Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH HUBUNGAN INTENSITAS CURAH HUJAN DAN KEMIRINGAN

LAHAN TERHADAP LAJU EROSI


ABSTRAK
Curah hujan merupakan suatu unsur iklim yang sangat berkaitan dengan erosi. Air hujan yang jatuh ke bumi
akan
mengakibatkan pengikisan terhadap tanah yang dilaluinya sehingga menyebabkan terjadinya erosi pada
kemiringan lahan tertentu. Penelitian ini menggunakan simulasi hujan buatan dengan alat rainfall simulator untuk
mengetahui pengaruh dan hubungan intensitas curah hujan dan kemiringan lahan terhadap laju erosi serta
membandingkan persentase hasil erosi pada sampel tanah dengan kemiringan lahan yang telah divariasikan
dengan menggunakan tanah jenis lempung berpasir. Penelitian ini dilakukan di laboratorium hidrolika dengan
menggunakan acrylic berukuran
100 cm x 70 cm x 30 cm sebagai wadah yang diisi tanah sebagai sampel uji erosi. Intensitas curah hujan yang
digunakan yaitu 103 mm/jam, 107 mm/jam dan 130 mm/jam dengan kemiringan lahan yang telah di tentukan
sebesar
10ᵒ, 20ᵒ dan 30ᵒ. Dari hasil eksperimen di laboratorium dan hasil analisis disimpulkan bahwa jumlah erosi
sangat dipengaruhi oleh intensitas curah hujan dan kemiringan lahan dimana hasil persentase perbandingan yang
didapatkan yaitu pada kemiringan lahan 30° jumlah erosi meningkat sebesar 38,4% dibandingkan dengan
kemiringan lahan 10° dan 20° yang hanya menghasilkan erosi sebanyak 27,7% dan 33,9%.

Kata Kunci : Erosi, Intensitas curah hujan, Kemiringan lahan.


II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Analisi Hidrologi
Siklus hidrologi merupakan proses
sirkulasi atau peredaran air secara terus menerus untuk menjaga keseimabangan alam yang
dimana terjadi penguapan di seluruh permukaan bumi dari laut ke atmosfer dengan
bantuan matahari.
2.3.Intensitas Curah Hujan
Dalam penelitian ini, intesitas curah hujan yang digunakan adalah intensitas curah hujan
buatan yang dihasilkan oleh alat simulator hujan (rainfall simulator) dengan menggunakan
rumus yang dijelaskan dalam Instruction Manual Rainfall Simulator (Anonim, 2011) sebagai
berikut :
Q
I= ×600
A .t
Dimana :
I = Intensitas Hujan (mm/jam)
Q = Volume air dalam container (ml)
A = Luas container (cm2)
t = waktu (menit)

pada area pengujian sangat penting sejak keseragaman yang dapat memberikan hasil yang tidak
pasti. Keseragaman dapat berubah-ubah pada tekanan udara, kecepatan disk, dan buka ukuran
piringan.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Diagram Alir Penelitian
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sifat Fisik Tanah
Dari uraian Tabel 1. ditunjukkan sifat mekanis tanah di subtitusi kedalam karakteristik mekanis
tanah yang diolah dalam perhitungan kadar air, berat isi basah, dan berat isi kering untuk
menentukan hubungan kadar air dan berat isi kering. Kemudian dari perbandingan tersebut maka
didapatkan nilai kepadatan tanah. Nilai kepadatan tanah dibutuhkan untuk menyamakan
kepadatan di lapangan dengan di laboratorium.
4.2. Intensitas Curah Hujan

4.4. Hubungan Intensitas Curah Hujan dengan Laju Erosi


Laju erosi dipengaruhi oleh intensitas curah hujan dimana kenaikan laju erosi
meningkat pada saat intensitas curah hujan meningkat.
Besarnya laju erosi dipengaruhi oleh intensitas hujan yang terjadi, dimana meningkatnya
intensitas hujan yang terjadi maka laju erosinya juga meningkat. Dimana jumlah erosi pada
intensitas curah hujan 103 mm/jam yaitu 2239,2 gram, kemdian pada intensitas curah hujan
107 mm/jam yaitu 5990,857 gram dan pada intensitas curah hujan 130 mm/jam yaitu
15222,857 gram.
Penanaman Menurut Arah Lereng” yang ada di Dataran tinggi Dieng serta upaya
konservasi yang dilakukan.

A. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan degradasi lahan yang ada di kawasan Dataran
Tinggi Dieng ?

2. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari adanya penanaman menurut arah lereng terhadap
sumberdaya lahan di kawasan Datarn Tinggi Dieng
3. Mengetahui upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi degrdasi lahan di kawasan
Dataran Tinggi Dieng
Kajian terhadap morfometri lereng dapat dijadikan pertimbangan dalam melakukan
konservasi tanah. Konservasi tanah menurut Sitanala Arsyad (1989) dibagi sebagai berikut :
1. Metode Vegetatif.
Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman atau tumbuhan dan sisanya untuk
mengurangi daya rusak hujan dan daya rusak aliran permukaan dan erosi. Yang termasuk
dalam metode vegetatif adalah sebagai berikut:
a. Penanaman dalam strip (strip cropping)
Metode ini adalah suatu sistem bercocok tanam dengan beberapa jenis tanaman
yang ditanam dalam strip yang berselang-seling dalam sebidang tanah dan disusun
memotong lereng atau menurut garis kontur.
2. Metode Mekanik
Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanik yang diberikan terhadap
tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi dan
meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. Termasuk dalam metode mekanik adalah :
a. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan
untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman.
1) Pengolahan tanah menurut kontur
Pengolahan tanah menurut kontur dilakukan dengan pembajakan membentuk jalur-
jalur menurut kontur atau memotong lereng, sehingga membentuk jalur-jalur
tumpukan tanah dan alur yang menurut kontur atau melintang lereng.
a. Guludan
Guludan adalah tumoukan tanah yang dibuat memanjang menurut garis kontur atau
memotong arah garis lereng. Jarak guludan dibuat tergantung pada kecuraman lereng.
Sistem ini biasa diterapkan pada tanah yang kepekaan erosinya rendah dengan
kemiringan sampai 6%.
b. Guludan bersaluran
Guludan bersaluran memanjang menurut arah garis kontur atau memotong lereng di
sebelah atas guludan dibuat saluran yang memanjang mengikuti guludan. Pada
metode ini guludan diperkuat dengan tanaman rumput, perdu atau pohon-pohonan
yang tidak tinggi. Guludan bersaluran dapat dibuat pada tanah dengan kemiringan
lereng 12%
c. Parit pengelak
Parit pengelak adalah semacam parit yang memotong arah lereng dengan
kemiringannya yang kecil sehingga kecepatan alir tidak lebih dari 0,5 m/detik. Cara
ini biasa dibuat pada tanah yang berlereng panjang dan seragam yang
permeabilitasnya rendah. Fungsi parit ini untuk menampung dan menyalurkan aliran
permukaan dari bagian atas lereng dengan kecepatan rendah ke saluran pembuangan
yang ditanami oleh rumput.
d. Teras
(1) Teras bangku atau tangga, dibuat dengan jalan memotong lereng dan meratakan
tanah di bagian bawah sehingga terjadi deretan berbentuk tangga. Teras bangku atau
tangga dapat dibuat pada tanah dengan lereng 20-30%.
(2) Teras berdasar lebar, merupakan suatu saluran yang permukaannya lebar atau
galengan yang dibuat memotong lereng pada tanah-tanah yang berombak dan
bergelombang. Teras berdasar lebar dapat dapat digunakan pada tanah antara 2-8%.
Pada daerah yang lerengnya sangat panjang, teras dipergunakan pada tempat yang
berlereng 0-5%. Teras ini dapat digunakan pula pada tanah tanah berlereng hingga
20%.
(3) Teras berlereng dipakai pada tanah berlereng antara 1-6%.
(4) Teras datar diterapkan pada lereng sekitar 2%.
A. Penanaman Menurut Kontur
Pengolahan tanah / penanaman mengikuti garis kontur dilakukan pada lahan miring untuk
mengurangi erosi dan aliran permukaan. Garis kontur adalah suatu garis khayal yang
menghubungkan titik-titik yang tingginya sama dan berpotongan tegak lurus dengan arah
kemiringan lahan. Bangunan dan tanaman dibuat sepanang garis kontur dan disesuaikan dengan
keadaan permukaan lahan.
Penanaman pada garis kontur dapat mencakup pula pembuatan perangkap tanah, teras
bangku atau teras guludan, atau penanaman larikan.  Pengolahan tanah dan penanaman
mengikuti kontur banyak dipromosikan di berbagai daerah di Indonesia dalam mengembangkan
pertanian yang berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai