Anda di halaman 1dari 25

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN STEVEN JOHNSON

SINDROM”
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah KMB III
Dosen: Faridatul Istibsaroh, S.Kep.,Ns.,M.Tr.Kep

Di Susun Oleh :
Klompok 8
1. Holisotul Hoiria (18010)
2. Zaina Az zahro’ (18034)
3. Rofiqin (18025)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAZHATUT THULLAB


SAMPANG
2020/2021

1
Lembar Pengesahan

Makalah Asuhan Keperawatan dengan judul “Asuhan Kperawatan pada klien


Steven Johnson Sindrom” oleh mahasiswa Stikes Nazhatut Thullab Sampang

Telah disetujui dan disahkan pada:


Hari :
Tanggal :

Mengetahui

Penyusun Dosen Pengajar

Zainab Az Zahro’ Faridatul Istibsaroh, S.Kep.,Ns.,M.Tr.Kep

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa
kesehatan fisik maupun akal fikiran sehingga mampu untuk menyelesaikan pembutan
makalah sebagai tugas dari mata kuliah kmb III
Makalah ini disusun agar mahasiswa dapat asuhan keperawatan imflamasi alergi system
integument Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas. Kepada
pembaca saya menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu saya mengharapkan kritik serta saran dari pembaca, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Selain itu penyusun sampaikan
permintaan maaf jika terdapat kata-kata yang belum berkenandan saya juga mengucapkan
terima kasih kepada Faridatul Istibsyaroh, S.Kep.,Ns., M.Tr.Kep yang telah membimbing
dalam menyusun makalah ini Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaaat.

16 Oktober 2020
Penyusun

Klompok 9

3
DAFTAR ISI
Y
Lembar Pengesahan...................................................................................................................2
KATA PENGANTAR...............................................................................................................3
DAFTAR ISI..............................................................................................................................4
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................................................4
B. Tujuan Penulisan................................................................................................................6
BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................................7
A. Definisi Sindrom Steven Johnson.....................................................................................7
B. Etiologi...............................................................................................................................8
C. Anatomi..............................................................................................................................9
BAB 3 ASKEP TEORI STEVEN JOHNSON SINDROM.....................................................20
1. Pengkajian.....................................................................................................................20
2. DIAGNOSA.....................................................................................................................22
3. Intervensi Keperawatan....................................................................................................22
4. Impelementasi Keperawatan.............................................................................................23
5. Evaluasi Keperawatan......................................................................................................23
BAB 3 PENUTUP...................................................................................................................24
A. Kesimpulan.....................................................................................................................24
B. Saran................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................25

4
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sindrom steven jhonson merupakan kelainan kulit yang bersifat fatal dan
merupakan kondisi paling ekstrim dari eritema multiformis. Kondisi ini dipicu
oleh penggunaan medikasi. Antibiotik, agens anti kejang NSAID, dan
sulfonamida adalah obat-obatan yang paling sering menimbulkan kejadian ini.
Seluruh permukaan tubuh dapat dipenuhi oleh eritema dan lepuhan (Brunner
& Suddarth, 2013)

Sindrom Steven Johnson ditemukan oleh dua dokter anak Amerika, yaitu
A. M. Steven dan S.C Johnson, 1992 Sindrom Steven Johnson yang bisa
disingkat SSJ merupakan reaksi alergi yang hebat terhadap obat-obatan.
Penyakit ini umumnya menyerang anak-anak dan dewasa maupun muda,
jarang dijumpai pada anak usia 3 tahun kebawah. Perbandingan antara pria
dan wanita tidak berbeda jauh, di rumah Sakit Ciptomangunkusumo setiap
tahun kira-kira ditemukan 10 kasus. Pada cuaca yang dingin, penyakit ini
sering ditemukan juga adanya faktor fisik pada lingkungan seperti sinar
matahari dan sinar X yang akan mempengaruhi timbulnya sindrom ini.

Dari data yang dijelaskan diatas, penulis tertarik untuk membahas perihal
sindrom steven johnson karena sindrom steven johnson sangat berbahaya
bahkan dapat menyebabkan kematian. Sindrom ini tidak menyerang anak
dibawah 3 tahun, dan penyebab sindrom steven johnson sendiri sangat
bervariasi ada yang dari obat-obatan dan dari alergi yang hebat.

5
B. Tujuan Penulisan

Tujuan penyusun dalam penyusunan makalah ini terbagi menjadi dua bagian,
yaitu tujuan umum dan tujuan khusus, dimana :

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan
memahami tentang konsep dasar penyakit sindrom steven johnson dan
asuhan keperawatan yang benar pada pasien dengan sindrom steven
johnson..

2. Tujuan Khusus

a. Dapat mengetahui dan memahami tentang konsep dasar penyakit


sindrom steven johnson yang meliputi definisi sindrom steven johnson,
etiologi, anatomi fisiologi kulit, patofisiologi, manifestasi klinis,
pathways, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan.

b. Dapat mengidentifikasi konsep asuhan keperawatan yang benar pada


klien dengan sindrom steven johnson yang meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, dan perencanaan keperawatan.

6
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Definisi Sindrom Steven Johnson

Sindrom steven jhonson merupakan kelainan kulit yang bersifat fatal dan
merupakan kondisi paling ekstrim dari eritema multiformis. Kondisi ini dipicu
oleh penggunaan medikasi. Antibiotik, agens anti kejang NSAID, dan
sulfonamida adalah obat-obatan yang paling sering menimbulkan kejadian ini.
Seluruh permukaan tubuh dapat dipenuhi oleh eritema dan lepuhan (Brunner
& Suddarth, 2013)

Stevens Johnson Syndrome adalah sebuah kondisi mengancam jiwa yang


mempengaruhi kulit dimana kematian sel menyebabkan epidermis terpisah
dari dermis. Sindrom ini diperkirakan oleh karena reaksi hipersensitivitas yang
mempengaruhi kulit dan membrane mukosa. Walaupun pada kebanyakan
kasus bersifat idiopatik, penyebab utama yang diketahui adalah dari
pengobatan, infeksi dan terkadang keganasan. (Kusuma & Nurarif, 2015)

Sindrom Steven Johnson merupakan sindrom yang mengenai kulit, selaput


lendir diorifisium, dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan
sampai berat. Kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel/bula, dapat disertai
purpura. (Muttaqin, 2012).

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa sindrom steven


johnson yaitu suatu sindrom yang terjadi pada kulit/integumen, dimana
seluruh permukaan tubuh dipenuhi oleh eritema dan lepuhan, yang
kebanyakan diketehui disebabkan oleh respon dari pengobatan, infeksi, dan
terkadang keganasan.

Terdapat tiga derajat klasifikasi yang diajukan menurut (Kusuma &


Nurarif, 2015):

1. Derajat 1 : erosi mukosa SSJ dan pelepasan epidermis kurang dari 10% 3

7
2. Derajat 2 : lepasnya lapisan epidermis antara 10-30%

3. Derajat 3 : lepasnya lapisan epidermis lebih dari 30

B. Etiologi

Menurut (Porth & Maffin, 2009 dalam Brunner & Suddarth, 2010) sindrom
steven johnson dipicu oleh reaksi obat. Etiologinya tidak diketahui, tetapi
kemungkinan berhubungan dengan sistem imun dan bisa berupa suatu reaksi
terhadap obat atau kelainan sekunder akibat infeksi virus. Antibiotik,
antikonvulsan, butazon dan sulfonamid merupakan obat yang paling sering
terlibat.

Beberapa penyebab sindrom steven johnson menurut (Kusuma & Nurarif,


2015):

1. Infeksi (biasanya merupakan lanjutan dari infeksi seperti virus herpes


simpleks, influenza, gondongan/mumps, histoplasmosis, virus Epstein-
Barr, atau sejenisnya).
2. Efek samping dari obat-obatan (allopurinol, diklofenak, fluconazole,
valdecoxib, sitagliptin, penicillin, barbiturat, sulfanomide, fenitoin,
azitromisin, modafinil, lamotrigin, nevirapin, ibuprofen, ethosuximide,
carbamazepin).
3. Keganasan (karsinoma dan limfoma).
4. Faktor idiopatik (hingga 50%).
5. Sindrom steven johnson juga dilaporkan secara konsisten sebagai efek
samping yang jarang dari suplemen herbal yang mengandung ginseng.
Sindrom steven johnson juga mungkin disebabkan oleh karena
penggunaan kokain.

6. Walaupun SSJ dapat disebabkan oleh infeksi viral, keganasan atau reaksi
alergi berat terhadap pengobatan, penyebab utama nampaknya karena
penggunaan antibiotik dan sulfametoksazole. Pengobatan yang secara
turun menurun diketahui menyebabkan SSJ, eritem multiformis,
sindromLyell, dan nekrolisis epidermal toksik diantaranya

8
sulfanomide (antibiotik), penisilin (antibiotic), berbiturate (sedative),
lamotrig
Anatomi Fisiologi Kulit (antikonvulsan), fenitoin-dilantin (antikonvulsan).
Kombinasi lamotrigin dengan asam valproat meningkatkan resiko dari
terjadinya SSJ.

C. Anatomi
Kulit digambarkan sebagai pelindung, bersifat sensitif, reparatif,
dan mampu mempertahankan homeostatisnya sendiri. Kulit menutupi 1,2
3
sampai 2,3 m area dan merupakan organ terberat dalam tubuh. Ketiga
lapisan kulit tersebut adalah bagian terluar disebut epidermis, bagian
tengah disebut dermis, dan bagian dalam disebut hipodermis atau jaringan
subkutan. Apendiks kulit terdiri atas rambut, kuku, kelenjar keringat ekrin
dan apokrin, dan kelenjat sebasea (Gonce, 2011).

Ketiga lapisan kulit, diantaranya :

a. Epidermis atau Kutikula

Epidermis tersusun atas epitelium berlapis dan terdiri atas sejumlah


lapisan sel yang disusun atas dua lapis yang jelas tampak: selapis
lapisan tanduk dan selapis zona germinalis. Lapisan tanduk terletak
paling luar, dan tersusun atas tiga lapisan sel yang membentuk
epidermis, yaitu stratum korneum, stratum lusidum, dan stratum
granulosum. Sedangkan zona germinalis terletak dibawah lapisan

9
tanduk dan terdiri atas dua lapisan epitel yang berbentuk tegas, yaitu
sel berduri dan sel basal (Pearce, 2012).

Epidermis tidak berisi pembuluh darah. Saluran kelenjar keringat


menembus epidermis dan mendampingi rambut. Sel epidermis
membatasi folikel rambut. Di atas permukaan epidermis terdapat garis
lekukan yang berjalan sesuai dengan papil dermis dibawahnya. Garis-
garis ini berbeda=beda; pada ujung jari berbentuk ukiran yang jelas,
yang pada setiap orang berbeda. Maka atas hal ini studi sidik jari
dalam kriminologi dilandaskan (Pearce, 2012).
b. Dermis atau Korium
Korium atau dermis tersusun atas jaringan fibrus dan jaringan ikat
yang elastis. Pada permukaan dermis tersusun papil-papil kecil yang
berisi ranitng-ranting pembuluh darah kapiler (Pearce, 2012).
Ujung akhir saraf sensoris, yaitu puting peraba, terletak di dalam
dermis. Kelenjar keringat yang berbentuk tabung berbelit-belit dan
banyak jumlahnya, terletak di sebelah dalam dermis, dan salurannya
yang keluar melalui dermis dan epidermis bermuara di atas permukaan
kulit di dalam lekukan halus yang disebut pori. Ada beberapa kelenjar
keringat yang berubah sifat yang dapat dijumpai di kulit sebelah dalam
telinga, yaitu kelenjar serumen (Pearce, 2012).
Kelenjar sebseus adalah kelenjar kantong di dalam kulit.
Bentuknya seperti botol dsan bermuara di dalam folikel rambut.
Kelenjar ini paling banyak terdapat di kepala dan wajah, yaitu sekitar
hidung, mulut, dan telinga, dan sama sekali tak terdapat dalam kulit
tapak tangan dan telapak kaki. Kelenjarnya dan selurannya dilapisi sel
epitel. Perubahan di dalam sel ini berakibat sekresi berlemak yang
disebut sebum (Pearce, 2012).
c. Hipodermis atau Subkutan

Hipodermis atau lapisan kulit subkutan terdiri atas jaringan ikat yang
diselingi dengan lemak. Lemak hipodermis memiliki fungsi

10
perlindungan terhadap retensi panas dan melindungi strukrtur
dibawahnya. Selain itu, lemak di lapisan kulit subkutan berfungsi
sebagai tempat penyimpanan kalori (Gonce, 2011)

D. Fisiologi
a. Kulit sebagai organ pengatur panas

Kulit adalah organ utama yang berurusan dengan pelepasan panas


dari tubuh. Sebagian panas menghilang melalui paru-paru, dan
sebagian lagi melalui feses dan urine. Panas dilepas oleh kulit dengan
berbagai cara, yaitu dengan penguapan, pemancaran, konduksi, dan
konveksi (pengaliran) (Pearce, 2012).

Persarafan vaso-motorik mengendalikan arteriol kutan dengan dua


cara, yaitu vaso-dilatasi dan vaso-konstriksi. Pada vaso-dilatasi arteriol
memekar, kulit menjadi lebih panas, dan kelebihan panas cepat
terpancar dan hilang, dan juga hilang karenas kelenjar keringat
bertambah aktif, dan karena itu terjadi penguapan cairan dari
permukaan tubuh. Pada vaso-konstriksi pembuluh darah dalam kulit
mengerut, kulit menjadi pucat dan dingin, keringat hampir dihentikan,
dan hilangnya panas dibatasi. Dengan pengendalian ini pelepasan
panas ditambah atau dikurangi sesuai kebutuhan tubuh (Pearce, 2012).

b. Kulit sebagai indra peraba

Rasa sentuhan yang disebabkan rangsangan pada ujung saraf di


dalam kulit berbeda-beda menurut ujung saraf yang dirangsang.
Perasaan panas, dingin, sakit, semua ini perasaan yang berlainan. Di
dalam kulit terdapat tempat-tempat tertentu, yaitu tempat perabaan,
beberapa sensitif (peka) terhadap dingin, beberapa terhadap panas, dan
lain lagi terhadap sakit (Pearce, 2012).

11
Perasaan yang disebabkan tekanan yang dalam, dan perasaan yang
memungkinkan seorang menentukan dan menilai berat suatu benda,
timbul pada struktur lebih dalam, misalnya pada otot dan sendi
(Pearce, 2012).

c. Tempat penyimpanan

Kulit dan jaringan dibawahnya bekerja sebagai tempat


penyimpanan air; jaringan adiposa di bawah kulit merupakan tempat
penyimpanan lemak yang utama pada tubuh (Pearce, 2012).

d. Beberapa kemapuan melindungi dari kulit

Kulit relatif tak tertembus air, dalam arti menghindarkan hilangnya


cairan dari jaringan dan juga menghindarkan masuknya air ke dalam
jaringan, misalnya bila tubuh terendam air. Epidermis menghalangi
cedera pada struktur di bawahnya dan karena menutupi ujung akhir
saraf sensorik di dalam dermis, maka kulit mengurangi rasa sakit. Bila
epidermis rusak, misalnya karena terbakar sampai derajat ketiga,
proteksi ini hilang dan setiap sentuhan terasa nyeri, dan eksudasi cairan
dari dermis yang sekarang terbuka ini menyebabkan hilangnya cairan
dan elektrolit, dengan akibatnya klien berada dalam bahaya dehidrasi,
yamg dapat menimbulkan keadaan yang lebih parah (Pearce, 2012).

12
D. Patofisiologi

13
Patogenesisnya belum jelas, diperkirakan karena reaksi alergi tipe
III dan IV. Reaksi tipe III terjadi akibat terbentuknya kompleks
antigen-antibodi yang membentuk mikropresipitasi sehingga terjadi
aktivasi sistem komplemen. Akibatnya terjadi akumulasi netrofil yang
kemudian melepaskan lisozim dan menyebabkan kerusakan jaringan
pada organ sasaran. Reaksi tipe IV terjadi akibat limfosit T yang
tersensitisasi berkontak kembali dengan antigen yang sama, kemudian
limfokin dilepaskan sehingga terjadi reaksi radang (Muttaqin, 2012).

E. Manifestasi Klinis

Menurut (Brunner & Suddarth, 2013) tanda-tanda awal sindrom steven


johnson antara lain konjungtiva terasa panas atau gatal, nyeri tekan kutaneus,
demam, sakit kepala, batuk, sakit tenggorokan, malaise ekstrem, dan mialgia
(nyeri dan sakit). Dilanjutkan dengan awitan eritema yang cepat yang
mengenai sebagian besar permukaan tubuh dan membran mukosa, munculnya
bula yang kaku dan luas dibeberapa area. Di area lain, lapisan epidermis yang
luas mengelupas sehingga jaringan dermis dibawahnya terlihat kuku kaki,
kuku tangan, alis dan bulu mata dapat rontok, begitu juga dengan epidermis di
sekitarnya. Kulit yang sangat sensitif dan kulit yang mengelupas akan
menghasilkan permukaan kulit yang mengeluarkan cairan, mirip seperti luka
bakar partial thickness burn di seluruh tubuh, kondisi ini disebut juga sindrom
kulit melepuh. Pada kasus berat yang mengenai mukosa, mungkin terdapat
bahaya kerusakan pada laring, bronki, dan esofagus akibat ulserasi.

Perjalanan penyakit sangat akut dan mendadak dapat disertai gejala


prodromal berupa demam tinggi (30º - 40ºC), mulai nyeri kepala, batuk, pilek,

14
dan nyeri tenggorokan yang dapat berlangsung dua minggu. Gejala-gejala ini
dengan segera akan menjadi berat yang ditandai meningkatnya kecepatan nadi
dan pernafasan, denyut nadi melemah, kelemahan yang hebat serta
menunrunnya kesadaran, soporeus sampai koma (Kusuma & Nurarif, 2015).

Menurut (Kusuma & Nurarif, 2015), pada sindroma ini terlihat adanya
kelainan berupa :

1. Kelainan kulit

Kelainan kulit dapat berupa eritema, vesikal, dan bulla. Eritema


mberbentuk seperti cincin (pinggir eritema tengahnya relatif
hiperpigmentasi) yang berkembang menjadi urtikari atau lesipapuler
berbentuk target dengan pusat ungu atau lesi sejenis dengan vesikel kecil.
Vesikel kecil dan bulla kemudian memecah sehingga terjadi erosi yang
luas. Disamping itu dapat juga terjadi erupsi hemorrhagis berupa ptechiae
atau purpura. Bila disertai purpura, prognosisnya menjadi lebih buruk.
Pada keadaan yang berat kelainannya menjadi generalisate.

2. Kelainan selaput lendir di orifisium

Kelainan selaput lendir di orifisium yang tersering ialah pada


mukosa mulut/bibir (100%), kemudian disusul dengan kelainan di lubang
alat genitalia (50%), sedangkan di lubang hidung dan anus jarang
(masing-masing 8% - 4%). Kelainan yang terjadi berupa stomatitis
dengan vesikel pada bibir, lidah, mukosa mulut bagian buccal. Stomatitis
merupakan gejala yang dini dan menyolok. Stomatiti kemudian menjadi
lebih berat dengann pecahnya vesikel dan bulla sehingga terjadi erosi,
excoriasi, pendarahan, ulcerasi, dan dan terbentuk krusta kehitaman. Juga
dpaat terbentuk psudomembran. Di bibir kelainan yang sering tampak
ialah krusta berwarna hitam yang tevbal. Adanya stomatitis ini dapat
menyebabkan penderita sukar menenlan. Kelainan ini di mukosa dapat
juga terjadi di faring, traktus respiratorus bagian atas, dan esophagus.
Terbentuknya pseudommebran di faring dapat memberikan keluhan sukar
bernafas dan penderitanya tidak dapat makan dan minum.

15
3. Kelainan mata
Kelainan pada mata merupsksn 80% diantara semua kasus, yang
sering terjadi ialah conjunctivitis kataralis. Selain itu dapat terjadi
conjunctivitis purulen, pendarahan, simblefaron, ulcus cornea,
iritis/iridosiklitis yang pada akhirnya dapat terjadi kebutaan sehingga
dikenal trias yaitu stomatitis, conjunctivitis, balanitis, uretritis.

16
F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan untuk mendukung ditegakkannya diagnosis sindrom steven


johnson menurut (Kusuma & Nurarif, 2015), yaitu :

1. Laboratorium : Biasanya dijumpai leukositosis atau eosinofilia. Bila


disangka penyebabnya infeksi dapat dilakukan kultur darah.

2. Histopatologi : Kelainan berupa infiltrat sel mononuklear, oedema, dan


esktravasasi sel darah merah. Degenerasi lapisan basalis. Nekrosis sel
epidermal dan spongiosis dan edema intrasel di epidermis.

3. Imunologi : Dijumpai deposis IgM dan C3 di pembuluh darah dermal


superficial serta terdapat komplek imun yang mengandung IgG, IgM, IgA.

G. Penatalaksanaan

Menurut (Brunner & Suddarth, 2013) sasaran penanganan antara lain


mengontrol keseimbangan cairan dan elektrolit, mencegah sepsis, dan
mencegah komplikasi pada mata. Fokus utama penanganan adalah pemberian
asuhan yang suportif, diantaranya yaitu :

1. Semua pengobatan yang tidak penting dihentikan dengan segera.

2. Jika memungkinkan, pasien dirawat di pusat pengobatan luka bakar.

3. Operasi debridemen atau hidroterapi yang dilakukan di awal untuk


mengangkat kulit yang rusak.

4. Sumpel jaringan dari nasofaring, mata, telinga, darah, urine, kulit, dan
lepuhan yang tidak pecah digunakan untuk mengidentifikasi pathogen.

5. Cairan intravena diberikan untuk mempertahankan keseimbangan cairan


dan elektrolit.

17
6. Penggantian cairan diberikan melalui NGT dan oral secepat mungkin.

7. Kortikosteroid sistemik diberikan di awal proses penyakit

18
8. Pemberian imunoglobulin melalui intravena (IVIG) dapat mempercepat
perbaikan kondisi dan penyembuhan kulit.

9. Kulit dilindungi dengan agens topikal; antibakteri topikal dan agens


anestesi digunakan untuk mencegah sepsis pada luka.

10. Balutan biologis sementara (pigskin, membran amnion) atau balutan


plastik semipermeabel (vigilon) dapat digunakan.

11. Perawatan orofaring dan perawatan mata yang cermat sangat penting
ketika membran mukosa dan mata mengalami gangguan berat.

19
BAB 3

ASKEP TEORI STEVEN JOHNSON SINDROM

1. Pengkajian
a. Identitas
Kaji nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat, dan nomor register.2. Riwayat Kesehatan-
b. Riwayat Kesehatan
- Keluhan Utama 
Kaji apa alasan klien membutuhkan pelayanan kesehatan-

- Riwayat Kesehatan Sekarang 
Kaji bagaimana kondisi klien saat dilakukan pengkajian. Klien dengan Steven
Johnson biasanya mengeluhkan
dema, malaise, kulit merah dan gatal, nyeri kepala, batuk, pilek, dansakit
tenggorokan.-
- Riwayat Kesehatan Dahulu 
Kaji riwayat alergi makanan klien, riwayat konsumsi obat-obatan dahulu, riwayat
penyakityang sebelumnya dialami klien.-

- Riwayat Kesehatan Keluarga 
Kaji apakah di dalam keluarga klien, ada yang mengalami penyakit yang sama.-
- Riwayat Psikososial 
Kaji bagaimana hubungan klien dengan keluarganya dan interaksi sosial.
c. Pola Fungsional Gordon-
- Pola persepsi kesehatan - manajemen kesehatan : Pada pola ini kita mengkaji:
a. Bagaimanakah pandangan klien terhadap penyakitnya? 
b. Apakah klien klien memiliki riwayat merokok, alkohol, dan konsumsi obat-obatan
tertentu?
c. Bagaimakah pandangan klien terhadap pentingnya kesehatan?

- Pola nutrisi metabolik : pada pola ini kita mengkaji:


a. Bagaimanakah pola makan dan minum klien sebelum dan selama dirawat di rumah 
sakit? 
b. Kaji apakah klien alergi terhadap makanan tertentu?
c. Apakah klien menghabiskan makanan yang diberikan oleh rumah sakit?
d. Kaji makanan dan minuman kesukaan klien?

20
e. Apakah klien mengalami mual dan muntah?
f. Bagaimana dengan BB klien, apakah mengalami penurunan atau sebaliknya
- Pola eliminasi : pada pola ini kita mengkaji:
a. Bagaimanakah pola BAB dan BAK klien ? 
b. Apakah klien menggunakan alat bantu untuk eliminasi?
c. Kaji konsistensi BAB dan BAK kliend. Apakah klien merasakan nyeri saat BAB da
n BAK. Klien dengan Steven Johnson, biasanya akan mengalami retensi urin,
konstipasi,membutuhkan bantuan untuk eliminasi dari keluarga atau perawat.-
- Pola aktivitas - latihan : pada pola ini kita mengkaji:
a. Bagaimanakah perubahan pola aktivitas klien ketika dirawat di rumah sakit? 
b. Kaji aktivitas yang dapat dilakukan klien secara mandiri
c. Kaji tingkat ketergantungan klien
0 = mandiri
1 = membutuhkan alat bantu
2 = membutuhkan pengawasan
3 = membutuhkan bantuan dari orang lain
4 = ketergantungan
d. Apakah klien mengeluh mudah lelah: Klien dengan Steven Johnson biasanya
tampak gelisah dan merasa lemas, sehingga sulituntuk beraktifitas.-
- Pola istirahat - tidur: pada pola ini kita mengkaji:
a. Apakah klien mengalami gangguang tidur? 
b. Apakah klien mengkonsumsi obat tidur/penenang?
c. Apakah klien memiliki kebiasaan tertentu sebelum tidur: Klien dengan Steven
Johnson, akan mengalami kesulitan untuk tidur dan istirahat karenanyeri yang
dirasakan, rasa panas dan gatal-gatal pada kulit.-
- Pola kognitif - persepsi: pada pola ini kita mengkaji:
a. Kaji tingkat kesadaran klien 
b. Bagaimanakah fungsi penglihatan dan pendengaran klien, apakah mengalami
perubahan?
c. Bagaimanakah kondisi kenyamanan klien?
d. Bagaimanakah fungsi kognitif dan komunikasi klien: Klien dengan Steven Johnson
akan mengalami kekaburan pada penglihatannya, serta rasanyeri dan panas di kulitnya

21
2. DIAGNOSA

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status kesehatan


atau masalah aktual atau resiko dalam rangka mengidentifikasi dan menentukan
intervensi keperawatan yang mengurangi,menghilangkan atau mencegah mesalah
kesehatan klien (Tarwoto dan Wartonah, 2004) Diagnosa yang muncul pada pasien
steven johnson syndrome:

- Gangguan Integritas Kulit b.d bahan kimia iritatif d.d kerusakan jaringan atau
lapisan kulit

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Luaran SLKI Intervensi SIKI


Kperawatan
Gangguan Integritas Setelah dilakukan Observasi
Kulit b.d bahan 1. Identifikasi penyebab
kimia iritatif d.d intervensi gangguan integritas kulit
kerusakan jaringan keperawatan Terapeutik
1. Ubah posisi tiap 2 jam jika
atau lapisan kulit
tirah baring
selama 2 x 24 jam,
2. Gunakan produk berbahan
maka keluhan nyeri petroleum atau minyak
pada kulit kering
menurun dengan 3. Gunakan produk berbahan
kriteria hasil: ringan/alami dan
hipealergik pada kulit
sensitive
1. Nyeri
4. Hindari produk berbahan
menurun dasar alcohol pada kulit
kering
2. Kerusakan Edukasi
1. Anjurkan menggunakan
jaringan pelembab
2. Anjurkan minum air yang
menurun
cukup
3. Anjurkan meningkatkan
3. Elastisitas asupan nutrisi
meningkat 4. Anjurkan meningkatkan
asupan nuah dan sayur
4. Tekstur 5. Anjurkan menghndari
terpapar suhu ekstrem
membaik 6. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya

22
4. Impelementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam


rencana keperawatan.Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
(independen) dan tindakan kolaborasi. Tujuan dari pelaksana adalah
membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang
mencakup penimgkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan pemulihan
kesehatan. Pada tahap ini dilaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan
pada rencana keperawatan yang telah dibuat sesuai teori dan hampir semua
terlaksana.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi perkembangan klien dapat dilihat dari hasilnya.


Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawatan dapat
dicapai dan memberikan feedback terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan.

23
BAB 3

PENUTUP
A. Kesimpulan

Sindrom steven johnson yaitu suatu sindrom yang terjadi pada


kulit/integumen, dimana seluruh permukaan tubuh dipenuhi oleh eritema dan
lepuhan, yang kebanyakan diketehui disebabkan oleh respon dari pengobatan,
infeksi, dan terkadang keganasan. Patogenesisnya belum jelas, diperkirakan
karena reaksi alergi tipe III dan IV. tanda-tanda awal sindrom steven jhonson
antara lain konjungtiva terasa panas atau gatal, nyeri tekan kutaneus, demam,
sakit kepala, batuk, sakit tenggorokan, malaise ekstrem, dan mialgia (nyeri dan
sakit). Pada sindroma ini terlihat adanya kelainan kulit, kelainan selaput lendir di
orifisium, dan kelainan mata.

Pemeriksaan untuk mendukung ditegakkannya diagnosis sindrom steven


johnson yaitu pemeriksaan laboratorium, histopatologi, dan imunologi. sasaran
penanganan antara lain mengontrol keseimbangan cairan dan elektrolit, mencegah
sepsis, dan mencegah komplikasi pada mata. Fokus utama penanganan adalah
pemberian asuhan yang suportif. Pemberian asuhan keperawatan yang
komprehensif yaitu dimulai dari pengkajian klien, menentukan diagnosa
keperawatan yang muncul, dan menyusun intervensi yang akan dilakukan pada
klien dengan sindrom steven johnson dengan tepat agar klien dapat meningkat
status kesehatannya.

B. Saran

Pembaca sebaiknya tidak hanya membaca dari materi makalah ini saja karena
masih banyak referensi yang lebih lengkap yang membahas materi dari makalah
ini. Oleh karena itu, pembaca sebaiknya membaca dari referensi dan literatur lain
untuk menambah wawasan yang lebih luas tentang materi ini.

24
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 3.
EGC: Jakarta
Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 12. Jakarta: EGC
Gloria M. Bulechek, et al. 2013. Nursing Interventions Classifications (NIC),
Edisi Keenam. Missouri: Mosby Elsevier
Morhedd, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi Kelima.
Missouri: Mosby Elsevier
Morton, Gonce, Patricia. 2011. Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistic.
Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular Dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika
NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi
10. Jakarta: EGC
Nurarif, A.H. & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC, Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta:
MediAction Publishing
Pearce, Evelyn C. 2012. Anatomi dan Fisiologi Untuk para Medis. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama
Puspitasari, Fanny, Steven Johnson Syndrom Word, Academia.edu, dilihat 22
Maret 2018.

25

Anda mungkin juga menyukai