Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN AMPUTASI”

Dosen: Ahmad Zaini Arif, S.Kep.Ns., M.Tr.Kep

Disusun Oleh:

Kelompok 7

Sitti Fatima (18030)

Femas Aditya (18008)

Yusria (18033)

Nur Maisah (18023)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAZHATUT THULLAB


SAMPANG

PRODI DIII KEPERAWATAN

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha  Esa,
karena atas  berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada pasien Amputasi” yang
merupakan salah satu tugas dari mata kuliah “Keperawatan Medikal Bedah
III”.
Sebagai makluk ciptaan Tuhan, kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun agar dalam
penyusunan makalah berikutnya akan lebih baik.
Besar harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pembaca pada umumnya dan bagi mahasiswa keperawatan  pada khususnya.

Sampang, 30 September 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORITIS..............................................................................3
A. Konsep Dasar................................................................................................3
1. Definisi......................................................................................................3
2. Klasifikasi..................................................................................................3
3. Anatomi Fisiologi......................................................................................5
4. Etiologi....................................................................................................10
5. Patofisiologi.............................................................................................11
6. Manifestasi Klinis....................................................................................11
7. Komplikasi..............................................................................................11
8. Penatalaksanaan.......................................................................................11
9. WOC........................................................................................................14
10. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................15
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................16
Contoh kasus:.....................................................................................................16
A. Pengkajian...................................................................................................16
a. Identitas klien..........................................................................................16
b. Alasan Masuk Ke Rumah Sakit...............................................................17
c. Riwayat Kesehatan Sekarang..................................................................17
d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu................................................................17
e. Psikologis................................................................................................17
f. Sosial.......................................................................................................18
g. Spiritual...................................................................................................18
h. Pemeriksaan Fisik....................................................................................18

iii
i. Pemeriksaan Head To Toe......................................................................18
B. Diagnosa Keperawatan...............................................................................20
C. Intervensi.....................................................................................................22
D. Implementasi...............................................................................................24
E. Evaluasi.......................................................................................................26
BAB IV PENUTUP...............................................................................................28
A. Kesimpulan.................................................................................................28
B. Saran............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................30

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan secara holistik akan memandang masalah yang di
hadapi pasien melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis,
sosial, dan spiritual. Masalah yang di hadapi oleh pasien yang mengalami
amputasi tidak hanya pada upaya memenuhi kebutuhan fisik semata, tetapi
lebih dari itu, perawat berusaha untuk mempertahankan intregitas diri
pasien secara utuh, sehingga tidak menimbulkan komplikasi fisik selama
kegiatan intraoperatif, tidak mengakibatkan gangguan mental, pasien dapat
menerima dirinya secara utuh dan diterima dalam masyarakat.(Harnawatia,
2008)
Amputasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk
menyelamatkan seluruh tubuh dengan mengorbankan bagian tubuh yang
lain. Terdapat berbagai sebab mengapa dilakukan amputasi. 70% amputasi
dilakukan karena  penyumbatan arteri yang sebagian besar disebabkan
oleh diabetes militus, 3% amputasi dilakukan karena adanya trauma, 5%
amputasi dilakukan karena adanya tumor dan 5% lainnya karena cacat
kongenital. Kehilangan ekstremitas atas memberikan masalah yang
berbeda bagi pasien dari pada kehilangan ekstemitas bawah karena
ekstremitas atas mempunyai fungsi yang sangat spesial . Amputansi dapat
di anggap sebagai jenis pembedahan rekonstruksi dratis dan di gunakan
untuk menghilangkan gejala memperbaiki fungsi dan menyelamatkan atau
memperbaiki kualitas hidup pasien.
Bila tim perawat kesehatan mampu berkomunikai dengan gaya
positif maka  pasien akan lebih mampu menyesuaikan diri terhadap
amputasi dan berpatisipasi aktif dalam rencana rehabilitas karena
kehilangan ekstremitas memerlukan  penyusuaian besar. Persepsi pasien
mengenai amputasi harus di pahami oleh tim  perawat kesehatan. Pasien
harus menyesuaikan diri dengan adanya perubahan citra diri permanen,

1
yang harus di selaraskan sedemikian rupa sehingga tidak akan
menimbulkan harga diri rendah pada pasien akibat perubahan citra tubuh.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana hasil tinjauan secara teoritis dan kasus terhadap klien dengan
amputasi ?

C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana hasil tinjauan secara teoritis dan kasus
terhadap klien dengan amputasi.

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar

1. Definisi
Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan
“pancung”. Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian
tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan
tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah
organ yang terjadi  pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki
dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat
membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ
tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi.
(Daryadi,2012)
Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa
sistem tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem
muskuloskeletal dan sisten cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat
menimbulkan masalah psikologis  bagi klien atau keluarga berupa
penurunan citra diri dan penurunan produktifitas.

2. Klasifikasi
Berdasarkan pelaksanaan amputasi menurut (Brunner & Suddart
2001), dibedakan menjadi :
a. Amputasi Elektif/Terencana
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan
mendapat  penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus.
Amputasi dilakukan sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir.
b. Amputasi Akibat Trauma
Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak
direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi
amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien.

3
c. Amputasi Darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan.
Biasanya merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti
pada trauma dengan patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit
yang luas.
Jenis amputasi secara umum menurut (Daryadi,2012) adalah :
d. Amputasi Terbuka
Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat
dimana  pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama.
e. Amputasi Tertutup
Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih
memungkinkan dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat
dengan memotong kurang lebih 5cm dibawah potongan otot dan tulang.
Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan selanjutnya
meliputi perawatan luka operasi/mencegah terjadinya infeksi, menjaga
kekuatan otot/mencegah kontraktur, mempertahankan intaks jaringan, dan
persiapan untuk  penggunaan protese ( mungkin ). Berdasarkan pada
gambaran prosedur tindakan pada klien yang mengalami amputasi maka
perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien sesuai dengan
kompetensinya.
Berdasarkan ekstremitas, amputasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu :
f. Amputasi ekstremitas bawah
Contohnya yaitu pada amputasi Atas Lutut (AL), Disartikulasi
Lutut, amputasi Bawah Lutut (BL), dan Syme.
g. Amputasi ekstremitas atas
Contohnya yaitu pada amputasi Atas Siku (AS) dan Bawah Siku
(BS).
Berdasarkan sifat, amputasi terbagi menjadi :
h. Amputasi terbuka
Suatu amputasi yang dilakukan untuk infeksi berat, yang meliputi
pemotongan tulang dan jaringan otot pada tingkat yang sama. Pembuluh
darah dikauterisasi dan luka dibiarkan terbuka untuk mengalir.

4
i. Amputasi tertutup
Suatu amputasi yang dilakukan dengan cara menutup luka dengan flap
kulit yang dibuat memotong tulang kira-kira 2inchi lebih pendek daripada
kulit dan otot.

3. Anatomi Fisiologi

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan


bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen utama system
musculoskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi,
otot, tendon, ligament, bursae, dan jaringan-jaringan khusus yang
menghubungkan struktur-struktur ini.
a) Tulang
j. Bagian-bagian utama tulang rangka
Tulang rangka orang dewasa terdiri atas 206 tulang. Tulang adalah
jaringan hidup yang akan suplai saraf dan darah. Tulang banyak
mengandung bahan kristalin anorganik (terutama garam-garam kalsium)
yang membuat tulang keras dan kaku, tetapi sepertiga dari bahan tersebut
adalah jaringan fibrosa yang membuatnya kuat dan elastis.
Klasifikasi tulang pada orang dewasa digolongkan pada dua
kelompok yaitu axial skeleton dan appendicular skeleton.

5
1. Axial Skeleton (80 tulang)
Tengkorak 22 buah tulang
Tulang cranial (8 tulang) Frontal 1
Parietal 2

Occipital 1

Temporal 2

Sphenoid 1

Ethmoid 1
Tulang fasial (13 tulang) Maksila 2
Palatine 2

Zygomatic 2

Lacrimal 2

Nasal 2

Vomer 1

Inferior nasal concha 2


Tulang mandibula (1 tlng) 1
Tulang telinga tengah Malleus 2 6 tulang
Incus 2

Stapes 2
Tulang hyoid 1 tulang
Columna vertebrae Cervical 7 26 tulang
Thorakal 12

Lumbal 5

Sacrum (penyatuan dari


5 tl) 1

Korkigis (penyatuan dr
3-5 tl) 1
Tulang rongga thorax Tulang iga 24 25 tulang
Sternum                           
      1
2. Appendicular Skeleton (126 tulang)

6
Pectoral girdle Scapula 2 4 tulang
Clavicula 2
Ekstremitas atas Humerus 2 60 tulang
Radius 2

Ulna 2

Carpal 16

Metacarpal 10

Phalanx 28
Pelvic girdle Os coxa  2 (setiap os 2 tulang
coxa terdiri dari
penggabungan 3 tulang)
Ekstremitas bawah Femur 2 60 tulang
Tibia 2

Fibula 2

Patella 2

Tarsal 14

Metatarsal 10

Phalanx 28
Total 206 tulang
Fungsi utama tulang-tulang rangka adalah :
 Sebagai kerangka tubuh, yang menyokong dan memberi bentuk
tubuh
 Untuk memberikan suatu system pengungkit yang digerakan oleh
kerja otot-otot yang melekat pada tulang tersebut; sebagai suatu
system pengungkit yang digerakan oleh kerja otot-otot yang
melekat padanya.
 Sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium, dan elemen-elemen lain
 Untuk menghasilkan sel-sel darah merah dan putih dan trombosit
dalam sumsum merah tulang tertentu.
k. Struktur tulang
Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi :

7
 Tulang panjang ditemukan di ekstremitas
 Tulang pendek terdapat di pergelangan kaki dan tangan
 Tulang pipih pada tengkorak dan iga
 Tulang ireguler (bentuk yang tidak beraturan) pada vertebra,
tulang-tulang wajah, dan rahang.
l. Perkembangan dan pertumbuhan tulang
Perkembangan dan pertumbuhan pada tulang panjang tipikal :
 Tulang didahului oleh model kartilago.
 Kolar periosteal dari tulang baru timbul mengelilingi model
korpus. Kartilago dalam korpus ini mengalami kalsifikasi. Sel-sel
kartilago mati dan meninggalkan ruang-ruang.
 Sarang lebah dari kartilago yang berdegenerasi dimasuka oleh sel-
sel pembentuk tulang (osteoblast),oleh pembuluh darah, dan oleh
sel-sel pengikis tulang (osteoklast). Tulang berada dalam lapisan
tak teratur dalam bentuk kartilago.
 Proses osifikasi meluas sepanjang korpus dan juga mulai memisah
pada epifisis yang menghasilkan tiga pusat osifikasi.
 Pertumbuhan memanjang tulang terjadi pada metafisis, lembaran
kartilago yang sehat dan hidup antara pusat osifikasi. Pada
metafisis sel-sel kartilago memisah secara vertical. Pada awalnya
setiap sel meghasilkan kartilago sehat dan meluas mendorong sel-
sel yang lebih tua. Kemudian sel-sel mati. Kemudian semua runag
mebesar untuk membentuk lorong-lorong vertical dalm kartilago
yang mengalami degenerasi. Ruang-ruang ini diisi oleh sel-sel
pembentuk tulang.
 Pertumbuhan memanjang berhenti pada masa dewasa ketika
epifisis berfusi dengan korpus.
 Pertumbuhan dan metabolisme tulang dipengaruhi oleh mineral
dan hormon.
b) Sendi
Artikulasi atau sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih
tulang. Tulang-tulang ini dipadukan dengan berbagai cara, misalnya

8
dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligament, tendon, fasia, atau otot. Sendi
diklasifikasikan sesuai dengan strukturnya.
m. Sendi fibrosa (sinartrodial)
Merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Tulang-tulang
dihubungkan oleh serat-serat kolagen yang kuat. Sendi ini biasanya
terikat misalnya sutura tulang tengkorak.
n. Sendi kartilaginosa (amfiartrodial)
Permukaan tulang ditutupi oleh lapisan kartilago dan
dihubungkan oleh jaringan fibrosa kuat yang tertanam kedalam
kartilago misalnya antara korpus vertebra dan simfisis pubis. Sendi ini
biasanya memungkinkan gerakan sedikit bebas.
o. Sendi synovial (diartrodial)
Sendi ini adalah jenis sendi yang paling umum. Sendi ini
biasanya memungkinkan gerakan yang bebas (mis., lutut, bahu, siku,
pergelangan tangan, dll.) tetapi beberapa sendi sinovial secara relatif
tidak bergerak (mis., sendi sakroiliaka). Sendi ini dibungkus dalam
kapsul fibrosa dibatasi dengan membran sinovial tipis.
a. Otot rangka
Otot (musculus) merupakan suatu organ atau alat yang
memungkinkan tubuh dapat bergerak. Ini adalah suatu sifat penting bagi
organisme. Gerak sel terjadi karena sitoplasma mengubah bentuk. Pada sel
– sel, sitoplasma ini merupakan benang – benang halus yang panjang
disebut miofibril. Kalau sel otot mendapat rangsangan maka miofibril akan
memendek. Dengan kata lain sel otot akan memendekkan dirinya kearah
tertentu (berkontraksi).
Ciri-ciri otot yaitu :
b. Kontraktilitas
Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau mungkin
juga tidak melibatkan pemendekan otot. Serabut akan terolongasi karena
kontraksi pada setiap diameter sel berbentuk kubus atau bulat hanya akan
menghasilkan pemendekan yang terbatas.
c. Eksitabilitas

9
Serabut otot akan merespon dengan kuat jika distimulasi oleh implus saraf.
d. Ekstensibilitas
Serabut otot memiliki kemampuan untuk meregang melebihi
panjang otot saat relaks.
e. Elastilitas
Serabut otot dapat kembali ke ukurannya semula setelah
berkontraksi atau meregang.

4. Etiologi
Indikasi utama bedah amputasi bisa disebabkan oleh :
1. Iskemia, karena penyakit reskularisasi perife, biasa nya pada orangtua
seperti pada penyakit artherosklerosis dan diabetes mellitus.
2. Trauma, amputasi bisa diakibatkan karena kecelakaan dan thermal
injury seperti terbakar, tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti
pagets disease dan kelaian kongenital.
Faktor predisposisi terjadinya amputasi yaitu :
 Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.
 Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
 Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat.
 Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh
lainnya.
 Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara
konservatif.
 Deformitas organ.

5. Patofisiologi
Amputasi di lakukan sebagian kecil sampai dengan sebagian besar
dari tubuh dengan metode :  

a. Metode terbuka guilottone amputasi

10
Metode ini di lakukan pada klien dengan infeksi yang mengembang
atau berat di mana pemotongan di lakukan pada tinggkatyang
samabentuknya benar benar terbuka dan di  pasang drainage agar luka
bersih dan luka dapat di tutup setelah infeksi.

b. Metode tertutup

Di lakukan dalam kondisi yang lebih mungkin pada metode ini kulit
tepi ditarik atau di buat skalfuntuk menutupi luka pada atas ujung tulang
dan di jahit pada daerah yang di amputansi.

6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang dapat di temukan pada pasien dengan post
operasi amputasi antara lain :
a) Nyeri akut
b) Keterbatasan fisik
c) Pantom snydrome
d) Pasien mengeluhkan adanya perasaan tidak nyaman
e) Adanya gangguan citra tubuh mudah marah , cepat tersinggung
pasien cenderung berdiam diri

7. Komplikasi
Komplikasi dari amputasi meliputi perdarahan infeksi dan
kerusakan kulit. Karena adanya pembuluh darah besar yang dipotong
dapat terjadi perdarahan masif. Infeksi merupakan infeksi pada semua
pembedahan dengan peredaran darah buruk atau kontaminasi luka setelah
amputasi traomatika resiko infeksi meningkat peyembuhan luka yang
buruk dan iritasi akibat protesis dapat menyebabkan kerusakan kronik.

8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan dalam penangan pasien
dengan amputasi yaitu

11
a. Tingkatan amputasi
Amputasi dilakukan pada titik paling distal yang masih
dapat mencapai  penyembuhan dengan baik. Tempat amputasi
ditentukan berdasarkan dua faktor : peredaran darah pada bagian
itu dan kegunaan fungsional misalnya (sesuai kebutuhan protesis),
status peredaran darah eksterimtas dievaluasi melalui pemerikasaan
fisik dan uji tertentu. Perfusi otot dan kulit sangat  penting untuk
penyembuhan. Floemetri dopler penentuhan tekanan darah
segmental dan tekanan persial oksigen perkutan (pa02). Merupakan
uji yang sangat berguna angiografi dilakukan bila refaskulrisasi
kemungkinan dapat dilakukan.
Tujuan pembedahan adalah memepertahankan sebanyak
mungkin tujuan ekstrmitas konsisten dengan pembasmian proses
penyakit. Mempertahankan lutut dan siku adalah pilihan yang
diinginkan. Hampir pada semua tingkat amputasi dapat dipasangi
prostesis.
Kebutuhan energi dan kebutuhan kardovaskuler yang
ditimbulkan akan menigktkan dan mengunaka kursi roda ke
prostesis maka pemantauan kardivaskuler dan nutrisi yang kuat
sangat penting sehingga batas fisiologis dan kebutuhan dapat
seimbang.
b. Penatalaksanaan sisa tungkai
Tujuan bedah utama adalah mencapai penyembuhan luka
amputasi menghasilkan sisa tungkai puntung yang tidak nyeri
tekan dan kuli yang sehat untuk pengunaan prostesis, lansia
mungkin mengalami keterlambatan  penyembuhan luka karena
nutrisi yang buruk dan masalah kesehatan lainnya.
Perawatan pasca amputasi yaitu : 
a. Pasang balut steril tonjolan-tonjolan hilang dibalut tekan
pemasangan perban elastis harus hati-hati jangan sampai konstraksi
putung di proksimlnya sehingga distalnya iskemik.

12
b. Meningikan pungtung dengan mengangkat kaki jangan ditahn
dengan bantal sebab dapat menjadikan fleksi kontraktur pada paha
dan lutut.
c. Luka ditutup drain diangkat setelah 48-72 jam sedangkan putung
tetap dibalut tekan, angkta jahitan hari ke 10 sampai 11.
d. Amputasi bawah lutut tidak boleh mengantung dipinggir tempat
tidur atau  berbaring atau duduk lama dengan fleksi lutut.
e. Amputasi diatas lutut jangan dipadang bantal diantara paha atau
memberikan abdukasi putung, mengatungnya waktu jalan dengan
kruk untuk mencegah kostruktur lutut dan paha.

13
9. WOC

14
10. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Daryadi,2012), pemeriksaan diagnostik pada klien
Amputasi meliputi : 
 Foto rongent Untuk mengidentifikasi abnormalitas tulang  
 CT san Mengidentifikasi lesi neoplestik, osteomfelitis, pembentukan
hematoma
 Angiografi dan pemeriksaan aliran darah mengevaluasi perubahan
sirkulasi /  perfusi jaringan dan membantu memperkirakan potensial
penyembuhan  jaringan setelah amputansi
 Kultur luka mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme penyebab
 Biopsy mengkonfirmasi diagnosa benigna / maligna
 Led peninggian mengidentifikasi respon inflamasi
 Hitung darah lengkap / deferensial peningian dan perpindahan ke kiri
di duga  proses infeksi

15
BAB III

TINJAUAN KASUS

Contoh kasus:
Pada tanggal 24 November 2010, pukul 11.30 WIB Tn. F datang
ke UGD dengan keluhan Kaki kiri sulit digerakkan hal ini dialami klien
sejak tiga hari ini. Klien berumur 15  th dan mengatakan sudah sebelum
masuk rumah sakit awalnya klien mengalami kecelakaan lalu lintas,
riwayat trauma tidakjelas, riwayat muntah (-), pingsan (-).. Menurut hasil
observasi perawat klien sedang menjalani perawatan post operasi amputasi
yang dilakukan pada tanggal 24 November 2010. Berdasarkan
pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital :
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 37 ºC
Keadaan umum : Compos Mentis

A. Pengkajian

a. Identitas klien
Nama :           Tn. F
Tanggal lahir :           20 Maret 1995
Jenis kelamin :           Laki-laki
Klien ke :           1 dari 2 bersaudara
Umur :           15 tahun
Agama :           Islam
Suku bangsa :           Batak-Indonesia
Tanggal masuk  :           23 Nonvember 2010
No RM :           00.45.26.40
Alamat :           Rantau Prapat
Ruang rawat :           Ruang RB 3 kamar 1 RSUP HAM

16
Identitas Orang Tua/Penanggung jawab
Nama                :           Tn. B
Umur :           38 tahun
Pekerjaan :           Pegawai negri
Suku bangsa :           Batak-Indonesia
Pendidikan :           SMA
Alamat :           Rantau Prapat

b. Alasan Masuk Ke Rumah Sakit.


Kaki kiri sulit digerakkan hal ini dialami klien sejak tiga hari
ini, sebelum masuk rumah sakit awalnya klien mengalami
kecelakaan lalu lintas, riwayat trauma tidak jelas, riwayat muntah (-),
pingsan (-).

c. Riwayat Kesehatan Sekarang


Riwayat kesehatan sekarang, klien sedang menjalani
perawatan post operasi amputasi yang dilakukan pada tanggal 24
November 2010.klien merasakan nyeri pada kaki kiri diatas lutut
tepat pada lokasi yang diamputasi, nyerinya timbul sering sehingga
mengganggu ketenangan klien.

d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Riwayat kesehatan masa lalu, klien tidak pernah mengalami
penyakit yang serius seperti asma, dan penyakit menular lainnya,
klien tidak pernah di rawat di rumah sakit.

e. Psikologis
-       Persepsi klien, klien percaya penyakitnya akan segera sembuh
-       Konsep Diri, Klien menerima keadaannya dan kondisinya
sekarang.
-       Emosi, kondisi emosi klien stabil

17
-       Adaptasi, klien dapat beradaptasi dengan baik terhadap
lingkungan di rumah sakit
-      Mekanisma Pertahan Diri, Klien berdoa kepada ALLAH SWT
agar penyakit yang  dideritanya cepat sembuh

f. Sosial
Hubungan klien dengan keluarga harmonis, setiap saat orang
tua dan saudara kandungnya menjaganya di rumah sakit, dalam
kesehariannya. Dalam  klien memperhatikan pada saat berbicara
dengan lawan bicaranya (koheren). Dalam kesehariannya klien
menggunakan bahasa daerah (batak)

g. Spiritual
Selama sakit klien jarang beribadah, hal ini disebabkan
keterbatasan gerak klien, dan klien yakin bahwa dirinya akan segera
sembuh.

h. Pemeriksaan Fisik
Tanda-Tanda Vital.
1. Keadaan Umum Klien          : Klien tampak lemah dan pucat
2. Kesadaran                            : Compos Mentis
3. Suhu Tubuh                         : 37 ºC
4. Tekanan Darah                    : 130/80 mmHg
5. Nadi/Denyut Jantung          : 82 x/m
6. Pernafasan                           : 22 x/m
                          (  √  ) Normal  (   ) Dangkal
7. Tinggi Badan/Berat Badan   : 163 cm/50 kg.

i. Pemeriksaan Head To Toe


1. Kepala
Kepala berbentuk bulat, ukurannya normal, posisinya Simetris
dan kulit kepala beersih tidak ada ketombe
2. Rambut
Klien berambut lurus pendek, hitam dan rambut kurang tetata
rapi

18
3. Mata/ Penglihatan
Posisi bola mata simetris, fungsi penglihatan baik, klien dapat
membaca dengan jarak 30 cm, pupil normal, reflex cahaya baik
dan klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan
4. Hidung /Penciuman
Bentuk dan posisi hidung simetris, Sekret tidak ada, fungsi
penciuman bagus, dapat membedakan bau obat dan  balsam ,
tidak terdapat perdarahan dan peradangan mukosa dan klien
tidak menggunakan alat Bantu penciuman
5. Telinga/Pendengaran
Bentuk dan posisi telinga simetris, fungsi pendengaran baik,
tidak ada serumen atau cairan apapun, tidak terdapat
perdarahan dan peradangan pada telinga klien dan klien tidak
mengunakan alat bantu  pendengaran.
6. Mulut
Rongga mulut  bersih, bentuk bibir simetris, tidak ada bau,
kebersihan gigi baik tidak terdapat cries pada gigi klien,
peradangan pada tonsil tidak ada, fungsi  pengecapan kurang
baik, mulut klien terasa pahit.
7. Leher
Bentuk leher simetris, tidak terdapat pembengkakan kelenjar
getah bening maupun tiroid, tekanan vena jugularis 16 cm H2O
8. Thorax dan fungsi pernafasan
Bentuk thorax simetris, frekuensi 22x/I, bunyi nafas vesikuler,
irama  teratur (regular), tidak ditemukan adanya sputum
9. Jantung
Tidak adanya pembesaran jantung, tidak terdapat sianosis dan
nyeri dada, bunyi jantung normal tidak ada bunyi jantung
tambahan, Capila Refill 1 x/i
10. Abdomen

19
Turgor kulit baik, jika diambil elastis, tidak ada kelainan
bentuk, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak ada
pembesaran hepar dan limfe, peristaltic usus 20x/i
11. Reproduksi/alat kelamin
Tidak ada kelainan, tidak ada pembesaran/pembengkakan
didaerah penis. Dan tidak terpasang kateter.
12. Ekstremitas
Pada ekstremitas bawah luka post amputasi atas lutut sebelah
kiri yang menyebabkan klien kesakitan skala nyeri 5 sedang,
dan disekitar luka terjadi odema.

B. Diagnosa Keperawatan
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 Data subjek:
Klien mengatakan nyeri
pada kaki kiri
(puntungnya)
Data objek:
Klien tampak meringis Agen pencedera fisik Nyeri Akut

kesakitan, lemas dan


gelisah. Skala nyeri
5(sedang)
TD;  130/80 mmHg, HR:
82 x/i, RR: 22 x/i
2 Data subjek: Kerusakan integritas Gangguan mobilitas
Klien mengatakan tidak struktur tulang fisik
dapat berjalan dan
kehilangan kaki kirinya
dan tidak mampu
melakukan aktivitas
sehari-hari
Data objek:

20
-  Terpasang infuse
dengan cairan NaCl
0.9%/20 tts/i
-  Ada perban elastic
dikaki kiri klien
-  Kaki kirinya sudah
diamputasi
-  Seluruh aktivitas klien
di bantu oleh keluarga
dan perawat (skala otot 2
pada ekstremitas kanan
bawah)

C. Intervensi
Diagnosa Kperawatan Luaran SLKI Intervensi SIKI
Nyeri Akut b.d agen Setelah dilakukan - Observasi 
pencedera fisik intervensi keperawatan  1. Identifikasi lokasi, intensitas 
(amputasi) d.d klien selama 2 x 24 jam, maka nyeri
tampak meringis keluhan nyeri menurun
 2. Identifikasi skala nyeri
dengan kriteria hasil:
 3. Identifikasi pengaruh nyeri
1. Meringis Menurun 
pada kualitas hidup

21
2. Gelisah  Menurun - Terapeutik

3. Perasaan Takut 1. Berikan teknik non


Mengalami Cedera farmakologis untuk mengurangi
Berulang Menurun rasa nyeri ( misalnya relaksasi
nafas dalam, kompres hangat atau
4. Frekuensi Nadi
dingin, terapi musik dan lain-lain)
Membaik
 2. Kontrol lingkungan yang
5. Tekanan Darah
memperberat rasa nyeri
Membaik
-  Edukasi
6. Pola Tidur Membaik 
1. Jelaskan strategi meredakan
nyeri

 2. Ajarkan teknik non


farmakologi untuk mengurangi
rasa nyeri

- Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

Gangguan mobilitas Setelah dilakukan - Observasi


fisik b.d kerusakan Intervensi keperawatan 1. Identifikasi adanya nyeri atau
integritas struktur selama 2 kali 24 jam maka keluhan fisik lainnya
tulang d.d mengeluh Pergerakan ekstremitas
sulit menggerakkan 2. Monitor kondisi umum selama
meningkat dengan kriteria
ekstremitas melakukan mobilisasi
hasil
- Terapeutik
1. Nyeri menurun
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi
 kecemasan menurun
dengan alat bantu misalnya pagar
 2. Kelemahan fisik tempat tidur 
menurun
2. Fasilitasi Melakukan
 3. Kekuatan otot

22
meningkat pergerakan jika Perlu

 4. Kaku sendi menurun  3. Libatkan keluarga untuk


membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan

- Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan prosedur


mobilisasi 

2. Anjurkan melakukan mobilisasi


dini 

3. Anjurkan mobilisasi sederhana


yang harus dilakukan 

D. Implementasi
Tgl Tindakan Keperawatan Ttd
24 /11/10 Observasi 

- Mengidentifikasi
lokasi, intensitas 
nyeri

- Mengidentifikasi
skala nyeri

- Mengidentifikasi
pengaruh nyeri pada

23
kualitas hidup

Terapeutik

- Memberikan teknik
non farmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri ( misalnya
relaksasi nafas
dalam, kompres
hangat atau dingin,
terapi musik dan
lain-lain)

- Mengontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri

Edukasi

- Menjelaskan strategi
meredakan nyeri

- Mengajarkan teknik
non farmakologi
untuk mengurangi
rasa nyeri

Kolaborasi

- Berkolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu

25/11/10
Observasi

24
- Mengidentifikasi adanya
nyeri atau keluhan fisik
lainnya

- Memonitor kondisi
umum selama melakukan
mobilisasi

Terapeutik

- Memfasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu misalnya pagar
tempat tidur 

- Memfasilitasi Melakukan
pergerakan jika Perlu

- Melibatkan keluarga
untuk membantu pasien
dalam meningkatkan
pergerakan

Edukasi

- Menjelaskan tujuan dan


prosedur mobilisasi 

- Menganjurkan
melakukan mobilisasi dini 

- Menganjurkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan 

25
E. Evaluasi
No Tgl Evaluasi
1. 24/11/10 S: Klien mengatakan nyeri menurun
menjadi skala 4, ketika bergerak sudah
tidak terlalu sakit, dan masih hilang-
timbul walaupun sudah dilakukan
relaksasi
O: Klien masih tampak gelisah ,
karena nyeri tampak meringis ketika
bergerak, tampak berhati-hati dalam
bergerak
A: Masalah belum teratasi

2. 25/11/10 P: Lanjutkan Intervensi

S: Klien mengatakan nyerinya sudah


berkurang menjadi skala 2, sudah tidak
begitu sakit saat bergerak, pasien
mengatakan sudah nyaman dan
nyerinya sudah tidak seperti kemarin
O: Klien tampak tidak terganggu
dengan nyerinya sudah tidak meringis
saat bergerak, dan tidak gelisah
A: Masalah
P: Intervensi Dihentikan

26
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada BAB sebelumnya maka penulis
mengambil kesimpulan bahwa :

Berdasarkan hasil pengkajian pada Tn. F dengan Amputasi bawah


lutut (BL), diperoleh data bahwa klien mengatakan bahwa nyeri pada kaki
kirinya, nyeri bersifat hilang timbul dengan rasa seperti tertusuk dan
terdapat nyeri tekan pada kaki kiri klien, klien tampak meringis dan

27
gelisah menahan nyeri tersebut. Selain itu klien juga mengatakan bahwa ia
merasa takut akan dilakukan operasi, klien selalu bertanya-tanya kepada
perawat ataupun dokter tentang penyakitnya, klien nampak cemas dan
ketakutan, klien juga mengatakan bingung dan tidak tahu tentang
penyakitnya. Klien juga mengatakan bahwa ia merasa malu karena akan
dilakukan amputasi, klien juga mengatakan bahwa ia takut tidak bisa
bekerja lagi, selain itu klien juga mengatakan bahwa ia merasa sulit untuk
bersosialisasi dengan orang lain setelah dilakukan amputasi nanti. Klien
tampak sedih, klien tampak murung dan menarik diri.

Adapun diagnosa yang muncul pada kasus ini adalah :

- Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik (amputasi) d.d klien tampak meringis
- Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang d.d
mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas

Pada tahap perencanaan, rencana keperawatan disusun sesuai


dengan masalah keperawatan. Dalam memprioritaskan masalah
keperawatan dilihat dari kebutuhan kondisi klien saat pengkajian.

Adapun rencana tindakan yang akan dilakukan antara lain adalah


mengkaji nyeri secara komprehensif sesuai dengan P Q R S T. Yang
menyebabkan nyeri yaitu karena adanya pembengkakan luka kronis yang
telah terinfeksi pada kaki kanan klien. Adapun kualitas nyeri yaitu seperti
tertusuk dengan sifat nyeri tekan. Wilayah dari nyeri yaitu di kaki kiri
klien. Skala nyeri yaitu 5 dengan waktu yang bersifat hilang timbul. Selain
mengkaji nyeri penulis juga telah mengajarkan teknik relaksasi berupa
nafas dalam untuk membantu klien mengatasi nyeri nya, mengukur Vital
Sign klien, serta memberitahukan kepada klien terkait dengan penyakit
dan prosedur pembedahan.

B. Saran
Hendaknya setiap memberikan asuhan keperawatan harus di
dokumentasikan dengan baik dan benar untuk mempertanggung jawabkan
keadaan klien setelah dilakukan tindakan keperawatan

28
DAFTAR PUSTAKA

Huda Amin Nurarif dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA & NIC NOC. Jogjakarta : Mediaction.

Heather T. Herdman & Shigemi Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan :


Definis & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 Terjemahan Indonesia. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC

29
Pokja, T. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia; definisi indikator dan
diagnostik. Edisi 1., Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat.

Pokja, T. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia; definisi dan tindakan


keperawatan. Edisi 1., Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat.

Pokja, T. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia; definisi dan kriteria


hasil. Edisi 1., Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat.

30

Anda mungkin juga menyukai