitalisasi ( Pemahaman keluarga tentang sakit yang rawat nginap )
j) Aktifitas sehari-hari
k) Pemeriksaan Fisik
l) Pemeriksaan tingkat perkembangan
m) Tes Diagnostik
n) Terapi
2 Diagnosa Keperawatan
a) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
sputum pada trakea
3. Perencanaan Keperawatan
1. Bersihan Jalan Napas
Intervensi
Manajemen Jalan Napas

Observasi:
a. Monitor pola napas (frekuensi,kedalaman,usaha napas)
b. Monitor bunyi napas tambahan (mis.gurgling,mengi,wheezing,ronkhi
kering)
c. Monitor sputum (jumlah,warna,aroma)
Terapeutik:
a) Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-thrust jika curiga trauma servikal)
b) Posisikan semi-Flower atau flower
c) Berikan minum hangat
d) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
e) Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
f) Lakukan hiperoksegenasi sebelum penghisapan
endotrakeal
g) Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
h) Berikan oksigen jika perlu
Edukasi:
a) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
b) Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi:
a) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik jika perlu
4.Implementasi Keperawatan
Observasi:
a) Memonitor pola napas (frekuensi,kedalaman,usaha
napas)
b) Memonitor bunyi napas tambahan
(mis.gurgling,menei,wheezing,ronkhi kering)
c) Memonitor sputum (jumlah,warna,aroma)
Terapeutik:
a) Mempertahankan kepatenan jalan napas dengan head-
tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga trauma servikal)
b) Memposisikan SEMI-FLOWER atau flower
c) Memberikan minuman hangat
d) Memlakukan fisioterapi dada jika perlu
e) Melakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
f) Melakukan hiperoksegenasi sebelum penghisapan
endotrakeal
g) Mengeluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
h) Memberikan oksigen jika perlu
Edukasi:
a) Menjelaskan anjuran asupan 2000 ml/Hari,jika
kontraindikasi
b) Menjelaskan teknik batuk efektif.
Kolaborasi:
a) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik jika perlu
5 Evaluasi keperawatan
S : Pasien mengatakan produksi sputum berkurang
O: - Meringis menurun
- Gelisah cukup menurun
- Sulit tidur membaik
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi di lanjutkan
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai