Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Hemoroid merupakan salah satu penyakit yang paling sering dijumpai. Banyak orang
baik laki-laki maupun perempuan yang menderita hemoroid. Bahkan yang lebih banyak lagi
menderita hemoroid dalam bentuk tanpa gejala atau keluhan. Dikatakan bahwa pria maupun
wanita mempunyai peluang yang sama untuk terkena hemoroid. Semua orang di atas 30 tahun
mempunyai kemungkinan 30-50 persen untuk mendapat varises ditungkai pleksus hemoroidalis
maupun di tempat-tempat lain.1

Insiden hemoroid meningkat dengan bertambahnya usia, mungkin sekurang-kurangnya


50 persen orang yang berusia lebih dari 50 tahun menderita hemoroid dalam berbagai derajat.
Namun demikian tidak berarti penyakit ini hanya diderita oleh orang tua saja. Hemoroid dapat
mengenai segala usia, bahkan terkadang dijumpai pada anak kecil. Hemoroid yang diderita
biasanya menyebabkan perasaan yang tidak nyaman, dan bila hemoroid ini menyebabkan
keluhan atau penyulit maka diperlukan tindakan.1

BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Hemoroid adalah pelebaran vena-vena di dalam pleksus hemoroidalis. Patologi keadaan


ini dapat bermacam-macam yaitu, thrombosis, rupture, radang, ulserasi dan nekrosis (manjoer).
Istilah hemoroid berasal dari kata Yunani Haimorrhoides yang berarti perdarahan (haema=darah,
rhoos=aliran), sesuai dengan gejala yang paling menonjol pada kebanyakan kasus. Hemoroid
menimbulkan gejala pembengkakan atau terdapatnya benjolan dalam berbagai ukuran, meskipun
kadang-kadang benjolan tersebut tidak tampak dari luar.2

2.2 ANATOMI

Rektum panjangnya 15 – 20 cm dan berbentuk huruf S. Mula – mula mengikuti


cembungan tulang kelangkang, fleksura sakralis, kemudian membelok kebelakang pada
ketinggian tulang ekor dan melintas melalui dasar panggul pada fleksura perinealis. Akhirnya
rektum menjadi kanalis analis dan berakhir jadi anus. Rektum mempunyai sebuah proyeksi ke
sisi kiri yang dibentuk oleh lipatan kohlrausch. Fleksura sakralis terletak di belakang peritoneum
dan bagian anteriornya tertutup oleh paritoneum. Fleksura perinealis berjalan ektraperitoneal.
Haustra ( kantong ) dan tenia ( pita ) tidak terdapat pada rektum, dan lapisan otot longitudinalnya
berkesinambungan. Pada sepertiga bagian atas rektum, terdapat bagian yang dapat cukup banyak
meluas yakni ampula rektum bila ini terisi maka imbullah perasaan ingin buang air besar. Di
bawah ampula, tiga buah lipatan proyeksi seperti sayap – sayap ke dalam lumen rektum, dua
yang lebih kecil pada sisi yang kiri dan diantara keduanya terdapat satu lipatan yang lebih besar
pada sisi kanan, yakni lipatan kohlrausch, pada jarak 5 – 8 cm dari anus. Melalui kontraksi
serabut – serabut otot sirkuler, lipatan tersebut saling mendekati, dan pada kontraksi serabut otot
longitudinal lipatan tersebut saling menjauhi.1,2

Kanalis analis pada dua pertiga bagian bawahnya, ini berlapiskan kulit tipis yang sedikit
bertanduk yang mengandung persarafan sensoris yang bergabung dengan kulit bagian luar, kulit
ini mencapai ke dalam bagian akhir kanalis analis dan mempunyai epidermis berpigmen yang
bertanduk rambut dengan kelenjar sebacea dan kelenjar keringat. Mukosa kolon mencapai dua
pertiga bagian atas kanalis analis. Pada daerah ini, 6 – 10 lipatan longitudinal berbentuk

2
gulungan, kolumna analis melengkung kedalam lumen. Lipatan ini terlontar keatas oleh simpul
pembuluh dan tertutup beberapa lapisan epitel gepeng yang tidak bertanduk. Pada ujung
bawahnya, kolumna analis saling bergabung dengan perantaraan lipatan transversal. Alur – alur
diantara lipatan longitudinal berakhir pada kantong dangkal pada akhiran analnya dan tertutup
selapis epitel thorax. Daerah kolumna analis, yang panjangnya kira – kira 1 cm, di sebut daerah
hemoroidal, cabang arteri rectalis superior turun ke kolumna analis terletak di bawah mukosa
dan membentuk dasar hemorhoid interna.( 5 )

Hemoroid dibedakan antara yang interna dan eksterna. Hemoroid interna adalah pleksus vena
hemoroidalis superior di atas linea dentata/garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid
interna ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa pada rektum sebelah
bawah. Sering hemoroid terdapat pada tiga posisi primer, yaitu kanan depan ( jam 7 ), kanan
belakang (jam 11), dan kiri lateral (jam 3). Hemoroid yang lebih kecil terdapat di antara ketiga
letak primer tesebut.( 4,5 )

3
Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior
terdapat di sebelah distal linea dentata/garis mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus.

Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus berhubungan secara longgar dan merupakan
awal aliran vena yang kembali bermula dari rektum sebelah bawah dan anus. Pleksus hemoroid
interna mengalirkan darah ke vena hemoroidalis superior dan selanjutnya ke vena porta. Pleksus
hemoroid eksternus mengalirkan darah ke peredaran sistemik melalui daerah perineum dan lipat
paha ke vena iliaka.( 4,5 )

2.3 PATOFISIOLOGI

Hemoroid adalah bagian normal dari anorektal manusia dan berasal dari bantalan
jaringan ikat subepitelial di dalam kanalis analis. Bantalah tersebut mengelilingi dan mendukung
anastomosis distal antara arteri rectalis superior dengan vena rectalis superior, media dan
inferior. Bantalan tersebut sebagian besar disusun oleh lapisan otot halus subepitelial. Jaringan
hemoroid normal menimbulkan tekanan didalam anus sebesar 15-20 persen dari keseluruhan
tekanan anus pada saat istirahat tidak dalam aktivitas apapun, dan memberikan informasi
sensoris penting yang memungkinkan anus untuk dapat memberikan persepsi berbeda antara zat
padat, cair dan gas. Pada umumnya setiap orang memiliki 3 bantalan jaringan subepitelial pada
anus. Bantalan-bantalan tersebut merupakan posisi-posisi dimana hemoroid bisa terjasi, ada 3
posisi yaitu pada arah jam 3 pada lateral kiri, arah jam 7 pada posterior kanan, dan jam 11 pada
anterior kanan, namun tidak menutup kemungkinan untuk terjadi pada arah jam lain atau bahkan
dapat terjadi secara sirkuler dan sangat jarang terjadi. Pada arah jam 6 menunjukkan arah
posterior atau belakang, jam 12 menunjukkan arah anterior atau depan, jam 3 menunjukkan arah
kiri dan jam 9 menunjukkan arah kanan, dengan pedoman tersebut sehingga kita dapat
menentukan arah jam lainnya. Gejala hemoroid akan timbul ketika hemoroid tersebut menjadi
besar, inflamasi, thrombosis atau bahkan prolaps, adanya pembengkakan abnormal pada bantalan
anus menyebabkan dilatasi dan pembengkakan pleksus arterivenous. Hal tersebut menyebabkan
peregangan otot suspensorium dan terjadi prolaps jaringan rectum melalui kanalis analis.
Mukosa anus yang berwarna merah terang karena kaya akan oksigen yang terkandung di dalam
anastomosis arterivenous.

4
2.4 FAKTOR RESIKO

Berbagai penyebab yang dapat menimbulkan terjadinya hemoroid, sebagai berikut2,3 :

a. BAB dengan posisi jongkok yang terlalu lama. Hal ini akan meningkatkan tekanan vena
yang akhirnya mengakibatkan pelebaran vena. Sedangkan BAB dengan posisi duduk
terlalu lama merupakan faktor resiko untuk hernia karena saat duduk pintu hernia dapat
menekan.
b. Konstipasi kronis, konstipasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
kesulitan saat BAB sehingga terkadang harus mengejan dikarenakan feses yang terlalu
keras, berbau lebih busuk dengan warna lebih gelap dari biasanya dan frekuensi BAB
yang lebih dari 3 kali sehari. Pada konstipasi kronis diperlukan waktu mengejan yang
lebih lama, hal ini mengakibatkan peregangan muskulus sphincter ani yang terjadi
berulang kali, semakin lama penderita mengejan akan membuat peregangannya
bertambah buruk.
c. Riwayat penyakit keluarga adalah ada tidaknya anggota keluarga yang mempunyai
penyakit hemoroid, seseorang yang memiliki riwayat keluarga pernah menderita
hemoroid dikatakan memiliki resiko lebih tinggi untuk mendrita hemoroid.
d. Kehamilan dapat menimbulkan statis vena di daerah pelvis, meskipun etiologinya belum
diketahui secara pasti
e. Obesitas atau timbunan lemak diperut, sebuah penelitian mengatakan bahwa seseorang
yang memiliki BMI diatas 30 maka akan memiliki resiko hemoroid lebih tinggi.
f. Tekanan darah (aliran balik venosa), seperti pada hipertensi portal akibat sirosis hepatis.
Terdapat hubungan antara vena hemoroidalis superior, media dan inferior sehingga
peningkatan tekanan portal dapat mengakibatkan aliran balik ke vena-vena tersebut dan
mengakibatkan hemoroid.
g. Diet rendah serat yang mengakibatkan konstipasi.
h. Faktor umur, pada umur tua terjadi degenerasi dari jaringan-jaringan tubuh, otot sphincter
menjadi tipis dan atonis. Karena sphinter melemah maka akan timbul prolaps.
i. Faktor pekerjaan, seseorang yang diharuskan untuk duduk lama mempunyai predisposisi
untuk terkena hemoroid.

2.5 KLASIFIKASI
5
Hemoroid dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu6 :

1. Hemoroid interna, dimana terjadi varises pada pleksus hemoroidalis superior, diatas linea
dentate, dan tertutup oleh mukosa.
2. Hemoroid eksterna, dimana terjadi varises pada pleksus hemoroidalis inferior, dibawah
linea dentate dan tertutup oleh kulit.

Namun hemoroid interna dan ekterna dapat terjadi secara bersamaan. Hemoroid eksterna
diklasifikasikan dengan akut dan kronik. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada
tepi anus dan sebenarnya merupakan hematoma, walaupun dikatakan hemoroid thrombosis
eksterna akut bentuk ini sangat nyeri dan gatal pada ujung-ujung saraf pada kulit reseptor nyeri.
Hemoroid eksterna kronik berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan dan
sedikit pembuluh darah. Sedangkan hemoroid interna dibagi menjadi empat derajat, yaitu :

I. Derajat I
Terjadi varises atau pelebaran vena tetapi belum ada benjolan/prolaps saat defekasi,
walaupun defekasi dengan sekuat tenaga. Dejarat I dapat diketahui melalui adanya
perdarahan melalui sigmiodoskopi.
II. Derajat II
Adanya perdarahan dan prolaps jaringan diluar anus saat mengejan selama defekasi
berlangsung, tetapi prolaps ini dapat kembali secara spontan.
III. Derajat III
Seperti derajat II, namun prolaps tidak dapat kembali secara spontan dan harus
didorong (reposisi manual).
IV. Derajat IV
Prolaps tidak dapat direduksi atau inkarserasi, benjolan dapat terjepit diluar dapat
mengalami iritasi, inflamasi, edema, dan ulserasi sehingga saat terjadi akan
menimbulkan rasa sakit.

2.6 DIAGNOSIS

Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras, yamg
membutuhkan tekanan intra abdominal meninggi ( mengejan ), pasien sering duduk berjam-jam
6
di WC, dan dapat disertai rasa nyeri bila terjadi peradangan. Pemeriksaan umum tidak boleh
diabaikan karena keadaan ini dapat disebabkan oleh penyakit lain seperti sindrom hipertensi
portal. Hemoroid eksterna dapat dilihat dengan inspeksi apalagi bila terjadi trombosis. Bila
hemoroid interna mengalami prolaps, maka tonjolan yang ditutupi epitel penghasil musin akan
dapat dilihat apabila penderita diminta mengejan.( 4,5 )

Inspeksi

Hemoroid interna yang menjadi prolaps dapat terlihat dengan cara menyuruh pasien mengejan,
prolaps dapat terlihat sebagai menjolan yang tertutup mukosa. Pada hemoroid eksterna akan
mudah terlihat bila sudah menjadi thrombus.

Rectal Toucher (RT)

Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab tekanan
vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila
sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan
fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk
menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.( 5 )

Pemeriksaan Anoskopi

Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop
dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan
penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita
disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke
dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan
membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya,
letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus
diperhatikan.( 4,5 )

Pemeriksaan proktosigmoidoskopi

7
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan oleh proses
radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik
saja atau tanda yang menyertai. Faeces harus diperiksa terhadap adanya darah samar. ( 5 )

2.7 DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding dari hemoroid adalah sebagai berikut6 :

a. Perdarahan : Karsinoma kolon-rektal, penyakit divertikel seperti diverkulitas, colitis


ulserosa dan polip. Bila curiga adanya penyakit-penyakit tersebut maka diperlukan
pemeriksaan sigmoidoskopi atau kolon in loop.
b. Benjolan : Karsinoma anorectal atau prolaps recti atau procidentia. Pada procidentia
seluruh dinding akan prolaps sedangkan pada hemoroid hanya mukosa saja yang prolaps.

2.8 KOMPLIKASI

Perdarahan akut pada umumnya jarang , hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh
darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan
apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan maka darah dapat sangat banyak. Yang
lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang dapat menyebabkan anemia
karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia
terjadi secara kronis, sehingga sering tidak menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb
sangat rendah karena adanya mekanisme adaptasi.7

Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi (inkarserata/terjepit) akan mudah terjadi
infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa mengakibatkan kematian.7

2.9 TERAPI

Terapi konservatif6,7

1. Pengelolaan dan modifikasi diet

8
Diet berserat, buah-buahan dan sayuran serta intake air ditingkatkan. Diet serat yang
dimaksud adalah diet dengan kandungan selulosa yang tinggi. Selulosa tidak mampu
dicerna oleh tubuh tetapi selulosa bersifat menyerap air sehingga feses menjadi lunak.
Makanan-makanan tersebut menyebabkan gumpalan isi usus menjadi besar namun lunak
sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengejan secara
berlebihan.

2. Medikamentosa

Terapi mendikamentosa ditunjukan pada pasien dengan derajat hemoroid awal. Obat-obat
yang biasa diberikan adalah :

Stool Softener : untuk mencegah konstipasi sehingga mengurangi kebiasaan


mengejan misaalnya docusate sodium

Anestetik topical : untuk mengurangi rasa nyeri, misalnya lidocaine ointment 5%,
yang harus diperhatikan adalah obat-obat topical per rectal
dapat menyebabkan efek samping sistematik.

Mild astringent : untuk mengurangi rasa gatal pada daerah perianal yang timbul
akibat iritasi karena kelembaban yang terus menerus dan
rangsangan usus misalnya hamamelis water.

Analgesik : untuk mengatasi rasa nyeri misalnya acetaminophen yang


merupakan anti nyeri pilihan bagi pasien yang hipersensitifitas
terhadap aspirin atau NSAID, atau pasien dengan penyakit
saluran pencernaan bagian atas yang sedang mengkonsumsi
antikoagulan oral.

Laxatine ringan : obat supositoria antihemoroid namun masih diragukan


khasiatnya. Obat ini dikatakan mampu mengecilkan hemoroid
dengan mengkonsumsi beberapa bulan, namun jika dihentikan
maka hemoroid akan timbul kembali.

9
Terapi Non Operatif Efektif

a. Skleroterapi

Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5% fenol


dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa dalam jaringan areolar yang
longgar di bawah hemoroid interna dengan tujuan menimbulkan peradangan steril yang
kemudian menjadi fibrotik dan meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan di sebelah
atas dari garis mukokutan dengan jarum yang panjang melalui anoskop. Apabila
penyuntikan dilakukan pada tempat yang tepat maka tidak ada nyeri. Penyulit
penyuntikan termasuk infeksi, prostatitis akut jika masuk dalam prostat, dan reaksi
hipersensitivitas terhadap obat yang disuntikan.Terapi suntikan bahan sklerotik bersama
nasehat tentang makanan merupakan terapi yang efektif untuk hemoroid interna derajat I
dan II, tidak tepat untuk hemoroid yang lebih parah atau prolaps.( 4,5 )

b. Ligasi dengan cincin karet (Rubber band ligation)

Hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps dapat ditangani dengan ligasi gelang
karet menurut Barron. Dengan bantuan anoskop, mukosa di atas hemoroid yang menonjol
dijepit dan ditarik atau dihisap ke tabung ligator khusus. Gelang karet didorong dari
ligator dan ditempatkan secara rapat di sekeliling mukosa pleksus hemoroidalis tersebut.
Pada satu kali terapi hanya diikat satu kompleks hemoroid, sedangkan ligasi berikutnya
dilakukan dalam jarak waktu 2 – 4 minggu. Penyulit utama dari ligasi ini adalah
timbulnya nyeri karena terkenanya garis mukokutan. Untuk menghindari ini maka gelang
tersebut ditempatkan cukup jauh dari garis mukokutan. Nyeri yang hebat dapat pula
disebabkan infeksi. Perdarahan dapat terjadi waktu hemoroid mengalami nekrosis,
biasanya setelah 7 – 10 hari.( 3,5 )

c. Bedah Beku (Cryosurgery)

Hemoroid dapat pula dibekukan dengan suhu yang rendah sekali. Jika digunakan dengan
cermat, dan hanya diberikan ke bagian atas hemoroid pada sambungan anus rektum,
maka krioterapi mencapai hasil yang serupa dengan yang terlihat pada ligasi dengan
10
gelang karet dan tidak ada nyeri. Dingin diinduksi melalui sonde dari mesin kecil yang
dirancang bagi proses ini. Tindakan ini cepat dan mudah dilakukan dalam tempat praktek
atau klinik. Terapi ini tidak dipakai secara luas karena mukosa yang nekrotik sukar
ditentukan luasnya. Krioterapi ini lebih cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma
rektum yang ireponibel.( 3 )

d. Infra Red Cauter

Dengan sinar infra merah yang dihasilkan oleh alat yang dinamakan photocuagulation,
tonjolan hemoroid dikauter sehingga terjadi nekrosis pada jaringan dan akhirnya fibrosis.
Cara ini baik digunakan pada hemoroid yang sedang mengalami perdarahan.

e. Hemoroidal Arteri Ligation

Pada terapi ini, arteri hemoroidalis diikat sehingga jaringan hemoroid tidak mendapat
aliran darah yang pada akhirnya mengakibatkan jaringan hemoroid mengempis dan
akhirnya nekrosis.

f. Generator Galvanis

Jaringan hemoroid dirusak dengan arus listrik searah yang berasal dari baterai kimia.
Cara ini paling efektif digunakan pada hemoroid interna.

Terapi Operatif

a) Hemoroidektomi

Indikasi operasi untuk hemoroidektomi adalah sebagai berikut :

 Gejala kronik derajat 3 atau 4


 Perdarahan kronik yang tidak berhasil dengan terapi sederhana

 Hemoroid derajat 4 dengan nyeri akut dan thrombosis serta gangrene

Prinsip hemoroidektomi adalah :


11
 Eksisi hanya pada jaringan yang benar-benar berlebih
 Eksisi sedikit mungkin dilakukan sehingga anoedema dan kulit normal tidak
terganggu sphincter ani

Ada beberapa macam metode yang digunakan adalah :

 Metode Langenbeck

Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem. Lakukan
jahitan jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0. Kemudian eksisi
jaringan diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah klem
diikat. Teknik ini lebih sering digunakan karena caranya mudah dan tidak
mengandung resiko pembentukan jaringan parut sekunder yang biasa
menimbulkan stenosis.

 Metode Miligan Morgan

Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Teknik ini
dikembangkan di Inggris oleh Milligan dan Morgan pada tahun 1973. Basis massa
hemoroid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi
dari rektum. Kemudian dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap
pleksus hemoroidalis. Penting untuk mencegah pemasangan jahitan melalui otot
sfingter internus. Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna.
Suatu incisi elips dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar
pleksus hemoroidalis internus dan eksternus, yang dibebaskan dari jaringan yang
mendasarinya. Hemoroid dieksisi secara keseluruhan. Bila diseksi mencapai
jahitan transfiksi cat gut maka hemoroid ekstena dibawah kulit dieksisi. Setelah
mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit anus ditutup secara
longitudinal dengan jahitan jelujur sederhana. Biasanya tidak lebih dari tiga
kelompok hemoroid yang dibuang pada satu waktu. Striktura rektum dapat
merupakan komplikasi dari eksisi tunika mukosa rektum yang terlalu banyak.

12
Sehingga lebih baik mengambil terlalu sedikit daripada mengambil terlalu banyak
jaringan.

 Metode Whitehead

Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu dengan
mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari submukosa dan
mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu mengusahakan
kontinuitas mukosa kembali.

Metode hemoroidektomi yang sering dilakukan adalah metode langenbeck karena


mudak untuk dilakukan dan tidak mengandung resiko pembentukan jaringan parut
sirkuler yang dapat menimbulkan stenosis.

 Stapled Hemorrhoid Surgery (Procedure for prolapsed and hemorrhoid/PPH)

Teknik ini juga dikenal dengan nama Procedure for Prolapse Hemorrhoids (PPH)
atau Hemoroid Circular Stapler. Teknik ini mulai diperkenalkan pada tahun 1993
oleh dokter berkebangsaan Italia yang bernama Longo sehingga teknik ini juga
sering disebut teknik Longo. Di Indonesia sendiri alat ini diperkenalkan pada
tahun 1999. Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat
ini seperti senter, terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya.
Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di saluran anus.
Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air besar. Kerjasama jaringan
hemoroid dan m. sfinter ani untuk melebar dan mengerut menjamin kontrol
keluarnya cairan dan kotoran dari dubur. Teknik PPH ini mengurangi prolaps
jaringan hemoroid dengan mendorongnya ke atas garis mukokutan dan
mengembalikan jaringan hemoroid ini ke posisi anatominya semula karena
jaringan hemoroid ini masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB, sehingga
tidak perlu dibuang semua.

Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat yang
dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus.
13
Kemudian alat stapler dimasukkan ke dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan
sebuah gelang dari titanium diselipkan dalam jahitan dan ditanamkan di bagian
atas saluran anus untuk mengokohkan posisi jaringan hemoroid tersebut. Bagian
jaringan hemoroid yang berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan memutar
sekrup yang terdapat pada ujung alat , maka alat akan memotong jaringan yang
berlebih secara otomatis. Dengan terpotongnya jaringan hemoroid maka suplai
darah ke jaringan tersebut terhenti sehingga jaringan hemoroid mengempis
dengan sendirinya.

Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak


mengganggu fungsi anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena
tindakan dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan berlangsung cepat sekitar 20 –
45 menit, pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di rumah sakit semakin
singkat.( 3,7 )

Meskipun jarang, tindakan PPH memiliki resiko yaitu :

1. Jika terlalu banyak jaringan otot yang ikut terbuang, akan mengakibatkan
kerusakan dinding rektum.

2. Jika m. sfinter ani internus tertarik, dapat menyebabkan disfungsi baik dalam
jangka waktu pendek maupun jangka panjang.

3. Seperti pada operasi dengan teknik lain, infeksi pada pelvis juga pernah
dilaporkan.

4. PPH bisa saja gagal pada hemoroid yang terlalu besar karena sulit untuk
memperoleh jalan masuk ke saluran anus dan kalaupun bisa masuk, jaringan
mungkin terlalu tebal untuk masuk ke dalam stapler.

2.10 PROGNOSIS

Dengan terapi yang sesuai, semua hemoroid simptomatis dapat dibuat menjadi
asimptomatis. Pendekatan konservatif hendaknya diusahakan terlebih dahulu pada semua kasus.
14
Hemoroidektomi pada umumnya memberikan hasil yang baik. Sesudah terapi penderita harus
diajari untuk menghindari obstipasi dengan makan makanan serat agar dapat mencegah
timbulnya kembali gejala hemoroid.

BAB III
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ni Wayan Sumirawati


Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 41 Tahun
Alamat : Banjar Tarukan, Pejeng, Tampak Siring
Pekerjaan : Swasta
Suku : Bali
Agama : Hindu
Tanggal Pemeriksaan : 4 Juni 2013

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Muncul benjolan yang keluar dari anus

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang sadar ke poliklinik bedah RSUD Sanjiwani dengan keluhan muncul
benjolan keluar dari anus sejak ± 2 tahun yang lalu. Benjolan tersebuat awalnya kecil dan

15
masih bisa di dorong masuk, namun perlahan-lahan dirasakan oleh pasien benjolan tersebut
semakin membesar, sehingga sejak 3 bulan yang lalu pasien mengatakan benjolan tersebut
tidak dapat masuk ke dalam anus lagi dan dirasakan sangat mengganggu pasien. Pasien
mengatakan benjolan tersebut dirasakan nyeri saat pasien BAB, dan dirasakan lebih baik jika
pasien dalam keadaan istirahat. Pasien mengakatan susah untuk BAB sejak 3 bulan yang lalu,
dimana pasien selalu mengedan dengan keras ketika BAB. Selain dirasakan nyeri saat BAB,
pasien juga mengeluhkan keluarnya darah saat BAB, dimana darah tersebut dikatakan
berwarna merah segar dan menetes ketika pasien selesai BAB. Keluhan demam disangkal
oleh pasien.

Riwayat Pengobatan
Pasien sebelumnya tidak pernah memeriksakan keluhan yang dirasakan, dan pasien
menyangkal minum obat-obatan untuk keluhan yang dirasakan saat ini.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama seperti yang dialami pasien saat ini.
Riwayat hipertensi disangkal oleh pasien, riwayat diabetes mellitus, kencing manis serta
penyakit sistemik disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama yang dirasakan oleh
pasien, riwayat penyakit sistemik dan lainnya disangkal dalam keluarga.

Riwayat Sosial
Pasien bekerja sebagai buruh serabutan, dan mempunyaki kebiasaan duduk yang lama
serta jarang mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak serat.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Present
Tekanan Darah : 150/90mmHg
16
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 18x/menit
Temperatur Axilla : 36,50C
GCS : E4V5M6
VAS :5

Status General

Mata : anemia -/-, ikterus -/-, refleks pupil +/+ isokor, edema palpebra -/-

THT : kesan normal

Leher : JVP PR + 0 cm H2O, pembesaran kelenjar (-)

Thorax : simetris

Cor Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V MCL S

Perkusi : batas kiri : ICS V MCL S

batas kanan : PSL D

batas atas : ICS II

Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)

Pulmo Inspeksi : Simetris

Palpasi : VF N/N

Perkusi : sonor/sonor

Auskultasi : bronkovesicular +/+, rhonchi -/-, wheezing -/-

Abdomen Inspeksi : distensi (-)

Auskultasi : Bising Usus (+) normal

17
Palpasi : Hepar : tidak teraba.

Lien : tidak teraba.

Perkusi : Shifting dullness (-), Undulasi (-)

Ekstremitas :

Edema pitting : -/-

- /-

Hangat : +/+

+/+

Pemeriksaan fisik tambahan

RT : Sekitar ani terlihat adanya benjolan dengan konsistensi kenyal, diameter


0,5cmx0,5cm sebanyak 4 buah yang dilapisi oleh mukosa, pada arah jam 12, jam 3,
jam 6 dan jam 9. Tonus sphincter ani baik, ampula tidak kolaps, nyeri (+), tidak
teraba adanya massa padat. Pada handschoen feses (+), darah (-).

IV. DIAGNOSIS BANDING

Hemoroid interna grade IV

Ca kolon rectal

V. DIAGNOSIS KERJA

Hemoroid interna grade IV

VI. PENATALAKSANAAN

MRS

18
Rencana Operasi

Diet tinggi serat

Intake air ditingkatkan

KIE pasien dan keluarga

BAB IV

KESIMPULAN

Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis akibat kongesti vena yang
disebabkan gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis yang tidak merupakan keadaan
patologik. Diperlukan tindakan apabila hemoroid menimbulkan keluhan. Faktor resiko terjadinya
hemoroid yaitu keturunan, anatomi, pekerjaan, umur, endokrin, mekanis, fisiologis dan radang.
Hemoroid terdiri dari 2 jenis yaitu hemoroid interna yang terletak di atas garis mukokutan dan
hemoroid eksterna yang terletak di bawah garis mukokutan. Manifestasi klinis hemoroid yaitu
perdarahan per anum berwarna merah segar dan tidak tercampur dengan faeces. Diagnosis
ditegakkan dengan anamnesa, inspeksi, colok dubur dan penilaian anoskop. Bila perlu dilakukan
pemeriksaan proktosigmoidoskopi untuk menyingkirkan kemungkinan radang dan keganasan.
Diagnosis banding dari hemoroid yaitu Ca kolorektum, penyakit divertikel, polip, kolitis ulserosa
dan fissura ani. Komplikasi dari hemoroid yaitu perdarahan hebat, inkarserasi dan sepsis.
Penatalaksanaan hemoroid yaitu dengan konservatif, membuat nekrosis jaringan dan bedah.
Prognosis hemoroid baik bila diberikan terapi yang sesuai.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Silvia A.P, Lorraine M.W,1995, Patofisiologi, Konsep – konsep Klinis Proses


Penyakit, Edisi IV, EGC, Jakarta, pemeriksaan penunjang: 420 – 421.
2. Anonim, 2002 Sinar Harapan.

3. Anonim, 2004, Hemorhoid, http://www.hemorjoid.net/hemoroid galery.html.

4. Syamsuhidayat R, Jong W.D, Buku Ajar Bedah, EGC,Jakarta, pemeriksaan


penunjang:910 – 912.

5. Werner Kahle ( Helmut Leonhardt,werner platzer ), dr Marjadi Hardjasudarma


( alih bahasa ), 1998, Berwarna dan teks anatomi Manusia Alat – Alat
Dalam,p:232

6. Mansjur A dkk ( editor ), 1999, Kapita selecta Kedokteran, Jilid II, Edisi III, FK
UI, Jakarta,pemeriksaan penunjang: 321 – 324.

7. Linchan W.M,1994,Sabiston Buku Ajar Bedah Jilid II,EGC, Jakarta,hal 56 – 59.

20

Anda mungkin juga menyukai